• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecamatan Nagrak memiliki luas wilayah sebesar 6 737.94 hektar yang terdiri dari sepuluh desa. Komoditas unggulan yang menjadi potensi di Kecamatan Nagrak yaitu padi, jagung manis, ubi kayu, caisin, mentimun, pisang, dan temulawak. Luas panen untuk komoditas padi di Kecamatan Nagrak lebih luas dibanding dengan jenis komoditas lain dan hasil produksi yang dihasilkan juga lebih tinggi. Namun produktivitas padi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan

dengan komoditas lainnya yang diusahakan di Kecamatan Nagrak. Secara rinci data potensi komoditas unggulan di Kecamatan Nagrak dapat ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Potensi komoditas unggulan di Kecamatan Nagrak tahun 2013 Komoditas utama Luas panen (ha) Produksi (Ton) Produktivitas (ton/ha)

Padi 3 464.00 23 730.0 6.85 Jagung Manis 256.25 3 075.0 12.00 Ubi Kayu 452.27 995.0 22.00 Mentimun 70.00 1 045.0 15.00 Pisang 95.30 1 430.0 15.00 Caisin 127.20 1 910.0 15.00 Temulawak 20.00 300.0 15.00 Jahe Merah 5.00 50.0 10.00

Sumber : BP3K Kecamatan Nagrak 2014 (diolah)

Salah satu desa dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Nagrak yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Nagrak Utara. Desa Nagrak Utara merupakan desa yang memiliki luas lahan terluas untuk membudidayakan beberapa komoditas seperti padi, jagung manis, dan pisang (BP3K Kecamatan Nagrak). Desa Nagrak Utara terletak pada ketinggian 560 meter di atas permukaan laut dan memiliki topografi sebagian besar bergelombang dan berbukit, yaitu 45 persen bentuk wilayah bergelombang, 35 persen berbukit dan 20 persen bentuk wilayah datar. Rata-rata curah hujan pada Desa Nagrak Utara pada tahun 2015 yaitu sebesar 210.58 mm dan suhu rata-rata 20° - 28°C. Desa Nagrak Utara terdiri dari 8 dusun dengan 27 Rukun Warga (RW) dengan 67 Rukun Tetangga (RT). Luas wilayah Desa Nagrak Utara sebesar 713.9 hektar, yang penggunaan lahannya terdiri dari persawahan, tegalan atau ladang, pemukiman, kolam, dan lain-lain (Desa Nagrak Utara 2015). Penggunaan lahan di Desa Nagrak Utara dapat ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas wilayah berdasarkan penggunaannya di Desa Nagrak Utara Tahun 2015

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase 1 Persawahan a. Irigasi Teknis 251.19 35.19 b. Irigasi ½ teknis 0.00 0.00 c. Tadah hujan 14.40 2.02 2 Tegalan/ ladang 331.60 46.45 3 Pemukiman 108.61 15.21 4 Kehutanan 0.00 0.00 5 Kolam 0.17 0.02 6 Lain-lain 7.93 1.11 Total 713.90 100

Berdasarkan Tabel 5, penggunaan lahan terbesar digunakan untuk tegalan atau ladang yaitu sebesar 46.45 persen. Lahan tegalan tersebut berpotensi untuk kegiatan usahatani padi gogo, palawija, dan tanaman hortikultura. Penggunaan lahan untuk persawahan di Desa Nagrak Utara sebesar 35.19 persen. Area persawahan biasanya terbagi menjadi tiga yaitu sawah dengan irigasi teknis, sawah dengan irigasi setengah teknis dan sawah tadah hujan. Dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Nagrak, hanya Desa Nagrak Utara yang sawahnya keseluruhan dengan irigasi teknis selain sawah tadah hujan, karena sembilan desa lainnya, sawahnya tidak dengan irigasi teknis namun sawah dengan irigasi setengah teknis. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Nagrak Utara mempunyai lahan sawah berpengairan baik yang sangat mendukung kegiatan usahatani padi. Dari total lahan untuk persawahan sebesar 265.59 hektar, penggunaan lahan untuk sawah dengan irigasi teknis sebesar 251.19 hektar dan sawah tadah hujan 14.40 hektar (Desa Nagrak Utara 2016).

