• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Responden

Petani tembakau yang menjadi responden memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Karakteristik responden dapat menjadi gambaran mengenai latar belakang sosial dan ekonomi dari petani responden yang menjadi objek penelitian. Latar belakang yang berbeda turut berperan dalam mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan yang dilakukan petani. Karakter yang menjadi faktor pembeda antar responden, yaitu usia, status pernikahan, jumlah tanggungan keluarga, lama usaha, pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan, dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Sebaran Responden Berdasarkan Usia

Seluruh responden yang diteliti adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 160 orang. Hal ini dikarenakan petani responden adalah petani yang memiliki dan menjalankan usahatani tembakau dan bukan buruh tani sehingga menjadi penentu keputusan di dalam usaha tersebut. Petani pemilik biasanya adalah laki-laki yang menjalankan usahatani tembakau sebagai mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya.

Berdasarkan tingkatan usia, kategori responden dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu usia < 30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, dan > 51tahun. Sebanyak 70 responden (44 persen) berada pada range usia 41-50 tahun, sementara pada tingkatan usia 31-40 tahun sebanyak 25 persen dari total keseluruhan responden, yaitu 41 orang. Sedangkan untuk kategori usia ≤ 30 tahun sebesar 5 persen (8 orang) dan untuk kategori usia ≥ 51 tahun sebanyak 41 orang (26 persen).

Berdasarkan persentase responden menurut tingkatan usia, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden yang menekuni usahatani tembakau adalah pria dengan usia 41-50 tahun sebanyak 44 persen, kemudian dengan jumlah masing- masing 41 orang responden pada kategori usia 31-40 tahun dan > 51 tahun.

Sementara, kategori usia muda ≤ 30 tahun yang menekuni tembakau masih sedikit, yaitu 5 persen. Munurut Setiawan (2005), selama ini usahatani tembakau masih belum profesional karena belum mempertimbangkan aspek pasar, modal, dan teknologi. Petani belum menguasai teknologi budidaya dan tidak melakukan analisis usahatani sehingga pengusahaan tembakau terlihat memiliki tingkat kesulitian tinggi dan berisiko. Oleh karena itu, minat generasi muda yang melakukan usahatani tembakau semakin lama semakin berkurang.

Gambar 6 Sebaran responden berdasarkan tingkat usia

Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Sebagian besar responden yang diteliti sudah berusia cukup dan berkeluarga. Mereka merupakan kepala keluarga dan memilih mengusahakan tembakau sebagai mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya. Hanya sebanyak 5 responden (3 persen) yang belum menikah dan kelimanya berusia di bawah 30 tahun. Ilustrasi mengenai sebaran responden berdasarkan status pernikahan tersaji pada Gambar 7.

Gambar 7 Sebaran responden berdasarkan status pernikahan

Petani responden yang diteliti, terutama yang sudah menikah, juga memiliki keluarga yang hidup dari hasil panen tembakau. Sebagian besar petani responden memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang (34 persen), yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak, dan 5 orang (27 persen), dengan anggota ayah, ibu, dan tiga anak. Jumlah anggota ini sama dengan jumlah anggota keluarga pada umumnya. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak biaya yang harus dipenuhi oleh kepala keluarga.

5% 25% 44% 26% ≤30 31-40 41-50 >51 97% 3%

Gambar 8 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Sebaran Responden Berdasarkan Lama Usaha

Sebagian besar petani responden (80 persen) menjadikan usahatani tembakau sebagai mata pencaharian utama mereka dan hanya 20 persen responden yang memiliki pekerjaan lain dengan mengusahakan tembakau sebagai usaha sampingan. Berdasarkan lama menjalankan usaha, sebanyak 56 responden (35 persen) telah menjalankan usahatani tembakau selama 11-<20 tahun. Sebanyak 41 responden (26 persen) telah menjalankan usaha dalam kurun waktu 20-<30 tahun, 36 responden (22 persen) selama ≤ 10 tahun, 26 responden (16 persen) selama 30-<40 tahun, dan 1 orang sisanya (1 persen) telah menekuni usaha ini lebih dari 40 tahun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden telah berpengalaman dalam menjalankan usahatani tembakau karena telah menekuni usaha ini dalam waktu yang lama.

