• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Usahatani Kakao di Desa Buntu Batu

5.3.6 Penjemuran

Pada petani mitra tidak lagi melakukan kegiatan penjemuran.

Karena petani mitra menjual biji kakao dalam keadaan basah. Alasan petani mitra tidak lagi melakukan penjemuran biji kakao karena petani mitra ingin cepat cepat mendapatkan hasil dan petani juga mendapatkan keuntungan-keuntungan lain jika menjual biji kakao basah ke PT. Mars Symbioscience Indonesia. Keuntungan yang didapatkan yaitu satu botol pestisida jika telah menjual 500 kg biji dan akan mendaptkan kupon udian jika telah menjual 50 kg biji kakao. Hal inilah yang membuat petani memilih untuk menjual biji kakao basah.

Pada petani non mitra melakukan penjemuran karena mereka menjual biji kakao kering kepada pedagang pengumpul. Proses penjemuran yang dilakukan oleh petani non mitra dimulai dari biji kakao yang sudah di panen diangkut ke rumah petani, kemudian biji kakao tersebut dijemur dengan tujuan untuk mengurangi kadar air yang ada pada biji kakao. Selain itu tujuan dari penjemuran untuk memberikan aroma pada biji kakao.

Petani menjemur biji kakaonya di halaman rumah dengan menggunakan terpal sebagai pengalas. penjemuran yang dilakukan oleh petani non mitra masih memanfaatkan sinar matahari. Penjemuran dilakukan selama 3 hari jika cuaca tidak mendung tetapi jika cuaca mendung penjemuran memakan waktu yang lebih lama yaitu 4-6 hari.

Setelah biji kakao kering kemudian petani memasukkan biji kakao tersebut kedalam karung dan biji kakao siap untuk dijual ke pedangan pengumpul yang ada di Kecamatan Ponrang.

5.4. Kemitraan Antara Petani dengan PT. Mars Symbioscience Indonesia.

Kemitraan yang dijalin oleh PT.Mars Symbioscience Indonesia dengan petani kakao di Desa Buntu Batu merupakan kemitraan tidak langsung. Dimana PT. Mars Symbioscience Indonesia memberikan pelatihan kepada Cocoa Doctor yang dianggap telah memiliki pengalaman yang cukup dalam usahatani kakao. Cocoa Doctor merupakan perpanjangan tangan dari PT. Mars Symbioscience Indonesia ke petani.

Cocoa Doctor melakukan pembinaan kepada petani kakao di tingkar desa.

Pembinaan yang dilakukan oleh Cocoa Doctor rutin dilaksanakan setiap bulan yang di fasilitasi oleh PT. Mars Symbioscience Indonesia.

Hubungan PT.Mars Symbioscience Indonesia dengan petani kakao di Desa Buntu Batu masih dapat dikatakan sebagai kemitraan meskipun tanpa adanya kontrak tertulis yang di tanda tangani oleh kedua belah

saling memperkuat dan saling menguntungkan. Pola kemitraan yang diterapkan oleh PT.Mars Symbioscience Indonesia dengan petani kakao di Desa Buntu Batu lebih mendekati pada pola dagang umum.

Dimana pola kemitraan ini lebih menekankan pada penerimaan pasokan dari usaha kecil untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha besar.

 Input

peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia pada pasal 10 ayat 1 -4 yang menyatakan bahwa “ (1) Kemitraan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dengan Usaha Besar dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip Kemitraan dan menjunjung etika bisnis yang sehat.

(2) Prinsip Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi prinsip: a. saling membutuhkan; b. saling mempercayai; c. saling memperkuat; dan d. saling menguntungkan. (3) Dalam melaksanakan Kemitraan, para pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara dan terhadap mereka berlaku hukum Indonesia. (4) Kemitraan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, atau Usaha Menengah dengan Usaha Besar dilaksanakan dengan disertai bantuan dan perkuatan oleh Usaha Besar “.

Dalam Pelaksanaan kemitraan yang dilakukan oleh PT. Mars Symbioscience Indonesia dengan petani kakao tidak ada perjanjian ataupun kontrak kerjasama yang di sepakati oleh kedua belah pihak.

Sedangkan berdasarkan peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia pada BAB IV pasal 29 ayat 2 yang berbunyi “Kemitraan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertulis dalam bentuk perjanjian sesuai format seperti tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.”