Keadaan Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Desa Nagrak Utara berjumlah 15 145 jiwa, yang terdiri dari 7 860 laki-laki dan 7 285 perempuan. Jumlah kepala keluarga (KK) di desa ini yaitu 4 401 KK, yang terdiri dari 2 565 KK tani dan 1 836 KK non tani (Desa Nagrak Utara 2016). Mata pencarian penduduk Desa Nagrak Utara cukup beragam mulai dari sektor pertanian, buruh swasta dan karyawan, pedang, peternak, daan lain sebagainya. Distribusi penduduk Desa Nagrak Utara berdasarkan mata pencahariannya ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Distribusi penduduk Desa Nagrak Utara berdasarkan jenis pekerjaan pada Tahun 2015

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 2 154 35.37

2 Buruh Tani 1 305 21.43

3 Buruh swasta/ Karyawan 1 687 27.7

4 PNS 28 0.46 5 TNI/Polri 2 0.03 6 Industri Kerajinan 55 0.9 7 Pedagang 246 4.04 8 Aparat desa 18 0.3 9 Peternak 155 2.55 10 Pembudidaya ikan 8 0.13 11 Lainnya 432 7.09 Jumlah 6 090 100

Sumber : Desa Nagrak Utara (2016)

Pada Tabel 6 ditunjukkan bahwa penduduk di Desa Nagrak Utara lebih banyak bekerja sebagai petani yaitu sebesar 35.37 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih merupakan

sektor yang paling diminati penduduk Desa Nagrak Utara. Selain itu, besarnya potensi pertanian di Desa Nagrak Utara menjadi salah satu penyebab masyarakat banyak yang memilih untuk bertani maupun menjadi buruh tani. Penduduk yang bekerja sebagai buruh tani di Desa Nagrak Utara sebesar 21.43 persen. Penduduk yang bekerja sebagai buruh tani pada umumnya adalah penduduk yang tidak memiliki lahan sendiri sehingga mereka menjadi buruh tani untuk orang lain. Jenis pekerjaan lain yang menjadi urutan kedua terbesar di Desa Nagrak utara yaitu sebagai buruh swasta atau karyawan. Banyak penduduk di Desa Nagrak Utara setelah lulus dari sekolah lebih memilih untuk bekerja sebagai buruh maupun karyawan di pabrik maupun perusahaan. Kebanyakan dari penduduk yang memilih untuk bekerja sebagai buruh swasta atau karyawan adalah penduduk yang masih muda sehingga tenaga kerja untuk pertanian sangat jarang yang masih berusia muda dan kebanyakan adalah orangtua. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan generasi muda terhadap pertanian masih kurang.

Tingkat pendidikan di Desa Nagrak Utara masih sangat rendah. Pada Tabel 7 ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi masih didominasi oleh lulusan SMP yaitu sebesar 47.40 persen. Terbesar kedua merupakan masyarakat yang pernah masuk sekolah dasar namun tidak sampai tamat yaitu sebesar 15.87 persen. Sementara persentase masyarakat yang tamat dari perguruan tinggi lebih kecil dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu hanya 4.11 persen. Rendahnya tingkat pendidikan ini menyebabkan banyak masyarakat yang susah untuk mengikuti perkembangan pertanian seperti kurang menerima perubahan adanya teknologi baru dalam kegiatan pertanian. Distribusi penduduk Desa Nagrak Utara berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi penduduk Desa Nagrak Utara berdasarkan tingkat pendidikan pada Tahun 2015

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah 496 11.03

2 Tidak tamat SD 669 14.87

3 Tamat SD/sederajat 582 12.94

4 Tamat SMP/sederajat 2 132 47.40

5 Tamat SMA/sederajat 434 9.65

6 Tamat Perguruan Tinggi 185 4.11

Jumlah 4 498 100

Sumber : Desa Nagrak Utara (2016)

Sarana dan Prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang dan mendukung kegiatan sehari-hari. Terdapat sarana dan prasarana di Desa Nagrak Utara yang membantu kelancaran segala kegiatan di desa tersebut, salah satunya sarana transportasi yaitu kendaraan angkutan desa yang digunakan masyarakat menuju Desa Nagrak Utara dan juga kendaraan ojek. Kondisi jalan raya sudah cukup baik dengan aspal, meskipun beberapa masih ditemukan jalan yang rusak dan masih berbatu.

