• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Kebijakan Umum Pembangunan Pertanian Nasional

2.4.4 Teori-Teori Pembangunan Pertanian

1. Pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional

Sektor pertanian tidak dipandang sebagai sektor yang fasif yang mengikuti sektor industri, tetapi sebaliknya. Pembangunan pertanian didorong dari segi penawaran dan dari segi fungsi produksi melalui penelitian-penelitian, pengembangan teknologi pertanian yang terus-memerus, pembangunan prasarana sosial dan ekonomi di pedesaan dan investasi-investasi oleh negara dalam jumlah besar. Pertanian kini dianggap sebagai sektor pemimpin yang diharapkan mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya dalam merumuskan model

pembangunan ekonomi yang lebih teliti, pertanian tidak hanya dihadapkan dengan industri dalam model dua sektor tetapi model antar sektor.

2. Model-model pembangunan pertanian

Pembangunan pertanian indonesia yang ditekankan pada peningkatan produksi beras sebenarnya secara sederhana dapat digambarkan sebagi berkisar pada program Bimbingan Masal (Bimas) dengan berbagai aspeknya.

Model ini dikembangkan pada tahun 1963/1964 dengan luas lahan 100 ha sebagai contoh, di daerah karawang, inti dari pada usaha ini adalah 5 usaha sehingga disebut ”panca usaha” yaitu: 1. penggunaan bibit unggul; 2. pemupukan; 3. pembrantasan hama dan penyakit; 4. pengairan; 5. perbaikan dalam cara bercocok tanam. Model bimas ini dengan berbagai variasi dan perbaikan serta penyempurnaan dilaksanakan terus menerus tiap tahun dan pada tahun 1969/1970 dalam bentuk model bimas unit desa atau ”bimas yang disempurnakan”. Tiap unit desa terdiri dari 600-1000 ha sawah dan dilayani oleh 1 unit Bank Desa BRI, 1-2 kios/pedagang pupuk dan obat-obatan

Bimas ini boleh dikatakan telah menjadi model pembangunan pertanian kita, karena segala aktivitasnya pembangunan desa berkisar pada program bimas. Dengan berbagai pasang surut dan kelemahannya dapatlah dikatakan bahwa model bimas ini memang telah berhasil mengakomodir segala aktivitas yang diperlukan dalam usaha peningkatan produksi beras.

3. Syarat-syarat pembangunan pertanian

A.T. Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan kedalam basasa indonesia telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak negara dan menggolong-golongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Menurut Mosher ada 5 syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian.

Kalau satu saja syarat-syarat tersebut tidak ada maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis, syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah:

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang.

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani, dan

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.

Di damping syarat-syarat mutlak yang lima itu menurut Mosher ada 5 syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi kalu ada (atau dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar itu dalah:

1. Pendidikan pembangunan. 2. Kredit produksi.

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.

5. Perencanaan nasional dari pada pembangunan nasional.

Analisa yang lebih mendalam atas kesepuluh syarat-syarat tersebut diatas di mana berdasarkan pengalaman pembangunan pertanian di negara kita, membawa kita pada kesimpulan bahwa sebenarnya iklim pembangunan yang merangsang adalah kunci utama. Iklim yang merangsang bagi pembangunan pertanian telah dapat tercipta dengan pelaksanaan repelita mulai 1969/1970 yang secara tegas memberi prioritas pada sektor pertanian.

4. Teknologi dan pembangunan pertanian

Teknologi dalam hal ini diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan keterampilan di bidang industri. Tetapi Mosher mengartikan teknologi pertanian sebagai cara-cara bertani. Walau arti demikian sebenarnya terlalu luas namun yang dipakai. Sebenarnya lebih perlu disadari adalah pangaruh dari pada suatu teknologi baru yang pada roduktifitas pertanian teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Traktor lebih produktif dari pada cangkul. Pupuk buatan lebih produktif dari pada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur. Demikian masih banyak lagi ”cara-cara bertani baru” dimana petani setiap waktu dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

Misalnya ada petani yang berhasil mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari pada rekan-rekannya karena ia menggunakan sistem pengairan yang lebih teratur. Caranya hanya dengan menggenangi sawah pada saat-saat tertentu pada waktu menyebarkan pupuk dan sesudahnya itu mengeringkannya untuk memeberi kesempatan tanaman untuk mengisapnya. Inovasai berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru.

5. Menuju teori pembangunan pertanian bagi indonesia

Teori-teori pembanguna pertanian dan pembahasan atas aspek-aspek ekonomi dari pembangunan pertanian dan persoalan-persoalan pertanian pada umumnya dibagi dalam empat segi pandangan:

1. Pandangan sektoral yaitu pertanian ditinjau sebagai suatu sektor berhadapan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian nasional.

2. Masih efisiensi dalam pembangunan faktor-faktor produksi pertanian.

3. Pendekatan dari segi komoditi terutama komoditi-komoditi utama yang dihasilkan, dan

4. Pendekatan dari segi pembangunan daerah.

Orang dapat menggolongkan pendekatan yang pertama dan keempat sebagai pendekatan ekonomi makro, sedangkan yang kedua dan ketiga sebagai pendekatan ekonomi mikro. Dalam uraian-uraian di atas telah ditunjukkan bahwa masing-masing cara pendekatan memegang peranan penting sesuai dengan

keperluannya. Kadang-kadang analisa suatu masalah harus dilaksanakan dengan memakai lebih dari satu cara pendekatan sekaligus.

Selain itu secara ekonomi makro pembangunan pertanian dapat dianalisa melalui tiga kerangka pemikiran:

1. Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi. 2. Sifat-sifat ekonomi dari pada pertanian tradisionil. 3. Proses ekonomi dari pada modernisasi pertanian.

Kerangaka pemikiran yang pertama dan kedua adalah sama ”pandangan sektoral” sebagai mana telah disebutkan diatas. Sayangnya bagi negara kita teori-teori yang dikembangkan dalam bidang ini kurang mengenai. Walaupun hubungan timbal balik antara sektor pertanian dan sektor-sektor di luar pertanian memang erat tapi tidak seperti yang dijumpai di Jepang. Sektor industri di indonesia tidak dapat dikatakan ”menggantungkan pada sektor pertanian”dalam persediaan tenaga kerjanya (Mubyanto,1972:186).

Dokumen terkait