• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Produksi dan Fungsi Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang menggunakan sumber daya tertentu sebagai input, kemudian diolah untuk menghasilkan produk tertentu sebagai output. Faktor produksi adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk menghasilkan produksi yang meliputi bahan baku, bahan penolong, teknologi dan peralatan produksi, maupun tenaga kerja (manusia) sehingga faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya output yang diperoleh. Hubungan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan disebut sebagai fungsi produksi. Fungsi produksi menyatakan keluaran maksimum yang dapat diproduksi dengan sejumlah masukan tertentu atau jumlah minimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran tertentu. Soekartawi et al (2011) menyatakan bahwa fungsi produksi yang sering digunakan ialah sebagai berikut:

Y = f (X1,X2,X3,…,Xm) Dimana :

Y = Output yang dihasilkan x = Input yang digunakan

Penggunaan fungsi produksi ini akan membantu para pengambil keputusan produksi, untuk mengetahui bagaimana mengolah faktor-faktor produksi secara optimal, sehingga menghasilkan produksi yang juga optimal. Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil yang semakin menurun (law of diminishing return). Tiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut. Kemudian suatu ketika sejumlah unit tambahan masukan akan menghasilkan produksi yang terus berkurang.

Pada Gambar 3 dijelaskan mengenai hubungan fungsi produksi antara satu

output dengan satu input. Dalam mengetahui bagaimana kombinasi penggunaan

input yang optimal untuk menghasilkan output tertentu perlu informasi tentang

Total Product (TP), Marginal Product (MP), dan Average Product ( AP). Produk

total (TP) merupakan jumlah output yang dihasilkan dimana besarnya output tergantung dari penggunaan input yang bersinergi satu sama lain dalam menghasilkan produksi. Produk Marginal (MP) merupakan perubahan dalam keluaran untuk setiap perubahan satu unit dalam faktor tersebut, dengan mempertahankan masukan-masukan lainnya tetap konstan. Produk rata-rata adalah rata-rata produksi atau output yang dihasilkan dengan penggunaan input tertentu sesuai dengan fungsi produksi.

Fungsi produksi tersebut dibagi menjadi tiga daerah dimana daerah I yang berada di sebelah kiri titik AP maksimum merupakan daerah tidak rasional karena belum mencapai keuntungan maksimum sehingga seharusnya input masih bisa terus ditingkatkan, dengan nilai Ep > 1. Daerah II yang berada di antara AP maksimum dan MP = 0 merupakan daerah rasional karena pada tingkat tertentu

penggunaan faktor produksi pada daerah ini akan memberikan keuntungan maksimum, dengan nilai Ep antara 0 dan 1 (0 < Ep < 1). Daerah III berada di sebelah kanan MP = 0 termasuk daerah tidak rasional karena setiap penambahan faktor produksi akan menurunkan output yang dihasilkan (Suratiyah 2011).

Gambar 3 Hubungan antara faktor produksi X dengan jumlah produksi Y Sumber: Suratiyah (2011)

Di antara fungsi produksi yang umum dibahas dan dipakai oleh para peneliti adalah fungsi produksi Douglas (Soekartawi 2002). Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut sebagai variabel dependen yaitu yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen yaitu yang menjelaskan (X). Menurut Soekartawi (2002), ada beberapa alasan menggunakan fungsi Cobb-Douglas, yaitu penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain karna fungsi ini dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear. Namun, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi Cobb-Douglas ini, diantaranya : tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol karena logaritma dari bilangan nol adalah suatu

bilangan yang besarnya tidak diketahui, tidak ada perbedaan teknologi, perbedaan lokasi pada fungsi produksi seperti iklim, sudah tercakup pada faktor kesalahan (disturbance term). Secara matematik, fungsi dari Cobb-Douglas dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

Y = aX1b1 X2b2…Xibi...Xnbneu

Dimana :

Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan a = Konstanta

bi = Koefisien dugaan

u = kesalahan ( disturbance term) e = logaritma natural, e = 2,718

Selain itu, alasan lain menggunakan fungsi Cobb-Douglas adalah hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus akan menunjukkan besaran elastisitas, dimana besaran elastisitas ini dapat menunjukkan tingkat besaran return to scale. Return to scale digunakan untuk mengetahui apakah skala hasil mengikuti kaidah increasing,

constant atau decreasing returns to scale. Decreasing returns to scale yaitu

kondisi dimana proporsi penambahan masukan produksi melebihi proporsi penambahan produksi. Constant returns to scale yaitu penambahan masukan produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

Increasing returns to scale kondisi dimana proporsi penambahan masukan

produksi akan menghasilkan proporsi penambahan produksi yang lebih besar. Dalam hal ini berlaku asumsi bahwa penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah keadaan hukum kenaikan yang semakin berkurang atau law of

diminishing returns untuk setiap penggunaan input, sehingga informasi informasi

yang diperoleh dapat digunakan untuk melakukan upaya agar setiap penambahan masukan produksi dapat menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar. Teori Risiko

Menurut Robison and Barry (1987), risiko merupakan suatu kejadian yang merugikan yang dihadapi oleh pengambil keputusan dan peluang kejadian dapat diukur. Konsep mengenai risiko sering muncul bersama dengan konsep ketidakpastian. Secara umum risiko dan ketidakpastian merupakan satu kesatuan dalam penggunaannya sehari-hari namun keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan mendasar dari kedua konsep ini adalah ketidakpastian tidak dapat diukur seperti risiko.

Harwood et al (1999) menjelaskan mengenai sumber-sumber risiko dalam pertanian. Terdapat lima jenis sumber risiko yang dijelaskan, yaitu:

1. Risiko hasil atau produksi pertanian, terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang tidak dapat dikendalikan yang sering berhubungan dengan cuaca, termasuk curah hujan yang terlalu sedikit atau bahkan berlebihan, suhu ekstrim, serta serangan hama maupun penyakit.

2. Risiko harga atau pasar, mencerminkan risiko yang terkait dengan perubahan dalam harga output maupun input yang mungkin terjadi setelah petani memutuskan untuk melakukan proses usahatani. Risiko pasar sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Kondisi permintaan atau penawaran tersebut akan memengaruhi harga jual yang juga akan memengaruhi tingkat pendapatan yang akan diperoleh petani.

3. Risiko kelembagaan, terjadi karena adanya perubahan kebijakan dan peraturan yang memengaruhi bidang pertanian. Jenis risiko umumnya dinyatakan sebagai kendala produksi yang tidak terduga atau adanya perubahan harga input dan

output. Misalnya, perubahan dalam peraturan pemerintah tentang penggunaan

pestisida untuk tanaman atau obat-obatan untuk peternakan yang dapat memengaruhi biaya produksi.

4. Risiko personal, petani juga merupakan salah satu penyebab terjadinya risiko atau dapat disebut juga risiko yang diakibatkan oleh manusia. Kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti kematian, kecelakaan, kesehatan dapat memengaruhi perusahaan. Kejadian tersebut dapat berpengaruh pada sistem kinerja pada perusahaan, seperti menurunnya produktivitas. Selain itu, adanya kelalaian manusia seperti kebakaran, kehilangan atau kerusakan, serta pencurian juga merupakan penyebab risiko yang dapat merugikan perusahaan. 5. Risiko keuangan, risiko ini dapat terjadi karena adanya peminjaman modal

yang dilakukan oleh petani. Adanya pinjaman tersebut membuat petani harus menyisihkan pendapatannya untuk membayar hutang. Risiko ini terjadi ketika petani tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana perubahan suku bunga di masa yang akan datang, atau ketidaktahuan tentang sistem peminjaman yang ditawarkan, sehingga menjadi salah satu kendala dalam proses pembayaran.

