• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL PENELITIAN

5.3 Bentuk- Bentuk Perilaku Tidak Aman

5.3.13 Gambaran Memperbaiki Peralatan yang Sedang Beroperasi. 117

Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi dalam penelitian ini adalah membetulkan alat pengelasan yang rusak dalam kondisi mesin masih menyala. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak A dan Bapak B, sebenarnya pihak yang berwenang untuk memperbaiki alat kerja yang rusak adalah maintenance karena maintenance adalah pihak yang mengerti tentang semua alat kerja yang ada di unit welding.

“Ya sebenernya yang berwenang untuk betulin alat itu maintenancenya mba.” (Bapak B)

“Yang berwenang seperti yang udah saya bilang tadi, ya maintenance mba. Soalnya dia kan yang ngerti sama alat-alatnya, apalagi kalo kerusakan alatnya termasuk berat. Itu jadi tanggung jawab maintenance.” (Bapak B)

Bapak A dan Bapak B juga mengatakan bahwa memang sebagian pekerja memperbaiki alat kerjanya sendiri yang mengalami kerusakan bila kerusakannya tersebut masih tergolong ringan, seperti mengganti tip gun dan memperbaiki selang yang bocor pada spot gun. Mereka memperbaiki sendiri alat kerja yang mengalami kerusakan ringan lebih cepat dibandingkan harus memanggil maintenance. Hal ini dilakukan atas pertimbangan waktu dimana pencapaian target sangat penting.

“Kalo kecil ada, maksudnya kecil itu selangnya bocor ya kita coba untuk perbaiki sendiri. Kalo gede kita gak bisa. Kalo prosedurnya si tidak boleh memperbaiki sendiri, tapi kan kita juga gak mau ngerepotin maintenance. Kalo kita manggil ke maintenance sama kita betulin sendiri, itu lebih cepetan betulin sendiri, makannya perhitungannya itu.” (Bapak A)

“Ya gini ya..rata-rata kalo yang bisa dilakukan mungkin dilakukan, tapi kan kalo alat-alatnya disini maintenance yang bisa. Kalo cuma

sekedar ganti tip mungkin bisa, tapi kalo untuk ganti pin aja kita gak bisa. Kalo yang bisa dilakukan sendiri, misalkan ada selangnya yang mau lepas. Itu bisa dilakukan sendiri.” (Bapak B)

Menurut Bapak A dan Bapak B, ketika para pekerja memperbaiki sendiri alat kerja mereka yang mengalami kerusakan, pekerja sebelumnya sudah mematikan terlebih dahulu alat kerja tersebut. Akan tetapi, menurut Bapak A, pernah terjadi kasus dimana salah seorang pekerja tidak mematikan terlebih dahulu spot gun yang akan diperbaikinya. Akibatnya, tombol switch nya tertekan olehnya sehingga tangannya terjepit oleh gun tersebut.

“Kalo mesinnya itu pasti dimatikan, pasti dimatikan. Kalo dia posisi masih hidup kan otomatis nanti seandainya kalo switchnya terpencet bisa celaka, tapi pernah ada pekerja yang betulin alat tapi mesinnya belum dimatikan karena dia terlalu buru-buru, belum dimatiin. Eee…switch itu tanpa disengaja terpencet, nah itu ada yang celakalah. Dia mau ganti tip, dia mau berdiri, nah switchnya itu ada di atas kepalanya dia. Tanggannya kena gun, sempet dijahit juga.

(Bapak A)

“Kalo hubungannya sama mesin dimatiin dulu…” (Bapak B)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak AI, yaitu pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja seperti yang telah dikatakan oleh Bapak A, Bapak AI mengatakan pada saat kejadian dirinya sedang memperbaiki tip gun yang lepas dan dia memang tidak memanggil maintenance karena

lepasnya tip gun termasuk kerusakan ringan sehingga Bapak AI merasa dapat memperbaikinya sendiri. Dirinya memilih memperbaiki sendiri karena hal itu dirasa lebih cepat dan menghemat waktu dibandingkan harus memanggil maintenance. Pada saat memperbaikinya, Bapak AI juga lupa untuk mematikan mesin gun tersebut. Akibatnya, tangan Bapak AI reflek menekan tombol dan pada akhirnya telapak tangan kirinya tergencet oleh tip gun tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pekerja lainnya, mereka juga mengatakan hal yang sama dengan Bapak A dan Bapak B. Mereka mengatakan bahwa mereka sering memperbaiki sendiri alat kerja mereka jika alat tersebut hanya mengalami kerusakan ringan, seperti mengganti tip gun dan memperbaiki selang yang lepas atau bocor pada spot gun. Hal tersebut mereka lakukan karena jika menunggu maintenance datang akan memakan waku lebih lama. Pada saat mereka memperbaiki sendiri alat kerjanya yang rusak ringan, sebelumnya mereka mematikan terlebih dahulu mesin alat kerja mereka.

