• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip

Desa Cikarawang sebagai salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga di Kabupaten Bogor memiliki potensi dalam pengembangan palawija diantaranya ubi jalar. Di desa Cikarawang terdapat empat kelompok tani yang membawahi setidaknya 20-40 orang anggotanya, diantaranya adalah kelompok tani Subur Jaya, kelompok tani Setia, kelompok tani Makmur, dan kelompok tani Hurip. Dari hasil penilaian awal didapatkan informasi bahwa kelompok tani Hurip, memiliki potensi pengembangan palawija khususnya ubi jalar. Hasil panen yang dijual oleh sebagian besar anggota Kelompok Tani Hurip adalah tanaman palawija, diantaraanya ubi jalar, sedangkan padi digunakan untuk konsumsi sendiri.

3

Hal ini berarti, petani memperoleh penghasilan hanya dari penjualan panen palawijanya saja, yang sebagian besar dijual segar ke pasar. Melalui proses fasilitasi yang kami jalankan para petani tersebut sadar dan ingin meningkatkan kesejahteraanya dengan meningkatkan nilai tambah ubi jalar.

Kelompok tani Hurip telah berdiri semenjak tahun 1974 beralamat di Kampung Carangpulang Bubulak Rt 4 Rw 3 No. 43, Dusun II, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kelompok Tani Hurip telah mengalami 2 masa kepengurusan. Pada periode pertama (1974-2000) kelompok ini memiliki anggota sebanyak 20 orang dan belum terdapat struktur kelembagaan, pendeskripsian tugas-tugas pengurus dan kelompok. Kegiatan kelompok pada masa ini sebatas pada pembagian bibit dan belum memiliki kemajuan berarti. Pada tahun 2000 terjadi pergantian jabatan melihat ketua kelompok periode sebelumnya sudah semakin lanjut usianya. Pada periode II ini terdapat struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Sebelum adanya pendampingan dari peneliti dengan menggunakan pendekatan aksi partisipatif, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KTH sebatas pada kegiatan dari pemerintah seperti pembagian bibit. Belum ada pemikiran aktif dari setiap anggota untuk melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan kesejahteraan bersama. Ketua kelompok menjadi pemeran dominan dalam kelompok karena tidak adanya kejelasan dalam pembagian tugas. Meskipun pada periode II kepengurusan, kelompok memiliki struktur yang lebih lengkap karena memiliki sekretaris dan bendahara. Namun, pada periode II ini Kelompok Tani Hurip (KTH) terlihat mulai aktif dalam pembangunan desa. Sehingga Kelompok Tani Hurip (KTH) sering mendapat bantuan berupa pohon, pupuk, bibit, dan traktor dari Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) dan instansi terkait (seperti IPB). Selama ini hasil panen kelompok tani dijual dalam bentuk segar ke tengkulak dan pasar-pasar tradisional. Belum ada tindakan pengolahan pasca panen terhadap hasil-hasil panennya agar dapat meningkatkan nilai tambah. Beberapa tengkulak yang termasuk dalam keanggotaan Kelompok Tani Hurip menyalurkan ubi-ubi tersebut ke pasar induk dan pabrik-pabrik saos rekanannya.

Gambar 3. Saluran Pemasaran Ubi Jalar Sebelum Pendampingan

Pada bulan februari-juni para peneliti melakukan pendampingan di Kelompok Tani Hurip. Melalui pertemuan dan diskusi yang diadakan oleh para peneliti sebagai fasilitator, kelompok mulai membahas mengenai peraturan-peraturan dalam kelompok karena kelompok mulai menggangap penting untuk menetapkan peraturan dalam kelompok. Setelah melakukan 7 kali pertemuan dengan anggota kelompok melalui metode FGD, kelompok menetapkan struktur organisasi, tugas pengurus, dan peraturan kelompok tani hurip berdasarkan kesepakatan kelompok. Terdapat 11 orang pengurus dalam struktur kepengurusan organisasi yang terdiri dari dua orang penasehat, ketua kelompok, sekretaris, bendahara, seksi pertanian, seksi kehutanan, seksi humas, seksi usaha, seksi kelompok wanita tani, dan seksi pengairan/P3A. Pergantian nama seksi sebelumnya pernah tejadi atas dasar kebutuhan kelompok dan saran dari penyuluh dari Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD).

