• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Gambaran Umum Sektor Pertanian

2.2.2 Gambaran Sektor Pertanian

Teramati secara jelas, pelaksanaan Otonomi Daerah yang semula ditujukan untuk membangun Kabupaten-kabupaten/Kota dengan mengoptimasikan sumber-sumber daya kewilayahan, ternyata ada yang terjebak melebarkan kegiatan pungutan-pungutan yang berasal dari rakyat. Berbagai macam retribusi yang dilaksanakan di daerah-daerah menyebabkan biaya ekonomi tinggi yang justru tidak memperlihatkan bahwa pungutan-pungutan tersebut mempunyai arti yang signifikan untuk menyejahterakan rakyat.

Pembangunan daerah berbasis Otonomi Daerah, memberikan makna bahwa Kabupaten/Kota diharapkan mampu membiayai dirinya sendiri dengan mengelola sumber-sumber daya kewilayahan yang dimilikinya. Hal ini

sumber-sumber daya kewilayahan, seperti sumber daya tanah, sumber daya ruang, yang ditujukan untuk mentransformasikan Ekonomi Kabupaten Berbasis Pertanian menjadi Ekonomi Kabupaten Berbasis Industri.

Potensi Ekonomi Kabupaten Asahan dalam perspektif Ekonomi Kewilayahan, yaitu kemampuan wilayah memberikan nilai ekonomik bagi peningkatan kualitas hidup rakyat, Kabupaten Asahan harus ditempatkan dalam dua dimensi, yaitu: Kabupaten Asahan sebagai Kabupaten Agraris dan Kabupaten Maritim.

Kondisi geografik Kab. Asahan merupakan Kabupaten yang mempunyai wilayah darat, pesisir, dan laut. Pada wilayah darat inilah terdapat sumber daya tanah yang mampu memberikan produktivitas pertanian dalam arti yang luas. Berkaitan dengan hal tersebut, melalui pemetaan wilayah dengan penginderaan jauh, diperoleh informasi tentang kemampuan Kabupaten Asahan sebagai Kabupaten Agraris yang mempunyai potensi ekonomik, yaitu tambak, perkebunan, kebun campur, hutan, rawa mangrove, mangrove. Potensi ekonomik tutupan lahan tersebut merupakan bukti bahwa secara kewilayahan, Kabupaten Asahan merupakan Kabupaten Agraris. Sebagai konsekuensi dari hal ini, Kabupaten Asahan hingga sekarang ini masih bertumpu pada Ekonomi Berbasis Pertanian. Sifat Ekonomi Berbasis Pertanian dicirikan oleh kemampuan ekonomi yang masih bersifat umum. Sifat umum dicirikan lagi oleh fakta, yaitu pertanian yang ada di Kabupaten Asahan merupakan warisan yang bersifat turun-temurun.

Kabupaten lainnya, atau lebih spesifik Kabupaten yang menjadi tetangga Kabupaten Asahan, juga mempunyai jenis tutupan lahan yang sama. Persoalannya sekarang ialah bagaimana caranya membangun Keunggulan Kompetitif atau Daya Saing di Kabupaten Asahan menggunakan titik tolak bahwa Ekonomi Kabupaten Asahan merupakan Ekonomi Berbasis Pertanian.

Cara yang digunakan untuk mendapatkan keunggulan, yaitu dengan cara melakukan transformasi dari Ekonomi Berbasis Pertanian Umum menjadi Ekonomi Berbasis Pertanian dengan Spesialisasi.

Untuk membangun Ekonomi Berbasis Pertanian dengan Spesialisasi memerlukan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Pertanian yang Berkelanjutan. Berkenaan dengan hal tersebut diperlukan Kebijakan Pembangunan Pertanian yang kuat untuk menetapkan Keunggulan Kompetitif Pertanian yang dibentuk dari desa-desa yang digunakan untuk membentuk Keunggulan Kompetitif Pertanian Kecamatan.

Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan kajian tentang Kesesuaian Lahan Kabupaten Asahan, yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk membuat Kebijakan Pembangunan yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan Pembangunan Berbasis Keunggulan Kompetitif atau Berdaya Saing, yang tahap pertama bertumpu pada pemanfaatan Sumber Daya Kewilayahan yang optimal.

Kabupaten Asahan merupakan Kabupaten yang mempunyai wilayah pesisir dan laut. Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Asahan harus dapat dijadikan sebagai fokus pembangunan. Pada wilayah pesisir dan laut terdapat sumber-sumber daya ekonomik, baik yang bersifat Sumber Daya Hayati, Sumber Daya Non-Hayati, dan Sumber Daya Ruang.