“Pernah, tapi yang mudah-mudah aj mba, kalo yang sulit paling manggil maintenancenya juga. Kalo yang gampang-gampang masih bisa saya pelajari sedikit-dikit lah kalo dia lagi ngebetulin. Kalo manggil orang butuh waktu lebih lama lagi buat ngerjain lagi jadi mau gak mau selagi masih bisa ya saya betulin sendiri.Untuk alatnya si mati ya, tapi kalo setrumnya itu masih nyala mba, soalnya kalo

untuk matiin setrumnya itu kan di trafo. Itu kan pusatnya mba, jadi nanti kalo itu dimatiin nanti semuanya juga mati.” (Bapak AA)

“Saya pernah memperbaiki sendiri, kadang selangnya suka bocor. Jadi kalo saya manggil maintenance kan, ribet juga ya mba. Kadang maintenancenya kalo dipanggil suka lagi kemana gitu. Jadi saya kadang suka betulin sendiri, tapi itu gak begitu berat si. Kalo sama mandor itu si dibolehin soalnya kalo nunggu maintenance jadi lama. Nanti ketinggalan sama yang lain. Kalo saya dimatiin dulu…”

(Bapak AB)

“Kalo kita bisa sendiri ya mendingan kita betulin sendiri karena kalo cuma ganti tip gun, tinggal ngelepas aja terus pasang lagi, cepet, risikonya gak sampe kemana-mana. Soalnya maintenance disini kan 2 orang, sedangkan disini ada 200 tip gun lah. Itu kalo ganti baru gimana?itu layak dipake atau gak yang tau ya operator sendiri. Pasti dimatiin mba, kalo gak dimatiin bisa ngebahayain nanti. (Bapak AC)

“Kalo untuk memperbaiki sendiri mah, pernah mba. Kalo untuk masalah baut, bisa dibetulin sendiri. Itu aja si kalo yang bisa dikerjain sendiri, kalo yang ringan-ringan. Kalo kita nungguin maintenancenya dan maintenancenya itu datang terlambat, kita kan berpacu dengan waktu, kita gak perlu nunggu maintenance. Kalo kita

bisa sendiri ya kenapa gak kita kerjain sendiri. Kalo gak bisa baru panggil maintenance. Alatnya saya matiin dulu, tapi kondisi setrumnya masih nyala soalnya kan pusatnya disitu (trafo). Kalo yang satu dimatiin, otomatis semuanya mati.” (Bapak AD)

Berdasarkan hasil observasi, peneliti tidak menemukan pekerja yang memperbaiki peralatan yang masih beroperasi maupun pekerja yang memperbaiki sendiri alat kerjanya yang mengalami kerusakan karena keterbatasan kemampuan peneliti dan ruang lingkup observasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian, dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini sebagian besar informan pekerja melakukan pekerjaan tanpa wewenang yaitu pekerja memperbaiki sendiri alat kerjanya yang mengalami kerusakan ringan, seperti memperbaiki atau mengganti tip gun dan memperbaiki selang yang bocor atau selang yang lepas pada spot gun, karena cara tersebut dinilai lebih cepat dan dapat menghemat waktu dibanding mereka harus memanggil maintenance. Selain itu, hal tersebut dilakukan atas pertimbangan waktu dimana pencapaian target lebih mereka utamakan. Sedangkan, pada saat memperbaiki alat kerjanya, sebagian besar pekerja, sudah mematikan terlebih dahulu alat kerja yang akan mereka perbaiki. Akan tetapi, terdapat satu kasus kecelakaan kerja yang disebabkan oleh seorang pekerja yang pada saat memperbaiki tip gun, kondisi mesin gun masih dalam keadaan menyala. Hal ini disebabkan karena pekerja tersebut lupa untuk mematikan mesinnya.

5.3.14 Gambaran Berkelakar atau Bersenda Gurau

Berkelakar atau bersenda gurau dalam penelitian ini adalah bercanda dengan sesama rekan kerja pada saat melakukan pengelasan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak A dan Bapak B, kebanyakan pekerja bersenda gurau dengan sesama teman kerjanya pada saat istirahat, tetapi memang tidak dipungkiri bahwa terkadang masih ada beberapa pekerja yang bersenda gurau pada saat melakukan pengelasan seperti mengganggu temannya yang sedang mengelas. Bapak B menilai, senda gurau yang dilakukan pekerja pada saat bekerja masih terbilang wajar dan tidak membahayakan teman kerjanya. Hal tersebut mereka lakukan untuk menghilangkan kejenuhan selama bekerja yang disebabkan oleh lingkungan kerja mereka yang kurang menyenangkan dan pekerjaan yang mereka jalani adalah pekerjaan yang cukup berat.