Desa Nagrak Utara selain memiliki sarana transportasi, terdapat sarana dan prasarana lainnya seperti prasarana pendidikan yaitu sekolah PAUD dan TK yang berjumlah 15 sekolah, SD/MI sebanyak dua sekolah, DTA sebanyak sembilan sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak dua sekolah, dan Sekolah Menengah Atas sebanyak satu sekolah. Selain itu, Desa Nagrak Utara juga menyediakan prasarana keagamaan yaitu sebanyak 30 masjid, 31 mushola, sembilan madrasah, dan prasarana pemerintahan berupa kantor desa, serta prasarana olahraga berupa gedung olahraga yang mendukung kelancaran kegiatan organisasi keolahragaan yang ada di Desa Nagrak Utara. Prasarana kesehatan berupa puskesmas dan posyandu yang didukung oleh tenaga kesehatan seperti dokter umum, bidan, dan dukun bersalin. Desa Nagrak Utara juga memiliki sarana irigasi dan enam mata air yang bisa digunakan sebagai sumber mata air bersih, maupun sumber air untuk pertanian, serta terdapat tiga sungai dan dua selokan (Desa Nagrak Utara 2016).

Kondisi Pertanian Desa Nagrak Utara

Desa Nagrak Utara memiliki potensi yang baik untuk kegiatan pertanian. Selain didukung oleh keadaan geografis yang sesuai untuk kegiatan pertanian, juga dilihat dari penggunaan lahannya, dimana sebanyak 37.21 persen dari total penggunaan lahan digunakan untuk kegiatan persawahan dan sebanyak 46.45 persen untuk tegalan atau ladang yang mendukung kegiatan budidaya hortikultura maupun palawija. Selain itu, potensi pertanian ini juga dapat dilihat dari banyaknya petani yang bermata pencarian sebagai petani, buruh tani, peternak, maupun pembudidaya ikan yaitu sebesar 59.48 persen dari jumlah penduduk yang bekerja (Desa Nagrak Utara 2016).

Kemajuan Desa Nagrak Utara pada sektor pertanian dapat dilihat dari status kegiatan pertanian yang beriorientasi pada kegiatan komersial, dimana para petani telah menjual sebagian besar dari hasil pertanian untuk memperoleh keuntungan dan sebagian kecil mereka gunakan untuk konsumsi sehari-hari. Hasil pertanian utama yang dihasilkan di Desa Nagrak Utara untuk tanaman pangan yaitu padi, jagung manis, dan ubi kayu, sedangkan untuk hortikultura yaitu caisin, mentimun, pisang, dan temulawak (BP3K Kecamatan Nagrak 2016).

Petani di Desa Nagrak Utara banyak menggunakan tenaga kerja manusia, meskipun untuk pembajakan lahan sawah beberapa petani sudah menggunakan alat modern seperti traktor. Selain itu, para petani sudah melakukan sistem rotasi tanaman untuk satu lahan yang sama pada lahan tegalan/ladang, sehingga dalam satu tahun petani menanam komoditas yang berbeda-beda. Selain melakukan rotasi tanaman, petani juga melakukan tumpang sari dan tumpang gilir pada lahan pertanian tegalan/ladang untuk mendapatkan hasil panen yang lebih banyak dan mengurangi adanya kegagalan panen. Namun untuk lahan persawahan, sebagian besar petani hanya menanam padi dalam setahun. Dalam setahun petani dapat menanam padi sebanyak tiga musim tanam.

Karakteristik Petani Responden

Petani responden dalam penelitian ini merupakan petani yang menanam padi dengan metode SRI yang ada di Desa Nagrak Utara. Petani responden berjumlah 35 orang. Karakteristik petani responden yang ditunjukkan pada penelitian ini ialah umur petani responden, tingkat pendidikan, status usahatani, pengalaman bertani, pengalaman bertani padi metode SRI, status kepemilikan lahan, luas lahan, lokasi lahan, pola tanam, dan sistem pemasaran.

