• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Posisi Duduk Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2

METODOLOGI PENELITIAN A.Desain Penelitian

B. Gambaran Posisi Duduk Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2

Tahun Menggunakan RULA di Kelurahan Pisangan Tahun 2014

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 60,2% (50 orang) ibu menyusui lebih memilih posisi duduk tidak menggunakan kursi seperti duduk dilantai atau di atas tempat tidur. Sedangkan 19,3% (16 orang) menggunakan kursi/sofa untuk menyusuinya seperti kursi plastik yang tidak ada sandaran punggung dan tangannya atau kursi plastik yang ada sandaran punggung dan tanganya, kursi kantor, sofa, kursi makan dan sebagainya. Terakhir beberapa ibu 20,5% (17

orang) diminta untuk menggunakan kursi ergonomis yang didesain khusus untuk ibu menyusui.

Penggunaan pemilihan menggunakan kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang rendah ditandai dengan kondisi rumah di pemukiman padat penduduk. Dimana didalam rumah ibu menyusui terkadang tidak ada kursi sehingga ibu tidak punya pilihan untuk menyusui bayinya di lantai atau tempat tidur. Ibu menyusui tidak selalu menggunakan posisi duduk ada saatnya ibu menggunakan posisi tidur pada saat malam hari.

Saat ibu melakukan aktivitas menyusui dalam jangka waktu yang lama dan berulang-ulang menggunakan posisi duduk tidak selalu tegak lurus tetapi lama kelamaan duduk ibu akan merosot atau membungkuk ini sesuai dengan dikemukakan oleh Bridger (1995) umumnya seseorang tidak mampu untuk duduk dalam posisi tegak lurus dalam waktu yang lama sehingga mereka akan duduk dalam posisi yang agak sedikit merosot. Posisi duduk yang agak merosot dapat membuat jaringan lunak pada tulang punggung antara anterior dan posterior tertekan sehingga menimbulkan kesakitan.

Banyak cara untuk memposisikan ibu dan bayinya selama proses menyusui berlangsung. Sebagian melakukannya sambil duduk di kursi dengan punggung diganjal bantal dan kaki di atas bangku kecil. Sebagian lagi ibu memilih menyusui dalam posisi berbaring miring sambil merangkul bayinya. Namun, pada ibu menyusui dengan duduk tidak semua menggunakan ganjalan bantal pada punggungnya seperti ibu menyusui tidak menggunakan kursi atau

menggunakan kursi/sofa tetapi tidak ada sandaran punggungnya. Ibu menyusui juga tidak semua menggunakan kursi kecil untuk menopang kaki oleh karena itu kaki itu menggantung itu terjadi pada ibu yag menggunakan kursi/sofa yang tinggi dudukan kursi/sofanya tinggi daripada kaki ibu saat duduk di kursi/sofa. Ini tidaklah sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kristiyanasari (2009), posisi menyusui dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dengan menggunakan kursi atau sofa, punggung ibu bersandar pada sandaran kursi, dan kaki tidak boleh mengantung. Adapun cara menyusui dengan posisi duduk yaitu: 1) gunakan bantal untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu; 2) bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan dan kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu; 3) satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan; 4) perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara; 5) telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

Cara duduk yang benar di tempat duduk ibu sering mengabaikan padahal, hal ini sangatlah penting sebagai dasar pola posisi ergonomis dimana banyak aktivitas menyusui dilakukan dalam keadaan duduk. Contohnya posisi duduk ketika aktivitas menyusui yang cenderung statis dan monoton, sehingga terkadang para ibu perlu melakukan perubahan sikap dan posisi tubuhnya saat menyusui (Chamdany dalam Meilia, 2011).

Ibu menyusui yang tidak menggunakan kursi biasanya melakukan aktivitas menyusui dengan durasi yang terlalu lama dalam keadaan duduk dengan posisi yang salah karena ibu biasanya tidak bersandar atau bersandar ditembok akan menyebabkan pegal-pegal. Ini sesuai dengan pendapat Pheasant (1991), posisi duduk tidak menggunakan kursi (tanpa sandaran) menyebabkan fleksi lutut dan fleksi tulang belakang pada tungkai atas (sekitar 900 pada kedua keadaaan tersebut) Terlalu lama duduk dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot menjadi spasme dan dapat merusak jaringan lunak. Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit dalam (Hamitz, 2000).

