• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jawa Timur15

Jawa Timur adalah salah satu daerah di Indonesia dengan ekonomi terbesar yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif dari tahun ke tahun, termasuk 5 tahun terakhir, yaitu selalu di atas rata-rata 5.82 persen per tahun. Krisis ekonomi global yang terjadi sejak pertengahan 2008 tidak berdampak signifikan pada perekonomian Jawa Timur walaupun terjadi sedikit penurunan. Ekspor non minyak Jawa Timur sampai akhir 2009 mencapai US$ 10 011.87 juta, sedangkan impor non-migas mencapai US$ 91 320 220 000. Sebanyak 716 441 perusahaan skala besar, industri menengah dan kecil, serta industri rumah tangga

15

tersebar di provinsi ini. Industri manufaktur berperan penting bagi PDB Jawa Timur dengan menyumbang rata-rata 28.5 persen dari total PDB. Banyak negara asing yang memetik sukses atas teknologi dan modal yang telah mereka investasikan di Jawa Timur. Beberapa negara yang telah berinvestasi di Jawa Timur, antara lain Inggris, China, Singapura, Australia, Jepang, Arab Saudi, Korea Selatan, Amerika Serikat, Belanda. Beberapa bisnis yang banyak diminati di provinsi ini adalah perdagangan, industri kimia, industri barang dan logam, industri makanan, dan industri kayu.

Kondisi Makro dan Mikro Ekonomi

Jawa Timur merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mencapai 7.2 persen pada tahun 2011. Pertumbuhan ini berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia pada tahun yang sama (2011). Berdasarkan data Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 hanya 6.4 persen. Selama tiga tahun (2008-2011), pertumbuhan ekonomi Jawa Timur terus meningkat. Pada tahun 2008 tercatat 5.94 persen, tahun 2009 menjadi 5.01 persen, memasuki 2010 naik tajam menjadi 6.67 persen, dan pada 2011 melonjak tajam menjadi 7.14 persen. Angka pertumbuhan ekonomi ini di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 6.6 persen. Tiga sektor dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi, antara lain, sektor angkutan dan komunikasi (12.3 persen), konstruksi (9.12 persen), dan hotel- restaurant (8.90 persen). Selain tiga sektor tersebut, terdapat tiga sektor ekonomi dengan kontribusi terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, yaitu sektor perdagangan, hotel, serta restaurant (29.94 persen), industri pengolahan (26.96 persen), serta pertanian (15.85 persen). Jawa Timur juga tercatat sebagai daerah yang dinamis dengan tingkat inflasi di bawah satu digit. Pada desember 2011, inflasi Jawa Timur hanya 0.57. Angka ini menunjukkan bahwa inflasi di Jawa Timur sangat rendah sekaligus sama dengan angka inflasi nasional yang pada Desember 2011 berada di angka 0.57.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang tinggi dikarenakan provinsi ini menjadi tujuan utama investasi penting. Selama semester I tahun 2012, semua sektor mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10.37 persen dengan sumbangan pertumbuhan 0.76 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 10.12 persen dengan sumbangan pertumbuhan tertinggi sebesar 3.15 persen. Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 3.25 persen dan memberikan sumbangan pertumbuhan terendah sebesar 0.07 persen. Perekonomian Jawa timur yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga harga berlaku triwulan II tahun 2012 sebesar Rp 246.58 triliun, sehingga secara kumulatif semester I tahun 2012 PDRB Jawa Timur mencapai Rp 483.90 triliun. Sementara PDRB Jawa Timur triwulan II tahun 2012 atas dasar harga konstan 2000 Rp 97.98 triliun dan selama semester I tahun 2012 mencapai Rp 193.24 triliun.

Perbandingan volume ekspor-impor selama tahun 2010-2011 tergolong sehat. Ekspor Jawa Timur mencapai US$ 12 504.48 juta pada tahun 2010 dan meningkat 20.48 persen menjadi US$ 17 511.35 juta pada tahun 2011. Impor Jawa Timur pada tahun 2010 berada di angka US$ 14 507.88 juta sedangkan pada

tahun 2011 menjadi US$ 20 939.92 juta atau naik 44.33 persen. Perbandingan nilai ekspor dan impor menunjukkan angka dan nilai yang masih tergolong sehat.

