• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Gambaran Industri Perbankan 4.1.1. Sejarah Perbankan

Sejarah dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Oleh karena itu bank dikenal sebagai tempat menukar uang atau sebagai meja tempat menukarkan uang. Dalam sejarah, para pedagang dari berbagai kerajaan melakukan transaksi dengan menukarkan uang dengan mata uang kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran uang ini dikenal dengan perdagangan valuta asing. Dalam perkembangan selanjutnya kegiatan operasional perbankan bertambah lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan.

Kemudian kegiatan perbankan berkembang dengan kegiatan peminjaman uang dengan cara uang yang semula disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju ataupun negara berkembang. Dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern baik dari segi ragam produk, kualitas pelayanan, dan teknologi yang dimiliki. Perbankan semakin mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara.

4.1.2. Krisis Perbankan Indonesia

Berbagai krisis yang terjadi di bidang perbankan dan melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, diawali dengan terjadinya krisis moneter sebagai akibat dari jatuhnya nilai rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika Serikat. Penurunan ini kemudian diikuti dengan penutupan atau likuidasi 16 bank swasta nasional. Kepercayaan masyarakat terhadap rupiah dan perbankan mulai hilang. Penarikan dana secara besar-besaran telah mengakibatkan bank-bank swasta mengalami kesulitan likuiditas yang sangat parah dan tidak bisa diatasi. Kesulitan tersebut baru dapat diatasi dengan bantuan dari Bank Indonesia berupa bantuan likuiditas yang dikenal dengan istilah BLBI. Selain melikuidasi 16 bank swasta nasional, pemerintah juga membekukan kegiatan operasi tujuh bank swasta, dan mengambil alih manajemen bank swasta nasional.

Dalam menghadapi krisis perbankan ini, BRI dinilai termasuk bank yang cukup tangguh menjalaninya. Imbas krisis terhadap kinerja BRI tidak separah yang dialami bank-bank lain. Selama krisis BRI tidak pernah mengalami krisis likuiditas dan karena itu kepercayaan nasabah tetap terjaga. Bisnis mikro yang dikelola BRI juga merupakan penyangga dalam keadaan krisis. Kekuatan utama yang dimiliki dalam bisnis mikro adalah luasnya jaringan, tata kerja yang sederhana serta ramping, dan SDM yang terlatih. Jaringan kerja bisnis mikro ditopang oleh tidak kurang dari 4.050 kantor BRI Unit. BRI Unit ini merupakan gugus usaha yang otonom dengan sistem tata kerja yang ramping dan sederhana. Demikian halnya dengan BRI Unit Mangunreja, kesederhanaan tidak hanya tercermin dari fisik kantor tetapi juga dalam produk dan prosedur kerja. Selain krisis, berbagai tantangan internal dan eksternal juga harus dihadapi oleh industri perbankan dalam era globalisasi ini.

Tantangan internal yang dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia dalam menghadapi era globalisasi adalah sebagai berikut : (1) Lemahnya struktur modal bank-bank nasional. Modal yang disetor bank-bank nasional relatif lebih sedikit dibandingkan modal yang disetor bank-bank asing, (2) Rendahnya kualitas aset perbankan nasional. Rendahnya kualitas aset ini meliputi aset peralatan yang dicerminkan oleh tingkat implementasi teknologi yang masih rendah dalam operasionalisasi perbankan, dan rendahnya kualitas aset sumber daya manusia. Kualitas SDM merupakan hal yang penting karena sangat menentukan dalam keberhasilan implementasi teknologi, misalnya dalam kasus pengoperasian ATM, suatu mesin yang dapat melayani nasabah bank dalam hal penarikan dan penyetoran uang tunai selama 24 jam penuh, (3) Manajemen dana bank yang tidak profesional. Manajemen dana bank yang tidak profesional masih merupakan kendala dan hambatan bagi suatu bank untuk meningkatkan efisiensi alokasi kredit, (4) Inefisiensi dalam alokasi kredit. Inefisiensi dalam alokasi kredit dapat terjadi karena kelompok-kelompok perusahaan yang besar cenderung mendirikan bank-bank sendiri untuk melayani kepentingan-kepentingan perusahaan- perusahaan dalam kelompoknya dan merupakan fenomena yang terjadi di negara kita.

