• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT AKIBAT KERUSAKAN SITU RAWA BADUNG

DAFTAR LAMPIRAN

2.7 Konsep Value of Sick Leave

Berdasarkan form State of New York Departement of Civil Service, Value

of Sick Leave (VSL) merupakan suatu pendekatan untuk mengestimasi nilai dari

cuti sakit bagi pegawai. Bagi pegawai yang hendak pensiun sebaiknya melakukan estimasi terhadap nilai aktual dari cuti sakit mereka yang mana hal itu bisa digunakan untuk mengurangi premi asuransi kesehatan ketika masuk pada masa pensiun. Berikut adalah langkah-langkah menghitung Value of Sick Leave:

Hourly Rate of Pay (HRP)

Langkah 1. Menentukan jumlah jam kerja per hari dengan cara membagi jumlah jam kerja perminggu dengan 5. Contohnya, 40 jam per minggu dibagi 5 sama dengan 8 jam per hari, walaupun seseorang bekerja dalam empat hari dengan jam kerja 10 jam per harinya.

Langkah 2. Menentukan HRP dengan cara membagi total gaji dalam satu tahun dengan jumlah jam kerja dalam satu tahun.

Sick Leave Credit

Langkah 3. Menentukan nilai rupiah cuti sakit dengan cara mengalikan HRP dengan akumulasi jam cuti sakit.

Langkah 4. Menentukan kredit bulanan dengan cara membagi total rupiah dari nilai cuti sakit dengan harapan hidup ketika masa pensiun.

21 2.8 Averting Behavior Methods

The Averting Behavior Methods (ABM) menggambarkan pengeluaran yang

dibuat atau dikeluarkan masyarakat dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif degradasi lingkungan. Metode ini menggunakan biaya dari pembelian barang (produk) tertentu untuk menilai kualitas lingkungan. Secara umum, metode ini sangat sesuai diaplikasikan untuk kasus-kasus dimana pencegahan kerusakan atau pengeluaran untuk barang-barang pengganti benar- benar ada atau benar-benar akan dibuat (Jones, et al. 2000).

Averting Behavior Methods didasarkan pada asumsi bahwa apabila orang

menerima biaya untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya jasa lingkungan atau mengganti jasa ekosistem, maka nilai jasa lingkungan tersebut setidaknya harus sama dengan harga yang dibayarkan individu untuk penggantian tersebut (Jones, et al. 2000). Adapun asumsi lain dalam ABM adalah sebagai berikut :

 Individu mengenali dampak negatif kerusakan lingkungan terhadap kesejahteraan mereka;

 Individu mampu menyesuaikan kebiasaan mereka untuk mencegah atau mengurangi dampak tersebut.

Jones, et al. (2000) menyebutkan bahwa terdapat tiga tipe Averting

Behavior Methods, yaitu:

a. Damage Cost Avoided atau Preventive Expenditure

Metode Damage Cost Avoided mengestimasi nilai ekonomi berdasarkan biaya yang dihasilkan akibat hilangnya jasa lingkungan. Pendekatan ini menggunakan nilai properti yang dilindungi atau biaya dari tindakan yang diambil

22 untuk mencegah kerusakan sebagai sebuah ukuran dari manfaat yang disediakan ekosistem (lingkungan). Pendekatan ini secara khusus sangat bermanfaat dalam penilaian ekosistem yang menyediakan suatu bentuk perlindungan alami. Tahapan pelaksanaan Damage Cost Avoided Method:

1) Mengenali jasa perlindungan yang disediakan dan menaksir area proteksi yang akan berubah sesuai skenario kehilangan ekosistem tertentu; mencakup informasi mengenai kemungkinan peristiwa kerusakan yang terjadi dan tingkat kerusakan dibawah skenario ecosystem loss yang berbeda.

2) Mengenali infrastruktur, properti dan populasi manusia yang akan terkena dampak perubahan proteksi menjelaskan batasan dampak yang tidak akan dianalisa.

3) Mengestimasi skala tambahan kerusakan di bawah skenario kehilangan ekosistem.

4) Mengestimasi biaya kerusakan tersebut dengan menggunakan informasi dari nilai aset yang mempunyai resiko.

b. Replacement Cost

Replacement Cost adalah metode yang mengestimasi nilai jasa lingkungan

sebagai biaya penggantian jasa tersebut dengan barang dan jasa alternatif buatan. Metode ini menggambarkan jasa lingkungan yang bisa ditiru dengan menggunakan teknologi. Pada dasarnya, dalam metode ini diasumsikan bahwa sejumlah uang yang dikeluarkan masyarakat untuk mengganti aset (jasa) lingkungan secara umum sama dengan manfaat yang hilang dari jasa yang tersedia untuk masyarakat.

23

c. Substitute Cost

Substitute Cost adalah metode yang mengestimasi nilai jasa lingkungan

sebagai biaya yang dikeluarkan untuk mensubsitusi barang dan jasa yang hilang akibat kerusakan lingkungan, dapat dengan menggunakan teknologi. Barang dan jasa yang digunakan untuk mensubsitusi sebaiknya harus sama atau lebih baik dari kondisi yang ada.

Averting Behavior Methods memiliki beberapa kelebihan sebagai metode

dalam penilaian kerusakan (Aravossis dan Karydis, 2004), antara lain: 1) Data yang dibutuhkan relatif sederhana;

2) Estimasi nilai menggunakan data pengeluaran aktual;

Selain kelebihan diatas, Averting Behavior Methods memiliki permasalahan dan keterbatasan sebagai berikut (Hadley, et al., 2011):

1) Metode ini bukan metode yang sering digunakan;

2) Metode ini hanya dapat memperkirakan use value dari sumberdaya alam dan lingkungan;

3) Penggunaan metode ini terbatas pada kasus-kasus dimana rumah tangga menghabiskan uang untuk mengimbangi penurunan kualitas lingkungan; 4) Penggunaan metode ini terbatas pada kasus-kasus dimana mereka yang

terkena dampak langsung, bertindak mengurangi permasalahan kualitas lingkungan;

5) Sulit mendapatkan data yang sesuai. 2.9 Konsep Time Preference dan Discounting

Berdasarkan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), ketika menimbang manfaat dan biaya proyek restorasi pesisir dan program

24 pengelolaan lingkungan, pemilihan tingkat diskonto adalah pertimbangan utama dan sering menjadi sumber kontroversi. Discount rate atau tingkat diskonto adalah tingkat di mana masyarakat secara keseluruhan bersedia trade off untuk manfaat masa depan. Tingkat diskonto diperlukan karena satu dolar yang diterima saat ini dianggap lebih berharga dari satu diterima di masa depan.

Ada empat alasan utama untuk menerapkan tingkat diskonto yang positif. Pertama, tingkat positif inflasi mengurangi daya beli dolar dari waktu ke waktu. Kedua, dolar dapat diinvestasikan hari ini, mendapatkan tingkat pengembalian yang positif. Ketiga, ada ketidakpastian seputar kemampuan untuk memperoleh pendapatan masa depan yang dijanjikan. Artinya, ada risiko bahwa manfaat masa depan (misalnya, hasil tangkapan ikan ditingkatkan) tidak akan pernah terwujud. Akhirnya, manusia umumnya tidak sabar dan lebih memilih kepuasan instan untuk menunggu keuntungan jangka panjang. Tingkat diskonto yang digunakan untuk kompres aliran manfaat masa depan dan biaya menjadi jumlah nilai tunggal ini. Dengan demikian, present value adalah nilai sekarang dari aliran pembayaran, penerimaan, atau biaya yang terjadi dari waktu ke waktu, sebagai diskon melalui penggunaan tingkat suku bunga. Secara matematis, nilai sekarang dari manfaat masa depan atau biaya dihitung berdasarkan persamaan (1) berikut ini:

Persamaan (2) merupakan persamaan yang dapat menghitung nilai masa depan dari manfaat saat ini.

Keterangan:

25 PV = Present Value (nilai sekarang dari manfaat atau biaya)

r = Tingkat suku bunga atau discount rate

t = Jumlah periode antara sekarang dan saat manfaat atau biaya yang diharapkan terjadi.

2.10 Penelitian Terdahulu

Hendrawan (2005), melakukan penelitian dengan judul “Kualitas Air Sungai dan Situ di DKI Jakarta”. Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi pencemaran lingkungan sungai dan situ. Hal ini dikaitkan dengan tingkat kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungan yang sehat dan bersih. Pendugaan pencemaran dapat dilakukan dengan melihat pengaruh polutan terhadap kehidupan organisme perairan dan lingkungannya. Unit penduga adanya pencemar tersebut diklasifikasikan dalam parameter fisika, kimia, dan biologi. Dalam menetapkan kualitas air, parameter-parameter tersebut sebaiknya tidak berdiri sendiri tapi dapat ditransformasikan dalam suatu nilai tunggal yang mewakili yang disebut Indeks Kualitas Air. Hasil perhitungan terhadap nilai IKA menunjukkan bahwa 83% sungai dan 79% situ yang ada di DKI Jakarta ada dalam katergori buruk.

Saiverda (2008), melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penduduk Sekitar dan Unsur Lokasi Terhadap Fungsi Situ Ria Rio Jakarta Timur”. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa fungsi Situ Ria Rio dipengaruhi oleh karakteristik pendidikan penduduknya yang sebagian besar masih rendah, kepadatan penduduk sekitar yang tinggi, dan tidak tersedianya sarana dan prasarana sanitasi lingkungan yang sesuai untuk suatu situ. Hal tersebutlah yang mendorong penurunan fungsi pada Situ Ria Rio.

26 Gita (2010), melakukan penelitian dengan judul “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Pencemaran Lingkungan Terhadap Kesehatan Masyarakat: Studi Kasus di Kelurahan Kapuk Muara”. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi persepsi responden terhadap pencemaran lingkungan; (2) mengestimasi nilai kerugian ekonomi akibat pencemaran lingkungan terhadap kesehatan masyarakat Kelurahan Kapuk Muara; dan (3) mengidentifikasi bagaimana keinginan dan kemauan responden terhadap keadaan lingkungan. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil: (1) persepsi responden terhadap kualitas udara dan kenyamanan tempat tinggal adalah cukup; (2) estimasi nilai kerugian ekonomi riil dari dampak pencemaran lingkungan terhadap kesehatan masyarakat dalam satu tahun adalah sebesar Rp 2.225.935.275; (3) masyarakat menginginkan lingkungan yang bebas dari pencemaran.

Wicaksono (2010), melakukan penelitian dengan judul “Estimasi Kerugian Masyarakat Akibat Bencana Banjir dan Ketersedian Membayar Masyarakat Terhadap Program Perbaikan Lingkungan (Studi Kasus di Kampng Pulo Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur)”. Tujuan dari penelitian tersebut salah satunya adalah mengidentifikasi besarnya nilai atau biaya yang dikeluarkan masyarakat sebagai upaya dalam pencegahan bencana banjir. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil: nilai total kerugian yang ditanggung oleh masyarakat Kampung Pulo yaitu sebesar Rp 50.384.428.043,- melalui beberapa tindakan, yaitu: peninggian rumah, penanaman pohon, pembangunan tanggul, serta biaya kebersihan.

27 III. KERANGKA PEMIKIRAN

Situ Rawa Badung merupakan salah satu danau yang terdapat di DKI Jakarta, tepatnya berada pada Kelurahan Jatinegara. Saat ini kondisi situ tersebut mengalami kerusakan, yaitu penurunan kualitas sebagai ekosistem danau. Hal ini ditandai dengan pendangkalan dan pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia maupun secara alami.

Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan keragaan pengelolaan Situ Rawa Badung. Tahap ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Tahap kedua dalam penelitian ini adalah mengidentifikasikan persepsi responden yang bermukim disekitar Situ Rawa Badung terhadap kerusakan yang terjadi pada danau tersebut. Tahap ini menggunakan teknik analisis deskriptif dan kualitatif.

Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat sekitar Situ Rawa Badung akibat kerusakan situ tersebut. Kerusakan danau hanya dilihat dari sisi terjadinya pencemaran dan pendangkalan yang terjadi pada situ tersebut. Pertama, pencemaran dan banjir yang terjadi akan mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar yang dapat menimbulkan penyakit. Bagi masyarakat yang menderita sakit, akan menimbulkan biaya pengobatan. Kerugian ekonomi dari segi kesehatan akan diestimasi menggunakan pendekatan

Cost of Illness. Kedua, konversi lahan yang terjadi di sekitar situ menyebabkan

penyempitan dan pendangkalan pada area situ tersebut. Penyempitan menyebabkan situ tidak dapat maksimal menampung air apabila turun hujan. Akibatnya, air akan meluap dan terjadilah banjir. Kerugian ekonomi dari segi ini

28 akan diestimasi menggunakan pendekatan Averting Behavior Method yaitu

Preventive Expenditure.

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai besarnya kerugian ekonomi masyarakat akibat pencemaran dan banjir yang terjadi sebagai bentuk dari kerusakan situ. Dengan demikian, informasi tersebut dapat dijadikan saran bagi pihak-pihak terkait dalam pengambilan kebijakan untuk melakukan pemulihan atau restorasi lingkungan baik di dalam maupun disekitar situ. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, maka dibuat alur kerangka berpikir yang dapat dilihat pada Gambar 1.

29 Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Berpikir

Situ Rawa Badung, Kelurahan Jatinegara, Jakarta Timur

Penurunan Kualitas Lingkungan Kerusakan Situ: Pencemaran dan pendangkalan Persepsi Masyarakat mengenai Kerusakan Situ Konversi Lahan Analisis Deskriptif Keragaan Pengelolaan Situ Pencemaran Pendekatan Cost Of Illness Kesehatan Masyarakat Analisis Deskriptif dan Kualitatif Biaya untuk Pencegahan Banjir Averting Behavior Methods (ABM): Preventive Expenditure Tingkah Laku Masyarakat

Nilai Kerugian Ekonomi

30 IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pemukiman sekitar Situ Rawa Badung, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Kotamadya Jakarta Timur, Propinsi DKI Jakarta. Lokasi Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Gambar 2. Pemilihan lokasi dipilih secara sengaja (purposive) karena berdasarkan data, daerah ini mengalami dampak secara langsung dari kerusakan Situ Rawa Badung. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April hingga Juni 2011.

Sumber: google.co.id

Gambar 2. Peta Lokasi Situ Rawa Badung

Situ Rawa Badung

31 4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara berupa kuesioner kepada responden dan observasi lapang. Data primer yang digunakan antara lain: data mengenai besarnya biaya kesehatan yang dikeluarkan masyarakat akibat kerusakan situ tersebut serta biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pencegahan ataupun penanggulangan apabila air pemukaan situ meluap atau banjir.

Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan antara lain data-data yang terkait dengan daerah penelitian serta data lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian. Data sekunder berasal dari buku referensi, internet, informasi dan sumber dari kantor Kelurahan Jatinegara, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta, Suku Dinas Perkerjaan Umum Propinsi DKI Jakarta, serta badan atau lembaga yang terkait dengan penelitian.

4.3 Penentuan Jumlah Responden

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

non-probability sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling yaitu

memilih secara sengaja responden dengan kriteria tertentu untuk dijadikan sampel. Pengambilan responden dilakukan dengan memilih rumah tangga yang lokasi tinggalnya berdekatan dengan Situ Rawa Badung dan mudah ditemui karena masyarakat tersebut yang merasakan dampak secara langsung berupa kerugian ekonomi akibat kerusakan situ. Jumlah Sampel yang diambil adalah sebanyak 96 Kepala Keluarga (KK). Jumlah responden ditentukan dengan rumus Slovin berikut ini:

32 Keterangan:

n = ukuran sampel, N = ukuran populasi,

e = batas maksimum kesalahan yang masih diterima, asumsi: 10% Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 1954 KK yang berada di RT 001, RT 002, RT 013 (RW 008) dan RT 003 (RW 013) Kelurahan Jatinegara. Berikut adalah perhitungan penentuan jumlah sampel berdasarkan Persamaan (2).

4.4 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode prosedur penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Metode Analisis dan Sumber Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1. Mendeskripsikan

pengelolaan situ

Data primer dan data sekunder Analisis deskriptif 2. Mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai kerusakan situ

Data primer Analisis deskriptif

kualitatif 3. Estimasi kerugian ekonomi

masyarakat akibat kerusakan situ

Data primer dan data sekunder

Cost of Illness

dan Averting

Behaviour Methods

Penelitian dilakukan melalui studi literatur, observasi, pencarian dengan internet, pengisian kuesioner, wawancara secara langsung dengan responden. Untuk pengisian kuesioner dan wawancara langsung dilakukan secara purposive

33 4.5 Metode dan Analisis Data

Penelitian ini menganalisis data yang diperoleh secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007. Kemudian data diolah dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk gambar, tabel, dan perhitungan matematis.

4.5.1 Keragaan Pengelolaan Situ

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui deskripsi pengelolaan Situ Rawa Badung. Pengelolaan situ/danau dideskripsikan secara lebih jelas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keragaan pengelolaan situ/danau secara umum di Indonesia. Analisis yang digunakan dalam tahap ini adalah analisis deskriptif. 4.5.2 Persepsi Masyarakat Mengenai Kerusakan Situ

Menurut Effendy (1984) persepsi adalah penginderaan terhadap kesan yang timbul dari lingkungannya. Daya persepsi seseorang dapat diperkuat oleh adanya pengetahuan dan pengalaman. persepsi merupakan proses secara sadar dari stimulus. Lebih lanjut diungkapkan bahwa persepsi kita tergantung dari kemampuan psikologis serta kekuatan melihat, merasakan, mencium, mendengar dan meraba (Parteus, 1997).

Persepsi responden terhadap kerusakan situ/danau diukur dengan skala likert dimulai dengan skala terendah, yaitu sangat buruk diberi nilai 1, buruk diberi nilai 2, cukup baik diberi nilai 3, baik diberi nilai 4, dan sangat baik diberi nilai 5. Analisis mengenai persepsi ini dilakukan dengan mentabulasi data dengan bantuan program Microsoft Office Excel2007 kemudian hasil yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif dan kualitatif.

34 4.5.3 Estimasi Kerugian Ekonomi

4.5.3.1Cost of Illness

Lingkungan yang tercemar menyebabkan kesehatan masyarakat terganggu dengan menimbulkan berbagai macam penyakit. Ketika seseorang menderita sakit, akan menimbulkan biaya-biaya untuk mengobati penyakit tersebut. Menurut Dwight et al, (2004) pendekatan Cost of Illness atau biaya penyakit dapat digunakan untuk mengukur nilai dari kerugian kesehatan karena pencemaran, pendekatan ini didasarkan kepada keterkaitan fungsi kerusakan yang berhubungan dengan tingkat pencemaran dan pengaruhnya terhadap kesehatan fisik. Metode ini digunakan untuk memperkirakan biaya morbiditas akibat perubahan yang menyebabkan orang menderita sakit.

Cost of Illness terdiri dari Direct Cost, Indirect Cost, Opportunity Cost,

serta Intangible Cost. Dalam penelitian ini mengestimasi Cost of Illness melalui

Direct Cost, Indirect Cost, dan Opportunity Cost. Direct Cost merupakan biaya

langsung yang dikeluarkan penderita apabila terjangkit penyakit. Indirect Cost

merupakan biaya yang dikeluarkan oleh seseorang yaitu kepala keluarga apabila anggota keluarganya menderita penyakit. Opportunity Cost merupakan biaya kesempatan produktivitas yang hilang akibat menderita penyakit.

Direct Cost dan Indirect Cost dalam penelitian ini dianggap sebagai nilai

dari biaya pengobatan untuk menyembuhkan penyakit baik diderita responden maupun anggota keluarganya. Opportunity Cost adalah hilangnya pendapatan responden karena tidak dapat bekerja akibat sakit yang diderita. Nilai Cost of

Illness dapat dilihat pada persamaan (3) berikut ini.

35 Keterangan:

C = biaya penyakit

P = hilangnya pendapatan MC = biaya pengobatan a) Nilai Pendapatan yang Hilang

Nilai pendapatan responden yang hilang karena sakit dihitung berdasarkan Cost of Time. Cost of Time adalah kerugian responden yang tidak masuk kerja pada saat terkena sakit. Perhitungan nilai Cost of Time dibedakan pada responden yang bekerja sebagai pegawai dan non-pegawai.

Bagi responden yang bekerja sebagai pegawai, pendapatan tetap mereka saat ini tidak dipengaruhi oleh jumlah waktu tidak bekerja karena sakit. Namun, untuk mengetahui kehilangan pendapatan tersebut dapat diestimasi melalui pendekatan Value of Sick Leave sebagai proxy dari Cost of

Time.Value of Sick Leave menjelaskan bagaimana mengestimasi nilai aktual

dari cuti sakit yang dapat digunakan untuk mengurangi premi asuransi kesehatan pada masa pensiunan. Cost of Time pada responden non-pegawai sama dengan nilai hilangnya pendapatan per hari. Nilai ini diperoleh dari jumlah hari tidak bekerja responden non pegawai dikalikan dengan tingkat pendapatan responden per hari. Jadi, nilai pendapatan responden yang hilang dapat dihitung dengan persamaan (4) berikut ini:

Keterangan:

36 JHTK = jumlah jam/hari tidak kerja responden ke-i

TPR = tingkat pendapatan responden ke-i per jam/hari (Rp) n = jumlah responden

i = responden ke-i (1, 2, 3,…, n) b) Biaya Pengobatan

Biaya pengobatan yang ditanggung oleh responden dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk berobat, terdiri dari biaya kunjungan ke dokter atau puskesmas dan atau biaya pembelian obat. Biaya pengobatan responden merupakan biaya yang dikeluarkan responden untuk mengobati sakit pada saat responden tersebut atau anggota keluarga responden yang menderita sakit yang menjadi tanggungan responden, karena dalam penelitian ini responden adalah kepala keluarga, bukan hanya terdiri dari satu individu saja. Biaya pengobatan yang dikeluarkan responden dapat dilihat pada persamaan (5) berikut ini:

∑[ ]

Keterangan:

MC = biaya pengobatan per responden (Rp) BKD = biaya kunjungan ke dokter (Rp) BO = biaya pembelian obat (Rp) n = jumlah responden

i = responden ke-i (1, 2, 3, ..., n)

Nilai Cost of Illness dapat diestimasi melalui persamaan (4) dan (5), maka persamaan (3) dapat diubah menjadi berikut ini:

37

∑[ [ ]]

4.5.3.2Averting Behavior Method Pendekatan Preventive Expenditure

Biaya pencegahan dalam menghadapi banjir oleh responden dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk melakukan tindakan pencegahan. Biaya rata- rata dapat dicari dengan cara total jumlah uang yang dikeluarkan untuk melakukan pencegahan dibagi dengan jumlah responden yang mengeluarkan biaya untuk tindakan pencegahan. Nilai kerugian yang dicari adalah nilai pada tahun 2011 berdasarkan biaya yang dikeluarkan masyarakat dalam pencegahan luapan banjir dari Situ Rawa Badung dari tahun 2000 sampai 2011. Nilai rata-rata biaya pencegahan dapat dilihat pada Rumus (7) berikut ini:

Keterangan:

RBP = rata-rata biaya pencegahan BPi = biaya pencegahan (Rp)

n = jumlah responden yang mengeluarkan biaya i = responden ke-i (1, 2, 3, ..., n)

Berkaitan dengan waktu yang berbeda antar responden dalam melakukan upaya pencegahan terhadap luapan Situ Rawa Badung, maka dalam perhitungan dikonversi ke nilai saat ini (present value). Perhitungan biaya pencegahan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan discounting, yaitu nilai pada tahun tertentu dikonversikan ke nilai saat ini dengan tingkat suku bunga tertentu.

38 Tingkat suku bunga yang menjadi acuan penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito atau tabungan Bank Indonesia pada tahun 2011 yaitu sebesar 6,75%.

39 V. GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Jatinegara

Kelurahan Jatinegara merupakan salah satu kelurahan dari tujuh kelurahan yang berada pada Kecamatan Cakung, Kotamadya Jakarta Timur. Secara administratif, Kelurahan Jatinegara berbatasan dengan Kelurahan Rawa Terate di sebelah utara, Kelurahan jatinegara Kaum di sebelah Barat, Kelurahan Klender di sebelah selatan, dan Kelurahan Penggilingan di sebelah timur. Kelurahan Jatinegara memiliki luas kurang lebih sebesar 659,75 ha yang terbagi dalam 13 Rukun Warga (RW) dan 160 Rukun Tetangga (RT). Uniknya, sebagian besar luas dari kelurahan tersebut merupakan Kawasan Industri Pulogadung atau lebih dikenal dengan sebutan Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP). Penggunaan luas lahan di Kelurahan Jatinegara dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penggunaan Luas Lahan di Kelurahan Jatinegara

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Kawasan Industri 398 60,35

2 Kawasan Pemukiman 158,65 24,06

3 Kawasan Perdagangan dan Jasa 2,02 0,31

4 Kantor Pemerintahan 27,60 4,18

5 Fasilitas Umum 24,96 3,78

6 Ruang Terbuka Hijau 26,39 4,00

7 Jalan 19,69 2,99

8 Sungai dan Saluran Air 2,19 0,33

Total Luas Kelurahan Jatinegara 659,75 100

Sumber: Profil Kelurahan Jatinegara (2011)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Jatinegara (2011), jumlah penduduk di Kelurahan Jatinegara tahun 2011 berjumlah 85.441 jiwa. Jumlah