Tabel 6. Tugas Pengurus Kelompok Tani Hurip (KTH) Jabatan

Pengurus

Tugas Pengurus Kelompok Tani Hurip (KTH) Ketua 1. Memberdayakan anggota dan pengurus.

2. Mengkoordinasikan pengurus demi kelancaran organisasi Kelompok Tani Hurip.

Penasehat Memberikan usulan dan saran khususnya pada ketua kelompok dan pada umumnya untuk Kelompok Tani Hurip.

Sekretaris 1. Pendataan pengurus dan anggota. 2. Surat menyurat dan undangan.

Bendahara 1. Bertanggung jawab atas pengumpulan uang iuran kas. 2. Bertanggung jawab atas pengumpulan uang

pendapatan traktor. Seksi

Kelompok Tani Wanita

1. Perwakilan pada saat ada pelatihan atau percobaan dari dinas.

2. Mentransfer ilmu yang didapatkan dari pelatihan atau Petani Tengkulak Pasar i d k Pedagan g Pabrik konsumen

percobaan kepada para petani khususnya kepada Kelompok Tani Hurip.

Seksi Pertanian

Mengatur dan berkoordinasi dengan seksi pengairan dan pembenihan.

Seksi

Pengairan/P3A

1. Koordinasi untuk kerja bakti.

2. Mengatur dan mengkoordinasikan pola aliran air. Seksi Humas Memberikan informasi kepada pengurus dan anggota baik informasi yang berasal dari pihak eksternal dan pihak internal Kelompok Tani Hurip.

Seksi Kehutanan

Mengatur pembagian bibit atau benih yang berasal dari dinas kepada para petani.

Seksi Usaha 1. Mengolah bahan baku yang tersisa.

2. Memasarkan hasil bumi para petani Kelompok Tani Hurip.

Sumber: Dokumen Kelompok Tani Hurip (KTH)

Perumusan awal tugas pengurus kelompok tani Hurip dan peraturan-peraturan yang berlaku dilakukan oleh ketua dan sekretaris kelompok yang didampingi oleh para peneliti sebagai fasilitator. Selanjutnya dirumuskan lagi secara bersaa-sama oleh para pengurus kelompok tani yang lain. Kemudian dibawakan pada rapat kelompok tani dimana para fasilitator saat itu menjadi pihak luar yang hanya memberikan pandangan secara umum namun tak terlalu terlibat didalamnya. Dari diskusi atau rapat tersebut, terdapat kesepakatan mengenai tugas pengurus (Tabel 6) dan peraturan kelompok tani.

Adapun peraturan-pertauran kelompok tani tersebut meliputi: 1. Hak untuk Anggota Kelompok Tani Hurip (KTH):

a.Pengurus dan anggota Kelompok Tani Hurip akan mendapatkan bibit (bantuan/program pemerintah) dengan syarat menghadiri kegiatan yang diadakan Kelompok Tani Hurip minimal sebesar 80%. Pengurus dan anggota hanya mengganti biaya transportasi pengambilan bibit (bantuan/program pemerintah).

b.Pengurus dan anggota akan mendapatkan kartu pengenal Kelompok Tani Hurip. Kartu ini berfungsi sebagai:

1.Kartu pengenal Kelompok Tani Hurip

2.Kartu pengambilan bibit (bantuan/program pemerintah).

c.Pengurus dan anggota Kelompok Tani Hurip akan mendapatkan pinjaman modal yang berasal dari iuran wajib pengurus dan anggota. Dengan syar at:

1)Anggota aktif (menghadiri kegiatan yang diadakan Kelompok Tani Hurip minimal sebesar 80%).

2)Mempunyai lahan.

2. Kewajiban bagi Anggota Kelompok Tani Hurip (KTH):

a.Mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Kelompok Tani Hurip.

b.Membayar iuran wajib bulanan sebesar Rp. 5000,- yang akan digunakan untuk simpan pinjam dan keperluan Kelompok Tani Hurip.

c.Mengikuti dan menghadiri rapat bulanan kelompok yang diadakan sebulan sekali selama setahun kepengurusan.

d.Hasil panen anggota harus dijual kepada Kelompok Tani Hurip. Sesuai dengan harga pasar yang berlaku.

