• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELUARGA BERENCANA Keragaan Kader

Keragaan memiliki arti sesuatu yang melekat atau ada pada diri seseorang. Keragaan kader juga merupakan penilaian kader terhadap diri sendiri ketika mengikuti kegiatan pelatihan atau kegiatan yang diadakan oleh bidan, penyuluh lapang keluarga berencana, atau pihak pelayan kesehatan lainnya yang lebih tinggi. Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari diri individu (kader) ke suatu arah perilaku. Aspek yang kedua adalah kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan dan kewenangan yang dimiliki seseorang (kader) untuk melakukan suatu pekerjaan, yang didasari oleh pengetahuan dan keterampilan. Aspek yang terakhir adalah lingkungan yaitu kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan kader.

Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari diri individu (kader) ke suatu arah perilaku. Motivasi diukur berdasarkan dorongan dari dalam dan dorongan dari luar kader menurut Robbin (1996) seperti yang diacu oleh Puspita (2010). Motivasi dilihat dari keinginan kader untuk dapat mempunyai prestasi diri, memperbanyak relasi diri dan bermanfaat bagi sesama terutama orang yang membutuhkan tanpa imbalan. Berikut data mengenai motivasi kader di Desa Ciasmara yang disajikan pada Tabel 8:

Tabel 8 Jumlah dan persentase kader menurut penilaian terhadap motivasi di Desa Ciasmara tahun 2016 Kategori Motivasi N % Rendah 11 36.7 Sedang 9 30.0 Tinggi 10 33.3 Total 30 100.0

Berdasarkan hasil Tabel 8, mayoritas motivasi kader berada pada tingkat rendah yaitu 11 orang atau 36.7 persen dengan total skor yang berkisar antara 24- 48. Kader bermotivasi tinggi yaitu 10 orang atau 33.3 persen dengan total skor yang berkisar pada 73-86. Motivasi kader pada tingkat sedang memiliki jumlah paling sedikit yaitu 9 orang atau 30 persen dengan total skor berkisar pada 49-72.

Motivasi kader dilihat berdasarkan penilaian kader akan dirinya sendiri mengenai keinginan untuk bekerja lebih baik, membantu sesama, bermanfaat bagi warga sekitar, serta membangun relasi. Motivasi rendah dimiliki oleh kader yang di lapangan kurang aktif dan kurang rutin mengikuti rapat kader bersama bidan. Kader dengan motivasi rendah juga cenderung mengandalkan kader yang ditunjuk sebagai ketua kader di kampung atau RT/RW tersebut. Sebaliknya, ketua kader dari tiap kampung atau RT/RW memiliki motivasi yang tinggi karena merasa

bertanggung jawab terhadap bidan serta menjadi koordinator kader di lingkungannya. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu responden, sebagai berikut:

“...emang kadang begitu neng, kita mah kan emang udah diamanahin, jadi ya harus ikut terus rapat, kecuali ari lagi gabisa banget mah baru menta gantiin sama kader, itu oge kalo ada yang mau ngegantiinnya mah...” Ibu SAM, 37 tahun

Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan dan kewenangan yang dimiliki seseorang (kader) untuk melakukan suatu pekerjaan, yang didasari oleh pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi diukur berdasarkan kemampuan kader dalam menjelaskan berbagai alat/metode keluarga berencana, bersosialisasi dengan tokoh agama, remaja, pengajian dan lain-lain, serta kemampuan kader dalam membantu PUS yang mengalami masalah terkait keluarga berencana. Berikut data mengenai kompetensi kader di Desa Ciasmara yang disajikan pada Tabel 9: Tabel 9 Jumlah dan persentase kader menurut penilaian terhadap kompetensi di

Desa Ciasmara tahun 2016

Kategori Kompetensi N % Rendah 8 26.7 Sedang 13 43.3 Tinggi 9 30.0 Total 30 100.0

Kompetensi kader yang tertinggi adalah pada tingkat sedang yaitu 13 orang atau 43.3 persen dengan total skor berkisar pada 27-39. Berikutnya pada tingkat tinggi yaitu 9 orang atau 30 persen. Kompetensi kader pada tingkat rendah berjumlah 8 orang atau 26.7 persen dengan total skor berkisar pada 13-26. Kompetensi kader cukup beragam walau mayoritas berada pada tingkat kompetensi yang sedang. Kompetensi yang sedang ini dikarenakan kebanyakan kader masih tetap cenderung mengandalkan kader yang ditunjuk sebagai ketua kader di kampung atau RT/RW. Meskipun pelatihan pernah diberikan oleh PLKB maupun bidan, 8 orang masih terhitung banyak untuk kader dengan kompetensi rendah.