Dengan tidak adanya kontrak secara tertulis ini maka pemenuhan hak dan kewajian dari kedua belah pihak juga kurang jelas. Tidak adanya kontrak tertulis ini dikarenakan PT. Mars Symbioscience Indonesia selaku perusahaan mitra memberikan kebebasan kepada para petani untuk menentukan sendiri kepada siapa petani akan menjual biji kakaonya.

Selain membeli biji kakao dari petani PT. Mars Symbioscience Indonesia juga memperhatikan petani dengan mengeluarkan program untuk dilakukan pembinaan di tingkat petani. Dengan adanya pendampingan yang diberikan petani ini sesuai dengan peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia pada BAB III pasal 11 ayat 1 yang berbunyi

"Kemitraan mencakup proses alih keterampilan bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi sesuai dengan pola Kemitraan”.

 Proses

Untuk pendampingan di tingkat petani PT. Mars Symbioscience Indonesia tidak memisahkan antara petani binaan maupun non binaan atau antara petani mitra dan non mitra. Semua petani kakao ketika memang membutuhkan PT. Mars Symbioscience Indonesia dalam hal perawatan kebun PT. Mars Symbioscience Indonesia siap mendampingi.

PT. Mars Symbioscience Indonesia melalui program Cocoa Village Center (CVC) memberikan pendidikan dan pendampingan kepada petani lewat transfer pengetahuan mengenai kakao yang dilakukan oleh Cocoa Doctor. Menurut Bapak Fakih dari bidang Sustainability mengatakan bahwa :

Jika ada petani yang datang berkonsultasi mengenai kebunnya maka Cocoa Doctor langsung melakukan diagnosa kebun melihat apa masalah kebun dan memberikan rekomendasi perlakukan serta merincikan biaya berapa yang dibutuhkan untuk mencapai produksi yang maksimal. ”

Dalam program CVC yang di bangun oleh PT. Mars Symbioscience Indonesia terdapat Cocoa Doctor. Cocoa Doctor sendiri memiliki peran sebagai pusat petani untuk belajar dan berkonsultasi mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh petani di kebun. Cocoa Doctor ini telah mendapatkan pembinaan langsung dari PT. Mars Symbioscience Indonesia selama satu bulan mengenai budidaya dan bisnis kakao. Selain itu, Cacoa Doctor juga memperoleh fasilitas paket dasar perkebunan seperti bibit, gunting pangkas, alat sambung dan lain-lain. Dengan adanya Cocoa Doctor ini diharapkan mampu untuk membantu PT. Mars Symbioscience Indonesia dalam melakukan pembinaan kepada petani di tingkat desa dan Cocoa Doctor sendiri mampu untuk menjalakan bisnis kakaonya. Namun, pada kenyataanya Cocoa Doctor di Desa Buntu Batu hanya melakukan pembinaan kepada para petani tanpa menjalankan

bisnis kakao yaitu seperti penyediaan sarana input produksi bagi petani.

Hal ini dikarenakan kurangnya modal yang di miliki oleh Cocoa Doctor dan PT. Mars Symbioscience Indonesia hanya memfasilitasi Cocoa Doctor untuk bekerjasama dengan perbankan.

Cocoa Doctor di Desa Buntu Batu biasanya rutin mengadakan pertemuan dengan petani setiap sebulan sekalin untuk mengetahui permasalahan apa yang di hadapi oleh petani kemudian sebisa mungkin Cocoa Doctor untuk dapat memberikan solusi mengenai permasalahan yang dihadapi oleh petani. Selain itu ada juga pembinaan yang dilakukan dibidang pemasaran yang meliputi kualitas biji, perlakuan pasca panen, pengetahuan menganai harga kakao, dan bagaimana proses penjualan.

Pada saat petani ingin menjual biji kakaonya petani dapat datang langsung ke pabrik PT. Mars Symbioscience Indonesia atau melalui kolektor PT. Mars Symbioscience Indonesia. Kolektor selain mempermudah petani dalam proses penjualan biji kakao juga bertidak sebagai ekspedisi yang mengantarkan biji kakao dari petani ke pabrik PT. Mars Symbioscience Indonesia. Di Desa Buntu Batu sendiri terdapat 2 kolektor PT. Mars Symbioscience Indonesia.

Hal tersebut ternyata berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Efendi (2015), dimana Cocoa Doctor telah melakukan berbagai model bisnis seperti penyediaan sarana input produksi seperti

bibit, pupuk, pestisida dan produk lainnya yang kemudian di pasarkan kepada petani. Serta, Cocoa Doctor melakukan pembinaan kepada para petani tentang budidaya kakao.

