• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Petani Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Pembangunan Sektor Pertanian Di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu bara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Masyarakat Petani Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Pembangunan Sektor Pertanian Di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu bara"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT PETANI TERHADAP UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MELALUI PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI DESA TANAH TINGGI

KEC. AIR PUTIH KAB. BATU BARA

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH SURIONO 040902057

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

SURIONO 040902057

RESPON MASYARAKAT PETANI TERHADAP UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MELALUI PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI DESA TANAH TINGGI KEC. AIR PUTIH KAB. BATU BARA

Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia adalah potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah kurang memperhatikan petani. Begitu juga dengan petani yang ada didaerah kabupaten Batu Bara yang barusaja terbentuk kehidupan penduduk khususnya masyarakat petani Desa Tanah Tinggi kurang diperhatikan pemerintah tarlihat desa ini masih ada petani miskin yang kehidupannya kurang sejahtera

Dalam penilitian ini adalah penelitaian yang bersifat deskriptif yang menggambarkan bagaimana respon masyarakat petani terhadap upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan melalui pembangunan sektor pertanian di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu Bara dengan sampel sebanyak 108 Kepala Keluarga (KK), dengan menggunakan teknik stratified random sampling dalam menentukan sampel yang bekerja sebagai petani di desa ini, karena desa tersebut merupakan lumbung pertanian Kabupaten Asahan (dahulu) sekarang menjadi Kabupaten Batu Bara yang sudah terbentuk.

(3)

menunjukkan bahwa upaya yang diberikan pemerintah, petani memberikan respon positif, namun sebagian masyarakan ada yang memberikan respon negatif. Tetapi dilapangan terlihat upaya pemerintah ini berhasil, terlihat jawaban responden akan besar manfaatnya bagi petani dari sampel sebanyak 108 sebanyak 105 (97,21%) ini berarti upaya pemerintah membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat Petani.

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon... 13

2.2 Gambaran Umum Sektor Pertanian... 16

2.2.1 Gambaran Sektor Pertanian Propinsi Sumatera Utara.. 18

2.2.2 Gambaran Sektor Pertanian di Kabupaten Asahan/Batu Bara... 22

2.3 Pembangunan Pertanian ... 28

2.4 Kebijakan Umum Pembangunan Pertanian Nasional ... 32

2.4.1 Kebijakan Pembangunan Pertanian Propinsi Sumatera Utara... 33

(5)

2.4.3 Fokus Pembangunan Pertanian... 38

2.4.4 Teori-Teori Pembangunan Pertanian ... . 41

2.4.5 Aspek Penunjang Pembangunan Pertanian ... 46

2.5 Kerangka Pemikiran ... . 51

2.6 Defenisi Konsep ... . 54

2.7 Defenisi Operasional ... 55

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 59

3.2 Lokasi Penelitian ... 59

3.3 Populasi dan Sampel ... 60

3.3.1 Populasi ... 60

3.3.2 Sampel . ... 60

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... . 61

3.5 Teknik Analisa Data ... .. 62

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Propinsi Sumatera Utara... 63

4.2 Gambaran Umum Desa Tanah Tinggi Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara... 66

4.3 Pola Penggunaan Lahan... 67

(6)

4.5 Komposisi Penduduk ... ... 69

4.5.1 Komposisi penduduk Desa Tanah Tinggi menurut jenis kelamin... 69

4.5.2 Komposisi penduduk menurut usia... 70

4.5.3 Komposisi penduduk menurut suku... 72

4.5.4 Komposisi penduduk menurut agama... 73

4.5.5 Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan... 74

4.5.6 Komposisi penduduk menurut jenis mata pencaharian... 75

4.5.7 Komposisi kepemilikan tanah sawah menurut luasnya... 76

4.6 Sarana Sosial Budaya... 77

4.7 Organisasi Sosial... 78

4.8 Struktur Pemerintahan dan Kepemimpinan... 79

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Responden... 84

5.2 Analisis Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian... 94

5.3 Analisis Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Terhadap Upaya Yang Diberikan Pemerintah Dalam Pembangunan SektorPertanian... 116

(7)

BAB VI PENUTUP... 144

A. Kesimpulan... 144

B. Saran... 150

DAFTAR PUSTAKA... 154

Sumber-sumber lain... 155

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tata Guna Tanah...67

Tabel 2 Jumlah Penduduk...68

Tabel 3 Komposisi Penduduk ... ...68

Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Usia ... ...70

Tabel 5 Suku Bangsa ... ...72

Tabel 6 Komposisi Penduduk Menurut Agama ... ...73

Tabel 7 Menurut Tingkat Pendidikan ... ...74

Tabel 8 Mata Pencaharian Penduduk ... ...75

Tabel 9 Kepemilik Tanah Sawah Menurut Luasnya ... ...76

Tabel 10 Karakteristik Responden Menurut Usia ... ...84

Tabel 11 Karakteristik Responden Menurut Suku ... ...85

Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... ...86

Tabel 13 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan ... ...87

Tabel 14 Karakteristik Responden Menurut Agama ... ...87

Tabel 15 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... ...88

Tabel 16 Status Responden ... ...89

Tabel 17 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendapatan/bulan ... ...90

Tabel 18 Besarnya Tanggungan Responden ... ...91

Tabel 19 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pengeluaran/bulan ... ...92

Tabel 20 Karakteristik Identitas Responden Menurut Lama Bekerja ... ...93

Tabel 21 Pengetahuan Responden Tentang Upaya Pemerintah Dalam Membantu Pertanian...94

Tabel 22 Pengetahuan Responden Tentang Pemerintah Memberikan Bantuan Pertanian di Desa Tanah Tinggi...95

(9)

Tabel 25 Pengetahuan Responden Tentang Bentuk-bentuk Hasil Bantuan

Yang Diberikan Pemerintah...98 Tabel 26 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Fisik, Yaitu:

Membangun Sarana dan Prasarana Pertanian...99 Tabel 27 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program, Yaitu:

Memberikan Bibit Padi Unggul Secara Gratis... ...100 Tabel 28 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program, Yaitu:

Menaikkan Harga Pokok Pembelian Gabah ...101 Tabel 29 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program,Yaitu:

Memberikan Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL)...102 Tabel 30 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program, Yaitu:

Membuat Perkumpulan Petani Pemakai Air (P2A)...104 Tabel 31 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program, Yaitu:

Memberikan Obat-obatan Pertanian Secara Gratis...105 Tabel 32 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Program, Yaitu:

Memberikan Subsidi Pupuk Kepada Petani...106 Tabel 33 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Sosialisasi, Yaitu:

Memberlakukan Jadwal dan Pola Tanam Padi...108 Tabel 34 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Sosialisasi, Yaitu:

(10)

Melakukan Pertemuan di Balai Desa...110 Tabel 36 Pengetahuan Responden Terhadap Upaya Pemerintah Dalam

Pembangunan Pertanian Bentuk Sosialisasi,Yaitu:

Membentuk KelompokTani...112 Tabel 37 Pengetahuan Responden Tentang Berapa Kali Pemerintah Memberikan

Bantuan Pertanian di Desa Tanah Tinggi...113 Tabel 38 Pengetahuan Responden Tentang Seberapa Sering/Intensif

Pemerintah Membantu Pertanian di Desa Tanah Tinggi...114 Tabel 39 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membangun Sarana dan Prasarana Pertanian...117 Tabel 40 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membangun Sarana dan Prasarana:

Perbaikan Saluran Irigasi Sawah...118 Tabel 41 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membangun Sarana dan Prasarana:

Kegiatan Gotong Royong Petani Merawat Saluran Irigasi...119 Tabel 42 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membangun Sarana dan Prasarana: Perbaikan Jalan dan Jembatan....120 Tabel 43 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Memberikan Bantuan Bibit Padi Unggul Secara Gratis...121 Tabel 44 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah TinggO Dari Upaya Pemerintah

Memberikan Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)...122 Tabel 45 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membuat Perkumpulan Petani Pemakai Air (P2A)...123 Tabel 46 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Memberikan Obat-Obat Pertanian Secara Gratis...124 Tabel 47 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Memberikan Subsidi Pupuk Kepada Petani...125 Tabel 48 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

(11)

Tabel 49 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah Melarang Alih Fungsi Lahan Produktif Sawah...127 Tabel 50 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Menaikkan Harga Pokok PembelianGabah...128 Tabel 51 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Melakukan Pertemuan di Balai Desa...130 Tabel 52 Respon Masyarakat Petani Desa Tanah Tinggi Dari Upaya Pemerintah

Membentuk Kelompok Tani...131 Tabel 53 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dilakukan

Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian...134 Tabel 54 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan Dalam Kehidupan Sehari-hari...135 Tabel 55 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan

Sebelum di Bantu Pemerintah...136 Tabel 56 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan

Sesudah di Bantu Pemerintah...137 Tabel 57 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan

Dengan Pendapatan/Penghasilan Sebagai Petani...138 Tabel 58 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan

Dari Peningkatan Hasil-hasil Pertanian Sebelum DibantuPemerintah139 Tabel 59 Tanggapan Responden Terhadap Hasil dan Manfaat Yang Dirasakan

Dari Peningkatan Hasil-hasil Pertanian Sesudah Dibantu Pemerintah140 Tabel 60 Tanggapan Responden Terhadap Manfaat Dari Upaya Pemerintah

(12)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

SURIONO 040902057

RESPON MASYARAKAT PETANI TERHADAP UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MELALUI PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI DESA TANAH TINGGI KEC. AIR PUTIH KAB. BATU BARA

Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia adalah potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah kurang memperhatikan petani. Begitu juga dengan petani yang ada didaerah kabupaten Batu Bara yang barusaja terbentuk kehidupan penduduk khususnya masyarakat petani Desa Tanah Tinggi kurang diperhatikan pemerintah tarlihat desa ini masih ada petani miskin yang kehidupannya kurang sejahtera

Dalam penilitian ini adalah penelitaian yang bersifat deskriptif yang menggambarkan bagaimana respon masyarakat petani terhadap upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan melalui pembangunan sektor pertanian di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu Bara dengan sampel sebanyak 108 Kepala Keluarga (KK), dengan menggunakan teknik stratified random sampling dalam menentukan sampel yang bekerja sebagai petani di desa ini, karena desa tersebut merupakan lumbung pertanian Kabupaten Asahan (dahulu) sekarang menjadi Kabupaten Batu Bara yang sudah terbentuk.

(13)

menunjukkan bahwa upaya yang diberikan pemerintah, petani memberikan respon positif, namun sebagian masyarakan ada yang memberikan respon negatif. Tetapi dilapangan terlihat upaya pemerintah ini berhasil, terlihat jawaban responden akan besar manfaatnya bagi petani dari sampel sebanyak 108 sebanyak 105 (97,21%) ini berarti upaya pemerintah membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat Petani.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Fakta sejarah menyatakan bahwa bangsa kita berswasembada pada tahun 1984, saat itu kita sebagai negara utama pengimpor beras di Asia. Keberhasilan tersebut, adanya Bimbingan masal (Bimas) merupakan yang menangani secara langsung masalah peningkatan produksi pangan dan ini sebagai fakta bahwa keseriusan dalam upaya pencapaian ketahanan pangan saat itu sangat dibutuhkan.

Namun hal tersebut tidak bertahan lama, hal ini disebabkan karena tidak adanya konsistensi pemerintah dalam upaya mendukung sektor pertanian menjadi leading sector dalam pembangunan bangsa, dan kini bangsa kita menjadi

pengimpor beras kembali. Dalam hal ini Pemerintah telah berupaya memplanning dan bereksperimen kembali dalam menata kelembagaan pangan agar kita bisa mengurangi ketergantungan pangan dari negara lain.

Banyak gagasan yang mengarah pada proses pembanguana masyarakat tani karena kelembagaan tanilah yang merupakan pelaku utama dalam mencapai ketahanan pangan. Masyarakat tani sebagai subjek dalam rangka ketahanan pangan dianggap punya potensi dan mandiri sehingga perlu dibina dan diberdayakan agar tujuan penguatan ketahanan pangan dapat tercapai.

(15)

jawab agar proses pencapaian ketahanan pangan dapat tercapai. Proses pembinaan harus terus dilakukan oleh lembaga teknis agar eksistensi masyarakat tani dapat terlihat.

Dalam era otonomi daerah ini, peran pemerintah daerahlah yang sangat besar dalam upaya pembangunan masyarakat tani. Proses pembangunan terhadap masyarakat tani tersebut harus dikategorikan berdasarkan potensi wilayah dan lokalita komoditas unggulan daerah agar setiap daerah/kawasan mampu tumbuh dan berkembang dengan komoditas unggulan sendiri-sendiri, sehingga dalam pembangunan diperlukan strategi yang berbeda pula.

Sektor pertanian sebagai unsur penggerak dinamika pembangunan, selain dituntut untuk bisa mewujudkan ketahanan pangan, juga dituntut untuk bisa meningkatkan kontribusinya bagi perekonomian Indonesia sebagai lumbung padi nasional, sejalan dengan visi pembangunan pertanian nasional yaitu pembangunan pertanian modern, tangguh, dan efisien.

(http://www.dispertanak.pandeglang.go.id/artikel_03.htm).

Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pemerintah dalam pembangunan pertanian terfokus kepada peningkatan produksi, terutama kepada peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi dan komoditi perdagangan tradisional. Upaya pemenuhan pangan melalui swasembada pangan (padi) telah menyita perhatian dan dana yang cukup besar. Kondisi tersebut menyebabkan pembangunan pertanian belum optimal sesuai dengan potensinya.

(16)

a. Secara sadar ataupun tidak sadar, pembangunan pertanian diidentikan dengan kegiatan peningkatan produksi (proses budidaya atau agronomi) semata, b. Dengan pandangan tersebut, pembangunan pertanian juga seakan terlepas

dengan pembangunan sektor-sektor lainnya dan terlepas sebagai bagian dari pembangunan wilayah,

c. Perhatian yang besar hanya kepada komoditi tertentu menyebabkan banyak bidang usaha pertanian lain kurang tergarap.

Liberalisasi perdagangan menyebabkan pasar domestik terintegrasi kuat dengan pasar regional/internasional dan memaksa setiap negara termasuk Indonesia membuka segala rintangan dan menghapus segala bentuk proteksi. Ini berarti bahwa usaha dan produk pertanian domestik dipaksa untuk berhadapan/bersaing dengan usaha dan produk global. Kondisi ini merupakan tantangan sekaligus peluang dalam pembangunan sektor pertanian ke depan. Implikasi dan liberalisasi perdagangan ini mengharuskan Indonesia untuk mampu mempercepat peningkatan daya saing produknya agar dapat merebut pasar.

Bertitik tolak dari kondisi tersebut, antisipasi yang dapat dilakukan dalam peningkatan merebut peluang pasar dapat dilakukan melalui dua pendekatan secara simultan, yaitu:

a. Upaya meningkatkan pasar dengan konsep"universal". b. Pengembangan pasar berdasarkan konsep"uniqueness".

(17)

spesifik lokalita yang bersifat unik. Salah satu bidang usaha dalam penciptaan pasar yang didasarkan kepada konsep uniqueness adalah usaha wisata agro. Sesuai dengan potensinya bidang usaha ini belum tergarap secara baik dan dinilai prospektif sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru sektor pertanian.

Berbagai upaya dan usaha telah diluncurkan oleh pemerintah untuk membantu meringankan dan meningkatkan kesejahteraan petani.Namun, hasilnya hingga kini masih belum dirasakan. Tak terhitung berapa banyak program yang sudah digulirkan. Mulai dari mulai dari pengadan pupuk bersubsidi, benih gratis, peralatan pertanian, dan terakhir program skim pelayanan pembiayaan pertanian (SP-3).

(18)

Misalnya di Sumut, kredit pertanian yang disalurkan oleh empat bank yakni Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin dan Bank Sumut (dalam tahap persiapan) ternyata tidak berjalan mulus. Masih banyak petani belum mengetahui. Menurut salah seorang petani asal Desa Sidodadi bernama Ramunia di Kabupaten Deli Serdang, mengaku, hingga sekarang program SP-3 belum ada yang menyentuh petani. (http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/sumatera-utara/program-sp-3-penyaluran-kredit-minim-karena-kurang-sosial.html).

Sementara Pemkab Batu Bara memberikan bantuan bibit gratis kepada petani sebagai contoh salah satu desa, Desa Aras, Kec. Air putih, Batu bara yang tanaman padi mereka gagal panen pada Musim Tanam (MT) 2008 ini. Demikian Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Batubara H Guntur Sinaga, SP. “Bantuan bibit itu akan diberikan ketika akan menghadapi MT berikutnya, atau setelah MT 2008 ini berakhir. Untuk saat ini tanaman padi yang puso itu dibiarkan begitu saja,” ujar Guntur.Dikatakan, tanaman padi petani Aras yang punah digasak hama seluas 32 hektare. Menurutnya, penyebab musnahnya tanaman padi itu adalah serangan hama tikus. Selain itu struktur tanah areal sawah itu sudah tidak mendukung untuk tanaman padi akibat kekurangan salah satu jenis pupuk.