3. Sanksi bagi Anggota Kelompok Tani Hurip (KTH), yaitu jika dua kali (dalam satu tahun kepengurusan) tidak hadir dalam rapat bulanan, maka akan mendapatkan sanksi dari Kelompok Tani Hurip. Sanksinya sebagai berikut:

a.Jika tidak hadir satu kali dalam rapat bulanan, maka akan mendapatkan peringatan dari Kelompok Tani Hurip.

b.Jika tidak hadir dua kali dalam rapat bulanan, maka yang bersangkutan tidak akan mendapatkan bibit (bantuan/program pemerintah) dan pinjaman modal dari Kelompok Tani Hurip.

4. Penghargaan untuk Anggota Kelompok Tani Hurip (KTH), yaitu bagi anggota yang kehadirannya 100% (untuk setiap kegiatan Kelompok Tani Hurip) akan mendapatkan hadiah dari kelompok. Penghargaan ini diberikan setiap satu tahun sekali.

Tabel 7. Karakteristik anggota KTH Karakteristik

Anggota Kelompok Tani Hurip

Persentase (%) Muda (< 26 tahun) 14,29 Sedang (26 - 40 tahun) 17,86 Usia Tua (> 40 tahun) 67,86

Rendah (tamat/tidak tamat SD) 60,71

Sedang (SLTP) 7,14 Pendidikan Tinggi (SLTA) 32,14 Wiraswasta 21,43 Petani 53,57 Pedagang 7,14 Pekerjaan Utama Buruh Tani 7,14

Karyawan Swasta 7,14 Supir 3,57 Tidak luas (< 2.100 m²) 42,86 Sedang (2.100 - 10.000 m²) 50 Luas lahan Luas (> 10.000 m²) 7,14 Baru (< 6 tahun) 17,86 Sedang (6 - 10 tahun) 10,71 Pengalaman Bertani Lama (> 10 tahun) 71,43

Anggota KTH yang berjumlah 28 orang ini terdiri atas 19 orang anggota yang berusia >40 tahun (67,86%), 5 orang yang berusia 26-40 tahun (17,86%), dan 4 anggota yang berusia <26 tahun (14,29%). Dengan tingkat pendidikan sebagian besar adalah rendah (tamat/tidak tamat SD) yaitu sebesar 17 orang (60,71%), sedang (SLTP) sebanyak 2 orang (7,14%), dan tinggi (SLTA) sebanyak 9 orang (32,14%). Dari 28 orang anggota kelompok tani tersebut, sebagian besar anggotanya memiliki pengalaman bertani lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 20 orang (71,43%).

Berdasarkan kategorisasi tersebut maka sumberdaya manusia yang berasal dari anggota kelompok tani sendiri masih terbilang kurang. Untuk itu kelompok tani dapat menggunakan sumberdaya manusia yang berasal dari keluarga anggota kelompok tani ataupun warga desa setempat.

Selanjutnya kelompok tani sepakat untuk membuat tim rencana usaha yang terdiri dari perwakilan anggota kelompok, secara khusus di fasilitasi oleh para peneliti dalam proses pembuatan rencana usaha. Terjadi beberapa kali pergantian rencana usaha yang akan dibuat oleh kelompok. Sampai pada akhirnya kelompok sepakat untuk membuat rencana usaha penggilingan padi dan tepung ubi jalar. Perencanaan pendirian usaha ini dibuat untuk meningkatkan kesejahteraan anggota KTH, karena diharapkan dari usaha yang dijalankan dapat membantu desa khususnya KTH dalam peningkatan kesejahteraan. Rencana usaha yang disepakati untuk dibuat oleh KTH adalah usaha pembuatan tepung ubi jalar dan usaha penggilingan padi. Sehingga dibentuk 2 tim penyusun rencana usaha yang terdiri dari perwakilan anggota KTH dan didampingi oleh beberapa orang peniliti yang bertugas sebagai fasilitator dalam tim tersebut.

Gambar 4. Proses Fasilitasi (dengan menggunakan FGD)

Terlihat terjadi suatu perubahan dalam masyarakat baik pola pikir dan kehidupan sosial. Kelompok Tani Hurip mulai berfikir dan aktif untuk bersama-sama membangun kelompok dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Sehingga tidak terjadi dominasi pada salah satu pihak. Terjadi perubahan pola saluran pemasaran ubi jalar yang coba di terapkan di kelompok ini.

Gambar 5. Saluran Pemasaran Ubi Jalar Setelah Pendampingan