Tantangan eksternal yang dihadapi perbankan di Indonesia dalam menghadapi era globalisasi adalah sebagai berikut : (1) Kondisi sektor riil yang tidak mendukung. Kondisi ini terjadi akibat banyaknya distorsi usaha dan distorsi pasar. Distorsi usaha terutama bersumber dari banyaknya pungutan-pungutan, prosedur perizinan yang berbelit-belit dan bermuara pada tingginya overhead cost perusahaan, (2) Kebijakan pemerintah yang kurang akomodatif. Kebijakan pemerintah dinilai kurang akomodatif terhadap implementasi teknologi di sektor perbankan. Hal ini terlihat dari peraturan-peraturan perbankan yang dibuat pemerintah yang pada umumnya mengacu pada standar operasional bank yang kurang mengantisipasi perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat berkembang, seperti adanya surat elektronik, sistem jaringan informasi yang on line. Perkembangan teknologi yang cepat mendorong lahirnya produk-produk bermuatan teknologi canggih seperti ATM. Semua produk jasa berteknologi canggih ini memerlukan sesuatu peraturan yang baru untuk mengatur dan melindungi nasabah sebagai konsumen jasa dan pihak bank sebagai penyelenggara jasa.

4.2. Gambaran PT BRI (Persero) Tbk 4.2.1. Sejarah BRI

Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulpen Spaarbank der Indilasche Hoofden atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi), pada tanggal 16 Desember 1895. Memasuki masa kemerdekaan, Pemerintah RI secara resmi mengambil alih BRI berdasarkan Peraturan Pemerintah No.1 tahun 1946 Pasal 1 yang menyebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Pada tahun 1948 kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu karena adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan, dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada tahun 1960, Pemerintah mengeluarkan PERPU No.41 tentang pembentukan Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan, dan Nederlandsche Maatschappij (NHM).

Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No.9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No.17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia Unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia Unit II bidang Ekspor Impor (Exim). Berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 1967 tentang Undang-Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No.13 tahun 1968 tentang Undang-Undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II bidang Rural dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia.

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No.21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai Bank Umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100 persen ditangan Pemerintah. PT BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pada pelayanan masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp 8.231,1 milyar pada tahun 1995, dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp 20.466 milyar.

4.2.2. Visi dan Misi BRI

Visi BRI yaitu menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Untuk mewujudkan visi tersebut, BRI menetapkan tiga misi yang harus dilaksanakan, yaitu :

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

4.2.3. Tujuan BRI

Dalam upaya mencapai misi tersebut dan dengan menjunjung tinggi serta berpegang teguh pada kejujuran, integritas, dan kepercayaan, BRI menetapkan beberapa tujuan, antara lain:

1. Memberikan pelayanan dan kualitas terbaik dengan nilai tambah yang wajar (maksimal) demi terpeliharanya hubungan kemitraan dengan nasabah secara berkesinambungan.

2. Menjadi persero yang sehat dengan mematuhi segala peraturan dan perundang- undangan yang berlaku, berperan serta dalam meningkatkan mutu industri perbankan di Indonesia.

3. Memberikan kontribusi kepada masyarakat (setempat) untuk pembangunan ekonomi maupun sosial, dengan menyisihkan sebagian dari hasil usaha yang diperoleh.

4.2.4. Struktur Organisasi BRI Unit

Organisasi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sehingga harus pasti dan fleksibel. Untuk mencapai tujuan yang baik dan telah ditetapkan itu, maka BRI perlu diberi landasan kewenangan yang kuat. BRI Unit sebagai profit center dan unit kerja yang terpisah dari cabangnya dipimpin oleh seorang Kepala BRI Unit atau KaUnit, yang dibantu oleh seorang Mantri (Account Officer), Unit Pelayanan Nasabah, dan Teller. Formasi minimal dari organisasi BRI Unit adalah 4 orang pegawai, dan dapat bertambah sesuai ketentuan rasio beban kerja dan jangkauan wilayah kerjanya. Di dalam BRI sendiri karakter pekerja yang mengelola bisnis mikro memiliki kultur yang sedikit berbeda dibandingkan pekerja lainnya. Kunci sukses bisnis mikro yang utama adalah SDM yang dilatih khusus untuk mengelola bisnis perbankan di pedesaan. Mereka tidak hanya dilatih dalam hal keterampilan teknis perbankan, tetapi juga mengenai pemahaman karakter sosial di lingkungan sekitar

unit sehingga praktis pekerja unit bisa berbaur secara utuh dengan masyarakat yang dilayaninya.

