• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga maksudnya di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal itu di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Sedangkan tidak diharapkan maksudnya peristiwa kecelakaan itu disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Menurut Bird (1990), kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan yang menyebabkan kerugian fisik pada manusia atau kerusakan material. Kecelakaan biasanya dihasilkan dari kontak dengan sumber energi (kinetik, listrik, kimia, suhu, dll).

Proses terjadinya kecelakaan terkait empat unsur produksi, yaitu people, equipment, material, environment (PEME) yang saling berinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk dan jasa. Kecelakaan terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia dengan alat, material, dan lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman. Disamping itu,

kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu: 1. Kecelakaan adalah akibat langsung dari pekerjaan.

2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja.

2.1.2 Kerugian-Kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian, yaitu: 1. Kerusakan

2. Kekacauan organisasi 3. Keluhan dan kesedihan 4. Kelainan dan cacat 5. Kematian

2.1.3 Konsep Kecelakaan

Dewasa ini banyak dikembangkan konsep kecelakaan oleh para ahli K3, seperti Heinrich, Frank Bird, James Reason, Petersen, dan lainnya. Mereka mengemukakan berbagai teori kecelakaan mulai dari faktor manusia, manajemen, sistem, dan perilaku (Ramli, 2009).

Menurut Frank Bird dalam Ramli (2009), kecelakaan terjadi karena adanya kontak dengan suatu sumber energi, seperti mekanis, kimia, kinetis, fisis yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia. Teori ini dikembangkan oleh Derek Viner yang disebut konsep energi.

Energi hadir di alam dalam berbagai bentuk, seperti energi kinetik, kimia, mekanik, radiasi, panas, dan lainnya. Dalam kondisi normal, energi ini biasanya terkandung atau terkungkung dalam wadahnya, misalnya energi kimia dalam bahan kimia dan energi listrik berada di dalam kabel. Kecelakaan terjadi akibat energi yang lepas dari penghalangnya mencapai penerima (recepient). Jika isolasi rusak atau terkelupas, energi listrik dapat mengenai tubuh manusia atau benda lain yang mengakibatkan cedera atau kebakaran. Mesin gerinda akan memancarkan berbagai jenis energi, seperti energi kinetik, mekanik, listrik, suara, dan getaran. Benda berat yang jatuh dari ketinggian akan menimbulkan energi kinetik sesuai dengan bobot dan ketinggiannya. Cedera atau kerusakan terjadi karena kontak dengan energi yang melampaui ketahanan atau ambang batas kemampuan penerima. Besarnya keparahan atau kerusakan tergantung besarnya energi yang diterima. Benda yang jatuh dari ketinggian dapat mengakibatkan kerusakan atau cedera berat bagi penerimanya.

Energi suara dari mesin gerinda dapat mengakibatkan gangguan mulai dari cedera ringan sampai ketulian tergantung intensitas kebisingan yang datang dan ketahanan fisik manusia yang menerimanya. Namun, kontak dengan energi tidak terjadi begitu saja, tetapi selalu ada penyebabnya, misalnya karena pengaman tidak dipasang, kabel tidak memenuhi syarat atau terkelupas,

pekerja tidak menggunakan sarung tangan atau karena bekerja dengan peralatan listrik yang masih berenergi.

2.1.4 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan

Menurut Ramli (2009), prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat sederhana yaitu dengan menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan kondisi yang tidak aman. Namun, dalam praktiknya tidak semudah yang dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang saling terkait mulai dari penyebab langsung, penyebab dasar, dan latar belakang. Oleh karena itu, berkembang berbagai pendekatan dalam pencegahan kecelakaan. Banyak teori dan konsep yang dikembangkan para ahli, beberapa diantaranya dibahas berikut ini:

1. Pendekatan Energi

Sesuai dengan konsep energi, kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu, pendekatan energi mengendalikan kecelakaan melalui 3 titik, yaitu pada sumbernya, pada aliran energi (path way), dan pada penerima.

a. Pengendalian pada sumber bahaya

Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan langsung pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis atau administratif. Sebagai contoh, mesin yang bising dapat dikendalikan dengan mematikan mesin, mengurangi tingkat kebisingan, memodifikasi mesin, memasang peredam pada mesin atau mengganti dengan mesin yang lebih rendah tingkat kebisingannya.

b. Pendekatan pada jalan energi

Pendekatan berikutnya dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi pada jalan energi sehingga intensitas energi yang mengalir ke penerima dapat dikurangi. Sebagai contoh, kebisingan dapat dikurangi tingkat bahayanya dengan memasang dinding kedap suara, menjauhkan manusia dari sumber bising atau mengurangi waktu paparan.

c. Pengendalian pada penerima

Pengendalian berikutnya adalah melalui pengendalian terhadap penerima, baik manusia, benda atau material. Pendekatan ini dapat dilakukan jika pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak dapat dilakukan secara efektif. Oleh karena itu, perlindungan diberikan kepada penerima dengan meningkatkan ketahanannya menerima energi yang datang. Sebagai contoh, untuk mengatasi bahaya bising, manusia yang menerima energi suara tersebut dilindungi dengan alat pelindung telinga sehingga dampak bising yang timbul dapat dikurangi.

2. Pendekatan Manusia

Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman. Karena itu, untuk mencegah kecelakaan, dilakukan berbagai upaya pembinaan unsur manusia untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga kesadaran K3 meningkat.

Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3, dilakukan berbagai pendekatan dan program K3, antara lain:

a. Pembinaan dan pelatihan b. Promosi K3 dan kampanye K3 c. Pembinaan perilaku aman d. Pengawasan dan inspeksi K3 e. Audit K3

f. Komunikasi K3

g. Pengembangan prosedur kerja aman (safe working practices) 3. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang bersifat teknis, dilakukan upaya keselamatan, antara lain: a. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan

teknis dan standar yang berlaku untuk menjamin kelayakan instalasi atau peralatan kerja.

b. Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan dalam pengoeprasian alat atau instalasi, misalnya tutup pengaman mesin, sistem inter lock, sistem alarm, sistem instrumentasi, dll.

4. Pendekatan Administratif

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

a. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan bahaya dapat dikurangi.

b. Penyediaan alat keselamatan kerja.

c. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3. d. Mengatur pola kerja, sistem produksi, dan proses kerja.

5. Pendekatan Manajemen

Kecelakaan banyak disebabkan oleh faktor manusia yang tidak kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang dilakukan, antara lain:

a. Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

b. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif.

c. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan K3, khususnya untuk manajemen tingkat atas.