• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Usahatani

5. Pemberantasan hama dan penyakit

Pemberantasan hama dilakukan dengan penyemprotan pestisida dalam dua tahap. Pertama, bertujuan untuk mencegah sebelum diketahui ada hama yang menyerang. Kadar dan jenis pestisida disesuaikan. Tahap yang kedua adalah usaha pemberantasan hama, dimana jenis dan kadar pestisida yang digunakan ditingkatkan. Contoh pestisida yang digunakan:

Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Metador 25 EC) dan lain-lain.

Hama yang sering menyerang tanaman kakao antara lain belalang (Valanga Nigricornis), ulat jengkal (Hypsidra talaka Walker), kutu putih (Planoccos lilaci), penghisap buah (Helopeltis sp.), dan penggerek batang (Zeuzera sp.). Insektisida yang sering digunakan untuk pemberantasan belalang, ulat jengkal, dan kutu putih antara lain adalah Decis, Cupraycide, Lebaycide, Coesar dan Atabron. Penghisap buah dapat diberantas dengan Lebaycide, Cupraycide dan Decis.

Penyakit yang sering ditemukan dalam budidaya kakao, yaitu penyakit jamur upas dan jamur akar. Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Oncobasidium thebromae. Selain itu juga sering dijumpai penyakit busuk buah yang disebabkan olehPhytoptera sp.

usahatani kecil, terbilang usahatani kecil karena mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Penduduk lokal yang semakin meningkat, sehingga membuat penduduk lokal mempunyai usahatani dalam lingkungan tekanan penduduk yang semakin meningkat.

b. Tingkat hidup yang rendah sebagai akibat dari keterbatasan sumberdaya yang ada.

c. Bergantung terhadap produksi yang subsistem.

d. Pelayanan masyarakat seperti pelayanan kesehatan, pendidikan dan lainnya masih kurang terjamin.

Usahatani dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu berdasarkan faktor produksi yang digunakan oleh petani, kedua usahatani tersebut yaitu:

a. Perorangan, usahatani perorangan merupakan usahatani yang dikuasai atau dimiliki oleh seseorang dan hasil yang didapatkan akan ditentukan oleh seseorang juga.

b. Kooperatif, usahatani kooperatif merupakan usahatani yang dimiliki bersama dan hasil yang didapatkan akan dibagi sesuai dengan porsi kontribusi anggota yang telah disepakati bersama.

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Daniel, 2001).

Menurut Soekartawi (1995) Ilmu usahtani bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektid dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

2.2.1. Konsep Penerimaan Usahatani

Pendapatan kotor atau dalam istilah lain penerimaan usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya satu tahun danmencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau digudangkan pada akhir tahun. Penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku (Soekartawi dkk, 1986).

Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti luas usahatani, jenis dan harga komoditi usahatani yang diusahakan.

Penerimaan dalam usahatani dihitung berdasarkan perkalian dari produksi dengan harga jual (Sundari, 2011).

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam melihat penerimaan usahatani, yaitu:

1. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt), yang didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi dkk 1986). Pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Penerimaan tunai tidak mencakup yang berupa benda, sehingga nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani. Penerimaan tunai usahataniyang tidak berasal dari penjualan produk usahatani seperti pinjaman tunai, harus ditambahkan.

2. Penerimaan tunai luar usahatani berarti penerimaaan yang diperoleh dari luar aktivitas usahatani seperti upah.

3. Penerimaan kotor usahatani (gross return), didefenisikan sebagai penerimaan dalam jangka waktu (biasanya satu tahun atau satu musim), baik yang dijual (tunai) maupun yang tidak dijual (tidak tunai seperti konsumsi keluarga, bibit, pakan, ternak). Penerimaan kotor juga sama dengan pendapatan kotor atau nilai produksi.

Menurut Sundari (2011) untuk menghitung penerimaan usahatani yaitu dengan mengalikan jumlah produksi per hektar dengan harga jual per satuan kg, yang dirumuskan :

Keterangan : TR = Penerimaan usaha (Rp) P = Harga produksi (Rp/Kg) Q = Hasil produksi (Kg) 2.2.2. Konsep Biaya Usahatani

Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan tingkat produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang besarnya sangat dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Suratiyah, 2006).

Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan serta biaya upah tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani, modal dan nilai kerja keluarga. Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku. Biaya penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan milik sendiri dapat dimasukkan kedalam

TR = P X Q

biaya yang diperhitungkan. Biaya dapat juga diartikan sebagai penurunan inventaris usahatani. Nilai inventaris suatu barangs dapat berkurang karena barang tersebut rusak, hilang atau terjadi penyusutan (Milliondry, 2014).

2.2.3. Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatanidisebut pendapatan bersih usahatani.

Pendapatan bersih usahatani mengukurimbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksikerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yangdiinvestasikan ke dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakanukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan usahatani (Soekartawi dkk,1986).

Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupunbagi pemilik faktor produksi. Tujuan utama dari analisis pendapatan ada dua, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur seberapa jauh kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak bagi seorang petani (Nasution, 2016).

Pendapatan usahatani akan berbeda untuk setiap petani, dimana perbedaanini disebabkan oleh perbedaan faktor produksi, tingkat produksi yang dihasilkandan harga jual yang tidak sama hasilnya. Pendapatan cabang usaha adalah selisih antara penerimaan cabang usaha yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pengukuran pendapatan pada dasarnya dapat menggunakan beberapa perhitungan. Pilihan bergantung pada tingkat perkembangan usahataninya. Jika usahatani yang menggunakan tenaga kerja dari keluarga maka lebih tepat pendapatan itu dihitung sebagai pendapatan yang berasal dari kerja keluarga. Pada kasus tersebut kerja keluarga tidak usah dihitung sebagai pengeluaran.

Ada pula usahatani yang menggunakan tenaga kerja yang diupah. Dalam hal yang demikian, upah kerja dihitung sebagai pengeluaran (Nasution, 2016).

Menurut Sundari (2011) Untuk menghitung pendapatan usaha tani yaitu dengan menghitung selisih penerimaan dan biaya usaha tani yang dirumuskan :

Keterangan : Pd = Pendapatan usaha (Rp) TR = Penerimaan usaha (Rp) TC = Total Biaya usaha (Rp)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor intern usahatani yang mempengaruhi pendapatan usahatani yaitu kesuburan

Pd = TR – TC

lahan, luas lahan garapan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan modal dalam usahatani, penggunaan input modern/teknologi, pola tanam, lokasi tanaman, fragmentasi lahan, status penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi penggunaan input dan tingkat pengetahuan maupun keterampilan petani dan tenaga kerja. Faktor-faktor ekstern usahatani yang mempengaruhi pendapatan usahatani yaitu sarana transportasi, sistem tataniaga, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat harga output dan input, ketersediaan lembaga perkreditan, adat istiadat masyarakat dan kebijaksanaan pemerintah (Milliondry, 2014).

Dokumen terkait