Kader dengan kompetensi rendah biasanya adalah kader yang baru memiliki pengalaman sekitar di bawah 5 tahun sejak bergabung, sehingga membutuhkan waktu untuk lebih terbiasa agar bisa lebih memiliki kecakapan yang baik. Kader dengan kompetensi tinggi yang berjumlah 9 orang didominasi oleh ketua kader per kampung, yang dipercayai langsung oleh bidan untuk mengoordinir antara 5-6 kader lainnya yang berada di wilayah tersebut. Ketua kader tiap wilayah juga hampir tidak pernah absen dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan program keluarga berencana seperti pelatihan, lomba, rapat dan sebagainya. Hal ini juga disampaikan oleh salah satu responden, sebagai berikut:

..seneng atuh kalo ada pelatihan mah, jadi nambah elmu. Itu juga suka ada yang muda pada ikut, tapi ntar teh gaikutan deui, apa emang belum mau apa engga mau gatau saya mah, yang penting saya ikutan kalo ada, jadi makin bisaeun kalo bu bidan atau teh tia minta tolong teh...” Ibu MEL, 32 tahun

Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi perikehidupan kader, digolongkan ke dalam lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peniliaian masing- masing dalam diri kader terhadap dukungan lingkungan yang diberikan kepada kader tersebut, dan bagaimana dukungan lingkungan yang dirasakan oleh kader. Dukungan lingkungan yang dirasakan atau dinilai oleh kader adalah dukungan yang kader rasakan dari rekan sesama kader, PLKB, bidan, pemerintah desa, PUS yang dilayani, tokoh agama, pemuda serta ketersediaan sarana maupun prasarana. Berikut data mengenai dukungan lingkungan yang dirasakan kader Desa Ciasmara tersaji pada Tabel 10:

Tabel 10 Jumlah dan persentase kader menurut penilaian terhadap lingkungan di Desa Ciasmara tahun 2016

Kategori Lingkungan N % Rendah 14 46.7 Sedang 7 23.3 Tinggi 9 30.3 Total 30 100.0

Kader yang merasa dukungan oleh lingkungannya rendah berjumlah 14 orang atau 46,7 persen, sedangkan kader yang merasa dukungan oleh lingkungannya sedang berjumlah 7 orang atau 23.3 persen, lalu kader yang merasa dukungan lingkungannya baik atau tinggi berjumlah 9 orang atau 30 persen. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik meliputi sarana prasarana penunjang aktivitas kader dalam melayani PUS pada program keluarga berencana. Lingkungan sosial meliputi dukungan yang didapat oleh kader dari berbagai pihak mulai dari rekan kader sendiri, masyarakat setempat, pemimpin atau tokoh setempat, hingga pemerintah.

Kader yang merasa dukungan dari lingkungannya rendah, salah satunya karena wilayah kerja yang jauh dari kantor desa dan puskesmas, sehingga terkadang kesulitan ketika menghadapi hal yang darurat misalnya seperti tidak ada kendaraan untuk menangani ibu yang akan segera melahirkan. Selain itu mayoritas kader juga sepakat bahwa tidak adanya alat peraga untuk menunjang kader dalam memberi penjelasan kepada PUS mengenai alat dan metode keluarga

berencana. Kader yang merasa dukungan lingkungannya cukup tinggi, berada di lokasi yang cukup strategis sehingga mudah berkoordinasi dengan pihak puskesmas bila ada keadaan darurat. Dukungan dari tokoh agama juga tidak dirasakan oleh seluruh kader, karena ada beberapa tokoh agama yang sangat menentang mengenai penggunaan alat atau metode keluarga berencana karena dianggap menyalahi aturan agama.

Hubungan Keragaan dengan Karakteristik Individu Kader

Pada subbab ini peneliti menjelaskan mengenai hubungan antara keragaan yang meliputi motivasi, kompetensi, dan lingkungan dengan karakteristik inidividu kader. Karakteristik kader adalah faktor-faktor yang terdapat pada masing-masing responden dan berbeda pada setiap individunya. Karakteristik individu kader terdiri dari usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan lama menjadi kader. Analisis hubungan antara keragaan dan karakteristik kader dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman.