(19)

Namun tidak bisa dilakukan sekarang. Jika dilakukan sekarang, dikhawatirkan hama tikus akan melantak lahan lain yang belum terserang. Sehingga lahan yang sudah terserang itu sampai saat ini dibiarkan begitu saja, agar hama tikusnya tidak menghantam tanaman pade areal lain, papar Guntur. Menyinggung kelangkaan pupuk di Batubara Guntur menegaskan sudah mulai dapat teratasi. Para distributor pupuk sudah berjanji akhir April ini permasaalahan kelangkaan pupuk di Batubara akan dapat dituntaskan, ucapnya.

(http://www.waspada.co.id/Berita/Sumut/Pemkab-Batubara-Bantu-Bibit-Pada-Petani-Gagal-Panen.html" target="_blank">Waspada Online)

Sektor Pertanian tahun 2003, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata tumbuh sangat menggembirakan. Walupun ada dampak kekeringan yang melanda sebagian wilayah Indonesia pada pertengahan tahun 2003, ternyata PDB Sektor pertanian (Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan) secara kumulatif sampai kwartal III–2003 masih mengalami pertumbuhan sebesar 2, 54 % dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2002.Pertumbuhan PDB tersebut disumbang oleh sub–sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan yang tumbuh sebesar 2,73 %, sub sektor perkebunan 1,85 % dan sub-sektor peternakan 1,40 % per tahun.

(20)

Kinerja sektor pertanian yang kita capai ini juga tidak terlepas dari dinamika perubahan yang sedang berlangsung baik internasional maupun domestik. Pada lingkungan internasional, pertumbuhan perekonomian dunia yang masih rendah berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian kita. Disampin itu adnya praktek-praktek perdagangan internasional yang tidak fair seperti subsidi pertanian yang besar oleh negara–negara maju akan mempengaruhi daya saing sektor pertanian di negara–negara berkembang termasuk Indonesia.

Sementara itu, di dalam negeri kita juga mengalami masa transisi dari sistem yang sentralistis ke otonomi daerah yang tentunya memerlukan waktu bagi pemerintah derah dalam melaksanakannya. Disamping itu perekonomian nasional sedang mengalami pemulihan sehingga APBN yang tersedia belum sepenuhnya dapat dijadikan stimulus untuk mendorong petumbuhan sektoral termasuk sektor pertanian. Apabila lingkungan yang mempengaruhi sektor pertanian tersebut lebih kondusif lagi, maka kinerja sektor pertanian akan jauh lebih baik lagi.

(http://www.deptan.go.id/pengumuman/berita/konferensi_pers_03.htm).

(21)

dengan baik padahal, pembangunan pertanian sangat diperlukan guna untuk mensejahterakan masyarakatnya.

Semenjak Kab.Batu Bara belum di mekarkan dengan kabupaten induk yaitu kab.Asahan upaya pemerintah daerah setempat cukup membantu seperti yang kita lihat dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat petani di Desa Tanah Tinggi mulai dari program bantuan bibit padi gratis, diberikan penyuluhan pertanian lapangan, pembanguana irigasi seperti waduk, pembuatan saluran air, serta pembuatan balai pertemuan antar petani dan masih banyak lagi bantuan yang diberikan saat itu.

Hal ini menandakan bahwa pemerintah daerah setempat sudah mulai mengerti kesulitan petani dengan memberikan berbagai kemudahan dari bantuan/program yang diberikan dengan upaya pemerintah ini berarti masyarakatnnya akan sejahtera kehidupannya sebagai petani. Tetapi yang sekarang kita lihat setelah Kab.Batu Bara terbentuk lepas dari Kabupaten induk Asahan terlihat bantuan yang diberikan pemerintah daerah setempat masih tetap dipertahankan dan dijalankan walau perhatiannya kurang, terdapat beberapa program/bantuan sebagai upaya pemerintah dalam mensejahterakan masyarakatnya melalui pembangunan sektor pertanian masih berjalan seperti pemberian bibit padi gratis, perbaiakan irigasi sawah, memberikan penyuluh pertanian, membuat perkumpulan petani pemakai air, membuat kelompok tani dan lain-lain sebagainya masih berjalan dengan baik.

(22)

Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Pembangunan Sektor Pertanian Di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu Bara”.

1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka melalui penelitian ini penulis merumuskan suatu permasalahan sebagai berikut bagaimana ”Respon Masyarakat Petani Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Pembangunan Sektor Pertanian Di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab. Batu Bara”?

1.3

Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan menghindari rung lingkup permasalahan terlalu luas maka penulis membuat pembatasan masalah yang diteliti, yakni sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengamatan dilakukan di Desa Tanah Tinggi yang merupakan salah satu lumbung daerah pertanian di Kab. Batu Bara, yang baru di mekarkan dari Kab Asahan.

(23)

3. Respon masyarakat petani terhadap upaya pemerintah dalam pembangunan sektor pertanian yang diberikan, dilakukan dan yang sedang dijalankan sekarang untuk kesejahteraan petani.

4. Pemerintah dalam hal ini maksudnya adalah pemerintah pusat maupun daerah Kab.Batu Bara, seseorang yang memimpin suatu daerah, contoh Bupati, Camat, Kepala Desa dll, yang mewakili pemerintah yang paling bawah dan terkecil dalam struktur pemerintahan.

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana respon masyarakat petani terhadap upaya pemerintah yang diberikan selama ini dalam pembangunan sektor pertanin untuk kesejahteraan petani.

2. Untuk mengetahui bentuk dan upaya pemerintah yang diberikan atau dilakukan selama ini dan sampai sekarang dalam membantu sektor pembamgunan pertanian.

(24)

1.4.2 Manfaat Penelitian 1. Secara Praktis

a. Sebagai bahan referensi bagi lembaga dalam merumuskan dan melaksanakan terhadap upaya pemerintah dalam usaha peningkatan kesejahteraan melalui usaha pembangunan sektor pertanian bagi masyarakat petani.

b. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang upaya pemerintah dalam usaha peningkatan kesejahteraan melalui usaha pembangunan sektor pertanian bagi masyarakat petani.

2. Secara Akademis

a. Sebagai bahan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan seperti departemen, mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial dan masyarakat.

b. Sebagai bahan perbandingan dengan permasalahan yang sejenis misalnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.

c. Untuk digunakan pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan kita khususnya ilmu kesejahteraan sosial.

1.5

Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas: BAB I : PENDAHULUAN

(25)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sempel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini Berisikan gambaran umum lokasi penelitian. BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan mengenai uraian data yang diperoleh dalam penelitaian serta hasilnya.

BAB VI : PENUTUP

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Respon

Respon pada hakekatnya merupakan tingkah laku balas atau juga sikap yang menjadi tingkah laku balik, yang juga merupakan proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal (Wirawan, 1987:24). Selain itu respon juga dapat diartikan bahwa merupakan tingkah laku atau sikap yang berwujud baik itu pra pemahaman yang mendetail, penialain, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Daryl Beun dalamWirawan, 1987:35).

Respon pada prosesnya didahului sikap seorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu. Jadi berbicara mengenai respon atau tidak respon, tidak terlepas dari pembahasan dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut.

(27)

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui:

1. Pengaruh atau penolakan. 2. Penilain.

3. Suka atau tidak suka.

4. Kepositifan dan kenegatifan suatu objek psikologi.

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, seorang disebut mempunyai respon positif apabila dilihat melalui tahap kognisi, afeksi dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang disebut mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengar atau perubahan terhadap sesuatu objek tak mempengaruhi tindakannya atau malah menghindar dan membenci objek tertentu.

(28)

stimulus terhadap telinga. Demikian juga olfactory respon adalah respon-respon terhadap stimulus yang masuk melalui indra penciuman (Dirgagunasa dalam Poerdarminta, 1987:79).

Respon dapat bersifat fasif (tanpa tindakan yaitu berfikir, berpendapat, bersikap) maupun bersifat aktif yaitu melakukan tindakan. (Gerungan, 1986:97). Respon atau tanggapan akan timbul setelah seseorang atau kelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan dilaksanakan maka akan menginterpretasikan objek yang dirasakan tadi. Berarti dalam hal ini, respon pada dasarnya merupakan proses pemehaman terhadap apa yang terjadi di lingkungan orang yang sedang menanggapi atau memberikan respon antara lingkungan dengan manusia dan tingkah lakunya adalah hubungan timbal balik, saling terkait dan saling mempengaruhi.