PT. Mars Symbioscience Indonesia melalui program Cocoa Village Center (CVC) memiliki tiga program dalam pengembangan kakao yang berkelanjutan dengan petani kakao. Program tersebut meliputi, pola kemitraan melalui program transfer teknologi, pola kemitraan melalui program transfer teknologi berbasis bisnis usaha kompos, pola kemitraan melalui program pertanian kakao lestari sertifikasi Rainforest Alliance (RA). Untuk menjalankan semua program tersebut kemudian PT. Mars Symbioscience Indonesia dibantu oleh Cocoa Doctor dalam pelaksanaannya. Namun di Desa Buntu Batu hanya melaksanakan dua program yaitu program transfer teknologi dan program kakao lestari sertifikasi Rainforest Alliance (RA). Menurut Pak Ardi sebagai Cocoa Doctor di Desa Buntu Batu mengatakan bahwa :

“ Tidak dilaksanakannya program transfer teknologi berbasisi kompos ini karena pihak PT. Mars Symbioscience Indonesia selektif dalam memilih kelompok tani yang akan mengikuti program ini. Kelompok tani yang dipilih adalah kelompok tani yang dianggap mempunyai potensi untuk menghasilkan kulit kakao yang akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kompos. Dan di Desa Buntu Batu sebagian besar petani juga

kurang berminat mengikuti program ini karena sulit untuk mencapai target produksi dan petani tidak mampu menjamin akan terus memproduksi kompos tersebut.”

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa petani di Desa Buntu Batu dianggap belum mampu dan berpotensi menghasilkan bahan baku dalam pembuatan kompos, serta kurangnya minat petani dalam mengikuti program tersebut. Sedangkan untuk program transfer teknologi sendiri dilakukan oleh Cocoa Doctor dengan memberikan pembinaan kepada petani kakao di Desa Buntu Batu mengenai transfer teknologi yang meliputi cara pemangkasan yang baik, sanitasi lahan, pemupukan, panen sering, rehabilitasi dengan melakukan sambung samping, cara pemilihan bibit yang baik, cara perbanyakan bibit untuk sambung pucuk dan penanganan hama dan penyakit tanaman kakao. Pada program transfer teknologi ini juga tidak ada syarat untuk dapat mengikuti program ini. Sehingga petani dengan mudahnya dapat ikut serta dalam program ini.

Di Desa Buntu batu sendiri tercatat 6 kelompok tani yang ikut dalam program ini. Kelompok tani tersebut adalah kelompok tani Mekar Sari, kelompok tani Mekar Jaya, kelompok tani Karangan Abadi, kelompok tani PC Almanar, kelompok tani M. Manai, dan kelompok tani Mekar Mulia.

 Output

Untuk melihat perbedaan pendapatan antara petani mitra dan non mitra dilakukan dengan menggunakan analisis usahatani. Analisis usahatani dilakukan untuk melihat keberadaan suatu aktivitas usahatani.

Perbedaan pendapatan petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Analisis Pendapatan Rata-rata per hektar Usahatani Kakao Responden Petani Mitra dan Non Mitra Selama satu Tahun di Desa Buntu Batu, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017.

No Struktur Biaya (Rp/Ha)

Petani Mitra (Rp/Ha)

Petani Non Mitra (Rp/Ha)

1. Penerimaan 11.196.563 9.611.380

2. Biaya Tetap 133.771 96.736

3. Biaya Variabel 2.353.552 3.724.958

Pendapatan

(1-2-3) 8.709.239

2919553 5.789.686

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017

Dari data Tabel 15 dapat dilihat bahwa pendapat petani mitra lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendapatan petani non mitra. perbedaan pendapatan petani mitra dan non mitra sebesar 34%. Pada petani mitra pedapatan rata-rata per hektar sebesar Rp. 8.709.239,- sedangkan pada petani non mitra rata-rata pendapatannya sebesar Rp. 5.789.686,- Pada petani mitra total biaya tetap sebesar Rp. 133.771,- dan total biaya variable sebesar Rp. 2.353.552,-. Sedangkan pada petani non mitra total biaya tetap sebesar Rp. 96.736,- dan biaya variable sebesar Rp.

3.724.958,-. Perbedaan pendapatan yang cukup signifikan ini di

Dokumen terkait