Motivasi dan Hubungannya dengan Usia

Hasil uji korelasi rank Spearman antara motivasi dengan usia memiliki nilai koefisiensi korelasi sebesar 0.221. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut merupakan hubungan positif yang tak berarti dengan nilai signifikasi hitung 0.240. Hasil tersebut menunjukan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai α lebih besar dari 0.05. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan antara motivasi dengan usia karena motivasi kader cukup beragam. Hubungan antara motivasi dengan usia kader dapat dilihat pada tabulasi silang di bawah ini.

Tabel 11 Jumlah dan persentase kader menurut usia dan penilaian terhadap motivasi di Desa Ciasmara 2016

Usia

Motivasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

Dewasa Muda 2 6.7 1 3.3 3 10.0 6 20.0

Dewasa Pertengahan 7 23.3 7 23.3 7 23.3 21 70.0

Dewasa Tua 2 6.7 1 3.3 0 0.0 3 10.0

Total 11 36.7 9 30.0 10 33.3 30 100.0

Nilai signifikansi = 0.240 Nilai koefisien korelasi= 0.221

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 20 persen responden berumur dewasa muda memiliki motivasi yang tinggi yaitu sebesar 10 persen, sedangkan 7 persen responden memiliki motivasi rendah, dan 3 persen responden memiliki motivasi sedang. Hal ini berbeda pada 70 persen responden berumur sedang memiliki motivasi rendah, sedang, dan tinggi memiliki jumlah yang sama yaitu 23.3 persen. Sedangkan 10 persen responden yang berumur tua memiliki motivasi rendah yaitu sebesar 7 persen, 3 persen responden memiliki motivasi rendah, sedangkan tidak ada kader berusia dewasa tua yang memiliki motivasi tinggi. Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu responden, sebagai berikut:

“...mereun karna kader yang tuanya teh emang tua pisan gitu neng, 50 taun lebih lah, kan masih ada juga yang aktif, tapi ya kadang dateng aja kalo ada kegiatan. Tapi mun pendataan keliling gitu mah udah engga ikut...” Ibu ENT, 25 tahun

Dapat diartikan Tabel 11 tidak menunjukkan adanya hubungan antara usia kader dengan motivasi kader. Umur kader dalam kategori apapun memiliki motivasi yang beragam, walaupun jumlah kader dengan motivasi yang tertinggi dimiliki oleh kader berusia sedang dan kader berusia muda cenderung memiliki motivasi yang lebih tinggi dibanding kader yang berusia tua. Kader yang bermotivasi tinggi merasa dapat bermanfaat bagi warga terutama keluarga yang kurang mampu memberikan semangat tersendiri.

Motivasi dan Hubungannya dengan Pekerjaan

Hubungan pekerjaan dan motivasi kader diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik. Hasil uji korelasi chi square antara motivasi dengan pekerjaan memiliki nilai koefisiensi 3.625 dengan signifikasi hitung 0.459>α (0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan adanya hubungan negatif yang rendah antara pekerjaan dan motivasi kader. Hubungan antara motivasi dan pekerjaan dapat dilihat pada tabulasi silang di bawah ini. Tabel 12 Jumlah dan persentase kader menurut pekerjaan dan penilaian terhadap

motivasi di Desa Ciasmara 2016

Pekerjaan

Motivasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

Ibu Rumah Tangga 10 33.3 7 23.3 10 33.3 27 90.0

Buruh 0 0.0 1 3.3 0 0.0 1 3.3

Pedagang 1 3.3 1 3.3 0 0.0 2 6.7

Total 11 36.7 9 30.0 10 33.3 30 100.0

Nilai signifikansi = 0.459 Nilai koefisien korelasi= 3.625

Tabel 12 menunjukan bahwa sebanyak 27 orang atau 90 persen responden yang merupakan ibu rumah tangga, 10 orang di antaranya memiliki motivasi yang rendah, lalu sebanyak 7 orang memiliki motivasi sedang, dan 10 orang memiliki motivasi tinggi. Dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang tergolong ibu rumah tangga yang mempunyai motivasi rendah dan tinggi berjumlah sama yaitu masing-masing 10 orang. Hal ini cukup berbeda jika dibandingkan dengan responden yang bekerja sebagai buruh yang hanya berjumlah 1 orang dengan motivasi yang sedang. Selanjutnya, responden yang bekerja sebagai pedagang berjumlah 2 orang, dengan motivasi rendah 1 orang dan motivasi sedang 1 orang.

Dapat diartikan bahwa tidak terdapat kecenderungan bahwa kader yang bekerja sebagai pedagang memiliki motivasi yang tinggi. Mayoritas kader didominasi oleh ibu rumah tangga, dan jumlah kader yang bermotivasi tinggi dan rendah sama-sama berjumlah masing-masing 10 orang. Kesimpulannya adalah pekerjaan tidak menentukan motivasi kader. Kader yang tergolong ibu rumah tangga atau tidak bekerja, maupun kader yang bekerja sebagai buruh dan

pedagang memiliki motivasi yang berbeda-beda atau beragam. Motivasi dan Hubungannya dengan Pendidikan

Hubungan pendidikan dan motivasi kader diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik. Hasil uji korelasi rank Spearman antara motivasi dengan pendidikan sebesar 0.193 dengan signifikasi hitung 0.307<α (0.05). Hasil tersebut menunjukan hubungan positif yang tak berarti. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan antara pendidikan dan motivasi kader. Hubungan antara pendidikan dan motivasi kader dapat dilihat pada tabulasi silang di bawah ini.

Tabel 13 Jumlah dan persentase kader menurut pendidikan dan penilaian terhadap motivasi di Desa Ciasmara 2016

Pendidikan

Motivasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

SD 9 30.0 5 16.7 6 20.0 20 66.7

SMP 2 6.7 3 10.0 4 13.3 9 30.3

SMA 0 0.0 1 3.3 0 0.0 1 3.3

Total 11 36.7 9 30.0 10 33.3 30 100.0

Nilai signifikansi = 0.307 Nilai koefisien korelasi= 0.193

Tabel 13 menunjukan bahwa 66.7 persen atau sebanyak 10 orang responden yang berpendidikan SD, 30 persen di antaranya memiliki motivasi yang rendah, 16.7 persen memiliki motivasi yang sedang dan 20 persen sisanya bermotivasi tinggi. Responden yang tingkat pendidikan sedang atau SMP berjumlah 30.3 persen atau 9 orang dengan 6.7 persen bermotivasi rendah, diikuti 10 persen memiliki motivasi sedang dan 13.3 persen bermotivasi tinggi. Responden dengan pendidikan SMA berjumlah total hanya 3.3persen dengan motivasi sedang.

Kader mayoritas masih berpendidikan rendah atau setara SD bahkan tidak tamat SD memiliki motivasi yang beragam, begitu juga dengan kader berpendidikan sedang atau setara SMP/sederajat yang memiliki motivasi yang beragam. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kader tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya motivasi kader karena pada saat perekrutan menjadi kader pun, bidan tidak terlalu mementingkan latar belakang pendidikan calon kader. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan, sebagai berikut:

“... yang penting dia bersedia ikhlas bekerja buat bantu sesamanya, kita mah alhamdulillah aja kalau pada mau bergabung. Ya emang sedikit kalo yang lulusan SMA, soalnya biasanya yang gitu mah bawaannya pengen kerja aja ke luar desa kata orang- orang mah gitu...” Bidan Inggit, 34 tahun.

Motivasi dan Hubungannya dengan Lama Menjadi Kader

Hasil uji korelasi rank Spearman antara motivasi dengan lama menjadi kader memiliki nilai koefisiensi korelasi sebesar 0.572. Nilai tersebut

menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut merupakan hubungan positif yang mantap dengan nilai signifikasi hitung 0.001. Hasil tersebut menunjukan hubungan antar dua variabel tersebut signifikan karena nilai α < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi dengan lama menjadi kader. Hubungan antara motivasi dengan lama menjadi kader dapat dilihat pada tabulasi silang di bawah ini.

Tabel 14 Jumlah dan persentase kader menurut lama menjadi kader dan penilaian terhadap motivasi di Desa Ciasmara 2016

Lama Menjadi Kader

Motivasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

<1 tahun 1 3.3 0 0.0 0 0.0 1 3.3

1–5tahun 7 23.3 1 3.3 1 3.3 9 30.0

>5 tahun 3 10.0 8 26.7 9 30.0 20 66.7

Total 11 36.7 9 30.0 10 33.3 30 100.0

Nilai signifikansi = 0.001 Nilai koefisien korelasi= 0. 572**

Tabel 14 menunjukan bahwa sebanyak 3.3 persen kader telah mengabdi selama kurang dari satu tahun dengan motivasi rendah. Sebesar 30.0 persen kader yang telah mengabdi selama 1-5 tahun, 23.3 persen diantaranya memiliki motivasi yang rendah, 3.3persen memiliki motivasi sedang dan 3.3 persen lainnya memiliki motivasi yang tinggi. Sebaliknya, kader yang telah mengabdi lebih dari 5 tahun mendominasi dengan 66.7 persen, dengan rincian 10persen bermotivasi rendah, dan 30.0 persen bermotivasi tinggi.