4.2.5. Produk Simpanan dan Kredit Mikro BRI Unit Mangunreja

1) Produk simpanan BRI Unit Mangunreja terdiri dari : Deposito dan Tabungan. a) Deposito. Depobri Rupiah adalah Deposito Bank Rakyat Indonesia dalam

bentuk mata uang rupiah. Depobri Rupiah memberikan kenyamanan dalam investasi dana. Nasabah dapat leluasa memilih jangka waktu Depobri, mulai dari satu sampai tiga bulan, setengah tahun, satu sampai dua tahun. Saat jatuh tempo, nasabah juga dapat menikmati bunga secara tunai atau diinvestasikan kembali ke dalam pokok deposito atau ditransfer ke rekening yang dikehendaki.

b) Tabungan, terdiri dari :

(1) Tabungan Simpedes BRI, adalah simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan dengan mata uang rupiah yang dapat dilayani di Kantor Cabang Khusus, Kanca, KCP, BRI Unit, yang penyetoran dan pengambilannya tidak dibatasi baik frekuensi maupun jumlahnya sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku. Simpedes dilayani di lebih dari 4000 kantor BRI Unit yang tersebar di berbagai kecamatan dan kabupaten di seluruh Indonesia, sehingga selalu dekat dengan nasabah. Pasar sasaran Simpedes : (1) Nasabah perorangan (Individual), (2) Nasabah non perorangan yang meliputi Perusahaan (Badan Hukum/Badan Non Hukum), Koperasi, Yayasan, Badan/Lembaga Pemerintah, Badan Usaha lainnya kecuali bank,

(2) Britama, merupakan jenis tabungan yang penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dan menurut kesepakatan antara kedua belah pihak. Produk Tabungan Britama ini telah dilengkapi dengan fasilitas ATM (Anjungan Tunai Mandiri) sehingga nasabah dapat dengan mudah melakukan penarikan di setiap mesin ATM BRI tanpa dibatasi oleh waktu, antrian panjang, dan bersifat on line. Britama memberikan suatu asuransi bagi pemilik rekeningnya.

2) Kredit Mikro. Kupedes adalah kredit UMKM dengan nilai antara Rp 5 - Rp 50 juta. Mikro Kupedes adalah suatu fasilitas kredit yang disediakan oleh BRI

Unit (bukan oleh Kantor Cabang BRI atau bank lain), untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang layak.

4.2.6. Simpedes

BRI Unit sebagai salah satu unit kerja terdepan yang ada di BRI, sejak tahun 1986 berupaya memobilisasi dana dari masyarakat bagi kepentingan likuiditasnya melalui Simpedes. Saat ini manfaat/keuntungan yang dapat dinikmati oleh nasabah Simpedes antara lain :

1. Kemudahan bertransaksi dengan adanya pogram BRI Unit on line di BRI Unit, KCP, dan Kanca BRI,

2. Penyetoran. Setoran awal minimal pada saat pembukaan rekening Simpedes ditetapkan sebesar Rp 100.000. Untuk setoran tunai selanjutnya minimal Rp 50.000 dan tidak dibatasi jumlah maksimalnya.

3. Penarikan. Penarikan tunai dapat dilakukan setiap saat dan tidak dibatasi jumlah maupun frekuensinya, sepanjang memenuhi ketentuan saldo minimal yang harus disisakan, yaitu sebesar Rp 50.000.

4. Informasi Saldo. Informasi saldo pada masing-masing rekening Simpedes pada dasarnya telah tercatat pada masing-masing buku tabungan. Apabila terdapat transaksi yang belum tercatat pada buku tabungan, maka nasabah dapat meminta pencetakan buku saldo pada tabungan atau meminta salinan rekening koran kepada petugas BRI Unit.

5. Bunga. Bunga Tabungan Simpedes adalah penambahan saldo terhadap rekening Tabungan Simpedes berdasarkan suku bunga yang berlaku. Suku bunga Simpedes ditetapkan sesuai dengan ketentuan Kantor Pusat BRI (para Dewan Direksi), kemudian diedarkan oleh Kantor Cabang BRI melalui surat edaran dan dihitung secara otomatis oleh sistem.

6. Kartu ATM yang dapat digunakan nasabah untuk melakukan penarikan tunai atas rekening tabungan di ATM BRI, seluruh ATM yang berlogo Link, dan seluruh ATM yang berlogo ATM Bersama.

7. Hadiah/undian Simpedes. Pemilik Tabungan Simpedes BRI yang memenuhi syarat akan diikutsertakan dalam undian Simpedes yang dilaksanakan 4 kali dalam setahun, masing-masing 2 kali di tingkat kantor cabang dan 2 kali di tingkat kantor wilayah, serta di Kantor Pusat BRI.

