• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Gambaran Umum Sepeda Motor

Pada umumnya semua jenis sepeda motor hampir mempunyai kesamaan, baik dalam segi model maupun sistem kerja mesin. Namun masing-masing sepeda motor tersebut mempunyai karakter masing-masing. Karakter inilah yang akan membedakan macam-macam sepeda motor tersebut.

Begitu juga dengan sepeda motor Hokaido dan Sanex. Sepeda motor ini mempunyai karakter yang istimewa baik dalam segi kualitas, model, bentuk, maupun sistem kerja mesin. Model dan bentuk sepeda motor ini bermacam-macam dengan kombinasi warna yang menarik. Sedangkan sistem kerja mesin ini menggunakan 2 tak dan 4 tak. Dari masing-masing sistem kerja mesin ini mempunyai ciri-ciri dan karakter tersendiri. Sepeda motor yang bekerja dengan sistem 2 tak memiliki ciri-ciri antara lain :

1. Bahan bakar bensin, namun masih menggunakan oli samping.

2. Mesin 2 tak hanya memerlukan 1 kali putaran poros engkol untuk menyesaikan 1 siklus di dalam silinder, karena itu disebut mesin dua langkah usaha (langkah tenaga) setiap putaran por os engkol.

3. Piston bekerja ke atas dan ke bawah sehingga membuka dan menutup lubang pemasukan, pembuangan, dan transfer yang berada pada silinder. Gerakan piston ini disebut sebagai klep.

4. Untuk menyelesaikan satu siklus diperlukan 1 kali putaran poros engkol (2 kali gerak piston). Peristiwa ini diselesaikan di mesin pembakaran (di atas piston) dan di dalam crankcase (di bawah piston).

5. Campuran udara dan bahan bakar dikompresi 2 kali setiap putaran. Kompresi pertama yaitu kompresi pendahuluan di dalam crankcase. Kemudian campuran ditarik ke dalam crankcase lalu dikompresikan. Selanjutnya masuk ke dalam tahap kompresi ke dua yang berlangsung di dalam silinder dan mesin pembakaran. Campuran yang dikompresikan sangat mudah terbakar dan dinyalakan, sehingga menghasilkan tenaga yang tinggi.

6. Langkah transfer

Campuran yang dikompresikan di dalam crankcase mengalir ke dalam silinder melaui lubang transfer yang kemudian mendorong sisa-sisa gas pembakaran ke luar dari silinder.

Sedangkan cara kerja mesin 4 tak terbagi dalam beberapa bagian antara lain:

Langkah pemasukan dan kompresi ke dua.

Sewaktu piston bergerak ke atas, di dalam crankcase terjadi kevakuman dan sewaktu piston mulai membuka lubang pemasukan, campuran bahan bakar dan udara dari karburator terhisap masuk ke dalam crankcase.

Di sisi lain, lubang-lubang transfer dan exhoustport tertutup oleh piston, lalu campuran bahan bakar dan udara mengalami kompresi di dalam mesin pembakaran (gerak piston).

Dalam hal cara kerja, mesin 4 tak terbagi dalam beberapa langkah, yaitu :

1. Langkah pemasukan.

Sewaktu piston bergerak ke bawah, tekanan di ruang pembakaran terbuka sehingga campuran gas masuk ke dalam karburator dan masuk ke dalam silinder. Sebenarnya untuk menambah efisiensi pemasukan, klep pemasukan sedikit dibuka sebelum sampai ke TMA, dan ditutup ketika piston mulai bergerak ke atas dari TMB sehingga klep pemasukan terbuka lebih lama. Oleh karena itu, campuran lebih banyak masuk ke dalam silinder.

2. Langkah kompresi.

Sewaktu piston bergerak ke atas, klep pemasukan te rtutup. Dan pada waktu yang sama, klep pengeluaran juga tertutup. Campuran di mesin pembakaran dikompresikan sampai TMA, sehingga mudah dinyalakan dan cepat terbakar.

3. Langkah tenaga (Usaha).

Sebelum akhir langkah kompresi, busi memercikkan bunga api dan membakar campuran yang dikompresikan. Campuran tersebut terbakar sangat cepat dan tekanan pembakaran mendorong piston ke bawah, sehinggaa poros engkol berputar melalui conecting road.

4. Langkah pembuangan.

Sebelum piston bergerak ke bawah TMB, klep pengeluaran terbuka dan gas sisa pembakaran mengalir ke luar. Sewaktu piston mulai naik dari TMB, akan mendorong gas sisa pembakaran yang masih tertinggal. Setelah piston mulai turun dari TMA, klep pengeluaran tertutup dan campuran mulai mengalir ke dalam silinder.

Pada dasarnya cara kerja sistem 4 tak adalah sama dengan sistem merek-merek lain. Cara kerja sistem mesin 4 tak ini menghasilkan sistem pembakaran yang sempurna. Hal ini terlihat pada saluran buang pembakaran yang terlihat pada saluran buang pembakaran yang terlihat bersih. Hasil pembakaran yang sempurna ini menjadikan sepeda motor irit bahan bakar.

B. Gambaran Umum Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 5 kabupaten atau kota, 78 kecamatan, dan 403 desa atau kelurahan. Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada pertengahan tahun 2007 sebesar 3.327.954 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 3.185,81 km². Maka untuk setiap km² di Daerah Istimewa Yogyakarta dihuni oleh 1.045 jiwa.

Distribusi penduduk di kabupaten atau kota, dewasa ini masih menunjukkan adanya ketimpangan. Kota Yogyakarta dengan luas wilayah 32,50 km² atau 1,02% dari luas Daerah Istimewa Yogyakarta berpenduduk 500.949 jiwa atau 15,05 % dari total penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan Kabupaten Gunung Kidul yang luas wilayahnya 1.485,36 km²

atau hampir separuh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dihuni 746.451 jiwa atau 22,43 % dari penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan yang cukup signifikan dimana setiap km² di Kabupaten Gunung Kidul hanya dihuni 502 jiwa; namun di Kota Yogyakarta dihuni sebanyak 15.414 jiwa.

Walaupun kabupaten lain kepadatannya jauh di bawah Kota Yogyakarta, tetapi bagi Kabupaten Sleman dan Bantul, suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan semakin sempitnya luas lahan pertanian di daerah Sleman dan Bantul, tekanan terhadap lahan pertanian pun semakin besar pula. Sedangkan kepadatan kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul tegolong rendah, berkaitan dengan luasnya lahan tetapi sedikitnya curah hujan yang terjadi, mengakibatkan lahan menjadi kering dan tergolong lahan yang tidak subur.

Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta yang berwarga negara asing (WNA), tercatat 1.285 jiwa. Terdiri dari 588 laki-laki dan 697 perempuan. Penduduk WNA sebagian besar warga negara Cina dan berada di kota Yogyakarta, terutama di Kecamatan Gondomanan, Gedongtengen, Jetis, dan Gondokusuman. Hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan pusat-pusat perdagangan.

Bila dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk yang tinggal di perkotaan lebih banyak dibandingkan yang tinggal di pedesaan. Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan tercatat sebesar 1.41,715 jiwa (55,34 %) dan sisanya 1.486.239 jiwa (44,66 %) tinggal di daerah perdesaan.

47 BAB V

Dokumen terkait