Pendapatan per kapita masyarakat Jawa Timur naik dari US$ 3 150 pada 2010 menjadi US$ 3 500-3 750 pada tahun 2011. Diperkirakan pada tahun 2013 pendapatan per kapita masyarakat Jawa Timur naik lagi menjadi US$ 4 200–4 500 per tahun. Pendapatan per kapita yang terus meningkat membuat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur ikut meningkat. Salah satu indikatornya adalah kepadatan kendaraan bermotor dan mobil di berbagai wilayah Jawa Timur. Tercatat pertumbuhan sepeda motor (kendaraan roda dua) di Jawa Timur mencapai 16 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan mobil (kendaraan roda empat) mencapai 9 persen. Tingginya pendapatan per kapita disertai perkembangan kemakmuran yang relatif merata membuat masyarakat Jawa Timur memiliki daya beli yang cukup tinggi.

Infrastruktur

Jawa Timur dilintasi oleh jalan nasional sebagai jalan ateri primer, diantaranya jalur pantura (Anyer-Jakarta-Surabaya-Banyuwangi) dan jalan nasional lintas tengah (Jakarta-Bandung-Yogyakarta-Surabaya). Jaringan jalan tol di Jawa Timur meliputi jalan tol Surabaya-Gempol dan jalan tol Surabaya- Manyar. Saat ini tengah dikembangkan jalan tol trans-Jawa, diantaranya Surabaya-Mojokerto (panjang 38 km)-Kertosono-Ngawi-Mantingan, jalan tol Gempol-Malang-Kepanjen, jalan tol Gempol-Probolinggo-Banyuwangi, serta jalan tol dalam kota Surabaya (tol lingkar timur dan tol lingkar tengah kota). Jembatan Suramadu merupakan jembatan nasional yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura. Jembatan ini menjadi jembatan ke lima di dunia karena terbentang sepanjang 5 km.

Provinsi Jawa Timur memiliki bandara internasional dengan nama Bandara Juanda. Bandara ini terletak 20 km dari kota Surabaya dengan luas mencapai 396 hektar serta dapat menampung pesawat jenis Boeing 737 dan Airbus 300. Beberapa bandara lain yang tersebar di beberapa kota utama di Jawa Timur, antara lain Bandara Pegerungan Trunojoyo di Sumenep, Abdulrahman Saleh di Malang, Bandara Iswahyudi di Madiun, Bandara Noto Hadinegoro di Kabupaten Jember, serta Bandara Minakjinggo di Kabupaten Banyuwangi. Jawa Timur juga mempunyai beberapa pelabuhan besar, dengan pelabuhan Tanjung Perak sebagai pelabuhan terbesar sekaligus pelabuhan utama dan saat ini telah menjadi pelabuhan internasional. Pelabuhan ini mempunyai luas 1 574 hektar daerah air dan 575 hektar wilayah daratan. Pelabuhan berskala nasional di Jawa Timur meliputi Pelabuhan Gresik di Kabupaten Gresik, Pelabuhan Tanjung Wangi di Kabupaten Banyuwangi, Pelabuhan Tanjung Tembaga di Kota Probolinggo, Pelabuhan Pasuruan di Kota Pasuruan, Pelabuhan Sapudi di Kabupaten Sumenep, Pelabuhan Kalbut di Kabupaten Situbondo, Pelabuhan Paiton di Kabupaten Probolinggo, Pelabuhan Bawean di Kabupaten Gresik, serta Pelabuhan Kangean di Kabupaten Sumenep. Jawa Timur memiliki sejumlah pelabuhan penyeberangan, diantaranya Ujung-Kamal (menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura) dan Pelabuhan Ketapang (menghubungkan Banyuwangi dengan Gilimanuk, Bali), Pelabuhan Kalianget (menghubungkan Madura dengan kepulauan), serta Pelabuhan Jangkar di Situbondo.

