• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 Gambaran Umum Kelurahan Jatinegara

5.1.2 Gambaran Umum Situ Rawa Badung

Situ Rawa Badung merupakan salah satu dari 40 situ yang berada di DKI Jakarta. Situ Rawa Badung berlokasi di RW 008 Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur. Secara administratif, sebelah utara Situ Rawa Badung berbatasan dengan pemukiman RW 013 Kelurahan Jatinegara, sebelah timur berbatasan dengan kawasan industri PT. JIEP, sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman RW 008, dan sebelah barat berbatasan dengan Jalan Dr. Radjiman Widyodiningrat.

Situ Rawa Badung memiliki kedalaman enam meter. Semula Situ Rawa Badung memiliki luas mencapai 5 ha akan tetapi saat ini luas situ hanya 3 ha. Hal ini dikarenakan sebagian luas situ telah diurug dan dijadikan jalan raya dan pemukiman warga (lihat Gambar 3).

Keterangan:

Luas situ saat ini 3 ha Lahan yang diurug warga ± 2 ha

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Propinsi DKI Jakarta (2004) Gambar 3. Luas Situ Rawa Badung

43 5.1.3 Kualitas Air Situ Rawa Badung

Tabel 7 merupakan data uji kualitas air Situ Rawa Badung tahun 2010 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi DKI Jakarta, status kualitas air situ tersebut tergolong dalam kategori cemar ringan. Pengujian kualitas air situ menggunakan baku mutu air sungai golongan C yaitu air yang penggunaannya untuk sektor perikanan dan peternakan sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995.

Tabel 7. Laporan Hasil Uji Kualitas Air Situ Rawa Badung

No Parameter Satuan Hasil Uji Baku Mutu Air Sungai Gol.C Inlet Tengah Outlet

1 Daya Hantar Listrik µhos/cm 545,50 571,00 584,00 750,00

2 Zat padat terlarut mg/L 268,00 283,00 296,00 500,00

3 Zat padat tersuspensi mg/L 179,0 144,0 111,0 100,00

4 Oksigen terlarut mg/L 10,17 9,68 2,48 3,00

5 Kekeruhan NTU 287,00 290,00 344,00 100,00

6 Suhu oC 33,60 31,20 29,00 suhu air normal

7 Salinitas 0/00 0,02 0,02 0,02 8 Merkuri mg/L < 0,001 < 0,001 < 0,001 0,002 9 Ammonia (NH3) mg/L 5,87 7,66 10,97 2,0 10 Flourida (F) mg/L * * * 1,50 11 Kadmium (Cd) mg/L < 0,003 < 0,003 < 0,003 0,010 12 Chlorida (Cl) mg/L 65,09 65,09 57,85 20,0 13 Klorin bebas mg/L * * * 0,003 14 Chromium (total) mg/L * * * 15 Crom Hexavalen (Cr6+) mg/L * * * 0,050 16 Nikel (Ni) mg/L < 0,010 < 0,010 < 0,010 0,10 17 Nitrit (NO2) mg/L 0,076 0,037 0,023 1,00 18 pH 8,9 8,4 8,1 6,0-8,5 19 Phosphat (PO4) mg/L 0,94 1,02 1,22 0,50 20 Seng (Zn) mg/L 0,061 0,033 0,069 0,050 21 Sulfat (SO4) mg/L 30,32 31,16 34,59 50,0 22 Sulfida (H2S) mg/L 0,52 0,43 0,37 0,002 23 Tembaga (Cu) mg/L < 0,006 < 0,006 < 0,006 0,020 24 Timah Hitam (Pb) mg/L < 0,023 < 0,023 < 0,023 0,030 25 Fenol mg/L 0,031 0,032 0,033 0,002

26 Minyak dan lemak mg/L * * *

27 Senyawa Aktif Biru

Metilen mg/L 0,11 0,11 0,16 0,50 28 Organik (KMnO4) mg/L 188,79 128,14 82,23 25,00 29 BOD (20oC, 5 hari) mg/L 84,00 66,90 38,00 20,00 30 COD (Dichromat) mg/L 247,62 225,24 178,29 30,00 MIKROBIOLOGI 31 Bakteri Coli /100 mL 11 .104 28 . 104 28 . 105 20.000 32 Bakteri Coli Tinja /100 mL 23 .103 17 . 104 22. 104 4.000 *) tidak terdeteksi

Parameter bercetak tebal telah diakrediatasi oleh KAN Sumber : BPLHD DKI Jakarta (2010)

44 a. Zat Padat Tersuspensi dan Kekeruhan

Zat padat tersuspensi (TSS) terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS pada inlet, tengah maupun outlet situ tersebut melebihi baku mutu air sungai golongan C. Artinya, kepekatan warna air atau kekeruhan yang terjadi pada situ tersebut diindikasikan akibat kelebihan TSS dari baku mutu. Hal ini dibuktikan dengan tingkat kekeruhan pada inlet, tengah maupun outlet situ tersebut yang juga melebihi baku mutu.

b. Oksigen Terlarut

Kadar oksigen terlarut pada outlet situ tersebut lebih rendah dari baku mutu air sungai golongan C. Hal ini disebabkan masukan dari limbah penduduk yang mengandung bahan organik sangat tinggi. Proses perombakan senyawa organik yang merupakan reaksi biokimia memerlukan oksigen yang terlarut dalam air, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut. Hasil penguraian bahan organik dapat menghasilkan unsur-unsur hara yang bersifat menyuburkan perairan, tetapi pada konsentrasi tertentu bisa membahayakan kehidupan organisme lain.

c. Ammonia (NH3)