Umur Petani responden

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden yang ada di Desa Nagrak Utara, menunjukkan bahwa petani responden dalam penelitian ini memiliki umur yang beragam antara 20 sampai 80 tahun. Persentase umur yang paling tinggi yaitu pada kelompok umur antara 50 sampai 59 tahun yaitu sebesar 42.86 persen. Sedangkan persentase umur yang terendah berada pada umur antara 20 sampai 29 tahun yaitu sebesar 2.86 persen. Sebaran umur petani responden ditunjukkan pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8 ditunjukkan bahwa persentase sebaran umur paling banyak pada usia 50-59 tahun, sementara persentasi sebaran umur paling sedikit pada usia 20-29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masih sedikit angkatan kerja yang berada pada usia produktif yang tertarik bekerja sebagai petani. Kebanyakan angkatan kerja pada usia di bawah 30 tahun, memilih untuk bekerja di kota-kota besar sebagai buruh atau karyawan swasta. Padahal angkatan kerja dengan usia produktif sangat dibutuhkan dalam bertani karena secara fisik masih baik dan memiliki semangat serta tanggungjawab yang kuat dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Dibanding dengan angkatan kerja yang berada pada usia diatas 50 tahun, kemampuan fisiknya sudah berkurang dan biasanya lebih mudah lelah. Namun, petani responden di Desa Nagrak Utara masih didominasi oleh petani dengan usia 50-59 tahun serta usia diatas 60 tahun. Petani responden pada rentang usia ini sudah bekerja sebagai petani sejak masih remaja dan masih bertahan menjadi petani sampai usia tua.

Tabel 8 Karakteristik petani responden di Desa Nagrak Utara berdasarkan umur No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 20-29 1 2.86 2 30-39 3 8.57 3 40-49 3 8.57 4 50-59 15 42.86 5 ≥ 60 13 37.14 Total 35 100.00

Tingkat Pendidikan Petani Responden

Tingkat pendidikan petani responden yang ada di Desa Nagrak Utara sebagian besar adalah lulusan sekolah dasar dengan jumlah persentase 60 persen. Petani responden dengan lulusan SD memilih tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya dengan berbagai alasan, salah satunya alasan finansial. Setelah lulus sekolah dasar, petani tersebut memilih untuk membantu orangtuanya bertani dibanding dengan melanjutkan pendidikan. Selain itu, beberapa petani

juga ada yang tidak tamat sekolah dasar yaitu sebesar 17.14 persen. Sebaran tingkat pendidikan petani responden dapat ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Tingkat pendidikan petani responden di Desa Nagrak Utara No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tidak tamat SD 6 17.14 2 Tamat SD 21 60.00 3 SMP/Sederajat 4 11.43 4 SMA/Sederajat 3 8.57 5 Perguruan Tinggi 1 2.86 Total 35 100.00

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa persentasi terkecil sebaran tingkat pendidikan petani responden di Desa Nagrak Utara adalah lulusan perguruan tinggi sebesar 2.86 persen atau hanya satu orang dari jumlah petani responden. Lulusan perguruan tinggi sangat jarang ditemukan yang bekerja sebagai petani, kebanyakan meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan diluar bertani. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap cara berfikir petani dalam penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Pada umumnya, petani dengan pendidikan yang terbatas kurang menerima adanya perubahan teknologi dan kebanyakan melakukan kegiatan tani berdasarkan kebiasaan yang sudah lama mereka lakukan atau turun-temurun. Dibanding dengan petani dengan pendidikan yang tinggi, lebih terbuka menerima sesuatu yang baru dan mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh dalam kegiatan bertani.

Namun, tidak berarti petani dengan pendidikan yang rendah kalah bersaing dengan petani yang memiliki pendidikan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat juga dari pengalaman petani yang sudah lama melakukan budidaya tanaman padi sehingga mereka bisa jadi lebih unggul dibanding petani yang berpendidikan tinggi tapi masih sedikit pengalaman.

Status Usahatani

Petani responden yang ada di Desa Nagrak Utara tidak semua menjadikan usahatani sebagai pekerjaaan utamanya. Dari 35 orang jumlah petani responden, 71.43 persen menjadikan usahatani sebagai pekerjaan utamanya dan 28.57 persen sebagai pekerjaan sampingan. Petani yang menjadikan usahatani sebagai pekerjaan utamanya adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani sebagai yang utama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani tersebut memanfaatkan lahan yang dimiliki sendiri maupun lahan sewa. Sedangkan petani yang menjadikan usahatani sebagai pekerjaan sampingan adalah kebanyakan petani yang memiliki lahan terbatas sehingga kegiatan usahatani tidak bisa dilakukan dengan maksimal. Selain itu, petani ini menilai ada pekerjaan lain selain usahatani yang lebih menguntungkan. Petani yang menjadikan usahatai sebagai pekerjaan sampingan kebanyakan bekerja sebagai pedagang. Pada Tabel 10 ditunjukkan sebaran status usahatani petani reponden di Desa Nagrak Utara.