Salah satu risiko yang sering dihadapi petani adalah risiko produksi. Terjadinya risiko produksi dapat diidentifikasi dengan adanya fluktuasi pada produktivitas hasil. Hasil produksi yang berfluktuasi ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dalam menentukan risiko produksi dapat digunakan dengan berbagai pendekatan salah satunya dengan pendekatan fungsi produksi Just dan Pope (Robison and Barry 1987).

Metode fungsi produksi Just dan Pope ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi pada produktivitas output. Dalam model risiko, beberapa input dapat menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi (risk reducing factors) dan faktor yang menimbulkan risiko produksi (risk inducing factors). Menurut Robison and Barry (1987) beberapa contoh yang termasuk dalam faktor produksi pengurang risiko adalah sistem irigasi, pestisida, biaya yang dikeluarkan untuk jasa informasi pasar, penggunaan konsultan profesional dan pemakaian peralatan atau mesin baru. Misalnya penggunaan pestisida dilakukan pada saat ada serangan hama dan penyakit pada tanaman, maka penggunaan pestisida tidak dilakukan. Sedangkan penggunaan benih dan pupuk menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi (risk inducing factors). Dalam kegiatan produksi, pupuk sangat diperlukan sehingga jika penggunaan pupuk terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan produksi yang tidak stabil.

Fungsi produksi model Just dan Pope terdiri dari fungsi produksi rata-rata (mean production function) dan fungsi produksi variance (variance production

function). Fungsi produksi rata-rata ditunjukkan oleh f(x) dan fungsi variance

ditunjukkan oleh h(x) ε. Secara matematis, persamaan model risiko produksi fungsi produksi just and pope dapat ditulis sebagai berikut (Robison and Barry, 1987) :

Y = f( x, β) + h( x, θ) ε

Dimana :

Y = Produktivitas

F = Fungsi produksi rata-rata. h = Fungsi produksi variance.

x = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi (input) β,θ = Besaran yang akan diduga

ε = error

Menurut Ellis (1993), risiko merupakan situasi dimana probabilitas atau frekuensi yang diharapkan terjadi dari sejumlah kejadian telah diketahui. Jumlah seluruh kemungkinan sama dengan satu. Dengan demikian risiko dibatasi kemungkinan-kemungkinan yang digabungkan dengan kejadian dari satu peristiwa yang memengaruhi suatu proses pengambilan keputusan. Sedangkan ketidakpastian tidak berkaitan secara langsung dengan peluang atau probabilitas. Dikatakan ketidakpastian apabila pelaku usaha tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun distribusi probabilitas akan timbulnya suatu kejadian. Keputusan pelaku usaha seringkali dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya untuk menghasilkan output yang diharapkan. Pada kegiatan produksi usahatani, risiko merupakan peluang terjadinya suatu peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau di bawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Implikasi risiko terhadap variasi pendapatan dapat dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan tiga respon yang berbeda dalam output dari penggunaan input.

Pada Gambar 4 nilai Total Value Product (TVP) menggambarkan penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi. Kondisi TVP yang ditunjukkan berbeda-beda pada tiga kondisi, yaitu TVP pada penggunaan sejumlah input saat kondisi baik (TVP1), pada kondisi yang diharapkan (E(TVP)), dan pada kondisi buruk (TVP2). Kurva Total Cost (TC) bertujuan untuk memperlihatkan biaya pembelian input yang meningkat. Variasi pendapatan dipengaruhi oleh keputusan pengalokasian salah satu sumberdaya yang digunakan untuk produksi. Kurva dalam fungsi produksi tersebut mencerminkan dampak dari kondisi yang baik dan buruk terhadap respon output untuk berbagai tingkat penggunaan input. Terdapat tiga alternatif penggunan input yang ditunjukkan oleh X1, X2, XE yang terkait dengan risiko, yaitu :

1. Input yang digunakan sebanyak X1. Pada saat kondisi TVP1 terjadi yaitu dalam kondisi yang baik bagi petani, maka keuntungan terbesar yang diperoleh sebesar ab. Di sisi lain, jika TVP2 terjadi maka kerugian sebesar bj akan dialami petani.

