• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Postur Tubuh Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2

METODOLOGI PENELITIAN A.Desain Penelitian

C. Gambaran Postur Tubuh Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2

Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014

Hasil dari penelitian terdapat rata-rata postur tubuh ibu menyusui saat menggunakan kursi/sofa sebagai alas duduk yang paling berisiko pada bagian tubuh yaitu punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3 orang) dan siku kanan (3 orang). Disebabkan posisi duduk yang tidak didesain untuk ibu menyusui dan kebanyakan ibu membungkukkan punggungnya dan siku kiri-kanan untuk menahan bayi yang sedang menyusui sehingga menimbulkan postur janggal pada ibu.

Hasil penelitian pada ibu yang menggunakan kursi ergonomis sebagai alas duduk rata-rata bagian tubuh yang paling berisiko yaitu leher sebanyak 30,8% (4 orang) dan siku kiri 31,2% (5 orang). Disebabkan saat ibu duduk, leher ibu menunduk dikarenkan untuk melihat bayinya dan pada bagian tubuh lainnya yaitu siku kanan dikarenakan ibu harus menopang berat badan bayi.

Hasil penelitian pada ibu yang tidak menggunakan kursi sebagai alas duduk yang paling berisiko pada bagian tubuh yaitu leher sebanyak 53,8% (7 orang), punggung sebanyak 61,5% (8 orang), lengan bawah kiri sebanyak 44,4% (4 orang), dan siku kiri sebanyak 50% (8 orang). Postur tubuh ibu menyusui yang

paling banyak mengalami resiko ergonomi adalah posisi duduk yang tidak menggunakan kursi sebagai alas tempat duduknya. Postur tubuhnya yang berisiko tinggi pada bagian tubuh yaitu leher, punggung, lengan bawah kiri, dan siku kiri. Pada posisi duduk menggunakan kursi yang paling berisiko pada bagian tubuh yaitu punggung, siku kiri dan siku kanan. Terakhir pada posisi duduk yang menggunakan kursi ergonomis bagian tubuh yang paling berisiko yaitu leher dan siku kiri. Persamaan bagian tubuh yang berisiko tinggi yaitu siku kiri, leher dan punggung.

Menurut Pheasant (1991), postur adalah orientasi relatif dari posisi rata-rata setiap bagian tubuh hampir pada setiap waktu dan postur tubuh seseorang dipengaruhi oleh gerakan yang diakukan. Postur seseorang dalam bekerja merupakan hubungan antara dimensi tubuh seseorang dengan dimensi berbagai benda yang dihadapinya dalam pekerjaan (Pheasant, 1986). Menurut Pulat (1991) postur kerja sebagai posisi tubuh pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja yang biasanya terkait dengan desain area kerja dan task requirements.

Postur tubuh ibu menyusui juga dipengaruhi oleh posisi duduk ibu, dimana ada ibu yang menggunakan kursi ergonomis, kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi itu juga disesuaikan oleh posisi ibu menyusui bayinya dengan tepat. Menurut Bridger (1995) postur tubuh ketika bekerja dapat dipengaruhi oleh faktor personal, karakteristik pekerjaan, dan desain tempat kerja.

Menurut ILO (1998) secara alamiah postur terbagi menjadi dua yaitu postur statis dan postur dinamis. Postur statis merupakan postur yang tetap atau sama hampir disepanjang waktu. Pada postur statis hampir tidak terjadi pergerakan otot dan sendi, sehingga beban yang ada adalah beban statis. Dalam kondisi ini suplai darah yang membawa nutrisi dan oksigen akan terganggu sehingga akan menggangu proses metabolisme tubuh. Pada ibu menyusui menggunakan postur statis yang dimana ibu hanya duduk untuk menyusui bayinya dalam waktu yang lama yang tidak terjadi pergerakan sendi dan otot. Menurut Karjewski et.al (2009) menjelaskan bahwa ketika ulang atau persendian tidak berada pada posisi netral, maka terjadi postur janggal.

Postur netral yaitu postur dalam proses yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh, seperti organ tubuh, saraf, tendon, otot, dan tulang membuat keadaan menjadi rileks dan menyebabkan kelelahan sistem muskuloskeletal/sistem tubuh lainnya (Satrya dalam Rinandha, 2011).