Sarana Prasarana Kesehatan, Hotel, dan Pendidikan

Terdapat 232 unit rumah sakit di Provinsi Jawa Timur. Sebanyak 54 unit dikelola pemerintah dan 169 unit dikelola swasta, sedangkan jumlah Puskesmas sebanyak 934 unit dan 2 264 unit Puskesmas Pembantu yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur. Salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo di Surabaya yang dikenal sebagai rumah sakit terlengkap di Jawa Timur dan kawasan timur Indonesia. Rumah sakit ternama lainnya antara lain Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Internasional di Surabaya, Rumah Sakit Dr. Syaiful Anwar (RSSA) di Malanh, rumah Sakit Dr. Sardono di Madiun, serta Rumah Sakit Jiwa Menur di Surabaya. Beberapa rumah sakit yang berskala internasional di jawa Timur, antara lain Rumah Sakit Surabaya Internasional (RSSI) dan Rumah Sakit Husada Utama.

Jawa Timur juga didukung beberapa hotel yang bertaraf internasional yang berlokasi di Surabaya, yaitu JW Marriot, Jotel Majapahit Mandarin Oriental Surabaya, Hyatt, Patra Surabaya Hilton, Sangrila, Garden Palace, Sheraton Surabaya, Mercure Hotel, dan beberapa hotel lainnya. Selain hotel, Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah perguruan tinggi terbanyak di Indonesia. Beberapa universitas yang berlokasi di Surabaya antara lain Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan IAIN Sunan Ampel. Beberapa universitas negeri tersebar di daerah lainnya seperti Malang (Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Politeknik Negeri Malang, dan Universitas Islam Negeri), Jember (Universitas Jember), dan Madura (Universitas trunojoyo). Selain itu terdapat beberapa sekolah bertaraf internasional seperti Surabaya International School, Surabaya Japanese School, Wesley International School, Sophomore International School, dan SMA Khadijah.

Angkatan Kerja di Jawa Timur

Jumlah angkatan kerja di Jawa timur pada Februari 2012 mencapai 19.83 juta orang, bertambah sekitar 0.07 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011 sebesar 19.76 juta orang, atau lebih rendah 0.42 juta orang dibanding Februari 2011 sebesar 20.25 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Jawa timur pada februari 2012 mencapai 19.01 juta orang, bertambah sekitar 0.07 juta orang dibanding keadaan Agustus 2011 sebesar 18.94 juta orang atau masih lebih rendah 0.40 juta orang dibanding Februari 2011 sebesar 19.41 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Timur pada Februari 2012 mencapai 4.14 persen, menurun dibanding TPT Agustus 2011 (4.16 persen) dan TPT Februari 2011 (4.18 persen). Melihat perbandingan penduduk yang bekerja bulan Februari 2012 terhadap Agustus 2011, penurunan terbesar terjadi pada sektor konstruksi (121.81 ribu orang), diikuti sektor industri (73.83 ribu orang), sektor transportasi (45.64 ribu orang), dan sektor perdagangan (38.34 ribu orang). Peningkatan penduduk yang bekerja di sektor pertanian (163.15 ribu orang) dan sektor jasa (201.05 ribu orang). Sebagian besar penduduk, yaitu sebesar 40.41 persen) bekerja di sektor pertanian (7.68 juta orang), disusul sektor perdagangan sebesar 3.87 orang (20.36 persen), dan sektor jasa sebesar 2.66 juta orang (13.99 persen).

Berdasarkan jumlah jam kerja pada Februari 2012, tercatat 12.30 juta orang (64.71 persen) bekerja di atas 35 jam per minggu atau turun 0.40 persen dibanding Februari 2011, sebaliknya yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu mencapai 6.71 juta orang (35.29 persen), bertambah 0.36 juta orang (5.67 persen) dibanding Februari 2011. Berdasarkan data bulan Februari 2012, dari 19.01 juta orang yang bekerja paling banyak berpendidikan SD ke bawah, yaitu sebanyak 10.36 juta orang (54.48 persen), sedangkan pekerja dengan pendidikan Diploma ke atas hanya sekitar 1.45 juta orang (7.61 persen).

Penyerapan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan perkebunan secara langsung. Jumlah penduduk Jawa Timur yang berusaha pada sub sektor perkebunan pada tahun 2011 mencapai 4 283 936 orang atau sekitar 11.40 persen dari jumlah penduduk secara keseluruhan sebesar 37 576 011 orang. Berikut ini data perkembangan penyerapan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan di Jawa Timur dalam kurun waktu 2007-2011.