Namun meskipun demikian, terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon yaitu:

1. Variabel Struktural yakni faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik.

2. Variabel Fungsional yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthcfield dalam Sarlito, 1991:47).

(29)

peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang oleh Hunt dinamakan respon

Teori rangsang balas (stimulus response theory) yang sering juga disebut sebagai teori penguat dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial. Teori penguat dapat juga untuk menerangkan sikap. Yang dimaksud sikap di sini adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia mengalami suatu rangsang tertentu. Sikap ini biasa terjadi terhadap benda, situasi, orang, kelompok, nilai-nilai dan semua hal yang terdapat disekitar manusia.

Respon seseorang terhadap suatu objek akan mempengaruhi juga oleh sejumlah mana pemehaman terhadap objek respon tersebut. Sesuatu objek respon yang belum jelas atau belum nampak sama sekali tidak mungkin akan memberikan makna, sehingga apalagi objek tersebut sesuai dengan apa yang pernah dirasakan (Sarlito, 1983:93).

2.2

Gambaran Umum Sektor Pertanian

(30)

beras, menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menunjang sektor nonpertanian melalui penyediaan bahan baku industri.Sejalan dengan tahapan dan keberhasilan pembangunan pertanian yang telah dicapai, proses transformasi struktural perekonomian nasional akan terus berlangsung dengan ciri sebagai berikut.

1. Peran relatif sektor pertanian dan sumbangannya terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja semakin menurun.

2. Pangsa ekspor bahan setengah jadi dan jadi makin besar.

3. Daerah pedesaan semakin terbuka, baik berupa hungan antar desa serta antar desa dan kota, maupun berupa arus informasi sehingga pola pikir Petani semakin kritis dan rasional.

4. Keterkaitan antarberbagai sektor ekonomi semakin tinggi.

Terjadinya perubahan pola berusaha tani dari orientasi peningkatan produksi semata-mata ke orientasi pemanfaatan sumber daya yang optimal dalam rangka meraih nilai tambah hasil produksi pertanian yang lebih besar.

(31)

kelompok negara didalam kawasan kesepakatan yang mengikat atas kepentingan masing-masing (Daniel, 2001:161).

2.2.1 Gambaran Sektor Pertanian Propinsi Sumatera Utara

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa tingkat yang tinggi saja tidak cukup karena pertumbuhan ekonomi tidak berkualitas hanya akan dinikmati segelintir orang kaya sementara orang miskin sama sekali tidak akan tersentuh.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 tercatat mencapai 5.13%, pada tahun 2005 mencapai 5.6% dan pada tahun 2006 mencapai 5.48%. pada triwulan (TW) 1 2007, realisasi pertumbuhan ekonomi tercatat mencapai 5.97%.

Pemerintah dalam Rancangan APBN Perubahan memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada TW II 2007 berkisar 6–6.11%, sehingga pertumbuhan ekonomi pada semester 1/2007 mencapai 6.04% dari target selama tahun 2007 sebesar 6.3%. meskipun perekonomian tumbuh namun belum mampu menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Pertumbuhan yang tidak menyerap tenaga kerja, nanti ujungnya kemiskinan yang semakin melebar. Meskipun perekonomian untuk 6% sampai 7%, namun belum mampu menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

(32)

level sebelum krisis pada tahun 1997 sebesar 4.7%. Sulitnya mengurangi tingkat pengangguran atau menciptakan lapangan kerja baru itu merupakan cermin dari lambatnya gerak laju ekspansi sektor usaha riil. Ini terjadi karena dunia usaha belum memiliki kapasitas baru untuk mengembangkan usaha yang dapat mendorong penyerapan angkatan kerja semakin bertambah. Dunia usaha masih mengeluh kesulitan memperoleh tambahan modal, baik modal investasi maupun modal kerja dari perbankan. Padahal perbankan saat ini masih mengalami kelebihan likuiditas. Masih rendahnya saluran dana perbankan ke sektor riil menunjukkan masih besarnya ketidakpastian dalam berusaha.

Dalam pembangunan ekonomi Sumatera Utara, sektor pertanian merupakan sektor prioritas yang pembangunannya difokuskan kepada pembangunan agribisnis dan ketahanan pangan. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mencapai tingkat pertumbuhan Sektor pertanian adalah sektor yang relatif dapat bertahan dan tegar akibat krisis ekonomi.

Sektor pertanian memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Sumut, untuk 2003 sebesar 24.94%, 2004 sebesar 24.47% dan 2005 sebesar 23.44%. selain itu, sektor ini mampu menyerap angkatan kerja sekitar 51.60% dari 52.8 juta penduduk yang tergolong angkatan kerja.

(33)

sistem ketahanan pangan sampai ke tingkat rumah tangga mencakup ketersediaan bahan pangan, sistim distribusi, sistem penganekaragaman konsumsi bahan pangan dan sistem kewaspadaan pangan termasuk mutu dan kandungan gizinya.

Di Sumatera Utara, selama ini sistem agribisnis yang berbasis sumber daya lokal telah berkembang dan sebagian diantaranya berhasil memasuki pasar internasional. Berbagai produk agribisnis hortikultura seperti jarak, wartel, lobak, bunga kol, pisang barangan, manggis, salak, kuini, durian dan lain-lain yang sampai saat ini menjadi ekspor unggulan daerah Sumut untuk pasar dmestik dan internasional seperti Singapura dan Malaysia

(http://www.bainfokomsumut.go.id/open.php?id=353&db=gis)

Potensi pertanian dan perkebunan tersebar di Kabupaten Tapanuli Selatan,

Tapanuli Utara, Deli Serdang, Labuhan Batu, Asahan, dan Simalungun dengan

komoditas utama (paling potensial) kelapa sawit, kopi, karet, coklat, teh, dan

tembakau. Hasil yang berlimpah di sektor pertanian dan perkebunan di Sumatra

Utara ternyata belum memberi dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan

rakyat setempat. Sangat mungkin bahwa hasilnya lebih banyak tersedot ke pusat

dan kurang terdistribusikan secara proporsional ke daerah. Hal serupa terjadi di

daerah lain di seluruh Indonesia, terutama di daerah-daerah kaya, seperti

Kalimantan Timur, Aceh, Riau, Irian Jaya, dan lain-lainnya.

Hasil tanaman pangan dan areal pertanian di Sumatra Utara pada tahun

(34)

panen ubi kayu 35.246 ha, hasil produksinya 421.460 ton; luas panen kacang hijau

13.143 ha, hasil produksinya 12.568 ton; dan luas areal panen kedelai 36.529 ha,

hasil produksinya 39.303 ton.

Sedangkan hasil produksi pertanian terutama tanaman pangan tahun 1998

menunjukkan perkembangan berikut; luas panen padi 823.749 hektar, hasil

produksinya 2.321.049 ton; luas panen ubi kayu 40.917 hektar, hasil produksinya

488.149 ton; luas panen jagung 183.332 hektar, hasil produksinya 509.809 ton;

luas panen ubi jaJar 12.015 hektar, hasil produksinya 106.618 ton; kacang tanah

24.907 hektar, hasil produksinya 26.037 ton; kacang kedelai 42.242 hektar, hasil

produksinya 44.503 ton; dan kacang hijau 12.662 hektar, hasil produksinya

11.984 ton.

Hasil pertanian lainnya, yaitu sayur-sayuran pada tahun 1998

menunjukkan hasil sebagai berikut: bawang merah 53.741 ton; bawang putih

10.560 ton, daun bawang 18.286 ton; kentang 251.577 ton; kubis 229.589 ton;

sawi 69.392 ton; wortel 57.942 ton; kacang panjang 28.955 ton; cabe 83.856 ton;

tomat 121.929 ton; terung 29.538 ton; buncis 46.135 ton, dan ketimun 40.866 ton.

Hasil buah-buahan pada tahun 1998 adalah seperti berikut: alpukat 4.911

ton; jeruk 112.267 ton; mangga 10.999 ton; rambutan 17.881 ton; durian 53.554

ton; pepaya 15.090 ton, pisang 125.507 ton; nenas 42.755 ton; salak 93.232 ton;

nangka 17.786 ton. Berdasarkan data ini, ternyata pisang mempunyai potensi yang

paling baik dengan hasil yang sangat tinggi. Sementara itu, meski tidak ada dalam

(35)

yang enak rasanya yang sudah dikemas dalam botol minuman ini sudah menjadi

semacam trade mark Kota Medan. Sedangkan hasil buah-buahan lain belum

dikelola secara modern seperti di Thailand, Filipina, Taiwan, dan negara-negara

lainnya, padahal potensi hasil pertanian pangan di Sumut cukup menjanjikan dan

tidak kalah dibandingkan dengan negara-negara itu. Jika potensi yang sangat baik

itu dapat dikelola lebih profesional sudah pasti ia akan dapat meningkatkan

pendapatan daerah, dan jika dieskpor ke negara lain akan mendatangkan devisa

negara.(http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=vie w&id=3491&Itemid=1545).

