• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Perusahaan .1 Sejarah Perusahaan Chicken Holic .1 Sejarah Perusahaan Chicken Holic

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan .1 Sejarah Perusahaan Chicken Holic .1 Sejarah Perusahaan Chicken Holic

Lovely Christan (22) dan Dony Chandra (27). Dalam waktu kurang dari dua tahun, mereka mampu melebarkan sayap bisnis Chicken Holic ke hampir semua kabupaten kota di Sumatera Utara. Akhir tahun lalu, mereka terpilih sebagai penerima penghargaan Young & Rise Entrepreneur untuk kategori merek kuliner lokal dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Medan dan Universitas Prima Indonesia (Unpri) karena dianggap telah berpartisipasi membantu mengembangkan dunia usaha di kota Medan.

Chicken Holic merupakan gerai yang menawarkan street snack makanan

berbahan dasar daging ayam utuh yang digoreng dengan sajian aneka rasa bumbu. Saat ini sudah ada 30 gerai Chicken Holic, sebagian besar di pusat perbelanjaan modern di Sumatera Utara. Sisanya di pusat keramaian seperti sekolah favorit atau kawasan perumahan. Tahun 2016, Chicken Holic membuka gerai baru di Pekanbaru.

Sejak awal ingin memulai bisnis kuliner, mereka sudah menargetkan ayam sebagai bahan baku menu makanan yang akan dijual. Sasaran pasar Chicken

Holic adalah anak-anak dan remaja. Memilih ayam karena ayam merupakan

makanan yang sudah sangat familiar yang semua kalangan suka, mulai anak– anak, remaja hingga dewasa. Hampir semua menu jajanan berbahan baku ayam

laris manis, entah itu ayam goreng di restoran sampai pinggir jalan. Bahan baku ayam juga mudah diperoleh, tak butuh musim dan selalu tersedia. Tapi Chicken

Holic tak mau dicap sebagai follower, jadi mereka harus menciptakan menu baru

yang lebih kreatif, maka disebutlah dengan Chicken Holic.

Mengambil nama Chicken Holic karena terinspirasi dari para fans-fans artis yang mencomot kata holic sebagai orang yang sangat fanatik. Selain itu, tentu saja karena mudah diingat. Jadi, Chicken Holic itu berarti orang yang sangat ngefans sama ayam produk mereka. Pasarnya Chicken Holic adalah anak-anak dan remaja, karena remaja dan anak-anak, masuk kategori konsumen loyal.

Tentu saja, untuk bisa mengembangkan gerai Chicken Holic hingga seperti sekarang ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Awal mereka merintis bisnis ini, dimana kedua orangtuanya tidak setuju. Alasannya karena terpaut usia yang masih sangat muda dan belum pernah menggeluti bisnis kuliner. Tapi tekad kedua pasangan ini sudah bulat.

Dulu, mereka ingin membuka bisnis travel, tetapi setelah dilihat prospeknya, sekarang ini sudah tidak menguntungkan lagi. Selain karena keuntungannya kecil, mungkin hanya sekitar Rp50.000 per ticket, modalnya juga besar. Dan parahnya lagi, banyak yang bayar belakangan alias hutang. Itu sebab mereka memutuskan beralih ke usaha kuliner.

Tekad mereka semakin bulat saat orang-orang di sekeliling mulai meragukan kemampuan mereka dalam berbisnis. Bagaimana tidak, mereka

memang tidak punya skill untuk memasak. Keluarga juga sama sekali tidak punya

background di bisnis kuliner. Niat mereka ditentang karena khawatir gagal,

apalagi jika modal yang dipakai besar. Untuk menemukan cita rasa yang sesuai dengan selera khas anak muda Medan butuh berkalikali eksperimen. Para tetangga dan orang terdekatlah yang menjadi tim penilai masakan hasil eksprimen tersebut. Ditambah dukungan seorang teman yang bersedia mensupply aneka racikan bumbu, mereka semakin bersemangat.

Untuk pertama kalinya, November 2014, Chicken Holic pertama berada di kawasan Asia Mega Mas, Medan. Agar bisa menarik perhatian konsumen,

Chicken Holic dikemas dalam kemasan yang menarik. Varian rasanya pun dibuat

dalam aneka rasa, mulai dari barbeque, keju, dan lainlain dengan tingkat kepedasan yang bervariasi. Chicken Holic memiliki lima level kepedasan, dari yang tidak pedas sampai sangat pedas.