Tabel 3 Perkembangan penyerapan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan di Jawa Timur tahun 2007-2011

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011*) Penyerapan Tenaga Kerja (Orang) 4 170 483 4 183 729 4 048 372 4 079 600 4 283 936 Jumlah Penduduk Jawa Timur 37 794 003 37 094 836 37 386 246 37 476 757 37 576 011 Kontribusi (persen) 11.03 11.28 10.86 10.86 11.4

Ket: *) angka sementara

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (2013)

Kabupaten Bojonegoro Kondisi Geografis

Kabupaten Bojonegoro memiliki luas sebesar 230 706 Ha yang secara administratif terdiri dari 28 Kecamatan dengan 430 Desa atau Kelurahan. Total jumlah penduduk Kabupaten Bojonegoro sebanyak 1 176 386 jiwa. Kabupaten Bojonegoro terletak pada koordinat antara 111° 25’ – 112° 09’ Bujur Timur dan

6° 59’ – 7° 37’ Lintang Selatan dan terletak di utara bagian barat Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini adalah bagian dari wilayah propinsi Jawa Timur yang berjarak ± 110 km dari ibukota Propinsi Jawa Timur. Sebelah utara Kabupaten Bojonegoro berbatasan dengan Kabupaten Tuban, di bagian timur dengan Kabupaten Lamongan, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang, serta di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah). Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah dataran rendah karena berada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, sedangkan di

bagian selatan merupakan dataran tinggi, yaitu di sepanjang kawasan Gunung Pandan, Kramat dan Gajah. Sebanyak 42.6 persen dari total wilayah Bojonegoro merupakan hutan negara, sedangkan yang digunakan untuk sawah tercatat sekitar 32.58 persen. Sebesar 18.71 persen dari total wilayah merupakan dataran rendah yang berada pada ketinggian di bawah 25 m dpl dan sisanya sebesar 81.29 persen berada pada ketinggian di atas 25 m dpl.

Topografi

Permukaan tanah di Kabupaten Bojonegoro mempunyai kemiringan 0–8 persen di sebelah utara dan 8–15 persen dibagian selatan, sedangkan ketinggian tempat antara 11 – 520 m dari permukaan laut (dpl). Dataran rendah terdapat pada Daerah Aliran Sungai ( DAS) Bengawan Solo, sementara dataran tinggi terdapat dibagian selatan sekitar Pegunungan Kendeng dan Pegunungan Kapur. Jenis tanah di Kabupaten Bojonegoro terdiri dari jenis Grumosol, Alluvial dan Mediteran. Lapisan Grumosol merupakan bagian yang mendominasi di Kabupaten Bojonegoro yang terbentang pada bagian selatan, sedangkan lapisan Alluvial berada disepanjang DAS Bengawan Solo. Sementara lapisan Mediteran yang terdiri dari batu cadas yang kandungan air tanahnya sangat kecil dan kurang subur terdapat di kawasan hutan disebelah selatan.

Iklim dan Curah Hujan

Selama sepuluh tahun terakhir ini, tahun 2012 termasuk tahun kering, karena curah hujannya rendah sedangkan jumlah hari hujan sedikit, sedangkan tahun 2010 termasuk tahun basah karena di samping curah hujannya cukup tinggi jumlah hari hujannya pun juga paling banyak. Kabupaten Bojonegoro hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Kabupaten Bojonegoro memiliki 22 buah stasiun penangkar hujan yang tersebar di 16 kecamatan untuk memonitor rata-rata curah hujan yang jatuh. Berdasarkan pantauan tersebut, tercatat jumlah hari hujan di Kabupaten Bojonegoro pada periode 3 tahun sejak tahun 2004, yaitu sebesar 60 hari, pada tahun 2005 naik menjadi 64 hari dan pada tahun 2006 turun lagi menjadi 61 hari. Sedangkan rata- rata curah hujan yang dimonitor oleh 16 stasiun penangkar hujan menunjukkan adanya keterkaitan dengan jumlah hari hujan. Tercatat, rata-rata curah hujan pada tahun 2004 sebanyak 106 mm, tahun 2005 naik sebanyak 146 mm dan pada tahun 2006 turun sebanyak 120 mm. Sementara itu, untuk menanggulangi kekurangan air untuk keperluan pengairan lahan pertanian di musim kemarau, dilakukan dengan cara menaikkan air dari Sungai Bengawan Solo melalui pompanisasi. Pompanisasi ini tersebar di 8 kecamatan yang meliputi 24 desa.

