• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Identitas Petani

Identitas petani mengambarkan kondisi atau keadaan serta status orang tersebut. Identitas seorang responden akan sangat membantu dalam proses penelitian karena dapat memberikan informasi tentang keadaan usahataninya terutama dalam peningkatan produksi usahataninya dan dapat membantu dalam menganalisis usahataninya.

Identitas petani akan di bahas sebagai berikut.

5.1.1. Umur

Umur responden merupakan usia petani responden pada saat dilakukan penelitian, yang dinyatakan dalam tahun. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal baru dalam menjalankan usahataninya. Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam usahatani. Kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya sangat dipengaruhi oleh umur petani. Umur petani dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Identitas Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Buntu Batu, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017.

No Umur

(Tahun)

Petani Mitra Petani Non Mitra Jumlah

(Jiwa) Persentase

(%) Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1. 28 – 37 6 37,50 4 36,36

2. 38 – 47 8 50,00 2 18,18

3. 48 – 57 1 6,25 4 36,36

4. > 58 1 6,25 1 9,09

Jumlah 16 100,00 11 100,00

Pada Table 9 dapat dilihat bahwa jumlah umur petani mitra terbesar pada umur 28 – 37 tahun yaitu sebanyak 6 jiwa dengan presentase 37,50% dan jumlah terkecil umur petani mitra pada umur 48-57 dan 58 tahun keatas sebanyak 1 jiwa dengan presentase 6,25%. Pada petani non mitra yang berumur 28 – 37 tahun dan umur 48 – 57 tahun memiliki jumlah tetinggi yaitu sebesar 4 jiwa dengan presentase 36,36%

sedangkan jumlah umur petani terendah yaitu pada umur 58 tahun keatas sebanyak 1 jiwa dengan presentase 9%. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kelompok usia produktif adalah mereka yang berada dalam rentang usia 15 sampai dengan 64 tahun dan usia diatas 64 tahun merupakan usia tidak produktif.

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas petani mitra dan petani non mitra berada pada usia produktif. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani masih memiliki fisik yang kuat sehingga mampu mengelola usahataninya dengan baik. Sehingga dapat meningkatkan penghasilan usahataninya.

5.1.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menjalanakan usahatani. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin mudah petani menerima inovasi baru, sehingga petani dapat meningkatkan maupun mengembangkan usahataninya. Tingkat pendidikan petani dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Identitas Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Buntu Batu, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017.

No Tingkat Pendidikan

Petani Mitra Petani Non Mitra Jumlah

(Jiwa) Persentase

(%) Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1. Tidak Sekolah 1 6,25 0 0

2. Tidak Tamat SD 2 12,50 0 0

3. SD 6 37,50 5 45,45

4. SMP 4 25,00 3 27,27

5. SMA 3 18,75 3 27,27

Jumlah 16 100,00 11 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa baik pada petani mitra maupun non mitra dengan tingkat pendidikan SD menunjukkan angka terbesar sebanyak 6 jiwa dengan presentase 37,50% pada petani mitra, dan sebanyak 5 jiwa dengan presentase 45,45%. Dari Table 10 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani tergolong masih sangat rendah. Hal in dapat mempengaruhi petani dalam menjalankan usahatani kakao. Tingkat pendidikan petani akan sangat mempengaruhi kreativitas dan kemampuan petani dalam menerima inovasi baru, serta berpengaruh terhadap perilaku petani dalam mengelola kegiatan usahatani kakaonya.

Menurut Amin (2013) tingkat pendidikan petani pada umumnya akan mempengaruhi cara dan pola pikir petani. Pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang relatif muda menyebabkan petani tersebut relatif dinamis.Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin berkembang wawasan berfikirnya dan keputusan yang diambil semakin baik dalam menentukan cara-cara berusaha tani yang lebih produktif.

5.1.3. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman petani dalam berusahatani secara tidak langsung dapat mempengaruhi penggunaan faktor produksi. Petani yang memiliki pengalaman lebih lama mampu merencanakan penggunaan faktor produksi maupun kegiatan usahatani. Semakin lama pengalaman petani dalam berusahatani maka memungkinkan petani semakin efisien dalam menggunakan faktor produksi. Pengalaman berusahatani responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Identitas Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa Buntu Batu, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017.

No Pengalaman Berusahatani

(Tahun)

Petani Mitra Petani Non Mitra Jumlah

(Jiwa) Persentase

(%) Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1. 6 – 13 2 12,50 1 9,09

2. 14 – 21 4 25,00 6 54,55

3. 22 – 29 6 37,50 4 36,36

4. > 29 4 25,00 0 0

Jumlah 16 100,00 11 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017

Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa pengalaman berusahatani petani mitra terbesar pada kisaran 14 – 21 tahun sebanyak 6 jiwa dengan presentase sebesar 37,50%. Sedangkan pada petani non mitra pengalaman usahatani terbesar pada kisaran 14 – 21 tahun sebanyak 6 jiwa dengan presentase 54,55%. Tabel 11 ini menunjukkan bahwa petani mitra di Desa Buntu Batu telah memiliki pengalaman yang cukup dalam berusahatani kakao. Lamanya pengalaman berusahatani petani responden dapat dijadikan sebagai motivasi ke arah yang lebih baik dalam berusahatani kakao. Pengalaman berusahatani dapat mempengaruhi

petani dalam menjalankan usahatani kakao. Pengalaman usahatani responden ini akan berpengaruh terhadap usahatani yang dilaksanakan.

Semakin lama pengalaman yang dimiliki petani maka akan lebih mudah bagi petani dalam menjalankan usahataninya (Kurniati, 2012).

5.1.4. Luas Lahan

Luas lahan adalah luas wilayah yang diusahakan petani responden untuk kegiatan budidaya. Luas lahan sangat berpengaruh pada kegiatan usahatani yang di jalankan oleh petani. Adapun luas lahan yang dimiliki oleh petani responden di sajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Identitas Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Buntu Batu, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017.

No Luas Lahan (Ha)

Petani Mitra Petani Non Mitra Jumlah

(Jiwa) Persentase

(%) Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1. 0,5 – 1 9 56,25 6 54,55

2. 1,1 – 1,6 2 12,50 4 36,36

3. 1,7 – 2,2 3 18,75 1 9,09

4. > 2,2 2 12,50 0 0

Jumlah 16 100,00 11 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa petani mitra dan non mitra dengan luas lahan berkisar 0,5 – 1 ha memiliki jumlah terbesar yaitu sebanyak 9 jiwa dengan presentase 56,25% pada petani mitra dan, sebanyak 6 jiwa dengan presentase 54,55% pada petani non mitra. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penguasahan lahan pada petani mitra sudah

tergolong tinggi. Sehingga diharapkan petani dapat memanfaatkan lahan yang dimiliki dengan baik dalam mengelolah usahatani kakao. Hal ini di karenakan Desa Buntu Batu merupakan salah satu desa yang memiliki luas lahan kakao terbesar di kecamatan Bupon.

Dokumen terkait