(a) Undian di tingkat kantor cabang: (1) Diselenggarakan 2 kali dalam setahun, (2) Penabung yang diikutkan dalam undian adalah penabung yang saldo terendahnya mencapai Rp 100.000, (3) Pemberian nomor undian dihitung berdasarkan kelipatan Rp 100.000 dari saldo terendah dalam satu bulan terakhir, (4) Hadiah diberikan dalam bentuk barang, dan (5) Pajak undian ditanggung BRI.

(b) Undian di tingkat kantor wilayah (regional) : (1) Diselenggarakan 2 kali dalam setahun, (2) Penabung yang diikutkan dalam undian adalah penabung yang saldo terendahnya mencapai Rp 1.000.000, (3) Pemberian nomor undian dihitung berdasarkan kelipatan Rp 1.000.000 dari saldo terendah dalam satu bulan terakhir, (4) Hadiah diberikan dalam bentuk uang, dan (5) Pajak undian ditanggung pemenang.

(c) Di pusat. Undian tingkat nasional adalah untuk seluruh nasabah yang memiliki saldo Rp 1.000.000 dan kelipatannya, dilaksanakan sekali dalam setahun. Undian Simpedes di Kantor Pusat BRI Jakarta ini merupakan rangkaian undian Simpedes yang telah dilaksanakan di tingkat kantor cabang dan kantor wilayah.

Sebagai wujud apresiasi dan terima kasih BRI kepada masyarakat pedesaan yang selama ini telah menjadi nasabah setia Tabungan Simpedes sehingga Tabungan Simpedes menjadi tabungan yang melegenda di pedesaan, BRI meluncurkan program khusus untuk rakyat pedesaan yang diberi nama Pesta Rakyat Simpedes (PRS). PRS diselenggarakan tanggal 12 Juli sampai 31 Agustus 2008 di 282 wilayah kerja Kantor Cabang BRI.

8. Phone Banking, yaitu layanan transaksi perbankan melalui telepon yang diberikan khusus kepada pemilik Tabungan Simpedes BRI yang memiliki BRI Card, yaitu kartu ATM (Classic, Gold, dan Platinum) yang dapat dipergunakan untuk transaksi di jaringan ATM maupun berbelanja di merchant.

9. SMS Banking, yaitu layanan transaksi perbankan melalui sms ke 3300 khusus bagi pemilik Tabungan Simpedes BRI yang memiliki BRI Card (kartu ATM). 10. Fasilitas lainnya. Simpedes menyediakan fasilitas untuk pembayaran tagihan

kemudahan berbelanja dengan menggunakan kartu ATM sebagai kartu debit di merchant yang berlogo Maestro/Master Card.

11. Bisa dipergunakan sebagai jaminan kredit bank sesuai ketentuan.

12. Adanya fasilitas Standing Instruction (Transfer Dana Otomatis), yaitu : a) Automatic Funds Transfer (AFT). Adalah fasilitas transfer dana otomatis dari Tabungan Simpedes BRI ke rekening lainnya di BRI pada tanggal dan jumlah tertentu yang ditetapkan oleh nasabah, b) Account Sweep. Adalah fasilitas transfer dana otomatis dari Tabungan Simpedes BRI ke rekening lainnya di BRI dengan terlebih dahulu di-setup saldo minimal dan maksimalnya dan dapat digunakan untuk mem-backup rekening giro secara otomatis, c) Automatic Grab Fund (AGF). Adalah fasilitas menarik (mendebet) otomatis dari rekening Simpedes BRI untuk rekening lainnya di BRI, biasanya untuk kepentingan angsuran pinjaman.

4.3. Karakteristik Nasabah

Nasabah adalah orang yang menjadi pelanggan bank yang mempunyai rekening simpanan dan pinjaman. Karakteristik nasabah perlu diketahui untuk melakukan segmentasi dan mengetahui kebutuhan dan keinginan mereka. Dengan mengetahui karakteristik nasabah tersebut, pihak bank juga akan lebih mudah dalam menerapkan strategi untuk meningkatkan kepuasan nasabahnya. Aspek demografi yang diteliti dari nasabah adalah : jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pengeluaran. Selain itu diteliti juga aspek geografinya, yaitu jarak antara tempat tinggal nasabah dengan bank.

a) Jenis Kelamin

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja adalah perempuan (51,5%). Adapun nasabah laki-laki memiliki persentase 48,5%. Selisih jumlah keduanya sangat kecil karena pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk menabung, tetapi karena perempuan lebih berhati-hati dalam menggunakan uang dan memilih menabungkan uangnya di bank maka hal ini menyebabkan nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja didominasi oleh nasabah perempuan.

