• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk Mendapatkan Layanan Kesehatan di Pusat

Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina

Pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling pengaruh mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu yang berbeda-beda, pikiran atau perasaan atau keinginan biasa lebih dominan. Pengetahuan seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam memanfaatkan layanan kesehatan menggunakan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan bagi para pekerja di suatu perusahaan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan responden terhadap BPJS Ketegakerjaanuntuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang sudah dianggap baik yaitu sebagian besar responden yakni sebanyak 39 orang responden (65%) sudah mengetahui bahwa layanan kesehatan yang bisa menggunakan kartu BPJS Ketnagakerjaan ialah periksa kehamilan, berobat jalan, dan kasus sakit gawat, kemudian sebanyak darurat dan 36 orang responden (60%) sudah mengetahui

Universitas Sumatera Utara bahwa pelayanan kesehatan tingkat dua/lanjutan menurut BPJS Ketenagakerjaan adalah rumah sakit, dan sebanyak 31 responden (51,7%) sudah mengetahui bahwa kepanjangan dari BPJS adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Sedangkan pengetahuan responden terhadap BPJS Ketegakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan yaitu bahwa hanya 16 orang responden (26,7%) yang sudah mengetahui bahwa tujuan program dari BPJS adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mempermudah akses layanan kesehatan, serta peserta BPJS yang berhak menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah fakir miskin dan orang tak mampu, kemudian hanya ada sebanyak 15 orang responden (20%) yang sudah mengetahui bahwa peserta BPJS yang bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau mandiri adalah PNS, TNI/ Polri, Karyawan perusahaan swasta, dan wiraswasta, dan hanya ada sebanyak 10 orang responden (16,7%) yang sudah mengetahui bahwa pasien peserta BPJS Ketenagakerjaan jika pertama kali ingin melakukan pengobatan (pelayanan kesehatan tingkat pertama/dasar untuk kasus sakit yang bukan gawat darurat seharusnya pergi keFasilitas penyedia layanan kesehatan, Klinik Praktek Dokter/Bidan yang bekerja sama dengan BPJS.

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 27 orang responden (45%) memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan BPJS Ketagkerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina dalam kategori yang cukup baik, kemudian 17 orang responden (28,3%) memiliki

67

Universitas Sumatera Utara pengetahuan terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang baik, dan 16 orang responden (26,7%) memiliki pengetahuan terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang masih kurang baik.

Terdapat beberapa hal yang memengaruhi pengetahuan individu terhadap sesuatu hal seperti sumber informasi yang didapatkan, intensitas pemberian informasi dan tingkat pendidikan. Menurut Irmayati (2013), tingkat pendidikan dapat memengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi suatu masalah (Hutasoit, 2006). Redding et al (2010) yang dikutip oleh Anggraeni (2010) menyatakan faktor pengubah seperti tingkat pendidikan dipercayai mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap perilaku dengan cara memengaruhi persepsi individu. Individu dengan pendidikan tinggi, cenderung memiliki perhatian yang besar terhadap kesehatannya sehingga jika individu tersebut mengalami gangguan kesehatan maka ia akan segera mencari pelayanan kesehatan. Hal ini didukung oleh Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak sama pemahamannya dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki. Secara umum, pengetahuan yang baik akan memunculkan sikap yang baik dan mengaplikasikannya dalam tindakan. Semakin tinggi pengetahuan seseorang

Universitas Sumatera Utara terhadap kesehatan, semakin tinggi kesadaran orang tersebut dalam menjaga kesehatannya.

Tingkat pengetahuan peserta BPJS Ketenagakerjaan pada dimensi ini memang disebabkan karena kemampuan dan pengetahuan petugas kesehatan di failitas penyedia jasa layanan kesehatan untuk menjawab setiap pertanyaan peserta sehingga dapat memberikan pelayanan yang menimbulkan rasa aman dan percaya. Hal ini tentu sangat membantu peserta, mengingat masih banyaknya peserta yang tampak bingung atau tidak paham dengan prosedur pendaftaran dan pemanfaatan kartu BPJS Ketenagakerjaan maupun kebijakan mengenai kepesertaan. Bebrapa responden menyatakan bahwa informasi yang mereka terima dari petugas kadang tidak sama antara petugas yang satu dengan petugas lainnya. Hal yang juga menentukan dalam kualitas pelayanan kesehatan adalah service excellent, yaitu sikap atau cara petugas dalam melayani serta memuaskan pelanggan. Petugas harus memiliki kemampuan atau keterampilan tertentu, berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah dan sopan serta mampu berkomunikasi dengan baik dan memiliki kemampuan menangani keluhan pelanggan secara profesional.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Rahman (2015) yang menyatakan bahwa intensitas pemberian informasi yang mencukupi mengenai akses serta proses pelayanan jaminan kesehatan dengan BPJS memiliki hubungan yang signifikan dengan kemauan dan kemampuan pasien untuk menggunakan BPJS dalam memperolah layanan kesehatan. Semakin baik informasi yang diberikan kepada pasien maka pasien cenderung akan mau datang berobat secara berulang menggunakan BPJS.

69

Universitas Sumatera Utara Hal serupa juga disampaikan oleh hasil penelitian yang dilaksanakan oleh oleh Girma dkk (2014) mengenai pemanfaatan layanan BPJS di fasilitas penyedia layanan kesehatan Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado menunjukkan bahwa pada bahwa 52,8% responden yang menjadi subyek penelitian sebenarnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga menjadi faktor yang menguntungkan untuk diberikan pengetahuan tentang manfaat dan layanan BPJS, namun ternyata masih terdapat 65% responden yang tidak memanfaatkan layanan kesehatan dengan BPJS di fasilitas kesehatan. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden dengan tingkat pemanfaatan layanan kesehatan sebagai peserta BPJS, responden yang memiliki pengetahuan yang baik diketahui 3,4 kali lebih baik dalam memanfaatan status kepesrtaannya sebagai peserta BPJS untu mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas penyedia jasa layanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS. Pengetahuan atau informasi yang telah didapat diharapkan akan memberikan motivasi untuk dapat menentukan layanan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.

5.2 Gambaran Sikap Responden terhadap terhadap Pemanfaatan BPJS