Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Singgah PEKA yang terletak di Sindang Barang Jero, Bogor. Rumah Singgah PEKA merupakan unit rehabilitasi berbasis komunitas di bidang penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif berbahaya lainnya. Lebih jelasnya gambaran umum mengenai lokasi penelitian dapat dijabarkan menjadi profil singkat Rumah Singgah PEKA, program Rumah Singgah PEKA, dan Struktur Organisasi Rumah Singgah PEKA.
Profil Rumah Singgah PEKA
Rumah Singgah PEKA adalah sebuah perkumpulan komunitas pemulihan adiksi berupa organisasi non-profit yang didirikan pada November 2010 di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Rumah singgah PEKA bertujuan mengurangi resiko penggunaan Napza, membantu penggunanya terbebas dari Napza, dan mengembalikan fungsi sosial di tengah masyarakat. Wadah ini berawal dari orang-orang yang memliki latar belakang ketergantungan Napza dan telah lepas dari ketergantungannya. Dari pengalaman ini dan dibantu oleh psikolog profesional, Rumah Singgah PEKA ingin membantu rekan-rekan senasib untuk dapat lepas dari ketergantungan Napzanya dan dapat memberikan bantuan kepada mereka yang belum mendapatkan kesempatan yang serupa. Selain itu, bekerja di area pemulihan ketergantungan Napza dan paska rawat bertujuan untuk pengurangan angka kemiskinan, angka kejahatan dan peningkatan produktifitas komunitas marginal.
Seluruh staf Rumah Singgah PEKA memiliki latar belakang ketergantungan Napza yang serupa, mereka juga dibantu oleh psikolog profesional dalam memberikan layanan kepada kelompok sasaran. Kelompok sasaran Rumah Singgah PEKA yaitu populasi marginal komunitas ketergantungan Napza, warga binaan Lembaga Permasyarakatan, Orang yang terinfeksi HIV, Hepatitis C dan Tuberculosis. Hingga saat ini Rumah Singgah PEKA menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, antara lain yaitu kolaborasi dengan Kementrian Sosial dalam hal bantuan dana, kolaborasi dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Propinsi Jabar dan Daerah Kota Bogor dalam perencanaan dan pelaksanaan program penanggulanan AIDS. Rumah Singgah PEKA juga menjalin relasi dengan BAPAS, PKM Bogor Timur, PKM Kedung Badak, PKM Sindang Barang, RS Marzoeki Mahdi, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, dan sekolah-sekolah sebagai tempat dilaksanakannya berbagai program penanggulangan penyalahgunaan Napza. Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan serta Polresta Bogor, juga menjadi pihak yang membantu terlaksananya program.
Program Rumah Singgah PEKA
Rumah Singgah PEKA memiliki beberapa program yang disusun untuk mencapai tujuannya. Terdapat lima program yang rutin dilaksanakan di Rumah Singgah PEKA. Program-program tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Harm Reduction
Harm Reduction adalah suatu upaya pengurangan dampak buruk terhadap pengguna Napza dan masyarakat luas yang dikenal sebagai cara mendasar untuk menghentikan penyebaran HIV. Program ini menyadari realita bahwa sebagian besar penyalahguna Napza sulit untuk menghentikan penggunaannya meskipun resiko akan HIV/AIDS dan virus lain yang ditularkan lewat darah besar. Rumah Singgah PEKA melakukan Harm Reduction melalui program pemberian alat suntik steril, kondom dan
lubricant (diberikan dalam satu paket), konseling (oleh konselor adiksi dan psikolog) dan juga informasi mengenai layanan kesehatan. Dengan program ini Rumah Singgah PEKA mencoba membantu korban Napza agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya baik dari kesehatan maupun ekonomi dengan membantu merujuk sekaligus mendampingi klien yang membutuhkan layanan kesehatan meningkatkan kualitas hidup korban Napza.
Rumah Singgah PEKA memulai program penjangkauan dan pendampingan Harm Reduction di Kota dan Kabupaten Bogor pada bulan April 2011. Dalam hal ekonomi Rumah Singgah PEKA memberikan kesempatan kepada klien yang membutuhkan untuk bekerja di Rumah Singgah PEKA dan memberikan pinjaman lunak dana usaha bagi korban Napza yang ingin berkehidupan lebih layak. Hal ini cukup mendapatkan tanggapan yang baik dari korban Napza di I Kota dan Kabupaten Bogor. Data output dari program Harm Reduction yang telah dilaksanakan Rumah Singgah PEKA pada tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada lampiran.