Permasalahan dalam pekerjaan statis saat menyusui adalah postur yang sama dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan stress atau tekanan pada bagian tubuh tertentu dalam Astuti (2009). Postur dinamis adalah postur yang terjadi dengan adanya perubahan panjang dan peregangan pada otot serta adanya perpindahan beban. Postur dinamis melibatkan adanya gerakan. Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah posisi netral dengan pergerakan. Akan tetapi jika pergerakan tersebut terjadi terus menerus dan kelanjutan maka

dapat membahayakan kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena pergerakan yang berkepanjangan akan membutuhkan energi yang lebih besar daripada posisi statis, terutama pada pergerakan yang ekstrim atau ketika menangani beban yang berat. Perbedaan antara postur statis dan dinamis juga dapat dilihat dari kerja otot, aliran darah, oksigen dan energi yang dikeluarkan pada kedua jenis postur tersebut.Postur kerja yang berbahaya bagi kesehatan dan paling berisiko menimbulkan cidera adalah postur janggal.

Disarankan pada saat ibu menyusui dalam posisi duduk harus ditunjang dengan kursi yang tepat seperti menggunakan kursi ergonomis yang dapat membantu duduk dengan postur alami. Ini sesuai dengan pendapat Grandjean (1988), dimana mengatakan duduk dalam postur alami akan mengurangi kerja otot statis untuk menghindari gangguan pada tulag belakang, pinggang, dan kaki D. Gambaran Postur Janggal Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan

Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014

Postur janggal terjadi karena postur tubuh atau segmen tubuh yang menyimpang secara signifikan dari posisi range yang normal pada saat melakukan suatu aktivitas yang disebabkan oleh keterbatasan tubuh manusia untuk melawan beban dalam jangka waktu lama. Postur janggal akan menyebabkan stress mekanik pada otot, ligamen, dan persendian sehingga menyebabkan rasa sakit pada otot rangka.

Postur janggal adalah deviasi dari gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas kerja secara berulang-ulang dan dalam waktu yang relatif lama. Gerakan postur janggal merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan, penyakit, atau cedera pada sistem otot rangka. Gangguan, penyakit, atau cidera pada sistem musculoskeletal hampir tidak pernah terjadi secara langsung, akan tetapi lebih merupakan suatu akumulasi dari benturan kecil maupun besar secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang relatif lama (Cohen dkk, 1997). Misalnya ibu yang sedang melakukan aktivitas menyusui yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkali-kali setiap harinya hingga masa menyusui berhenti, artinya aktivitas menyusui dapat diasumsikan sebagai proses bekerja yang dapat mengalami postur janggal.

Ibu menyusui mengalami postur tubuh yang tidak alamih saat posisi duduk dikarenakan harus duduk sekaligus menyusui bayinya. Menurut Bernard (1997), dalam ukuran jarak atau dimensi pada dasarnya setiap orang memiliki keinginan untuk melakukan kegiatannya dalam postur yang optimal. Postur tubuh yang tidak stabil (tidak alamiah) menunjukan bukti yang kuat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap MSDs dan menimbulkan terjadinya gangguan leher, punggung dan bahu.

Ibu menyusui menggunakan kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi terjadi postur janggal pada bagian tubuh punggung yaitu bersandar pada kursi (karena sudut yang dibentuk 200-600) karena menurut Humantech (1995) terjadinya postur janggal pada punggung jika membungkuk (bent forward) yaitu

punggung dan dada lebih condong ke depan membentuk > 200 terhadap garis vertikal. Oleh karena punggung pada ibu meyusui yang menggunakan kursi/sofa dan yang tidak menggunakan kursi mengalami postur janggal. Postur janggal pada punggung lainnya yaitu tidak bersandar pada apapun (karena sudut yang bentuk rata-rata ≥ 600

). Menurut Humantech(1995), postur janggal yang lainnya yaitu miring (bent sideway), yaitu setiap deviasi bidang median tubuh dari garis vertikal tanpa memperhitungkan besarnya sudut yang dibentuk dan terjadi fleksi pada bagian tubuh, biasanya ke depan atau ke samping.

Menurut Hermans dkk (2000), postur punggung yang merupakan faktor risiko adalah membungkuk yaitu postur punggung membungkukkan badan hingga membentuk sudut 200 terhadap vertikal dan berputar dengan beban objek ≥ 9 kg, durasi ≥ 10 detik, dan frekuensi 2 kali/menit atau total lebih 4 jam/hari. Berarti saat ibu menyusui yang tidak memiliki sandaran tidak memperhatikan besaran sudut yang dibentuk dan dapat menimbulkan postur janggal karena posisi duduk dengan lebih codong ke depan atau belakang dapat terjadi fleksi.