Kader yang telah bergabung lebih dari 5 tahun cenderung memiliki motivasi yang tinggi karena merasa memiliki pengalaman sehingga termotivasi lebih lagi untuk dapat membantu sesama. Sebaliknya kader yang baru bergabung kurang dari satu tahun, seharusnya memiliki motivasi yang tinggi karena semangatnya masih baru, ternyata memiliki motivasi yang rendah. Salah satu kader pernah menyampaikan hal sebagai berikut:

“...insya Allah saya mah ikhlas aja kalo tujuannya ngebantu orang, karena saya juga ngerasain ya cape jadi kader cuma kalo ada apa-apa juga banyak dibantuin sama orang, sama kader lain. Ya jadi semangat lagi kalo ngerasa banyak yang peduli mah neng, mungkin karena emang udah lama juga kan saya dari masih muda juga udah jadi kader, dari pas bidan inggit masih gadis juga...” ibu NNO, 49 tahun.

Kompetensi dan Hubungannya dengan Usia

Hasil uji korelasi rank Spearman antara kompetensi dengan usia memiliki nilai koefisiensi korelasi sebesar -0.157. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut merupakan hubungan negatif yang rendah dengan nilai signifikasi hitung 0.408. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antar dua variabel tersebut tidak terdapat korelasi yang signifikan karena nilai α > 0.05 antara kompetensi dengan usia. Hubungan antara kompetensi dengan usia dapat dilihat pada tabulasi silang di bawah ini.

Tabel 15 Jumlah dan persentase kader menurut usia dan penilaian terhadap kompetensi di Desa Ciasmara 2016

Usia

Kompetensi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

Dewasa Muda 2 6.7 1 3.3 3 10.0 6 20.0

Dewasa Pertengahan 5 16.7 10 33.3 6 20.0 21 70.0

Dewasa Tua 1 3.3 2 6.7 0 0.0 3 10.0

Total 8 26.7 13 43.3 9 30.3 30 100.0

Nilai signifikansi = 0.408 Nilai koefisien korelasi= -0,157

Tabel 15 menunjukan bahwa 20persen kader berusia muda 6.7 persen diantaranya memiliki motivasi yang rendah, lalu 3.3 persen memiliki kompetensi sedang dan 10 persen sisannya memiliki kompetensi yang tinggi. Kader berusia sedang mendominasi dengan 70 persen, yang 16.7 persen di antaranya berkompetensi rendah, 33.3 persen berkompetensi sedang dan 20 persen lainnya berkompetensi tinggi. Selanjutnya sebanyak 10persen kader berusia tua memiliki kompetensi yang rendah sebesar 3.3 persen, untuk kompetensi sedang sebanyak 6.7 persen.

Dapat dikatakan bahwa kompetensi kader berusia dewasa tua cenderung rendah, dan kompetensi kader berusia dewasa muda dan dewasa pertengahan cenderung tinggi. Hal ini dikarenakan memang jumlah kader didominasi oleh kader berusia sedang. Namun dari total semua kader kompetensi yang paling menonjol adalah pada tingkat rendah. Hal ini disebabkan karena kader berusia dewasa tua terkadang tidak lagi mengikuti pelatihan yang diberikan karena merasa waktunya dapat dialokasikan untuk kegiatan yang lainnya. Hal ini seperti penuturan seorang responden, sebagai berikut:

“...kalo ibu mah teh udah jarang sih ikut, abis kadang kan ada aja urusan gitu ya, jadi kalo lagi engga ikut ya paling nanya-nanya aja sama yang ikutan, tadi ngapain aja ada siapa aja. Kalau ada yang saya belum ngerti ya saya tanya ke dia aja atau ke Teh Tia (PLKB)...” Ibu NYU, 53 tahun

Kader berusia dewasa pertengahan yang paling mendominasi jumlahnya juga mengatakan bahwa memang terkadang sulit menghafal seluruh alat atau metode KB yang ada, namun mengerti jika ditanya prosedur atau hal lainnya yang berhubungan dengan keluarga berencana. Hal ini diungkapkan oleh seorang responden, sebagai berikut:

“...tau sih neng, cuma gahapal namanya. Yang tadi neng sebutin tau, tapi disini nyebutnya beda gitu. Kan ada pil, suntik, MOW, banyak lah...” Ibu IAH, 35 tahun

Kompetensi dan Hubungannya dengan Pekerjaan

Hasil uji korelasi chi square antara kompetensi dengan pekerjaan memiliki nilai koefisiensi korelasi sebesar -0.169. Nilai tersebut menunjukkan hubungan

kedua variabel tersebut merupakan hubungan negatif yang rendah dengan nilai signifikasi hitung 0.371. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antar dua variabel tersebut tidak terdapat korelasi yang signifikan karena nilai α > 0.05 antara kompetensi dengan pekerjaan. Hubungan antara kompetensi dengan pekerjaan dapat dilihat pada tabulasi silang di bawah ini.

Tabel 16 Jumlah dan persentase kader menurut pekerjaan dan penilaian terhadap kompetensi di Desa Ciasmara 2016

Pekerjaan

Kompetensi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

Ibu rumah tangga 7 23.3 11 36.7 9 30.0 27 90.0

Buruh 0 0.0 1 3.3 0 0.0 1 3.3

Pedagang 1 3.3 1 3.3 0 0.0 2 6.7

Total 8 36.7 9 30.0 10 33.3 30 100.0

Nilai signifikansi = 0.648 Nilai koefisien korelasi= 2.484

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa dari 90 persen kader yang menjadi ibu rumah tangga, 23.3 persen di antaranya memiliki kompetensi yang rendah. Kader berkompetensi tinggi sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 30.0 persen. Sedangkan sebanyak 36.7 persen kader sisanya yang menjadi ibu rumah tangga memiliki kompetensi yang sedang. Kader yang bekerja sebagai buruh hanya memiliki persentase total sebesar 3.3 persen dengan kompetensi sedang. Selanjutnya kader yang bekerja sebagai buruh berjumlah 6.7 persen dengan rincian 3.3 persen berkompetensi rendah dan 3.3 persen lainnya berkompetensi sedang.

Kader didominasi oleh ibu rumah tangga atau tidak bekerja. Sehingga waktu yang dimiliki pun terbilang cukup luang, sehingga pembagian waktu untuk menjalankan tugas sebagai kader dapat berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan persentase yang cukup tinggi yaitu 33.3 persen kader ibu rumah tangga bermotivasi tinggi. Namun jumlah ibu rumah tangga yang menjadi kader dan bermotivasi rendah juga sama yaitu 33.3 persen. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kompetensi kader, karena jenis pekerjaan tidak menentukan kepahaman seseorang, atau kemampuan seseorang mengenai program keluarga berencana.

Kompetensi dan Hubungannya dengan Pendidikan

Hasil uji korelasi rank Spearman antara kompetensi dengan pendidikan memiliki nilai koefisiensi korelasi sebesar -0.541. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut merupakan hubungan negatif yang mantap dengan nilai signifikasi hitung 0.002. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan antar variabel tersebut terdapat korelasi yang signifikan karena nilai α < 0.05. Hubungan antara kompetensi dengan pendidikan dapat dilihat pada tabulasi silang di bawah ini.

Tabel 17 Jumlah dan persentase kader menurut pendidikan dan penilaian terhadap kompetensi di Desa Ciasmara 2016

Pendidikan

Kompetensi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

SD 7 23.3 8 26.7 5 16.7 20 66.7

SMP 1 3.3 4 13.3 4 13.3 9 30.0

SMA 0 0.0 1 3.3 0 0.0 1 3.3

Total 8 26.7 13 43.3 9 30.3 30 100.0

Nilai signifikansi = 0.002 Nilai koefisien korelasi= -0.541**

Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat bahwa sebanyak 66.7 persen kader berpendidikan rendah didominasi oleh kader berkompetensi sedang yaitu 26.7 persen, lalu 23.3 persen berkompetensi rendah, dan 16.7 persen sisanya berkomptensi tinggi. Selanjutnya sebanyak 30.0 persen kader berpendidikan sedang 13.3 persen di antaranya memiliki kompetensi yang tinggi, begitu juga dengan yang berkompetensi sedang berjumlah 13.3 persen, sedangkan hanya sebesar 3.3 persen saja kader yang berpendidikan sedang memiliki kompetensi yang rendah. Kader berpendidikan tinggi hanya bertotal 3.3 persen saja dengan

Dokumen terkait