2. Posko Cibinong
Program Posko Cibinong ini ditujukan untuk mensiasati letak geografis Bogor yang sangat luas. Rumah Singgah PEKA telah mendirikan posko layanan pendamping di Cibinong Kabupaten Bogor. Pada posko pelayanan ini masyarakat yang membutuhkan bantuan dan berdomisili di daerah Kabupaten Bogor dapat dengan mudah menjangkau posko Rumah Singgah PEKA.
3. Program Lapas
Pada tahun 2011, Rumah Singgah PEKA memulai Program Lapas di Lembaga Pemasyarakatan Paledang Bogor. Pada awalnya Rumah Singgah PEKA hanya mensosialisasikan mengenai program yang ada di Rumah Singgah PEKA tetapi melihat kebutuhan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) yang memerlukan informasi tentang adiksi, kesehatan dasar,
life skill, problem solving, dll. Sehingga pada tahun 2012 Rumah Singgah PEKA memulai dengan program seminar untuk WBP wanita dan program
pre-release. Hingga saat ini, Rumah Singgah PEKA sudah melatih lebih dari 10 WBP pria dan wanita untuk menjadi Peer Educator. Rumah Singgah PEKA mengisi jadwal seminar di Lapas Paledang setiap hari Selasa dan Kamis.
Berdasarkan pengalaman yang sama Rumah Singgah PEKA juga akhirnya mengembangkan Program Lapas di wilayah kabupaten yaitu Lapas Pondok Rajeg pada tahun 2012. Saat ini Rumah Singgah PEKA menjalankan program penyuluhan untuk anak dibawah umur (kurang dari 18 tahun), seminar kepada WBP dan juga membentuk peer educator. Sudah ada 13 orang WBP dan 5 orang anak di bawah umur yang dilatih untuk menjadi peer educator. Jadwal seminar Rumah Singgah PEKA di Lapas Pondok Rajeg diadakan setiap hari senin dan Jumat. Rumah Singgah PEKA juga mempunyai rencana untuk menjalankan program serupa di Lapas Gunung Sindur yang kemungkinan baru akan dijalankan pada tahun 2014.
4. Treatment dan conseling
Program treatment dan conseling ini merupakan program yang bertujuan membawa perubahan yang lebih baik kepada para klien. Treatment diberikan oleh staf yang telah berpengalaman dan dibimbing oleh psikologi professional. Untuk conseling setiap klien diberikan kesempatan untuk berhubungan langsung dengan psikolog professional. Rumah Singgah PEKA memiliki data perkembangan klien berdasarkan WHO-QOL (skoring penilaian menggunakan SPSS 19). Pada penilaian ini Rumah Singgah PEKA membandingkan antara WHO-QOL I dengan WHO-QOL II (dilakukan diakhir program). Berdasarkan uji statistik dari pre-post test klien menggunakan WHO-QOL maka didapatkan hasil semua domain (domain fisik, domain psikologis, domain sosial, domain lingkungan) pada WHO- QOL mengalami perubahan secara signifikan. Data yang dihasilkan berdasarkan uji yang telah dilakukan oleh Rumah Singgah PEKA beserta diagram perkembangan klien berdasarkan WHO-QOL dapat dilihat pada lampiran.
5. Program Vocational
Rumah Singgah PEKA memiliki Program Vocational yang bertujuan untuk membantu para klien mengisi kegiatan, sekaligus belajar untuk mengembangkan bisnis. Program vocational ini mulai dijalankan pada Desember 2011, diawali dengan berternak lele, membuka bengkel, membuka warung ayam bakar, menerima permintaan sablon, membuka warnet dan beternak ayam. Beberapa kendala dalam melaksanakan program ini beberapa kali dirasakan oleh Rumah Singgah PEKA, apalagi vocational tersebut dijalankan langsung oleh para klien yang berminat dan dianggap sudah bisa mendapatkan reward/privilledge. Kendala yang sering dialami adalah konsistensi para klien dalam menjalankan dan menjaga keberlangsungan
vocational tersebut. Setelah 2 tahun berjalan vocational yang saat ini masih berjalan adalah warung ayam bakar, green house, warnet, bengkel, sablon, produksi kue, dan laundry.
Dengan adanya vocational diharapkan memberikan aktivitas yang menimbulkan munculnya kebersamaan, pembelajaran, komitmen dan disiplin kerja serta tanggung jawab dalam proses pelaksanaannya. Dengan tujuan akhir memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam vocational dengan harapan terciptanya mental kerja apabila kembali ke masyarakat. Sampai sejauh ini diharapkan sudah mulai timbul semangat kerja tim masing-masing
vocational, kekompakan dan menciptakan kepercayaan klien dalam bekerjasama.