2.2.2 Gambaran Sektor Pertanian di Kabupaten Asahan/Batu Bara

Teramati secara jelas, pelaksanaan Otonomi Daerah yang semula ditujukan untuk membangun Kabupaten-kabupaten/Kota dengan mengoptimasikan sumber-sumber daya kewilayahan, ternyata ada yang terjebak melebarkan kegiatan pungutan-pungutan yang berasal dari rakyat. Berbagai macam retribusi yang dilaksanakan di daerah-daerah menyebabkan biaya ekonomi tinggi yang justru tidak memperlihatkan bahwa pungutan-pungutan tersebut mempunyai arti yang signifikan untuk menyejahterakan rakyat.

(36)

sumber-sumber daya kewilayahan, seperti sumber daya tanah, sumber daya ruang, yang ditujukan untuk mentransformasikan Ekonomi Kabupaten Berbasis Pertanian menjadi Ekonomi Kabupaten Berbasis Industri.

Potensi Ekonomi Kabupaten Asahan dalam perspektif Ekonomi Kewilayahan, yaitu kemampuan wilayah memberikan nilai ekonomik bagi peningkatan kualitas hidup rakyat, Kabupaten Asahan harus ditempatkan dalam dua dimensi, yaitu: Kabupaten Asahan sebagai Kabupaten Agraris dan Kabupaten Maritim.

(37)

Kabupaten lainnya, atau lebih spesifik Kabupaten yang menjadi tetangga Kabupaten Asahan, juga mempunyai jenis tutupan lahan yang sama. Persoalannya sekarang ialah bagaimana caranya membangun Keunggulan Kompetitif atau Daya Saing di Kabupaten Asahan menggunakan titik tolak bahwa Ekonomi Kabupaten Asahan merupakan Ekonomi Berbasis Pertanian.

Cara yang digunakan untuk mendapatkan keunggulan, yaitu dengan cara melakukan transformasi dari Ekonomi Berbasis Pertanian Umum menjadi Ekonomi Berbasis Pertanian dengan Spesialisasi.

Untuk membangun Ekonomi Berbasis Pertanian dengan Spesialisasi memerlukan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Pertanian yang Berkelanjutan. Berkenaan dengan hal tersebut diperlukan Kebijakan Pembangunan Pertanian yang kuat untuk menetapkan Keunggulan Kompetitif Pertanian yang dibentuk dari desa-desa yang digunakan untuk membentuk Keunggulan Kompetitif Pertanian Kecamatan.

(38)

Kabupaten Asahan merupakan Kabupaten yang mempunyai wilayah pesisir dan laut. Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Asahan harus dapat dijadikan sebagai fokus pembangunan. Pada wilayah pesisir dan laut terdapat sumber-sumber daya ekonomik, baik yang bersifat Sumber Daya Hayati, Sumber Daya Non-Hayati, dan Sumber Daya Ruang.

Strategi yang harus ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Asahan dalam menciptakan Keunggulan Kompetitif terutama yang berkaitan dengan pengelolaan Potensi Sumber-sumber Daya Pesisir adalah dengan mengidentifikasikan seluruh potensi sumber daya pesisir. Kemudian ditetapkan potensi yang mana yang mempunyai nilai prospektif dan ekonomik yang terbaik. Disamping itu, Kabupaten Asahan harus mampu membangun Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pesisir, yang mengacu kepada tiga komponen, yaitu pendapatan, tabungan, dan investasi yang diberlakukan untuk Kabupaten Asahan. Atau dengan kata lain, Kabupaten Asahan membuat Model Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pesisir yang diberlakukan di lingkungan Kabupaten Asahan. Unsur-unsur yang dimasukkan ke dalam tiga komponen dibuat sendiri dengan mengacu kepada kondisi riil Kabupaten Asahan.

(39)

kerekayasaan. Tindakan tersebut antara lain dilakukan upaya meningkatkan tingkat kesuburan tanah menggunakan berbagai macam pupuk.

Upaya meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara intensifikasi tetap berada dalam domain tidak ditujukan untuk membangun Keunggulan Kompetitif. Pembangunan dalam bidang pertanian di Kabupaten dalam perspektif Otonomi Daerah mestinya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan internal (kebutuhan Kabupaten itu sendiri) dan kebutuhan eksternal, yang diarahkan untuk membangun keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif digunakan sebagai dasar oleh Kabupaten masuk ke dalam pasar dunia. Atau dengan kata lain, Kabupaten mampu melakukan ekspor komoditas ke luar negeri.

Kabupaten Asahan merupakan Kabupaten Agraris yang mempunyai potensi yang besar untuk membangun keunggulan kompetitif. Demikian juga Kabupaten Asahan sebagai Kabupaten Maritim. Terdapat hal yang sangat penting bila Kabupaten Asahan mampu masuk pasar dunia, yaitu akan mudah mencari investor yang dilibatkan secara aktif untuk membangun ekonomi Kabupaten Berbasis Industri.

(40)

Strategi Pembangunan Kabupaten Asahan mestinya diarahkan kepada Pola Pembangunan yang jelas. Artinya program-program pembangunan yang seperti apa yang harus dibuat tahapan-tahapannya sehingga mampu mewujudkan Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan Berbasis Agraris yang mampu mewujudkan Keunggulan Kompetitif dalam bidang pertanian secara nyata dalam perspektif perdagangan dunia.

Pertumbuhan ekonomi para petani yang melibatkan komponen-komponen pendapatan, tabungan, dan investasi harus terukur secara jelas. Dalam lingkup Pembangunan Kabupaten Asahan Berbasis Agraris harus mampu memperlihatkan bahwa potensi sumber daya tanah Kabupaten Asahan memang digunakan sebesar-besarnya untuk peningkatan kualitas hidup rakyat (http://www.pemkab-asahan.go.id/sekapur.htm).

Sedangkan, Pertanian di Kabupaten Batu bara menurut kepala dinas pertanian Drs Idris dalam laporannya kepada anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Drs Yopie S Batubara, Lundu Panjaitan dan Parlindungan Purba saat berkunjung ke Batubara.

(41)

Hal yang harus diwaspadai Pemkab Batu bara, yaitu tentang penyaluran pupuk dan pestisida, tenaga kerja, Sebagai kabupaten lumbung padi, penyaluran pupuk menjadi isu yang sangat sensitif itu harus menjadi perhatian. (http://www.kaskus.us/showthread.php?t=471158&page=234).

2.3 Pembangunan

Pertanian

Untuk menjabarkan pembangunan pertanian, terlebih dahulu akan dipaparkan pengertian dari pembangunan dari para ahli, antara lain menurut S.P. Siagian.

Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan negara suatu bangsa, dan pemerintah menuju modernitas di dalam rangka pembinaan bangsa.

Lebih lanjut Drs. Sunyoto (1971) memberikan batasan sebagai berikut: Pembangunan adalah merupakan: a. Suatu perubahan, b.Yang dilakukan dengan sengaja, c. Ketingkah laku yang lebih baik, d. Atas dasar norma-norma tertentu”. Berdasarkan jalan pikiran diatas dapat disimpulkan bahwa: ”pembangunan adalah suatu proses perubahan yang sadar dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh warga masyarakat, dan dengan perencanaan yang teratur, serta bertujuan mencapai tingkat hidup yang lebih baik.

(42)

Jadi pembangunan dalam bidang pertanian adalah suatu proses pertumbuhan dan perubahan secara sadar dibidang pertanian, baik dilaksanakan oleh pemerintah maupun yang dilakukan oleh warga masyarakat itu sendiri, menuju pada tingkat yang lebih baik pada bidang tersebut, yang pada gilirannya akan menaikkan pendapatan perkapita serta tingkat hidup warga masyarakat.

Berdasarkan penjelasan serta pengertian dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa: Pembangunan pertanian adalah proses perubahan yang secara sadar dilakukan pemerintah maupaun warga masyarakat dan dengan pelaksanaan yang berencana, memulai pengenalan cara dan sarana yang baru dalam bidang pertanian.

(43)

gagasan baru ini pada umumnya di peloporo oleh pemerintah dalam hal ini pemerintah berperan sebagai pihak yang mengenalkan gagasan-gagasan baru, sedangkan warga masyarakat desa berperan sebagai penerima gagasan baru tersebut, dan diharapkan untuk melaksanakannya.