Ibu menyusui menggunakan kursi ergonomis, kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi terjadi postur janggal pada bagian tubuh leher yaitu menunduk dikarenakan ibu menatap bayinya. Menurut Humantech (1995), postur janggal pada leher terjadi pada saat melakukan membengkokkan leher ≥ 200 terhadap vertikal, menekukkan kepala. Menurut Grandjean (1987) posisi menunduk leher dan kepala tidak boleh melebihi 150, karena menyebabkan postural stress. Menurut Bridger (1995) ada banyak bukti fleksi yang dilakukan

secara sering atau ditahan dalam waktu lama pada kedua bagian ini berhubungan dengan nyeri pada leher dan kepala yang kronis. Pada ibu menyusui dilakukan menekukkan kepala (menunduk) dengan waktu yang lama dan dilakukan sering yang dimana ibu menyusui lakukan saat aktivitas menyusui untuk melihat bayinya

Pada lengan bagian tubuh yang terjadi postur janggal yaitu lengan ditopang oleh sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu), terjadi pada ibu menyusui yang menggunakan kursi ergonomis dan kursi/sofa. Sedangkan tidak menggunakan kursi lengan ditopang oleh paha ibu (karena sikap duduk ibu menyilangkan kaki kesamping supaya meninggikan paha atas untuk menopang berat kepala bayi). Bagian leher yang terjadi postur janggal yang lain yaitu karena lengan mengantung atau tidak ditopang oleh sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu dan rata-rata ibu membentuk sudut ≥ 800

) terjadi pada ibu menyusi menggunakan kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi. Menurut Humantech (1995), terjadi postur janggal saat menggunakan gerakan penuh dalam bekerja. Ibu menyusui melakukan gerakan penuh untuk menopang bayi dengan beban bayi oleh karena itu menimbulkan postur janggal pada lengan.

Ibu menyusui menggunakan kursi/sofa terjadi postur janggal pada bagian tubuh kaki yaitu berjinjit untuk menyentuh lantai (karena kursi yang digunakan rata-rata tidak sesuai dengan proporsi tubuh ibu bagian bawah) dan kakinya menggantung (karena kursi yang digunakan rata-rata tidak sesuai dengan

proporsi tubuh ibu bagian bawah dan kursi terlalu tinggi). Sedangkan tidak menggunakan kursi postur janggal pada kaki yaitu ditekuk kesamping atau disilangkan (karena untuk menopang berat badan bayi). Disebutkan postur janggal pada kaki yaitu bertumpu di atas satu kaki atau tidak seimbang dalam Bukhori (2010) dan Laraswati (2009). Oleh karena itu ibu menyusui yang berjinjitkan kaki saat dalam posisi duduk dan kakinya menggantung dapat menyebabkan postur janggal karena kaki bertumpu diatas satu kaki atau tidak seimbang.

Telah dilihat di atas sikap kerja tidak alamiah pada ibu menyusui mengakibatkan bagian-bagian tubuh itu mengalami postur janggal. Menurut Grandjen (1993), sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dsb. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja dalam Tarwaka dkk (2004). Masih terdapat posisi janggal pada ibu menyusui saat menggunakan kursi ergonomi, bisa jadi terdapatnya posisi janggal ini dikarenakan kursi ergonomi yang didesain masih dibuat menggunakan ukuran rata-rata ibu kebanyakan.

104 A. SIMPULAN

1. Hasil yang diperoleh pada ibu menyusui menggunakan kursi ergonomis menggunakan metode RULA skornya 6 level risiko sedang, sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu leher sebanyak 30,8% (4 orang) dan siku kiri 31,2% (5 orang) dan postur janggalnya pada bagian tubuh leher yaitu menunduk (karena ibu menatap bayinya), lengan yaitu karena ditopang oleh sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu), punggung yaitu bersandar pada kursi (karena sudut yang dibentuk 00-200), kaki yaitu bertumpu pada pijakan kaki (karena kaki membentuk sudut 900).

2. Pada ibu menyusui menggunakan kursi/sofa menggunakan metode RULA skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3 orang) dan siku kanan (3orang), dan pada postur janggalnya pada bagian tubuh leher yaitu menuduk (karena ibu menatap bayinya), lengan yaitu ditopang oleh sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu), mengantung atau tidak ditopang oleh sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu dan rata-rata ibu membentuk sudut ≥ 800

), punggung yaitu bersandar pada kursi (karena sudut yang dibentuk 200-600), tidak bersandar pada apapun (karena duduk dikursi yang tidak ada sandarannya), kaki yaitu berjinjit untuk

menyentuh lantai (karena kursi yang digunakan rata-rata tidak sesuai dengan proporsi tubuh ibu bagian bawah), berjinjit untuk menyentuh lantai (karena kursi yang digunakan rata-rata tidak sesuai dengan proporsi tubuh ibu bagian bawah.