2. Input yang digunakan sebanyak X2. Jika kondisi TVP1 terjadi maka keuntungan sebesar ce akan diperoleh dan jika TVP2 terjadi maka petani tidak akan mengalami kerugian dan tetap mendapatkan keuntungan yang kecil sebesar de. Hal ini disebabkan pada kondisi tersebut petani masih mampu membayar biaya pembelian input tersebut (TVP > TC).

3. Input yang digunakan sebanyak XE. Nilai E(TVP) yang diperoleh merupakan hasil rata-rata pendapatan pada kondisi baik dan buruk. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP1 terjadi maka keuntungan sebesar fh akan diperoleh, tetapi bukan merupakan kemungkinan keuntungan terbesar. Pada saat kondisi TVP2

Total Value Product Y (Rp)

terjadi maka kerugian sebesar hi akan dialami petani dan bukan merupakan kemungkinan kerugian terbesar.

Gambar 4 Hubungan Keputusan Penggunaan Input dan Variasi Pendapatan

Sumber : Ellis (1993)

Pengaruh Risiko Terhadap Pendapatan Usahatani

Penerimaan usahatani diperoleh dari perkalian antara harga output (Py) dengan jumlah yang diproduksi (Y). Secara matematis, total penerimaan atau total pendapatan (total revenue) dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi 2002) :

Dimana :

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang dihasilkan dalam usahatani Py = Harga Y

n = Jumlah tanaman yang diusahakan i = 1,2,3,…,n X1 XE X2 TVP2 TC E(TVP) TVP1 j b i h e d g a f c Input X Keterangan :

TVP1 = Total value product in ’good’ years TVP2 = Total value product in ’bad’ years E(TVP) = Expected total value product

Penerimaan usahatani terdiri dari penerimaan tunai dan diperhitungkan. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Sedangkan penerimaan diperhitungkan ialah produk hasil usahatani yang tidak dijual secara tunai, melainkan digunakan untuk konsumsi sendiri, hasil produksi yang disimpan, atau hasil produksi yang digunakan untuk input penanaman periode selanjutnya. Total penerimaan usahatani padi SRI dapat dihitung dengan menjumlahkan kedua komponen penerimaan tersebut.

Kegiatan produksi tidak terlepas dari penggunaan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output dari kegiatan produksi tersebut. Biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahtani terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Pappas dan Hirschey (1995), biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya berapapun hasil produksi yang diperoleh dan tetap harus dibayar walaupun tidak berproduksi. Sedangkan biaya yang besar atau kecil nilainya dipengaruhi oleh produksi yang dilakukan disebut biaya variabel. Biaya untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu disebut dengan biaya total (TC atau total

cost). Biaya total merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap total (TFC atau total fixed cost) dan biaya variabel total (TVC atau total variable cost). Secara

matematis biaya total (TC) dapat dirumuskan sebagai berikut : TC = TFC + TVC

dimana :

TC = Total Biaya TFC = Total Biaya Tetap TVC = Total Biaya Variabel

Gambar 5 Hubungan antara output dan biaya

Sumber : Soekartawi (2002) Biaya (RP) TC TVC TFC Ouput

Hubungan antara besarnya jumlah produksi yang dihasilkan dengan biaya yang dikeluarkan disebut dengan fungsi biaya. Berikut ini ditunjukkan grafik fungsi biaya pada Gambar 5. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani (Soekartawi et al. 2011). Secara matematis, pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut :

Pd = TR-TC Dimana:

Pd : pendapatan usahatani TR : total penerimaan TC : total biaya

Kerangka Pemikiran Operasional

Beras sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia mengindikasikan bahwa usahatani padi mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Dalam peningkatan jumlah produktivitas padi maka dilakukan suatu metode yang dinamakan metode SRI yang mampu membantu petani padi menghasilkan anakan padi yang lebih banyak. Adanya variasi produktivitas padi SRI dan kesenjangan produktivitas padi yang dihasilkan dengan produktivitas yang seharusnya pada budidaya padi metode SRI, mengindikasikan bahwa petani menghadapi risiko produksi. Variasi produktivitas dan kesenjangan produktivitas ini dipengaruhi oleh penggunaan input-input yang tidak tepat dan kondisi dari lingkungan. Kondisi lingkungan seperti adanya serangan hama dan penyakit dapat menurunkan hasil produksi petani. Selain itu, penggunaan input dapat mengurangi dan meningkatkan risiko produksi sehingga pengaruh penggunaan input menentukan ouput yang dihasilkan.

Penggunaan input yang sesuai dengan dosis yang ditetapkan dapat meningkatkan produktivitas output yang dihasilkan. Hal ini akan berdampak pada pendapatan yang diterima oleh petani. Peningkatan pendapatan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan demikian, petani perlu mengetahui sumber-sumber yang menyebabkan adanya risiko produksi. Kebanyakan petani responden masih kurang peduli terhadap acuan penggunaan input-input produksi. Petani masih melakukan kegiatan budidaya berdasarkan pengetahuan turun-temurun dari orangtua serta penggunaan input biasanya disesuaikan petani dengan modal yang mereka miliki.

Variasi produktivitas padi metode SRI yang dihasilkan petani di Desa Nagrak Utara akan menyebabkan pendapatan petani di desa tersebut juga bervariasi. Adanya risiko produksi yang dihadapi petani ini dapat memengaruhi penerimaan petani dalam usahatani padi metode SRI. Dalam hal ini langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui adanya indikasi risiko produksi yang dihadapi petani dengan melihat adanya variasi produktivitas padi yang dihasilkan petani dan kesenjangan produktivitas padi yang dihasilkan dengan produktivitas yang seharusnya. Variasi dan kesenjangan produktivitas ini mengindikasikan terdapat risiko produksi dalam menguasahakan padi metode SRI.

Gambar 6 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Padi SRI di Desa Nagrak Utara

Selanjutnya dianalisis faktor apa saja penyebab terjadinya risiko produksi, baik faktor eksternal seperti kondisi lingkungan oleh serangan hama dan penyakit maupun faktor internal penggunaan input atau faktor produksi. Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan model risiko produksi Just and Pope dengan pendekatan fungsi produksi rata-rata dan fungsi variance error. Dengan analisis risiko tersebut akan diketahui faktor produksi mana yang menimbulkan risiko dan pengurang risiko. Dalam melihat pengaruh risiko terhadap pendapatan usahatani,

- Adanya kesenjangan produktivitas antara produktivitas yang seharusnya pada usahatani padi metode SRI dengan produktivitas yang dihasilkan petani

- Adanya variasi produktivitas padi metode System of Rice Intensification (SRI) oleh petani di Desa Nagrak Utara

Penggunaan faktor-faktor produksi 1. Bibit 2. Pupuk kandang 3. Pupuk petorganik 4. Urea 5. Phonska 6. Pestisida cair 7. Tenaga Kerja Sumber risiko eksternal 1. Musim 2. Hama dan Penyakit

Risiko Produksi Padi metode SRI di Desa Nagrak Utara

Penerimaan Usahatani Padi SRI

PendapatanUsahatani Padi metode SRI

Pengeluaran Usahatani Padi SRI Harga input Harga output Keterangan :

: Batasan ruang lingkup penelitian

Probability

maka menggunakan perhitungan expected return dengan asumsi bahwa nilai probabilitas diasumsikan sama karena data yang digunakan adalah data cross

section. Dengan demikian hasil dari expected return merupakan rata-rata

pendapatan petani responden.

Dokumen terkait