Pertembakauan di Bojonegoro

Bojonegoro adalah penghasil tembakau virginia terbesar di Indonesia dan telah lama dikenal sebagai tembakau terbaik di dunia. Hijaunya tanaman tembakau hampir di seluruh wilayah Bojonegoro dapat dilihat antara bulan Mei - Oktober. Pada Tahun 2011 rencana penyerapan bahan baku tembakau kering dari pabrikan atau pengusaha tembakau sebanyak 13 370 ton, dengan rincian tembakau

virginia sebanyak 12 270 ton dan tembakau jawa sebanyak 1 100 ton, sedang tahun 2012 penyerapan sebanyak 13 490 ton dengan rincian tembakau virginia sebanyak 10 940 ton dan tembakau jawa sebanyak 2 550 ton. Areal tanam tembakau di Bojonegoro terus cenderung meningkat terutama pada tahun 2011 dan 2012. Peningkatan luas areal tembakau ini merupakan hasil dari upaya revitalisasi dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pengusaha dan pabrikan. Peningkatan areal juga dilakukan untuk menekan tingkat ketergantungan pada tembakau impor.

Tabel 4 Perkembangan areal tembakau Bojonegoro tahun 2007-2012 No Tahun

Tembakau Virginia Tembakau Jawa

Areal Tanam (Ha) Jumlah Kelompok Tani Jumlah Petani (Orang) Areal Tanam (Ha) Jumlah Kelompok Tani Jumlah Petani (Orang) 1 2007 6 054 228 23 352 592 29 3 039 2 2008 9 026 276 36 986 811 72 5 747 3 2009 9 127 282 35 426 804 72 3 448 4 2010 8 681 301 29 626 986 83 3 547 5 2011 11 725 342 32 274 1 742 96 5 553 6 2012 9 441 2 892

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bojonegoro (2013)

Tembakau yang ditanam petani Bojonegoro terdiri dari dua jenis, yaitu tembakau virginia dan tembakau jawa. Kedua jenis tembakau ini memiliki produktifitas yang hampir sama. Produktifitas kedua jenis tembakau ini cenderung stabil di atas 1000 kg per Ha namun sempat mengalami penurunan hingga di bawah 1 ton per Ha pada tahun 2010. Penurunan tersebut diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi dan banjir yang melanda Kabupaten Bojonegoro. Hujan yang terus menerus berdampak pada produksi tembakau karena tembakau merupakan tanaman yang cocok dengan cuaca kering. Gagal panen pada tahun 2010 menimbulkan kerugian bagi sebagian besar petani.

Tabel 5 Produksi dan produktivitas tembakau di Bojonegoro Tahun 2007-2012

No Tahun

Tembakau Virginia Tembakau Jawa

Areal Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha) Areal Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha) 1 2007 6 054 7 380 1 219 592 733 1 201 2 2008 9 026 12 405 1 374 811 1 213 1 495 3 2009 9 127 9 264 1 015 804 904 1 125 4 2010 4 685 3 769 805 457 342 749 5 2011 11 725 14 509 1 237 1 742 2 402 1 378 6 2012 9 441 7 997 845 2 892 3 239 1 119

Kabupaten Lamongan Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 651'54" - 723'06" Lintang Selatan dan 11233'45" - 11233'45" Bujur Timur. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1 812.8 km2 atau 3.78 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Panjang garis pantai Lamongan sepanjang 47 km sehingga wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan seluas 902.4 km2 jika dihitung 12 mil dari permukaan laut. Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik, yaitu:

1. Bagian tengah selatan merupakan dataran rendah yang relatif agak subur. Dataran ini membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Maduran, Sarirejo, dan Kembangbahu.

2. Bagian selatan dan utara merupakan pegunungan kapur berbatu-batu dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokuro.

3. Bagian tengah utara merupakan daerah bonorowo yang merupakan daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinagun, Glagah.

Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah sebelah utara berbatasan dengan laut jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban.

Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari dataran rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50.17 persen, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45.68 persen, selebihnya 4.15 persen berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan air laut. Wilayah Kabupaten Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72.5 persen lahannya adalah datar atau dengan tingkat kemiringan 0-2 persen yang tersebar di kecamatan Lamongan, Deket, Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah, Karangbinagun, Mantup, Sugio, Kedongpring, sebagian Bluluk, Modo, dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya adalah sangat curam, atau kurang dari 1 persen (0.16 persen) yang mempunyai tingkat kemiringan lahan 40 persen lebih. Kondisi tata guna tanah di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: baku sawah (PU) 44.08 Ha; baku sawah tidak resmi (Non PU) 8 168.56 Ha; sawah tadah hujan 25 407.80 Ha; tegalan 32 844.33 Ha; pemukiman 12 418.89 Ha; tambak/kolam/waduk 3 497.72 Ha; kawasan hutan 32 224.00 Ha; kebun campuran 212 Ha; rawa 1.340 Ha; tanah tandus/kritis 889 Ha; dan lain-lain 15 092.51 Ha.

Iklim dan Curah Hujan

Musim hujan di Lamongan rata-rata lebih lama dibandingakan masa musim kemarau. Musim hujan biasanya terjadi antara pertengahan September sampai pertengahan Februari, namun sejak beberapa tahun terakhir terjadi perubahan iklim yang berdampak pada waktu dan lama musim. Musim penghujan mulai turun pada awal Oktober hingga bulan Mei, sedangkan musim kemarau hanya berlangsung selama lima bulan, yaitu mulai Juni dan berakhir pada September. Rata-rata curah hujan di atas 1 800 mm untuk beberapa kecamatan, yaitu kecamatan Kedungpring dan Modo. Curah hujan di Kecamatan Mantup termasuk tinggi, yaitu 1 684 mm, sedangkan di Kecamatan Paciran hanya sekitar 79 mm dalam 10 tahun terakhir.

Pertembakauan di Lamongan

Tanaman tembakau di Lamongan pada musim tanam tahun 2012 mencapai luasan 9 688 Ha, terdiri dari tembakau virginia seluas 5 580 Ha dan tembakau jawa seluas 4 108 Ha. Luasan areal tembakau tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun 2001. Kenaikan luas areal tembakau virginia sebesar 317 Ha (6.02 persen) dan tembakau jawa sebesar 648 Ha (18.73 persen). Kenaikan tembakau jawa tertinggi terjadi di tiga kecamatan, yaitu Bluluk sebesar 243 Ha (148.17 persen), Kecamatan Ngimbang seluas 455 Ha (27.95 persen) dan Kecamatan Sambeng seluas 37 Ha (3.1 persen) dibanding luas areal tahun 2001 pada masing-masing kecamatan tersebut. Kenaikan yang cukup signifikan pada jenis tembakau jawa di tiga kecamatan tersebut dipengaruhi oleh faktor harga pasar yang cukup tinggi di tahun 2011 dan PT Sadana Arifnusa yang memasarkan hasil tembakau petani memberikan kuota yang cukup besar bagi petani di Kabupaten Lamongan. Data areal, produksi, dan produktivitas tembakau di Lamongan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Sejak tahun 2010 Kabupaten Lamongan memprogramkan membangun kembali citra Kabupaten Lamongan sebagai penghasil tembakau terbaik dengan berorientasi pada peningkatan produksi dan kualitas tembakau. Hal tersebut saat ini sudah mulai tampak hasilnya di beberapa kecamatan dan kelompok tani wilayah pengembangan tembakau di Kabupaten Lamongan meskipun belum maksimal karena adanya keterbatasan-keterbatasan sarana prasarana untuk mencapai sasaran tersebut. Hasil pendataan dan evaluasi di lapangan masih terdapat banyak kendala yang dihadapi dalam rangka peningkatan produksi dan kualitas tembakau, antara lain:

1. Kesesuaian penggunaan lahan untuk budidaya tembakau masih didapati di tanah kering, marginal, dan lereng.

2. Lahan bekas tanaman padi dengan residu chlor tinggi berpengaruh terhadap kualitas tembakau.

3. Benih tembakau belum berkualitas atau masih menggunakan benih turun temurun.

4. Teknik budidaya yang masih lemah.

5. Penggunaan pupuk masih belum sesuai rekomendasi teknis

6. Pengolahan tanah masih tradisional dan manual atau terkadang tanpa pengolahan tanah karena sudah terlambat tanam dan tanah sudah menjadi keras karena kering dan hanya menggunakan sistem koak (lubang).

7. Kurangnya penanganan sarana prasarana pasca panen.

Dokumen terkait