Selama berjalannya vocational di Rumah Singgah PEKA sudah ada dua Klien Rumah Singgah PEKA yang mendapatkan bantuan dari Kemensos untuk mengelola dan melaksanakan operasional vocational atas nama mereka pribadi, walaupun tetap dalam monitoring dan evaluasi dari menejemen Rumah Singgah Peka. Terealisasinya hal tersebut adalah salah satu bukti bahwa untuk area vocational bukan hanya menciptakan mental kerja untuk para penyalahguna Napza tetapi juga mampu untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Program vocational juga merupakan simulasi untuk membangun motivasi dan konsistensi bersama-sama. Semua sarana dan prasarana serta menejemen operasional yang ada dibangun berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan untuk menciptakan kepercayaan diri klien dalam bekerjasama.
Pada saat ini, semua vocational yang ada di Rumah Singgah PEKA sedang mendapatkan pelatihan dalam hal manajemen keuangan, operasional, dsb dari ILO (International Labour Organization). Pelatihan yang biasa dibawakan oleh Mbak Oline dari ILO ini dimulai pada akhir Juni 2013 dengan frekuensi seminggu sekali.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Rumah Singgah PEKA terdiri atas Dewan Eksekutif,
Senior Management dan staf. Di dalam Dewan Eksekutif terdapat tiga jabatan, yaitu Direktur Eksekutif yang dipegang oleh Sam Nugraha seorang konselor dan anggota dari UNODC Indonesia, Sekretaris Eksekutif yang dipegang oleh Intan Asri Nuraeni seorang perawat yang concern dalam bidang pencegahan penyalahgunaan Napza, dan Bendahara Eksekutif yang dipegang oleh Paul Nebri Anmahdi seorang kepala konsultan training di IFR Consulting.
Bagian Senior Management diisi oleh Patrician Gregorius yang berperan sebagai General Manager, Lucky Pramitasari sebagai Program Manager, Boyke Setiawan sebagai Operational Manager, dan Ratu Tatiek sebagai Finance Manager. Selain dewan eksekutif dan senior management, terdapat staf yang turut membantu berjalannya Rumah Singgah PEKA. Staf Rumah Singgah PEKA tersebut antara lain Bonni Sofianto sebagai Staff Reguler, Denny Subhan sebagai
Staff Finance, Nawawi Hermawan sebagai Staff Program Lapas (Lembaga Pemasyarakatan), Deasy Nathalia sebagai Staff Female Program, Andrasyah Perdana sebagai Staff Conselor, Adis Triyani sebagai Staff Finance Program SSR Kota Bogor, dan Doddy Parlinggoman sebagai Staff Regulerand Conselor.
KARAKTERISTIK PENYALAHGUNA NAPZA
Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan pola interaksi responden dalam lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan. Karakeristik responden adalah karakter yang dimiliki responden saat pertama kali menggunakan Napza. Karakteristik responden terdiri atas karakteristik individu dengan lima variabel, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, serta tingkat penerimaan, dan karakteristik keluarga dengan tiga variabel, yaitu status pernikahan orangtua, tingkat pendidikan orangtua, dan tingkat penerimaan orangtua.
Pada karakteristik individu, usia dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori remaja awal (usia responden kurang dari 15 tahun), kategori remaja (usia responden 15-19 tahun), dan kategori remaja akhir (usia responden 20-24 tahun). Variabel jenis kelamin dibagi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Variabel tingkat pendidikan dibagi menjadi lima bagian, yaitu kategori sangat rendah (tidak tamat SD/Sederajat), kategori rendah (tamat SD/Sederajat), kategori sedang (tamat SMP/sederajat), kategori tinggi (tamat SMA/sederajat), dan kategori sangat tinggi (tamat Perguruan Tinggi). Sementara untuk variabel status pekerjaan dibagi menjadi dua, yaitu bekerja dan tidak bekerja. Variabel tingkat penerimaan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah (penerimaan kurang dari Rp 250.000,-), kategori sedang (penerimaan antara Rp 250.000,- sampai dengan Rp 500.000,-), dan kategori tinggi (penerimaan diatas Rp 500.000).
Pada Karakteristik keluarga status pernikahan orang tua dibagi menjadi dua, yaitu orangtua responden yang masih berstatus menikah dan orangtua responden yang berstatus bercerai, duda ataupun jAnda. Untuk tingkat pendidikan ayah dan ibu dikategorikan sama seperti tingkat pendidikan pada responden. Sementara untuk tingkat penerimaan orangtua dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kategori rendah (penerimaan orangtua kurang dari Rp 1.100.000,-), kategori sedang (penerimaan orangtua antara Rp 1.100.000,- sampai dengan Rp 3.000.000,-), dan kategori tinggi untuk penerimaan orangtua diatas Rp 3.000.000.,-.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang responden memberikan hasil mengenai karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden. Jumlah dan persentase setiap variabel karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 3.