“Oh itu ada, biasanya mereka itu bercandanya pas lagi istirahat si mba, tapi ada juga si yang bercanda waktu lagi ngelas, ya ada yang suka godain temennya yang lagi kerja, bercanda waktu ngelas, ngrecokin temennya yang lagi ngelas, ya kadang suka isenglah anak-anak itu, tapi itu gak banyak dan kadang-kadang aja. Mungkin mereka bosen ya mba, ya wajar juga si mba soalnya di welding ini kan suasana pekerjaannya kurang menyenangkan ya, udaranya panas, kerjanya juga lumayan berat. Mungkin itu bisa buat mereka terhibur dan biar mereka gak bosen juga. Kalo saya sendiri si gak

apa-apa ya mba selama bercandanya itu masih dalam wajar dan gak berbahaya” (Bapak A)

“Saya rasa jarang ya mba untuk bisa bercanda pas lagi kerja. Mereka kan cuma dikasih kurang lebih 3 menit lah untuk nyelesein pekerjaannya di masing-masing pos dengan target harus sekian unit. Jadi ya kalo mereka gak serius bisa keteteran kerjaannya, biasanya bercandanya pas lagi jam istirahat. Memang kadang suka ada yang bercanda pas lagi kerja, tapi masih biasa dan gak sampe yang berbahaya. Mungkin buat ngilangin jenuh. Kayak yang mba bisa lihat sendiri, kerja disini kan cukup berat ya jadi mereka butuh sedikit hiburan biar gak stress.” (Bapak B)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pekerja, Bapak AB mengaku pernah bersenda gurau pada saat bekerja. Bentuk senda gurau yang dia lakukan pada saat bekerja hanya mengobrol dengan sesama teman kerjanya. Hal tersebut dia lakukan untuk menghilangkan rasa bosan dan untuk menghilangkan rasa kantuk pada saat bekerja.

“Paling bercanda pake omongan aja. Kadang kalo serius-serius amat kerja itu kan suka ngantuk terus panas juga, jadi ya buat ngilangin bosen aja.” (Bapak AB)

Bapak AD, bentuk senda gurau yang dia lakukan pada saat bekerja adalah mengobrol dengan teman kerjanya. Dia mengatakan bahwa senda gurau yang

dia lakukan tidak berbahaya. Hal tersebut dia lakukan untuk menghilangkan stres dan jenuh akibat target produksi yang harus dia kerjakan.

“Ya kita disini bercanda cuma buat ngilangin stress sama jenuh aja mba, dengan target produksi segitu. Cuma ngeliat angkanya aja udah puyeng mba. Ya kalo gak diselingin kayak gitu, malah stres sama jenuh. Kalo bercanda ma menurut saya boleh lah, sewajarnya aja paling, Cuma bercanda-canda, ngobrol-ngobrol, nyanyi-nyanyi. Bercandanya juga gak sampe lempar-lemparan gitu. Ya buat ngilangin stress sama jenuh aja dengan target sehari bisa 145. Kadang-kadang naik, kan hari ini lagi naik mba.” (Bapak AD)

Berdasarkan hasil observasi, peneliti tidak menemukan pekerja yang bersenda gurau yang berbahaya pada saat mengelas. Umumnya mereka fokus pada pekerjaan mereka masing-masing, walaupun terkadang pada suatu saat diselingi dengan sedikit obrolan dengan pekerja lainnya. Adapun pekerja yang bersenda gurau, itupun dilakukan pada saat mereka sedang beristirahat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan dapat disimpulkan bahwa pada umumnya bentuk senda gurau yang dilakukan oleh pekerja pada saat bekerja adalah mengobrol dengan sesama rekan kerja. Senda gurau yang mereka lakukan bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan dan stress akibat pekerjaan mereka dan lingkungan kerja mereka yang dirasa kurang menyenangkan. Sedangkan hasil observasi pada umumnya pekerja fokus pada pekerjaan mereka masing-masing, walaupun terkadang pada suatu saat diselingi dengan sedikit obrolan dengan pekerja lainnya.

5.3.15 Gambaran Bekerja di Bawah Pengaruh Alkohol dan Obat-Obatan