Dalam hal ini peranan warga masyarakat sangatlah penting, karena walaupun gagasan-gagasan baru itu dikenalkan tidak akan bermanfaat apabila tidak dilaksanakan. Berarti, keikutsertaan warga masyarakat desa dalam pelaksanaan pembangunan turut menentukan hasil pembangunan itu sendiri.

Guna mendapatkan pengertian yang lebih terperinci tentang keikutsertaan warga masyarakat desa dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, di bawah ini akan dibicarakan masalah partisipasi. Menurut Keith Davis partisipasi adalah sebagai berikut: partisipasi keikutsertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok, sehingga memberikan dorongan untuk mencapai tujuan kelompok dan memberikan adil bagi tumbuhnya rasa tanggung jawab atas pencapaian tujuan pembangunan tersebut.

(44)

Partisipasi juga dapat sebagai keterlibatan individu-individu pada suatu pronyek tertentu. Partisipasi meliputi kegiatan fisik/mental seperti sumbangan tenaga, pikiran, mengajukan usul, kritik didalam pertemuan-pertemuan dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan diatas tampak bahwa terbuka kemungkinan bagi setiap anggota masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam hal tertentu, dengan menyumbangkan pikiran dan tenaganya, dalam bentuk keikutsertaannya pada kegiatan yang bersifat fisik atau mental. Jadi dapat di peroleh suatu gambaran bahwa keikutsertaan warga masyarakat desa dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berarti:

1. Memberikan usul-usul, pandangan, saran, serta kritik dalam suatu kesempatan tertentu, tentang tata cara dan sarana yang baru di bidang pertanian yang dikenalkan pemerintah;

2. Ikut serta memakai bibit unggul;

3. Ikut serta dalam memakai obat pemberantas hama dan penyakit; 4. Ikut serta dalam memakai pupuk;

5. Ikut serta membantu dalam mengadakan irigasi yang baik dan dalam pemanfaatannya;

(45)

2.4

Kebijakan Umum Pembanguanan Pertanian Nasional

Kebijakan umum pembangunan pertanian nasional dalam lima tahun kedepan mengacu kepada GBHN yang terkait dengan pembangunan pangan dan sektor pertanian. Di antaranya yaitu:

1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan;

2. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global dengan mengembangkan kompetensi dan produk unggulan daerah berbasis sumber daya domestik dan menghilangkan segala bentuk perlakukan diskriminatif; 3. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi agar lebih efisien,

produktif, dan berdaya saing;

4. Mengoptimalkan peran pemerintah dalam mengembangkan kekuatan pelaku ekonomi pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang mengganggu mekanisme pasar;

5. Mengembangkan sistem ketahanan pangan dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan dan distribusi pangan, diversifikasi pangan dan gizi, pemberdayaan/peningkatan pendapatan petani, dan keberlanjutan pembangunan pertanian.

(46)

2.4.1 Kebijakan Pembangunan Pertanian Propinsi Sumatera Utara Kebijakan/Program Kegiatan Strategis Sektor Pertanian

Meningkatkan peran sektor pertanian dalam sumbangannya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bagi Sumatera Utara dan peningkatan pendapatan dan nilai tukar petani.

Program pembangunan :

1. Peningkatan Ketahanan Pangan; 2. Program Pengembangan Agribisnis; 3. Pengembangan Kesejahteraan Petani; 4. Program Pemanfaatan Sumber Daya Hutan; 5. Program Pengembangan Sumber Daya Perikanan. Kegiatan antara Lain :

1 Meningkatkan ketersediaan bahan pangan dengan cara Intensifikasi, Ekstensifikasi, Diversifikasi bahan pangan dan pengembangan agribisnis didukung oleh sektor agropolitan (seperti pengembangan Kawasan Agropolitan Sumatera Utara).

2. Meningkatkan peremajaan/rehabilitasi kebun-kebun yang tua serta mengembangkan teknologi pasca panen.

3. Melaksanakan pengawasan dan operasi pemberantasan ilegal logging. 4. Pemberdayaan nelayan kecil melalui bantuan kapal dan alat tangkap yang modern.

(47)

6. Mewujudkan swasembada protein hewani dengan kegiatan Inseminasi buatan.

7. Mengembangkan penggemukan ternak dan mencegah berjangkitnya wabah penyakit hewan menular.

(http://www.google.co.id/search?q=kebijakan+propinsi+sumatera+utara+d alam+pertanian&hl=id&start=10&sa=N).

2.4.2 Kebijakan Pembangunan Pertanian Kabupaten Asahan/Batu Bara Kebijakan dan Kegiatan Strategis Sektor Pertanian

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) kab.Asahan tahun 2007, pembangunan tanaman pangan dilaksanakan melalui Program Peningkatan Ketahanan Pangan yang tujuannya adalah untuk memfasilitasi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Sasaran yang ingin dicapai adalah:

(1) Ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal;

(2) Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat; dan (3) Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan.

(48)

(1) Ketersediaan pangan; (2) Distribusi pangan;

(3) Konsumsi dan Diversifikasi pangan; (4) Penelitian dan pengembangan SDM; dan (5) Legislasi dan regulasi.

Untuk aspek ketersediaan pangan, operasional program pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha bidang tanaman pangan yang mampu menghasilkan produk, memiliki daya saing dan nilai tambah yang tinggi sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat. Pembangunan tanaman pangan diprioritaskan pada komoditas unggulan. Untuk prioritas pertama pada padi, jagung, kedelai, dan prioritas kedua pada kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, dan komoditas alternatif/unggulan daerah.

Pembiayaan program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan bersumber dari:

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

(2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten Asahan (3) Kredit (perbankan, KUKM, dll)

(4) Kemitraan (kerjasama dengan swasta)

(49)

anggaran tugas pembantuan. Anggaran dekonsentrasi dilaksanakan oleh propinsi, sedangkan anggaran tugas pembantuan dilaksanakan oleh propinsi dan kabupaten/kota.

Agar tujuan dan sasaran pembangunan tanaman pangan yang dilaksanakan melalui program dan kegiatan yang dibiayai dari APBN dan APBD dapat berjalan dengan lancar, sasaran dan tepat waktu serta anggaran yang tersedia dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin.

(http://209.85.175.104/search?q=cache:BkGnMku5pdoJ:agribisnis.deptan.go.id/w eb/dipertantb/pedum/tp.doc+kebijakan/program+pertanian+yang+diberikan+kabu paten+asahan&hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=id)

Bupati Asahan Drs H Risuddin didampingi Kadis Pertanian dan Peternakan Ir Oktoni menyerahkan bantuan pertanian kepada petani se Kab Asahan-Kabupaten Batu bara berupa bibit padi, benih jagung, benih kedelai, sapi, traktor mini, hand traktor, power threser, pemipil jagung, bibit buah buahan, di halaman kantor Camat Meranti.

(50)

nasional dengan sasaran tanam 28.621,44 Ha, benih jagung 20.702 ton, benih kedelai 600 kg yang telah didistribusikan ke 17 Kecamatan. Kecamatan yang mendapat bantuan benih padi adalah Kecamatan Sei Suka 52,900 kg, Air Putih 128.185 kg, Medang Deras 86.590 kg, Lima Puluh 68.400 Kg, Talawi untuk 7 Desa dengan 29 kelompok tani 39.400 kg, Sei Balai 3 Desa diterima 27 kelompok tani 79.500 kg, Meranti 6 Desa dengan 29 kelompok tani 70.650 kg, Buntu Pane 3 Desa diterima 3 kelompok tani 2560 kg, Air Batu 3 Desa 5 kelompok tani 2500 kg, Bandar Pulau 1 Desa 1 kelompok tani 2275 kg, Pulo Rakyat 10.250 kg, Air Joman 2 Desa 5 kelompok tani 5325 kg, Simpang Empat 2876 kg, Tanjung Tiram 31,175 kg dan Sei Kepayang 64.000 kg. Benih jagung diterima 9 kecamatan yaitu Kecamatan Buntu Pane, BP Mandoge, Aek Kuasan, Pulo Rakyat, Bandar Pula, Medang Deras, Sei Suka, Air Putih dan Simpang Empat sebanyak 20.708 kg, benih kedelai untuk Kecamatan Aek Kuasan 600 kg, bantuan sapi 98 ekor untuk Kecamatan Pulau Rakyat, Lima Puluh dan Simpang Empat, bantuan domba/kambing 300 ekor untuk Kecamatan Sei Balai, Kisaran Timur, Talawi dan Air Batu.

(51)

sawo, jeruk nipis untuk program penanggulangan kemiskinan

(http://hariansib.com/2007/11/22/bupati-asahan-serahkan-benih-dan-alat-alat-pertanian-kepada-petani/).