Posisi duduk yang menggunakan kursi/sofa seharusnya duduk di atas kursi dengan alas duduk dan sandaran keras. Alas duduk dan sandaran yang ideal membentuk sudut 1000 - 1100. Tinggi alas duduk harus sesuai sehingga orang dapat duduk dengan fleksi sempurna baik pada sendi lutut dan panggul, sedangkan kaki tepat mendatar di atas lantai. Sofa merupakan tempat duduk yang ideal namun untuk jangka waktu lama akan menimbulkan nyeri akibat regangan otot-otot hamstring dan ligamentum longitudinal posterior (Judana, 1981).

Menurut Anderson (1995), posisi duduk yang menggunakan kursi ergonomis adalah posisi tulang belakang harus menyerupai posisi tulang belakang pada saat berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari samping. Posisi duduk dengan tulang punggung membentuk kurva S akan lebih baik dari sisi anotomi maupun dari sisi beban atau gaya minimum. Beban yang

tetap pada otot punggung diminimasikan melalui aktivitas otot yang akan meningkat ketika duduk dengan postur merosot ke depan.

RULA diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996).

Pengukuraan dengan metode RULA pada ibu menyusui dilakukan dengan cara observasi secara langsung pekerja atau operator saat bekerja selama beberapa siklus tugas untuk memilih tugas (task) dan postur untuk pengukuran. Alat ini memasukan skor tunggal sebagai gambaran foto dari sebuah pekerjaan, yang mana rating dari postur, besarnya gaya atau beban dan pergerakan yang diharapkan. Risiko adalah hasil perhitungan menjadi suatu nilai atau skor 1 (rendah) sampai skor tinggi (7), skor tersebut adalah dengan menggolongkan menjadi 4 level gerakan atau aksi itu memberikan sebuah indikasi dari kerangka waktu yang mana layak untuk mengekspektasi pengendalian risiko yang akan diajukan (Staton dalam Ikrimah 2010).

Metode RULA dipilih karena ibu menyusui berada pada posisi statis dalam waktu yang lama dalam sekali menyusui dan mengakibatkan pembebanan fisik pada postur tubuh bagian atas seperti leher, bahu, tangan, dan punggung

dikarenakan beban bayi yang ibu bawa. Oleh karena itu, sangat cocok untuk menilai postur tubuh ibu menyusui dalam menggunakan posisi duduk menggunakan kursi ergonomis, kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi karena ibu menyusui pada posisi yang statis selama 30-60 menit dalam sekali menyusui dan pembebanan postur tubuh lebih banyak terjadi pada tangan, leher, bahu, dan punggung.

Berdasarkan hasil skor RULA yang menggunakan kursi ergonomis telah

dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 6 dengan level risiko

sedang yang dimana harus ada tindakan dalam waktu dekat yang diambil ibu untuk

memperbaiki postur duduknya. Berdasarkan hasil skor RULA yang menggunakan

kursi/sofa telah dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 7 dengan level risiko tinggi. Berdasarkan hasil skor RULA yang tidak menggunakan kursi telah dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 7 dengan level risiko tinggi.

Pada hasil skor RULA menggunakan kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi sama-sama mendapatkan level risiko 7 yang dimana level tersebut tinggi dengan harus mengambil tindakan sekarang juga. Berarti ibu harus memperbaiki postur tubuhnya sekarang juga dan harus menambahkan ganjalan bantal pada punggung supaya posisi tulang belakang menyerupai posisi tulang belakang pada saat berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari samping itu sesuai dengan pendapat Anderson (1995), posisi duduk yang menggunakan kursi ergonomis adalah posisi tulang belakang harus menyerupai posisi tulang belakang pada saat berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari

samping. Posisi duduk juga yang menggunakan kursi/sofa seharusnya duduk di atas kursi dengan alas duduk dan sandaran keras. Menurut Judana (1981), alas duduk dan sandaran yang ideal membentuk susut 1000 - 1100

C. Gambaran Postur Tubuh Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan