• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Desa Ciasmara

Gambaran Umum Desa Ciasmara Kondisi Geografis

Desa Ciasmara merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Luas wilayah Desa Ciasmara sebesar 625,250 Ha yang terdiri atas 325 Ha tanah pertanian, 200 Ha tanah kehutanan dan 101.250 Ha lainnya merupakan tanah pemukiman penduduk. Batas-batas wilayah Desa Ciasmara ialah (1) sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciasihan (2) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Purwabakti (3) sebelah barat berbatasan dengna Desa Cibunian dan (4) sebelah timur berbatasan dengan Desa Kabadungan (Kabupaten Sukabumi). Desa Ciasmara merupakan desa yang berada di daerah lereng Gunung Salak, dengan ketinggian 500-600 m dari permukaan laut dan rata-rata bersuhu sekitar 22-32oC dengan iklim kemarau dan penghujan. Desa Ciasmara terbagi menjadi 3 dusun dengan 11 RW dan 39 RT. Pemukiman penduduk yang dekat dengan kantor desa biasa disebut dengan “desa” sedangkan pemukiman penduduk liannya disebut “kampung”. Rincian nama kampung, RW dan RT di Desa Ciasmara pada tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran. Akses antar dusun di Desa Ciasmara sulit, karena wilayahnya yang terbilang jauh sehingga beberapa kampung sulit menuju ke sarana kesehatan dan pendidikan yang terdapat di dekat desa. Sarana dan prasaran perhubungan dei Desa Ciasmara dapat dilihat pada bagian lampiran.

Sebagian besar sarana dan prasarana perhubungan di Desa Ciasmara masih jalan tanah yaitu sebesar 31,45 persen, selanjutnya sebesar 25,16 persen merupakan jalan gang. Sarana dan prasarana perhubungan untuk mencapai beberapa “kampung” masih sulit untuk di jangkau karena hanya melalui jalan di tengah persawahan. Jalan yang masih buruk dan gelap di tengah persawahan merupakan akses satu-satunya bagi warga untuk menuju ke sarana dan prasarana penunjang kesehatan dan pendidikan. Sarana penunjang seperti kesehatan dan pendidikan terpusat di “desa” sehingga masyarakat sulit untuk mengaksesnya. Kondisi Demografi

Berdasarkan data monografi Desa Ciasmara penduduk Desa Ciasmara sebanyak 7.789 jiwa dengan proporsi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.022 jiwa dan perempuan sebanyak 3.767 jiwa. Sebanyak 57,8persen penduduk Desa Ciasmara didominasi pada usia subur yaitu 15-49 tahun, serta jumlah rumah tangga di Desa Ciasmara berjumlah 1.456 rumah tangga. Hal tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada usai subur.

Data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat di Desa Ciasmara sebanyak 29,26 persen menyelesaikan pendidikannya hanya sampai tingkat sekolah dasar. Penduduk yang tidak menyelesiakan pendidikan sekolah dasarnya menempati urutan keuda terbesar yaitu sebanyak 28,16 persen. Persentase penduduk yang menempuh tamat SMP atau tamat SMA hanya 10,79 persen. Berikut data tingkat pendidikan penduduk Desa Ciasmara dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan persentase tingkat penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Ciasmara tahun 2016

Tingkat pendidikan

penduduk Jumlah (Orang) Persentase (%) Tidak tamat SD /

sederajat 2.193 28.16

Tamat SD / sederajat 2.279 29.26

Tamat SLTP / sederajat 551 7.07

Tamat SLTA / sederjat 290 3.72

Tamat Akademi 28 0.36

Tamat Perguruan Tinggi /

S1 18 0.23

Lainnya 2.430 31.20

Jumlah 7.789 100.00

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa masih banyak penduduk Desa Ciasmara dengan pendidikan yang tergolong rendah sehingga sebagian besar penduduk Desa Ciasmara bermatapencaharian sebagai petani pemilik, buruh tani, pedagang dan buruh tani. Rincian jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa Ciasmara tahun 2015 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk jenis pekerjaan di Desa Ciasmara tahun 2016

Jenis pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tani / buruh tani 317 18.02

Petani pemilik 737 41.90 Pedagang 141 8.02 PNS 15 0.85 TNI / Polri 0 0 Pensiunan / purnawirawan 5 0.28 Swasta 80 4.55 Buruh pabrik 138 7.85 Pengrajin 15 0.85 Tukang bangunan 54 3.07 Penjahit 12 0.68 Tukang las 10 0.57 Tukang ojek 28 1.59 Bengkel 7 0.40 Sopir angkutan 21 1.19 Lainnya 179 10.18 Jumlah 1 759 100.00

Berdasarkan Tabel 5 sebanyak 41.90 persen penduduk bermata pencaharian sebagai petani pemilik. Penduduk yang bekerja sebagai petani pemilik biasanya mempekerjakan tetangga atau saudaranya sendiri untuk menggarap lahan milik mereka. Sebagian besar lahan yang dimiliki oleh petani pemilik adalah lahan padi sawah yang dimiliki secara turun temurun dari generasi

ke generasi keluarga mereka. Banyaknya lahan pertanian di Desa Ciasmara sebanyak 44,74 persen menjadikan 18,02 persen penduduk Desa Ciasmara sebagai buruh tani baik itu di lahan milik orang lain ataupun miliknya sendiri.

Program Keluarga Berencana di Desa Ciasmara

Desa Ciasmara memiliki sarana dan prasarana kesehatan di antaranya puskesmas, posyandu, dan poliklinik. Puskesmas yang ada di Desa Ciasmara pun merupakan puskesmas yang juga dikunjungi oleh masyarakat dari desa lainnya yang lokasinya berdekatan dengan Desa Ciasmara seperti Desa Parabakti dan Desa Cibunian. Puskesmas Desa Ciasmara berada tepat di depan kantor Desa Ciasmara (Lampiran 8 foto 2), sehingga dapat dikatakan fasilitas kesehatan Desa Ciasmara terpusat berada di wilayah “desa” (Lampiran 8 foto 1). Hal ini yang menyebabkan penduduk atau masyarakat yang tempat tinggalnya di “kampung” dan jauh dari desa atau pusat fasilitas kesehatan, memiliki akses yang lebih sulit dibandingkan dengan penduduk atau masyarakat yang tempat tinggalnya berada di “desa”.

Berdasarkan penuturan Bidan Inggit selaku bidan Desa Ciasmara, luasnya Desa Ciasmara merupakan salah satu tantangan bagi para pelayan kesehatan untuk dapat menjangkau PUS yang belum aktif menjadi peserta program keluarga berencana. Jalan rusak dan tidak adanya angkutan umum yang melintas di “kampung” merupakan hambatan bagi masyarakat untuk bisa mengakses fasilitas kesehatan yang jaraknya jauh dan berada di desa. Meskipun demikian, jumlah PUS di Desa Ciasmara yang mengikuti program keluarga berencana sudah mencapai sekitar 75 persen, sedangkan sekitar 25 persen yang tidak menggunakan KB. Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa, PLKB, kader, dan juga PUS, alasan tidak mengikuti program keluarga berencana maupun menggunakan alat kontrasepsi antara lain dilarang oleh tokoh agama setempat, karena dianggap menyalahi aturan agama, dalam hal ini adalah agama islam. Alasan selanjutnya adalah dari faktor kesehatan. Bidan dan PLKB mengakui memang efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi tertentu dapat dialami oleh sebagian PUS, namun biasanya dapat diatasi dengan mengganti alat/metode KB yang digunakan, misalnya dari suntik beralih ke pil, dan sebagainya.

Kader yang bertugas untuk memantau keadaan PUS. Hal ini dilakukan dengan cara berkunjung ke rumah PUS, melakukan pendataan sesuai dengan yang diminta oleh bidan maupun PLKB. Berdasarkan penuturan kader, ada beberapa PUS yang kurang mampu secara finansial, sehingga terkadang tidak membayar ketika membeli pil KB. Namun menurut Bidan Inggit selaku bidan desa, hal tersebut merupakan hal yang lumrah, karena dari Dinas Kesehatan pun sudah memberikan jatah pil dan hormonal gratis bagi PUS yang kurang mampu namun ingin tetap mengikuti program keluarga berencana.

Kader yang bertugas di Desa Ciasmara menyadari bahwa menjadi kader berarti menerima beban tanggung jawab yang besar. Bekerja secara sukarela dengan gaji per bulan hanya Rp 20.000, bahkan terkadang ketika ada kegiatan posyandu misalnya, ada PUS yang tidak membayar, kader secara sukarela jika mau, akan menalanginya terlebih dahulu. Salah satu keluhan yang cukup sering diungkapkan oleh kader adalah tidak adanya dana atau uang trasportasi ketika mengikuti rapat, sehingga mereka harus membayar dengan uang sendiri. Bagi

kader yang mempunyai penghasilan cukup hal tersebut tidak menjadi masalah, namun bagi beberapa kader yang pengahasilannya tidak seberapa, hal ini cukup memberatkan.

Bidan menyadari tanpa adanya kader maka program keluarga berencana di Desa Ciasmara tidak akan berjalan dengan lancar. Maka bidan dan PLKB selalu berusaha untuk meningkatkan lagi kinerja dan penghargaan untuk kader, meskipun untuk penghargaan memang sulit direalisasikan karena tidak adanya dana dari Dinas Kesehatan. Pelatihan yang diadakan oleh bidan maupun PLKB telah berlangsung selama bertahun-tahun. Menurut penjadwalan, pelatihan kader seharusnya dilakukan minimal 6 bulan sekali. Namun pada kenyataannya, 2 pelatihan terakhir adalah pada bulan Maret tahun 2015 dan bulan Februari 2016. Berdasarkan penuturan Mutia selaku PLKB, sudah ada peningkatan kegiatan untuk menjalin persaudaraan kader. Contohnya pada bulan Maret tahun 2016 yang lalu diadakan perlombaan kader cerdas antara Desa Ciasmara, Desa Cibunian, Desa Parabakti Atas, dan Desa Parabakti Bawah. Perlombaan tersebut dilakukan selain untuk mendekatkan kader antar desa, membangun jejaring, namun juga untuk melihat sejauh mana pengetahuan kader mengenai program keluarga berencana.

Kader mengaku senang dan puas dengan adanya kegiatan perlombaan kader antar desa tersebut, karena kader dapat mengetahui kemampuannya masing- masing dan juga mengetahui bagaimana kondisi kader di desa lain. Kader di Desa Ciasmara berharap akan ada pelatihan yang cukup rutin serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja. Salah satu usulan kader dari Kampung Jogjogan Hilir Desa Ciasmara, adalah agar kader dapat diberikan BPJS atau asuransi kesehatan. Kader merasa hal itu merupakan hal yang sangat penting, dan memang layak untuk diberikan untuk para kader yang sudah mengabdi secara sukarela untuk kepentingan masyarakat khususnya kesehatan.

Gambaran Umum Responden Deskripsi Karakteristik Kader

Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah kader Desa Ciasmara yang berjumlah 30 orang. Responden dalam penelitian ini dipilih secara acak dari total populasi 55 orang kader. Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan. Variabel usia akan diukur menggunakan skala ordinal. Berdasarkan Havighrust (1950) dalam Mugniesyah (2006) usia dikategorikan menjadi usia dewasa awal 18-29 tahun, usia dewasa pertengahan 30-50 tahun, dan usia tua 50 tahun ke atas. Jumlah dan persentase subjek penelitian pada kelompok berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel.

Pekerjaan adalah kegiatan utama berupa pekerjaan utama dan sampingan yang dilakukan subjek penelitian untuk mencari nafkah atau pendapatan atau kegiatan menjalani kehidupan sehari-hari. Pengkategorian pekerjaan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tidak bekerja, buruh, dan pedagang.

Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan sekolah tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden. Pengkategorian tingkat pendidikan dibagi menjadi 3

jenis yaitu, tidak bersekolah/tidak tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat.

Lama menjadi kader adalah selisih antara tahun responden bergabung menjadi kader hingga pada saat penelitian dilakukan. Pengkategorian lama menjadi kader dibagi menjadi 3 jenis yaitu kurang dari satu tahun, antara 1 sampai dengan 5 tahun, dan lebih dari 5 tahun.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik individu kader di Desa Ciasmara tahun 2016

Karakteristik

kader Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Usia Dewasa Awal (18-29

tahun) 6 20.00 Dewasa Pertengahan (30-49 tahun) 21 70.00 Dewasa Tua (>50 tahun) 3 10.00 Total 30 100.00

Pekerjaan Ibu rumah tangga 27 90.00

Buruh 1 3.30 Pedagang 2 6.70 Total 30 100.00 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah/tidak tamat SD/tamat SD/sederajat 20 66.70 Tamat SMP/sederajat 9 30.00 Tamat SMA/sederajat 1 3.30 Total 30 100.00 Lama Menjadi Kader < 1 tahun 1 3.30 1-5 tahun 9 30.00 > 5 tahun 20 66.70 Total 30 100.00

Berdasarkan Tabel 6, jumlah kader yang tergolong usia dewasa awal berjumlah 6 orang atau 20 persen, dilanjutkan dengan usia dewasa pertengahan berjumlah 21 orang 70 persen, dan usia tua sebanyak 3 orang atau 10 persen. Usia kader didominasi oleh dewasa pertengahan (30-49 tahun) dikarenakan mandat yang diberikan oleh bidan desa, dan bidan-bidan sebelumnya yang sekarang sudah tidak aktif atau sudah pindah. Bidan desa mempercayai ibu ibu tersebut memiliki lebih banyak waktu luang sehingga dipercaya dapat membantu bidan. Bidan juga berpendapat dengan dipilihnya kader-kader tersebut, dapat menambah pengetahuan serta pengalaman khususnya dalam bidang kesehatan. Regenerasi kader juga dilakukan untuk mempersiapkan kader-kader muda usia dewasa awal (18-29 tahun). Bidan berpendapat kader-kader muda tersebut seharusnya memiliki semangat dan perhatian tinggi demi melayani masyarakat khususnya di bidang kesehatan.

Jumlah kader yang menjadi ibu rumah tangga berjumlah 27 orang atau 90 persen, bekerja sebagai buruh pabrik atau pengahasilan yang didapat dengan

bekerja untuk orang/perusahaan lain berjumlah 1 orang atau 3.3 persen, serta bekerja sebagai pedagang atau orang yang mendapat penghasilan dari diri sendiri misalnya membuka usaha berjumlah 2 orang atau 6.7 persen. Kader didominasi oleh ibu rumah tangga atau yang tidak bekerja karena banyaknya waktu luang yang dimiliki, serta ibu rumah tangga berpotensi memiliki kedekatan dengan para tetangga. Hal ini dikarenakan banyaknya aktivitas sosial seperti pengajian, arisan, interaksi yang cukup intens hampir setiap hari, sehingga akan lebih mudah jika menyampaikan informasi terutama mengenai program keluarga berencana.

Tingkat pendidikan kader yang tidak bersekolah/tidak tamat SD/sederajat berjumlah 20 orang atau 66.7 persen, tamat SMP/sederajat berjumlah 9 orang atau 30persen, dan tamat SMA/sederajat berjumlah 1 orang atau 3.3 persen. Mayoritas kader berpendidikan tidak bersekolah/tidak tamat SD/tamat SD/sederajat karena sebagian besar kader termasuk keluarga yang berpendapatan menengah ke bawah. Hal ini menyebabkan kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan. Bidan desa memaklumi hal tersebut, maka dari itu kader-kader selalu dibekali dengan pelatihan terlebih dahulu agar dapat menjadi perpanjangan tangan kader di kampung atau RT/RW masing-masing.

Kader yang telah melayani selama kurang dari satu tahun berjumlah 1 orang atau 3.3 persen, kader yang telah melayani selama antara satu hingga lima tahun berjumlah 9 orang atau 30 persen, dan kader yang telah melayani lebih dari 5 tahun berjumlah 20 orang atau 66.7 persen. Sebagian besar kader telah melayani lebih dari 5 tahun atau 66.7 persen, karena masyarakat atau calon kader yang akan ditunjuk oleh bidan berasumsi bahwa kader tersebut masih mampu dan lebih terpercaya dengan pengalamannya yang sudah bertahun-tahun. Regenerasi yang diharapkan oleh bidan dan PLKB masih terus dilakukan agar lebih banyak lagi yang mau ikut serta secara sukarela menjadi kader.

Deskripsi Karakteristik Pasangan Usia Subur

Salah satu sumber data dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur (PUS). PUS dalam penelitian ini adalah orang yang mendapatkan pelayanan langsung dari kader. Pelayanan yang diberikan berupa konseling terkait masalah yang dihadapi PUS terkait alat/metode KB yang digunakan serta pencatatan maupun pendataan yang selanjutnya dapat digunakan untuk pelayanan atau pembinaan PUS di wilayah tersebut. Data penelitian ini diambil dari PUS yang dilayani oleh kader yang bersangkutan. Masing masing kader yang dijadikan responden, dipilih 2 PUS untuk diwawancarai mengenai kinerja kader selama memberi pelayanan kepada PUS tersebut, sehingga total PUS yang diwancarai sebagai sumber data dan informasi berjumlah 60 orang.

Karakteristik PUS meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, dan berapa lama telah dilayani oleh kader. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, berikut karakteristik PUS yang dilayani oleh masing masing kader dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7 Jumlah dan persentase PUS menurut karakteristik PUS di Desa Ciasmara tahun 2016

Karakteristik PUS

Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Usia Dewasa Awal (18-29

tahun) 30 50.00 Dewasa Pertengahan (30-49 tahun) 29 48.30 Dewasa Tua (>50 tahun) 1 1.70 Total 60 100.00

Pekerjaan Ibu rumah tangga 47 78.30

Buruh 1 1.70 Pedagang 12 20.00 Total 60 100.00 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah/tidak tamat SD/tamat SD/sederajat 29 48.30 Tamat SMP/sederajat 19 31.70 Tamat SMA/sederajat 12 20.00 Total 60 100.00 Lama Dilayani Kader < 1 tahun 8 13.30 1-5 tahun 15 25.00 > 5 tahun 37 61.70 Total 60 100.00

Berdasarkan Tabel 7, jumlah PUS yang tergolong usia dewasa awal berjumlah 30 orang atau 50 persen, dilanjutkan dengan usia dewasa pertengahan berjumlah 29 orang atau 48.3 persen, dan usia tua sebanyak 1 orang atau 1.7 persen. Usia PUS didominasi oleh dewasa awal (18-29 tahun). Hal ini dikarenakan banyaknya ibu muda yang memiliki anak-anak dengan usia anak terakhir sekitar 5 tahun ke bawah. Menurut bidan desa, kader biasanya akan lebih sering memantau PUS yang memiliki anak terakhir di bawah umur 5 tahun untuk tetap ber-KB agar menjaga jarak kehamilan supaya tidak terlalu dekat.

Jumlah PUS yang menjadi ibu rumah tangga berjumlah 47 orang atau 78.3 persen, bekerja sebagai buruh atau pengahasilan yang didapat dengan bekerja untuk orang lain berjumlah 1 orang atau 1.7 persen, serta bekerja sebagai pedagang atau orang yang mendapat penghasilan dari diri sendiri misalnya membuka usaha berjumlah 12 orang atau 20 persen. PUS yang dilayani oleh kader didominasi oleh ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan lebih mudah untuk menjangkau ibu rumah tangga yang tentunya lebih mudah ditemui dibanding dengan ibu yang bekerja. PUS yang membuka usaha seperti warung dagang, tukang jahit, dan asisten rumah tangga juga terhitung cukup mudah ditemui oleh kader karena lokasi tempat PUS bekerja masih bisa dijangkau.

Tingkat pendidikan PUS yang tidak bersekolah/tidak tamat SD/sederajat berjumlah 29 orang atau 48.3 persen, tamat SMP/sederajat berjumlah 19 orang

atau 31.7 persen, dan tamat SMA/sederajat berjumlah 12 orang atau 20 persen. Sama halnya dengan kader, PUS yang tidak bersekolah/tidak tamat SD/ tamat SD/sederajat cukup mendominasi karena memang sebagian besar mengaku saat dulu tidak memiliki biaya untuk sekolah. Namun ternyata jumlah PUS yang tamat SMP/sederajat dan tamat SMA/sederajat lebih banyak jika dibandingkan dengan kader yang melayani.

PUS yang telah dilayani kader selama kurang dari satu tahun berjumlah 8 orang atau 33.3 persen, PUS yang telah dilayani selama antara satu hingga lima tahun berjumlah 15 orang atau 25 persen, dan PUS yang telah dilayani oleh kader selama lebih dari 5 tahun berjumlah 37 orang atau 61.7 persen. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar PUS sudah lebih dari 5 tahun dilayani oleh kader. Mayoritas PUS yang dilayani oleh kader dilatarbelakangi oleh kedekatan tempat tinggal antara PUS dengan kader itu sendiri, sehingga intensitas pertemuan cukup tinggi.

HUBUNGAN ANTARA KERAGAAN KADER DENGAN

Dokumen terkait