Tabel 10 Status usahatani padi responden di Desa Nagrak Utara No Status Usahatani Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Utama 25 71.43

2 Sampingan 10 28.57

Total 35 100.00

Pengalaman Bertani Secara Umum Petani Responden

Pengalaman bertani menjadi sangat penting karena dapat menentukan suatu keberhasilan usahatani. Petani yang sudah berpengalaman dapat dilihat dari seberapa lama petani tersebut terjun dalam usahatani. Pengalaman menjadi sangat penting karena dari pengalaman tersebut, petani dapat belajar bagaimana mengatasi masalah yang dihadapi pada saat melakukan budidaya dan sudah paham dalam penggunaan faktor-faktor produksi karena sudah dilakukan turun-temurun. Petani responden yang ada di desa Nagrak Utara sebanyak 25.71 persen memiliki pengalaman yang cukup lama dalam bertani yaitu lebih dari 30 tahun. Petani responden dengan pengalaman yang cukup lama tersebut, mempunyai pemahaman yang lebih baik dalam menangani setiap risiko yang ada. Sementara persentase terkecil pengalaman petani dalam melakukan usahatani secara umum yaitu antara enam hingga sepuluh tahun sebesar 14.29 persen. Pengalaman bertani tersebut juga tergolong lama dan petani juga sudah memiliki pengalaman yang baik dalam usahatani. Petani responden juga masih ada yang tergolong baru dalam melakukan kegiatan usahatani yang memiliki pengalaman satu hingga lima tahun sebanyak 20 persen dari jumlah petani. Beberapa petani ini sebelum bertani ada yang melakukan pekerjaan sebagai pedagang dan supir angkutan. Sebaran pengalaman bertani secara umum petani responden dapat ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11 Pengalaman bertani secara umum petani responden di Desa Nagrak Utara

No Pengalaman bertani (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 1-5 7 20 2 6-10 5 14.29 3 11-20 6 17.14 4 21-30 8 22.86 5 > 30 9 25.71 Total 35 100.00

Pengalaman Bertani Padi metode SRI Petani Responden

Tanaman padi sudah lama diperkenalkan dan diusahakan di Desa Nagrak Utara. Namun petani yang menanam padi dengan metode SRI belum banyak yang memiliki pengalaman yang cukup lama. Petani responden yang memiliki pengalaman enam sampai sepuluh tahun menanam padi dengan metode SRI hanya sebesar 20 persen, sementara sisanya sebanyak 80 persen memiliki pengalaman dibawah 5 tahun menanam padi metode SRI. Petani yang memiliki pengalaman kurang dari lima tahun menanam padi metode SRI, sebelumnya melakukan budidaya padi secara konvensional. Petani ini baru melakukan budidaya padi metode SRI setelah mengikuti pelatihan menanam padi secara SRI oleh program pemerintah di Desa Nagrak Utara. Petani tersebut bertahan melakukan metode

SRI sampai sekarang karena mereka menganggap metode ini memberikan keuntungan karena dapat menghemat penggunaan benih. Sebaran pengalaman bertani padi metode SRI petani responden dapat ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12 Pengalaman bertani padi metode SRI petani responden di Desa Nagrak

Utara

No Pengalaman bertani Padi SRI(tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 ≤ 5 28 80

2 6-10 7 20

3 > 10 0 -

Total 35 100

Luas Lahan Padi Metode SRI

Total luas lahan yang diguanakan petani di Desa Nagrak Utara untuk kegiatan usahatani sangat beragam mulai dari luas lahan 0.07 hingga 2.5 hektar. Namun untuk usahatani padi SRI, petani responden menggunakan luas lahan 0.07 hingga satu hektar. Lahan petani ini merupakan lahan irigasi berupa sawah. Luas lahan tertinggi yang diusahakan petani berada pada luasan 0.1 hingga 0.24 hektar yaitu sebanyak 15 petani responden dengan persentase 42.86 persen. Terdapat empat petani yang menggunakan luas lahan antara 0.5 hingga satu hektar untuk budidaya padi metode SRI dengan persentase 11.43 persen. Luas lahan tersebut adalah jumlah luasan lahan yang paling sedikit digunakan petani responden, dan tidak ada petani responden yang menggunakan luas lahan lebih dari 1 hektar untuk budidaya padi metode SRI. Hal ini karena keterbatasan lahan yang dimiliki petani dan sebagian lahan digunakan petani untuk kegiatan budidaya lain seperti budidaya palawija dan tanaman hortikultura. Lahan yang dimiliki petani, letaknya ada yang terpusat di satu persil, dan ada juga yang terbagi-bagi menjadi beberapa persil. Sebaran luas lahan padi metode SRI yang digunakan petani responden dapat ditunjukkan pada Tabel 13.