2.4.3 Fokus Pembangunan Pertanian

Sudaryanto dan Rusastra menjabarkan bahwa ada empat program utama dalam pelaksanaan pembangunan pertanian lima tahun mendatang yaitu:

1. Transformasi struktur ekonomi berbasis pertanian

Pembangunan ekonomi nasional yang mengandalkan sektor pertanian selain industri dan pariwisata, perlu didukung oleh perumusan kebijaksanaan sebagai berikut:

a. Reposisi sektor pertanian dengan menempatkannya sebagai sektor pemimpin dan penggerak pembangunan nasional.

b. Restrukturisasi dalam sektor pertanian sendiri, khususnya sub-sektor perkebunan, peternakan, dan perikanan dengan keberpihakan kepada petani dan nelayan.

c. Kebijaksanaan makro ekonomi, khusunya fiskal dan moneter harus diarahkan untuk menunjang restrukturisasi perekonomian nasional dan pertanian.

(52)

dan optimal melalui pengembangan dan penataan kelembagaan pertanian dan pedesaan.

e. Pengembangan agroindustri di pedesaan sehingga mampu meningkatkan nilai tambah, produktifitas, dan pendapatan masyarakat luas.

f. Mengembangkan kebijaksanaan pendukung dalam pengembangan sistem komoditi (produksi, pascapanen/pengembangan produk, pemasaran dan perdagangan, serta pengembangan konsumsi/permintaan domestik dan ekspor) secara komprehensif dan kondusif dengan sasaran peningkatan produksi, kesempatan kerja, pendapatan/kesejahteraan petani, dan devisa sektor pertanian

2. Peningkatan ketahanan pangan nasional

Dimasa yang akan datang, fokus perlu diarahkan kepada implementasi paradigma baru ketahanan pangan berkelanjutan. Kelemahan mendasar konsep ketahanan pangan sebelumnya perlu dipahami sebagai titik tolak pemahaman dan pelaksanaan paradigma baru ketahanan pangan ini. Kelemahan tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Terfokus pada aspek ketersediaan dan keterjangkauan, dengan sasaran utama swasembada beras pada tingkat harga murah.

(53)

c. Diabaikannya pemberdayaan (peningkatan pendapatan) petani sehingga timbul krisis pangan 1998 yang dipicu oleh lemahnya daya beli masyarakat.

d. Fokus yang dominan terhadap ketahan pangan (beras) nasional dan diabaikannya aspek ketahanan pangan rumah tangga.

e. Adanya dilema kebijaksanaan, yaitu upaya peningkatan produksi di satu piahak, dan pada sisi lain harga ditetapkan murah untuk melindungi masyarakat berpendapatan rendah atau agar biaya produksi manufaktur rendah.

3. Program pengembangan agrobisnis

Pengembangan agrobisnis diyakini dapat menyumbang pada pertumbuhan dan sekaligus menjamin pemerataan pembangunan nasional, yang dilaksanakan oleh proporsinya yang besar dalam penerapan tenaga kerja (73,0%) dan PDB nasional (70,0%), pada tahun 1997.

(54)

4. Perspektif pembangunan agropolitan

Konsep agropolitan pada dasarnya mencoba untuk mengakomodasi dua hal utama, yaitu menempatkan sektor pertanian sebagai sumber pertumbuhan ekonomi utama, dan diberlakukannya ketentuan-ketentuan mengenai otonomi daerah. Pentingnya wacana dan pengembangan agropolitan didasari oleh pemikiran lemahnya hubungan fungsional antara desa dengan kota, yang secara hakiki saling menghidupi, namun kenyataannya bersifat eksplotatif. Indefendensi rasio antara sektor pertanian dengan sektor pengelolaan tahun 1990 hanya 0,26, yang artinya hanya sekitar 26% dari produk pertanian yang mengalami proses pengolahan sebelum sampai ke pasar, yang mengindikasikan diterlantarkannya pengembangan agroindustri (Daniel, 2001:167).

2.4.4 Teori-Teori Pembangunan Pertanian

1. Pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional

(55)

pembangunan ekonomi yang lebih teliti, pertanian tidak hanya dihadapkan dengan industri dalam model dua sektor tetapi model antar sektor.

2. Model-model pembangunan pertanian

Pembangunan pertanian indonesia yang ditekankan pada peningkatan produksi beras sebenarnya secara sederhana dapat digambarkan sebagi berkisar pada program Bimbingan Masal (Bimas) dengan berbagai aspeknya.

Model ini dikembangkan pada tahun 1963/1964 dengan luas lahan 100 ha sebagai contoh, di daerah karawang, inti dari pada usaha ini adalah 5 usaha sehingga disebut ”panca usaha” yaitu: 1. penggunaan bibit unggul; 2. pemupukan; 3. pembrantasan hama dan penyakit; 4. pengairan; 5. perbaikan dalam cara bercocok tanam. Model bimas ini dengan berbagai variasi dan perbaikan serta penyempurnaan dilaksanakan terus menerus tiap tahun dan pada tahun 1969/1970 dalam bentuk model bimas unit desa atau ”bimas yang disempurnakan”. Tiap unit desa terdiri dari 600-1000 ha sawah dan dilayani oleh 1 unit Bank Desa BRI, 1-2 kios/pedagang pupuk dan obat-obatan

(56)

3. Syarat-syarat pembangunan pertanian

A.T. Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan kedalam basasa indonesia telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak negara dan menggolong-golongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Menurut Mosher ada 5 syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian.

Kalau satu saja syarat-syarat tersebut tidak ada maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis, syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah:

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang.

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani, dan

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.

Di damping syarat-syarat mutlak yang lima itu menurut Mosher ada 5 syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi kalu ada (atau dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar itu dalah:

1. Pendidikan pembangunan. 2. Kredit produksi.

(57)

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.

5. Perencanaan nasional dari pada pembangunan nasional.

Analisa yang lebih mendalam atas kesepuluh syarat-syarat tersebut diatas di mana berdasarkan pengalaman pembangunan pertanian di negara kita, membawa kita pada kesimpulan bahwa sebenarnya iklim pembangunan yang merangsang adalah kunci utama. Iklim yang merangsang bagi pembangunan pertanian telah dapat tercipta dengan pelaksanaan repelita mulai 1969/1970 yang secara tegas memberi prioritas pada sektor pertanian.

4. Teknologi dan pembangunan pertanian

(58)

Misalnya ada petani yang berhasil mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari pada rekan-rekannya karena ia menggunakan sistem pengairan yang lebih teratur. Caranya hanya dengan menggenangi sawah pada saat-saat tertentu pada waktu menyebarkan pupuk dan sesudahnya itu mengeringkannya untuk memeberi kesempatan tanaman untuk mengisapnya. Inovasai berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru.

5. Menuju teori pembangunan pertanian bagi indonesia

Teori-teori pembanguna pertanian dan pembahasan atas aspek-aspek ekonomi dari pembangunan pertanian dan persoalan-persoalan pertanian pada umumnya dibagi dalam empat segi pandangan:

1. Pandangan sektoral yaitu pertanian ditinjau sebagai suatu sektor berhadapan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian nasional.

2. Masih efisiensi dalam pembangunan faktor-faktor produksi pertanian.

3. Pendekatan dari segi komoditi terutama komoditi-komoditi utama yang dihasilkan, dan

4. Pendekatan dari segi pembangunan daerah.

(59)

keperluannya. Kadang-kadang analisa suatu masalah harus dilaksanakan dengan memakai lebih dari satu cara pendekatan sekaligus.

Selain itu secara ekonomi makro pembangunan pertanian dapat dianalisa melalui tiga kerangka pemikiran:

1. Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi. 2. Sifat-sifat ekonomi dari pada pertanian tradisionil. 3. Proses ekonomi dari pada modernisasi pertanian.

Kerangaka pemikiran yang pertama dan kedua adalah sama ”pandangan sektoral” sebagai mana telah disebutkan diatas. Sayangnya bagi negara kita teori-teori yang dikembangkan dalam bidang ini kurang mengenai. Walaupun hubungan timbal balik antara sektor pertanian dan sektor-sektor di luar pertanian memang erat tapi tidak seperti yang dijumpai di Jepang. Sektor industri di indonesia tidak dapat dikatakan ”menggantungkan pada sektor pertanian”dalam persediaan tenaga kerjanya (Mubyanto,1972:186).

2.4.5 Aspek Penunjang Pembangunan Pertanian

(60)

Dapat dijelaskan aspek penunjang pembangunan pertanian, khususnya yang menyangkut kebijaksanaan non-harga, yaitu antara lain kebijaksanaan infrastruktur, irigasi, program intensifikasi, padat karya, subsidi desa, Koperasi Unit Desa (KUD) dan program pedesaan yang lain.