Ammonia (NH3) merupakan gas tidak berwarna, berbau khas amoniak,

iritan, mudah larut dalam air dan biasanya berasal dari urine, yaitu zat sisa metabolisme manusia. Kadar zat tersebut pada inlet, tengah maupun outlet situ melebihi baku mutu air sungai golongan C. Kandungan zat tersebut pada situ

45 berdampak negatif bagi kesehatan karena dapat menyebabkan iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata.

d. Chlorida (Cl)

Kadar zat Chlorida (Cl) pada inlet, tengah maupun outlet situ melebihi baku mutu air sungai golongan C. Toksisitas zat tersebut tergantung pada gugus zatnya. Tingginya kadar Cl pada air akan menimbulkan rasa asin karena Cl merupakan zat yang mengandung garam. Untuk beberapa gugus Cl yang memiliki tiksisitas tinggi berpotensi menyebabkan kanker pada manusia.

e. Derajat Keasaman (pH)

Inlet pada situ tersebut memiliki pH yang melebihi baku mutu air sungai

golongan C. Artinya pH pada inlet situ tersebut adalah basa. Buangan limbah rumah tangga seperti deterjen merupakan salah satu penyebab kebasaan yang terjadi pada inlet situ tersebut.

f. Phosphat (PO4)

Kadar zat Phosphat (PO4) pada inlet, tengah maupun outlet pada situ

tersebut melebihi baku mutu air sungai golongan C. Buangan rumah tangga yang mengandung deterjen merupakan salah satu kontributor masuknya unsur fosfat ke perairan situ. Zat ini berguna untuk pertumbuhan organisme dan merupakan faktor yang menentukan produktivitas badan air. Tingginya kadar PO4 pada

perairan menyuburkan tanaman air yang selanjutnya mempercepat pendangkalan pada situ tersebut.

g. Seng (Zn)

Kadar Seng (Zn) pada inlet dan outlet situ tersebut melebihi baku mutu air sungai golongan C. Pada dasarnya seng memiliki toksisitas yang rendah. Namun,

46 apabila terkontaminasi dengan air dapat menimbulkan rasa kesat, dapat menimbulkan gejala muntaber. Kandungan zat ini pada situ berasal dari limbah rumah tangga maupun industri seperti kosmetik, keramik, karet, dan sebagainya. h. Sulfida (H2S)

Kadar zat Sulfida (H2S) pada inlet, tengah maupun outlet situ tersebut

melebihi baku mutu air sungai golongan C. Sulfida (H2S) merupakan gas tidak

berwarna, beracun, dan sangat mudah terbakar, bau seperti bau telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Zat tersebut bersifat iritan paru-paru dan dapat melumpuhkan saluran pernapasan.

i. Fenol

Kadar zat fenol pada inlet, tengah maupun outlet situ tersebut melebihi baku mutu air sungai golongan C. Fenol dalam perairan dapat berasal dari alam, limbah industri dan buangan rumah tangga. Pada air buangan rumah tangga, fenol biasanya banyak terdapat pada desinfektan, antiseptik, insektisida dan zat pewarna. Air limbah yang mengandung senyawa fenol atau turunannya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena bersifat toksik dan karsinogenik. j. Organik (KMnO4)

Zat Organik (KMnO4) pada inlet, tengah maupun outlet situ tersebut

melebihi baku mutu air sungai golongan C. Zat ini merupakan bahan kimia yang digunakan untuk water treatment. Namun, apabila kadar zat ini berlebihan akan memberikan dampak bahaya terhadap kesehatan karena dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit, serta gangguan pada perut usus serta saluran pernapasan.

47 k. BOD dan COD

Kadar BOD dan COD pada inlet, tengah maupun outlet situ tersebut melebihi baku mutu air sungai golongan C. BOD (Biological Oxygent Demand) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan secara biologi, sedangkan COD (Chemical Oxygent Demand) adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.

Tingginya bahan organik berarti oksigen terlarut yang dibutuhkan semakin besar dalam proses perombakan. semakin tinggi nilai BOD, maka semakin tinggi pula zat pencemar organik yang terkandung dalam air tersebut. Semakin tinggi nilai COD, maka semakin banyak oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi material-material organik yang terdapat dalam air. Akibatnya oksigen yang tersedia di dalam air akan berkurang. Apabila kondisi ini berlangsung terus menerus akan mengganggu self-purification di dalam air yang mempengaruhi proses kehidupan biota air didalamnya.

l. Bakteri Coli dan Bakteri Coli Tinja

Kadar bakteri Coli dan bakteri Coli Tinja pada inlet, tengah maupun outlet

pada situ tersebut melebihi baku mutu air sungai golongan C. Hal ini dipengaruhi jarak septic tank warga sekitar, Sistem sanitasi atau pembuangan limbah rumah tangga penduduk yang tidak memenuhi kriteria sehingga menyebabkan tingginya kandungan bakteri pada situ tersebut. Bahaya yang ditimbulkan akibat terkontaminasi bakteri ini antara lain keracunan makanan, diare, penyakit saluran kemih, pneumonia, bakteremia, meningitis neonatal dan colangitis.

48 5.2 Karakteristik Responden

Karekteristik umum responden sekitar lokasi Situ Rawa Badung diperoleh berdasarkan hasil wawancara kuisioner kepada 96 responden. Responden merupakan wakil dari setiap rumah tangga yang mewakili warga RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara. Karakteristik umum responden meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan formal terakhir, jenis pekerjaan, total pendapatan per bulan satu rumah tangga, status tempat tinggal, dan lama tinggal di sekitar lokasi Situ Rawa Badung.