3. Pada ibu menyusui tidak menggunakan kursi/sofa menggunakan metode RULA skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu leher sebanyak 53,8% (7 orang), punggung sebanyak 61,5% (8 orang), lengan bawah kiri sebanyak 44,4% (4 orang), dan siku kiri sebanyak 50% (8 orang), dan pada postur janggalnya pada bagian tubuh leher yaitu menuduk (karena ibu menatap bayinya), lengan yaitu ditopang oleh paha ibu (karena sikap duduk ibu menyilangkan kaki kesamping supaya meninggikan paha atas untuk menopang berat kepala bayi), mengantung atau tidak ditopang oleh sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu dan rata-rata ibu membentuk sudut ≥ 800

), punggung yaitu bersandar pada kursi (karena sudut yang dibentuk 200-600), tidak bersandar pada apapun (karena sudut yang bentuk rata-rata ≥ 600

), Kaki yaitu ditekuk kesamping atau disilangkan (karena untuk menopang berat badan bayi)

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan bagi ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dari hasil penelitian ini adalah:

a. Disarankan kursi ergonomi bisa diberikan adjustment pada sandaran tangan dan pijakan kaki, pelebaran sandaran tangan dan pijakan kaki, pemberian busa yang lebih empuk.

b. Disarankan kursi/sofa bisa diberikan sandaran (backrest) dan bantalan punggung yang dilakukan untuk memberikan kesempatan relaksasi pada otot punggung secara berkala.

c. Disarankan ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun yang tidak menggunakan kursi, menggunakan sandaran dan bantalan punggung yang dapat mengurangi tekanan untuk sudut sandaran yang dapat disesuaikan dari sudut vertikal 900- 1100 sedangkan kaki tepat mendatar di atas lantai atau tidak mengantung.

American Dental Association. 2004. An Introduction to Ergonomics: Risk Factors, MSDs, Approaches and Intervention.

Astuti, Sri Endah Budi. 2009. Gambaran Faktor Risiko Pekerjaan dan Keluhan Gejala MSDs pada Tubuh Bagian Atas Pekerja Disektor Informal Butik Lamonde

Depok Lama Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia. Skripsi

Bernard, B, P. 1997, Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors. National Institute for Occupational Safety and Health.

Bridger. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill Inc.

Bridger, R. S. 2003, Introduction to Ergonomics, 2nd.ed., Tailor & Francis Group, London.

Grandjean, E. 1993. Fitting The Task to The Man, fourth edition. London : Taylor & Francis Inc.

Hignett dan McAtamney. 2000. REBA Employee Assessment Worksheet. Applied Ergonomics, 201-205.

Humantech. 1995, Humantech Applied Ergonomics Training Manual, 2nd.ed., Berkelery Vale, Australia.

ILO (International Labour Organization. 1998. Work Organization and Ergonomics.

Geneva.

Karjewski, Janet Torma et. al. 2009. Ergonomics: MSD Risk Factors-Awkward Postures. NIOSH Publication No. 2009-107.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia. Klinpikul, N., et. al. 2010. Factors Affecting Low Back Pain during Breastfeeding of

Thai Woman. World Academy of Science, Engineering and

Technology.Available on: http://www.waset.org/journals/waset/v48/v48-56.pdf. Kumar, Shrawan. 1999. Biomechanics in Ergonomics. London: CRC Press Taylor &

Francis Group. Ed.

Kurniawati, Ita. 2009. Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif Terhadap Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Pabrik Proses

Lueder, Rani. 2002. Anatomical, Physiological and Health Considerations Relevant to The SwingSeat. For SmartMotion Technology, Inc.

Lueder, Rani. 2004. Ergonomics of Seated Movement, A Review of The Scientific Literature. Humanics ErgoSystems, Inc.

Marras, William S. dan Waldemar Karwowski. 2006. Fundamentals and Assesment Tools for Occupational Ergonomics. Boca Raton: CRC Press Taylor&Francis Group. Ed.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya : Tinjauan Anatomi, Fisiologi, Antropometri, Psikologi, dan Komputasi Untuk Perancangan Kerja dan Produk. Surabaya: Penerbit Guna Widya.

OSHA. 2002. Ergonomic: The Study of work. US Departement of Labor Occupational Safety and Health Administration. OSHA 3125.

Pheasant, Stephen. 2003. Body Space Anthropometry, Ergonomics and the Design of Work. London: Taylor & France. Second Edition.

Roesli, Utami. 2009. Panduan Praktis Menyusui. Cet. I. Jakarta: Pustaka Bunda. Stanton, Neville et. al. 2005. Handbook of Human Factor dan Ergonomics Methode.

London: CRC Press Taylor & Francis Group.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta:CV Sagung Seto

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan & Produktivitas. Edisi I, Cetakan I. Surakarta : UNIBA Press.

Wilson, J.R and Corlett, E.N. (eds) Evaluation of Human Work: A Practical Ergonomics Methodology. 2nd and Revisised Edition. London: Taylor&Francis.

DALAM POSISI DUDUK MENGGUNAKAN