Strategi yang harus ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Asahan dalam menciptakan Keunggulan Kompetitif terutama yang berkaitan dengan pengelolaan Potensi Sumber-sumber Daya Pesisir adalah dengan mengidentifikasikan seluruh potensi sumber daya pesisir. Kemudian ditetapkan potensi yang mana yang mempunyai nilai prospektif dan ekonomik yang terbaik. Disamping itu, Kabupaten Asahan harus mampu membangun Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pesisir, yang mengacu kepada tiga komponen, yaitu pendapatan, tabungan, dan investasi yang diberlakukan untuk Kabupaten Asahan. Atau dengan kata lain, Kabupaten Asahan membuat Model Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pesisir yang diberlakukan di lingkungan Kabupaten Asahan. Unsur-unsur yang dimasukkan ke dalam tiga komponen dibuat sendiri dengan mengacu kepada kondisi riil Kabupaten Asahan.

Ekonomi Kabupaten Berbasis Pertanian merupakan tata perekonomian yang bersifat warisan. Dari tahun ke tahun, di suatu kawasan, dan juga terdapat di beberapa Kabupaten/Kota hanya ditanami komoditas yang tidak pernah berubah. Luas tanah pertanian yang tidak berubah tidak mungkin digunakan sebagai basis untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanpa harus dilakukan tindakan

kerekayasaan. Tindakan tersebut antara lain dilakukan upaya meningkatkan tingkat kesuburan tanah menggunakan berbagai macam pupuk.

Upaya meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara intensifikasi tetap berada dalam domain tidak ditujukan untuk membangun Keunggulan Kompetitif. Pembangunan dalam bidang pertanian di Kabupaten dalam perspektif Otonomi Daerah mestinya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan internal (kebutuhan Kabupaten itu sendiri) dan kebutuhan eksternal, yang diarahkan untuk membangun keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif digunakan sebagai dasar oleh Kabupaten masuk ke dalam pasar dunia. Atau dengan kata lain, Kabupaten mampu melakukan ekspor komoditas ke luar negeri.

Kabupaten Asahan merupakan Kabupaten Agraris yang mempunyai potensi yang besar untuk membangun keunggulan kompetitif. Demikian juga Kabupaten Asahan sebagai Kabupaten Maritim. Terdapat hal yang sangat penting bila Kabupaten Asahan mampu masuk pasar dunia, yaitu akan mudah mencari investor yang dilibatkan secara aktif untuk membangun ekonomi Kabupaten Berbasis Industri.

Hakekat industri adalah perusahaan untuk membuat atau menghasilkan atau memproduksi barang-barang. Dalam lingkup Ekonomi Kabupaten Berbasis Industri, produksi barang-barang dihasilkan menggunakan mesin. Membangun suatu industri diperlukan komponen-komponen, yaitu: Meta (masyarakat), Meso (Publik dan Swasta), Mikro (Swasta), dan Makro (Kebijakan Publik).

Strategi Pembangunan Kabupaten Asahan mestinya diarahkan kepada Pola Pembangunan yang jelas. Artinya program-program pembangunan yang seperti apa yang harus dibuat tahapan-tahapannya sehingga mampu mewujudkan Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan Berbasis Agraris yang mampu mewujudkan Keunggulan Kompetitif dalam bidang pertanian secara nyata dalam perspektif perdagangan dunia.

Pertumbuhan ekonomi para petani yang melibatkan komponen-komponen pendapatan, tabungan, dan investasi harus terukur secara jelas. Dalam lingkup Pembangunan Kabupaten Asahan Berbasis Agraris harus mampu memperlihatkan bahwa potensi sumber daya tanah Kabupaten Asahan memang digunakan sebesar-besarnya untuk peningkatan kualitas hidup rakyat (http://www.pemkab-asahan.go.id/sekapur.htm).

Sedangkan, Pertanian di Kabupaten Batu bara menurut kepala dinas pertanian Drs Idris dalam laporannya kepada anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Drs Yopie S Batubara, Lundu Panjaitan dan Parlindungan Purba saat berkunjung ke Batubara.

Idris mengatakan, pertanian yang utama di Batubara adalah tanaman pangan padi sawah. Luas areal persawahan disini mencapai 21 ribu hektare lebih. Sebagian besar di antaranya merupakan lahan irigasi teknis. Jumlah produksi padinya mencapai 125 ribu ton per tahun. Sedangkan kebutuhan pangan di sini sekira 95 ribu ton per tahunnya. Sehingga Batu bara termasuk daerah surplus pangan.

Hal yang harus diwaspadai Pemkab Batu bara, yaitu tentang penyaluran pupuk dan pestisida, tenaga kerja, Sebagai kabupaten lumbung padi, penyaluran pupuk menjadi isu yang sangat sensitif itu harus menjadi perhatian. (http://www.kaskus.us/showthread.php?t=471158&page=234).

Dokumen terkait