Gambar 9 Sebaran responden berdasarkan lama usaha

Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Hampir seluruh responden, yaitu 141 responden (88 persen), orang tuanya bekerja sebagai petani sehingga sebagian besar responden meneruskan usaha orang tuanya. Sisanya memiliki orang tua yang bekerja sebagai wiraswasta (12 orang) dan pegawai swasta (7 orang). Pekerjaan orang tua berperan sangat besar dalam pemilihan pekerjaan yang ditekuni oleh anak. Latar belakang orang tua sebagai petani akan menghasilkan seorang anak yang bekerja sebagai petani karena orang tua cenderung mendorong anaknya untuk menjadi petani juga. Kedua daerah penelitian terkenal dengan tembakaunya yang sudah ditanam sejak

3% 2% 16% 34% 27% 14% 3% 1% 1 2 3 4 5 6 22% 35% 26% 16% 1% ≤10 tahun 11-<20 tahun 20-<30 tahun 30-<40 tahun ≥40 tahun

lama dan bagi sebagian petani sudah menjadi tradisi turun temurun. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua tersaji pada Gambar 10.

Gambar 10 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua

Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Adapun jika dilihat dari tingkat pendidikan formal responden, dibagi menjadi lima tingkatan atau kategori pendidikan terakhir yang dimiliki responden, yaitu SD, SMP, SMA, Diploma, dan Sarjana. Sebanyak 58 orang (38 persen) berpendidikan terakhir SMU, sebanyak 34 persen yaitu 53 orang responden berpendidikan terakhir di jenjang SMP, 40 orang (26 persen) berpendidikan terakhir SD. Sisanya 2 responden telah menempuh pendidikan sarjana dan 1 orang merupakan lulusan program diploma. Jika dilihat, responden didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan SMA, SMP, dan SD. Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki responden karena tingkat pendidikan yang ditempuh berbeda satu sama lain.

Gambar 11 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan petani mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh setiap petani. Petani dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah. Selain itu, tingkat pendidikan juga mempengaruhi pola pikir dan cara pandang seseorang. Petani responden yang diteliti memiliki tingkat pendidikan

88% 4%

8%

Petani Pegawai Swasta Wiraswasta

26% 34% 38%

1% 1%

yang tidak terlalu tinggi. Sebagian besar hanya mengenyam bangku sekolah dan jarang yang melanjutkan ke perguruan tinggi.

Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan

Menurut Sumodiningrat (2001) dalam Priyanto (2005), berdasarkan kepemilikan lahannya, digolongkan empat kelompok tani, yaitu petani tunakisma (< 0.1 Ha), petani kecil (0.1-0.49 Ha), petani sedang (0.5-0.99 Ha), dan petani besar (> 1 Ha). Sebanyak 59 persen petani responden tergolong dalam petani kecil, 22 persen merupakan petani sedang, 15 persen adalah petani besar, dan e persen sisanya termasuk dalam petani tunakisma. Tembakau memang menjadi tergolong tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi, namun kecilnya luas lahan yang dikelola oleh petani menyebabkan pendapatan yang diperoleh dari usahatani tembakau tidak terlalu besar.

Gambar 12 Sebaran responden berdasarkan luas lahan Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Keuntungan

Kategori tingkat keuntungan dibagi menjadi lima tingkatan. Tingkat keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan yang diperoleh dari satu kali masa panen. Adapun pembagian tingkatan dalam rupiah yaitu ≤ 2.000.000, 2.000.001 -

≤ 3.000.000, 3.000.001 - ≤ 4.000.000, 4.000.001 - ≤ 5.000.000 dan > 5.000.001. Jika dilihat dari wawancara reponden, sebanyak 28 persen menyatakan memperoleh keuntungan > 5.000.001, 24 persen responden mendapatkan 4.000.001 - ≤ 5.000.000, 19 persen memperoleh 2.000.001 - ≤ 3.000.000, 18 persen mendapatkan profit 3.000.001 - ≤ 4.000.000, dan sisanya sebanyak 11

persen hanya mendapatkan ≤ 2.000.000. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian responden yang mendapatkan profit tinggi dalam usaha ini, namun tingkat keuntungan sebagian besar responden belum begitu tinggi. Dengan demikian, usahatani tembakau belum memberikan hasil yang maksimal bagi pelaku usaha. 4% 59% 22% 15% < 0.1 Ha 0.1-0.49 Ha 0.5-0.99 Ha > 1 Ha

Gambar 13 Sebaran responden berdasarkan tingkat keuntungan yang diperoleh

Dokumen terkait