Respons masyarakat cukup baik, empat bulan kemudian gerai Chicken

Holic yang kedua dibuka. Lokasinya tak jauh dari gerai pertama. Hingga awal

tahun 2016 jumlah gerai Chicken Holic terus bertambah dan menyebar di kabupaten kota di wilayah Sumatera Utara. Produksi Chicken Holic bisa mencapai 150kg daging ayam per hari. Saat ini, telah ada inovasi baru dari

Chicken Holic, yaitu Big Bite topping mozzarella dengan harga Rp 33.000,- untuk

harga dengan rasa yang lainnya yaitu Rp 18.000,- dan Rp 23.000,-

Antusiasme masyarakat Medan, khususnya remaja dan anak-anak sangat luar biasa. Maka dari itu, Chicken Holic terus membuka cabang. Ada di Binjai,

Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Kisaran, dan yang paling banyak tentu saja di Medan. Ide membuat bisnis Chicken Holic ini dimula dari hobi keduanya (Lovely dan Donny) yaitu traveling. Dimana, setiap kali melakukan traveling, mereka selalu membahas gerai-gerai jajanan pasar yang dijumpai, baik itu perjalanan luar negeri maupun dalam negeri.

Kecanggihan teknologi komunkasi, seperti ojek online dan media sosial, merupakan satu hal yang tak bisa dilepaskan perannya bagi tumbuh kembang bisnis yang telah dirintis. Chicken Holic memang sangat merasakan andil kedua fitur ini. Untuk melakukan promosi produk, mereka aktif di Instagram dan food

blogger. Setiap kali ada produk baru dan promosi, diinformasikan melalui

Instagram dan food blogger. Cara ini ternyata sangat efektif. Responsnya selalu baik dan banyak warga yang antusias.

Begitupun dengan ojek online. Omzet Chicken Holic meningkat drastis sejak ada jasa ojek online di Medan. Mereka sangat terbantu oleh ojek online, karena konsumen yang malas keluar tapi pengin ngemil Chicken Holic tidak perlu ke luar rumah untuk bisa nikmati Chicken Holic, hanya perlu order pakai ojek

online saja. Mereka tak pernah menganggap karyawan sebagai bawahan yang

levelnya lebih rendah. Sebaliknya, mereka menganggap karyawan sebagai mitra yang berperan banyak dalam membangun bisnis yang sedang dijalani.

Tanpa karyawan, usaha yang digeluti ini pasti tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Karyawan adalah mitra dalam membangun kepercayaan diri

yang dihasilkan. Karyawan yang baik tentu akan menghasilkan produk yang baik pula. Karyawan bisa berlaku baik jika mereka mendapat perlakuan yang baik pula. Tidak hanya dianggap sebagai pekerja, namun sebaliknya para karyawan harus dianggap sebagai mitra.

Jadi, memang harus ada kerja sama yang baik, yang prinsipnya saling menguntungkan dan saling membutuhkan. Mereka butuh karyawan dan karyawan butuh mereka. Sehingga akan tercipta loyalitas antara keduanya, termasuk loyalitas dalam pemberian ide, kritik, dan juga saran. Meskipun mereka belum puas dengan apa yang sudah kami capai, namun mereka sangat bersyukur dengan keadaan yang sekarang ini. Paling tidak mereka berdua telah mampu merekrut tenaga kerja yang lumayan besar jumlahnya. Di tiap gerai, minimal dua orang pekerja, bahkan untuk yang lokasinya di pusat perbelanjaan ada tiga orang. Itu masih bagian pemasaran, belum lagi untuk bagian produksi.

Mereka mengaku ketagihan akan bisnis kuliner karena bisnis kuliner duplikasinya sangat cepat. Mereka masih focus untuk membuat Chicken Holic mampu go nasional, menyebar dikota-kota besar di Indonesia. Saat ini mereka tengah memantapkan sistem manajemen, termasuk memperbaiki system manajemennya yang lebih baik lagi agar kedepannya lebih siap untuk mencapai

4.1.2 Daftar Menu Produk Chicken Holic

Gambar 4.1 Daftar Menu Produk Chicken Holic Sumber : Instagram/ChickenHolic