Gambar 5. Penyebaran Nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja Berdasarkan Jenis Kelamin, 2009

b) Usia

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa nasabah BRI Unit Mangunreja didominasi oleh usia 26 tahun sampai 45 tahun (54,7%), dan nasabah berusia lebih dari 45 tahun (34%). Usia 26 sampai 40 tahun adalah usia dimana seseorang sedang aktif bekerja dan mengembangkan karir (usia produktif), serta berpikir ke depan sehingga menabung sudah menjadi hal yang cukup penting.

Gambar 6. Penyebaran Nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja Berdasarkan Usia, 2009

b) Pekerjaan

Dari Gambar 7 dapat disimpulkan bahwa nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja sebagian besar memiliki pekerjaan wiraswasta (24,7%), ibu rumah tangga (24,7%), dan pegawai negeri (21,6%). Jenis pekerjaan yang dimiliki

48,5% 51,5% Laki-laki Perempuan 11,3% 54,7% 34% 5 tahun 26-45 tahun > 45 tahun

seseorang bisa berpengaruh pada tingkat pendapatan yang ia peroleh sehingga berpengaruh pula pada besarnya bagian pendapatan yang tersisa untuk ia tabungkan setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Gambar 7. Penyebaran Nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja

Berdasarkan Pekerjaan, 2009 d) Pendidikan

Simpedes adalah produk tabungan yang memang ditujukan untuk masyarakat pedesaan yang sebenarnya tidak hanya terdiri dari golongan petani saja, tetapi juga berbagai jenis pekerjaan lain, berbagai golongan pendapatan, dan berbagai jenis tingkatan pendidikan.

Gambar 8. Penyebaran Nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja Berdasarkan Pendidikan, 2009 2,1% 21,6% 5,2% 24,7% 24,7% 5,2% 16,5% Pelajar/mahasiswa Pegawai negeri Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga Pensiunan Lainnya 18,6% 11,3% 42,3% 18,6% 9,3% SD SMP SMA Diploma Sarjana

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA (42,3%), SD (18,6%), dan Diploma (18,6%).

e) Jarak

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa jarak antara rumah/tempat kerja nasabah dengan bank sebagian besarnya adalah 1 km sampai 2 km (29,9%), 2 km sampai 3 km (28,9%), dan kurang dari 1 km (25,8%). Jika jarak rumah/tempat kerja nasabah terhadap bank sangat jauh, nasabah terkadang merasa malas untuk menabung di bank tersebut. Dengan pertimbangan kepraktisan transportasi, maka nasabah lebih memilih bank yang dekat.

Gambar 9. Penyebaran Nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal ke BRI, 2009

f) Pendapatan

Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja memiliki pendapatan Rp 500.000 ke bawah (25,8%), dan Rp 500.001 sampai Rp 1.000.000 (24,7%). Karena sebagian besar nasabah memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta dan ibu rumah tangga, maka pendapatan yang mereka peroleh pun tidak begitu besar. Tingkat pendapatan ini memang berpengaruh pada jumlah dan frekuensi menabung, tetapi jumlah pendapatan yang besar tidak menjamin seseorang untuk menabungkan uangnya dalam jumlah yang lebih besar.

25,8% 29,9% 28,9% 11,3%4,1% < 1 km 1-2 km 2-3 km 3-4 km 4-5 km

Gambar 10. Penyebaran Nasabah Simpedes BRI Unit Mangureja Berdasarkan Pendapatan, 2009

g) Pengeluaran

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nasabah Simpedes BRI Unit Mangunreja memiliki pengeluaran Rp 500.000 ke bawah (35,1%), dan 24,7% memiliki pengeluaran berkisar antara Rp 500.001 sampai Rp 1.000.000. Pengeluaran ini dipengaruhi oleh jumlah pendapatan yang diperoleh, dan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.

Gambar 11. Penyebaran Nasabah Simpedes BRI Unit Mangureja Berdasarkan Pengeluaran, 2009 35,1% 24,7% 15,5% 14,4% 8,2% 2,1% Rp 5 . Rp 501.000-1.000.000 Rp 1000.001-1.500.000 Rp 1.500.001-2.000.000 Rp 2.000.001-2.500.000 Rp .5 . 25,8% 24,7% 13,4% 13,4% 7,2% 15,5% Rp 5 . Rp 501.000-1.000.000 Rp 1000.001-1.500.000 Rp 1.500.001-2.000.000 Rp 2.000.001-2.500.000 Rp .5 .

Dokumen terkait