1. Kebijaksanaan infrastruktur

Yang dimaksud dengan kebijaksanaan infrastruktur adalah kebijaksanaan yang menyangkut kegiatan pembangunan sarana transportasi dari pusat-pusat infrmasi ke daerah penerima informasi. Fungsi sarana transfortasi memeng tidak diragukan lagi peranannya dalam pembangunan pertanian.dari yang semula daerah ”tertutup” yang dicirikan oleh sistem ekonomi yang sederhana, kemudian menjadi ”terbuka” karena adanya sarana transportasi. Dengan demikian sistem ekonomi dari yang semula ”tertutup” juga akan menjadi ”terbuka”. Tentu saja karena pengaruh sentuhan teknologi. Begitu pula halnya dengan sistem ekonomi yang semula sistem saling tukar menukar berubah menjadi sistem uang di mana penjualan dan pembelian akan ditentukan oleh mekanisme pasar. Dalam kebijaksanaan pembangunan lima tahun (PELITA), pembangunan infrastruktur ini kian semakin mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan panjangnya jalan yang semakin meningkat setiap tahunnya.

2. Kebijaksanaan irigasi

(61)

pertanian kian nyata dan bahkan produksi padi kini menjadi cukup besar sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Bagaimana mendahulukan pembangunan infrastruktur transportasi dan irigasi ini untuk kepentingan pembangunan industri. Khususnya dalam PELITA yang diawali sejak 1968/1969, kebijaksanaan infrastruktur transportasi dan irigasi ini juga mendapatkan perhatian yang cukup besar. Dalam pembangunan irigasi, bukan saja melaksanakan pembangunan waduk atau saluran irigasi yang baru, tetapi juga program rehabilitasi dan perluasan serta berbaikan irigasi. Misalnya proyek pekalen sampeyan, bengawan solo, kali brantas, dan sebagainya.

3. Program intensifikasi

Program intensifikasi pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan produksi pertanian per kesatuan luas. Program ini akan berhasil kalau faktor yang mempengaruhi adanya senjang produktivitas itu diketahui.

(62)

berproduksi yang lain, misalnya pelayanan yang diberikan oleh BULOG (Badan Urusan Logistik), KUD, BPP (Balai Penyuluhan Pertanian), dan sebagainya.

4. Padat karya

Program padat karya dirancang untuk mengatasi masalah pengangguran tenaga kerja di pedesaan. Misalnya pelaksanaan program padat karya pada saat musin paceklik. Oleh karenanya, program ini biasanya bersifat massal yang memerlukan banyak tenaga kerja, sebagai contoh program padat karya perbaikan saluran irigasi, sarana transportasi di pedesaan, mendirikan lumbung desa, dan sebagainya. Karena program padat karya ini dititik beratkan pada sarana pendukung kegiatan ekonomi di pedesaan, maka pengaruhnya juga akan terlihat pada peningkatan produksi pertanian.

5. Subsidi desa

(63)

dilakukan adalah berdasarkan rapat warga desa. Musyawarah yang dilakukan oleh LKMD ini bertujuan untuk mementukan proyek pembangunan apa saja yang dikehendaki oleh masyarakat yang, tentunya, operasionalnya ditentukan oleh besar-kecilnya dana yang tersedia.

6. KUD dan program pedesaan yang lain

KUD adalah lembaga koperasi yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan gotong royong. Pada lembaga ini keputusan tertinggi terletak di tangan anggota. Perkembangan KUD kian pesat dari tahun ketahun, terutama karena fungsinya sebagai lembaga yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan pengadaan pangan.

(64)

2.5 Kerangka Pemikiran

Pembangunan sekor pertanian yang dilakukan oleh pemerintah pusat, baik pemerintah daerah yang kita lihat sekarang ini belum maksimal, padahal dahulu indonesia merupakan negara yang berswasembada pangan yaitu khususnya beras. Tetapi kini sektor pembangunan pertanian kurang di perhatikan secara serius untuk kesejahteraan petaninya, dalam masa reformasi dan kerisis ekonomi yang melanda ekonomi bangsa tentu dapat kita lihat sektor pertanian masih bertahan dari guncangan krisis ekonomi, pertanian memberikan lapangan pekerjaan pada masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan. Berbagai upaya dan usaha program pemerintah untuk pembangunan pertanian seperti contoh pemberian bibit padi unggul, subsidi pupuk, obat-obatan pertanian, membangun waduk, irigasi sawah, penyuluh pertanian dan lain sebagainya, kesemuanya itu merupakan usaha dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat petani agar hidup lebih baik lagi.

(65)
(66)
[image:66.595.119.483.77.757.2]

Gambar 1

Bagan Kerangka Pemikiran

Pemerintah

Adapun Upaya Pemerintah Mencakup Yaitu:  Membangun sarana dan prasarana pertanian  Memberikan bibit padi unggul secara gratis  Menaikkan harga pokok pembelian gabah

 Memberikan Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL)  Membuat Perkumpulan Petani Pemakai Air (P2A)  Memberikan obat-obatan pertanian secara gratis  Memberikan subsidi pupuk kepada petani  Memberlakukan jadwal dan pola tanam padi  Melarang alih fungsi lahan produktif sawah  Melakukan pertemuan di balai desa

 Membentuk kelompok tani.

Masyarakat Petani

Respon yang diberiakan

(67)

2.6 Defenisi

Konsep

Konsep adalah suatu defenisi, suatu abstraksi mengenai suatu gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Amirin, 2000:63). Untuk mengetahui konsep yang digunakan, penulis membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Respon adalah suatu tanggapan, reaksi maupun jawaban.

2. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirian bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.

3. Petani adalah anggota masyarakat desa yang tinggal didesa/daerah yang bermata pencaharian pokok bercocok tanam atau mengolah tanah pertanian, baik yang memiliki tanah dan mengolah sendiri, maupun petani penggarapnya.

4. Masyarakat petani adalah masyarakat yang mata pencaharian hidupnya bekerja sebagai petani.

5. Respon masyarakat petani adalah suatu tanggapan, reaksi maupun jawaban dari masyarakat petani desa tanah tinggi terhadap upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan melalui pembangunan sektor pertanian.

6. Upaya adalah usaha untuk mencapai maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar.

(68)

8. Pemerintah adalah kekuasaan memerintah sesuatu negara (daerah-negara) atau badan yang tertinggi yang memerintah sesuatu negara. Atau dalam hal ini Pemerintah Kab.Asahan/Batu bara

9. Kesejahteraan adalah berarti aman sentosa, makmur, atau selamat, artinya terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran.

10. Pembangunan adalah suatu proses yang tidak pernah berhenti, dalam usaha mencapai keadaan yang lebih baik.

11. Pertanian adalah digunakannya kegiatan manusian yang ditujuan memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan hal mana pertama-tama dicapai dengan jalan sengaja mempergunakan segala kemungkinan yang diberikan alam untuk mengembang biakkan tumbuhan 12. Pembangunan pertanian adalah proses perubahan yang secara sadar

dilakukan pemerintah maupun warga masyarakat desa, dan dengan pelaksanaan yang berencana, melalui pengenalan secara dan sarana yang baru dalam bidang pertanian, serta bertujuan untuk meningkatkan produktifitas.

2.7 Defenisi

Operasional

(69)

Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Defenisi operasional merupakan suatu informasi ilmiah yang memberitahukan bagaimana caranya m

Gambar

Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 1 Tata Guna Tanah
Tabel 4
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah Turen memiliki sejarah panjang, tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Turen. Ini berarti ada semacam tanggung jawab sosial dan kultural dari

Satu contoh menarik ialah Program Kepimpinan Teknologi yang merupakan satu usaha kreatif sekolah dalam bentuk sokongan teknikal komputer boleh dipeluaskan

1. Citizen Journalism Net Tv: CJ Net dengan moto “Everybody Can Be Journalist”, merupakan media jurnalisme warga untuk mencari, menonton dan berbagi informasi

Metode penetapan awal Ramadhan dan Syawal (hari Raya) yang dalam sejarah diilustrasikan hanya menggunakan murni rukyah al-hilal pada gilirannya perlu direkonstruksi

ASDP Indonesia Ferry, serta operator pelayaran atas terselenggaranya fasilitas pelayanan dan sarana prasarana, termasuk penerapan protokol kesehatan untuk pencegahan

Yuliani Nurani Sujiono, (2009:7) Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan

Frog eye merupakan teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek atau dengan ketinggian

Untuk menganalisa kinerja dari alat secara keseluruhan diperlukan pengamatan bentuk sinyal keluaran ECG pada layar televisi dengan sinyal ECG referensi seperti