Tabel 13 Luas lahan pertanian petani responden di Desa Nagrak Utara No Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 < 0.1 5 14.29

2 0.10 - 0.24 15 42.86

3 0.25 - 0.49 11 31.43

4 0.50 - 1.00 4 11.43

Total 35 100.00 Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan responden terdiri dari lahan milik sendiri, lahan sewa, bagi hasil, milik sendiri dan sewa, serta milik sendiri dan bagi hasil. Sebagian besar petani responden melakukan budidaya padi metode SRI di lahan sendiri yaitu sebesar 48.57 persen. Lahan milik sendiri merupakan lahan yang dimiliki secara sah oleh petani. Lahan yang dimiliki petani ini berasal dari warisan secara turun temurun serta ada juga yang sengaja dibeli oleh petani. Petani yang melakukan usahatani dengan menyewa lahan sejumlah 17.14 persen. Petani ini

melakukan budidaya di lahan yang disewa karena petani tersebut tidak memiliki lahan. Lahan yang biasa disewa adalah lahan milik desa dan lahan kosong milik masyarakat yang tidak digunakan. Biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani rata-rata sebesar 800.000 rupiah per tahun untuk setiap 1 000 m². Biaya sewa ini dibayar oleh petani di awal tahun sebelum melakukan kegiatan budidaya.

Selain melakukan kegiatan usahatani di lahan milik sendiri dan lahan sewa, beberapa petani juga melakukan usahatani dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil ini dilakukan petani karena tidak memiliki lahan sendiri untuk digarap sehingga petani meminjam lahan petani lain yang kosong untuk digarap. Pada sistem bagi hasil ini, petani tidak membayarkan sejumlah uang sewa tertentu kepada pemilik lahan, melainkan sistem pembayarannya dengan membagi hasil dari panen pada lahan tersebut. Pada umumnya di Desa Nagrak Utara, petani membayar bagi hasil sebesar 50 persen dari hasil panen setelah dikurangi dengan biaya-biaya produksi seperti biaya pupuk, benih, obat-obatan dan tenaga kerja.

Beberapa petani responden yang sudah memiliki lahan sendiri, juga ada yang menyewa lahan milik oranglain sebagai tambahan untuk digarap. Hal ini dilakukan petani karena lahan milik sendiri terbatas dan ada lahan masyarakat yang kosong untuk digarap. Petani yang memiliki lahan sendiri dan tetap menyewa lahan oranglain sebesar 14.29 persen. Ada juga petani yang melakukan sistem bagi hasil meskipun petani tersebut sudah memiliki lahan sendiri. Rata-rata petani ini juga memiliki lahan yang terbatas. Persentase petani yang memiliki lahan sendiri tapi tetap menyewa lahan dengan sistem bagi hasil sebesar 11.43 persen. Sebaran status kepemilikan lahan petani responden dapat ditunjukkan pada Tabel 14.

Tabel 14 Status kepemilikian lahan petani responden di Desa Nagrak Utara No Status Kepemilikan Lahan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Milik sendiri 17 48.57

2 Sewa 6 17.14

3 Bagi hasil 3 8.57

4 Milik sendiri dan sewa 5 14.29

5 Milik sendiri dan bagi hasil 4 11.43

Total 35 100.00

Pola Tanam Padi Metode SRI

Pola tanam perlu dilakukan petani dalam memanfaatkan luas lahan yang dimiliki, menjaga kontinuitas hasil panen serta mengurangi adanya kegagalan panen. Petani responden yang membudidayakan padi metode SRI di Desa Nagrak Utara melakukan usahatani padi metode SRI menggunakan pola tanam monokultur yaitu menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Petani memiliki pola tanam rata-rata monokultur dengan lima kali musim tanam dalam dua tahun. Petani di Desa Nagrak Utara melakukan kegiatan usahatani secara bersamaan di bulan yang sama dengan tujuan untuk mengurangi serangan hama dan penyakit. Waktu pelaksanaan kegiatan usahatani padi metode SRI dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu musim hujan, musim kemarau I, dan musim kemarau II.

Gambar 8 Pola tanam padi metode SRI yang dilakukan petani responden di Desa

Dokumen terkait