• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suatu usahatani yang dilakukan oleh petani dapat diukur keberhasilannya dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani merupakan nilai dari selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani. Jika nilai pendapatan usahatani positif, maka dapat dikatakan kegiatan usahatani tersebut menguntungkan. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi.

Pendapatan usahatani dilihat dari dua sisi yaitu pendapatan usahatani atas biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih antara total penerimaan usahatani dengan total biaya tunai usahatani. Sedangkan pendapatan total merupakan selisih antara total penerimaan usahatani dengan total biaya usahatani, baik yang tunai maupun yang tidak tunai (yang diperhitungkan). Pengeluaran usahatani dihitung dari besarnya biaya pengeluaran untuk membeli input usahatani baik input tetap maupun input variabel. Produksi padi SRI akan menentukan pendapatan usahatani yang akan diperoleh petani. Petani responden di Desa Nagrak Utara melakukan kegiatan budidaya padi SRI pada musim yang sama dengan tujuan mengurangi kegagalan panen akibat serangan hama dan penyakit. Pada penelitian ini, akan ditunjukkan bagaimana pengaruh risiko akibat penggunaan input produksi yang berbeda terhadap pendapatan petani di Desa Nagrak Utara. Musim tanam yang dianalisis adalah Desember hingga Maret 2016, sesuai dengan masa panen padi metode SRI yakni sekitar empat bulan.

Risiko produksi yang dihadapi petani responden mengakibatkan perbedaan pendapatan yang diperoleh masing-masing petani. Dengan demikian dilakukan perhitungan expected return untuk melihat return yang diharapkan dapat diperoleh petani. Data yang digunakan pada pnelitian ini adalah data cross section sehingga probabilitas diasumsikan sama. Dengan demikian nilai expected return menunjukkan hasil pendapatan rata-rata yang diperoleh petani responden.

Penerimaan Usahatani Padi Metode SRI

Penerimaan usahatani padi metode SRI dihitung berdasarkan rata-rata luasan lahan para petani responden yang dikonversi dalam hektar pada satu periode tanam. Penerimaan usahatani adalah selisih antara total produk yang dijual dengan harga yang berlaku di pasar. Penerimaan usahatani padi metode SRI terdiri dari dua komponen yaitu penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai merupakan nilai dari hasil penjualan hasil

panen atau gabah kering panen (GKP). Petani responden langsung menjual hasil panen ke tengkulak dalam bentuk GKP. Hasil panen padi yang dihasilkan petani responden sekain dijual ke tengkulak, ada juga yang disimpan untuk kebutuhan rumah tangga. GKP yang dijual ke tengkulak menjadi penerimaan tunai usahatani, sementara GKP yang disimpan petani responden masuk dalam komponen penerimaan yang diperhitungkan. Budidaya padi metode SRI juga menghasilkan jerami yang dapat dijadikan sebagi pupuk kompos bagi tanaman. Menurut informasi dari petani responden, jumlah jerami yang dihasilkan petani berjumlah dua kali dari jumlah GKP yang dihasilkan. Hasil jerami ini masuk dalam komponen penerimaan yang diperhitungkan. Harga untuk satu kilogram jerami sebesar 175 rupiah.

Petani responden menjual langsung hasil panen padi ke tengkulak yang datang ke desa mereka. Harga jual gabah kering panen (GKP) yang ditawarkan tengkulak kepada petani seharga 3 500 rupiah per kg. Produktivitas rata-rata padi metode SRI yang dihasilkan petani responden sebesar 5.7 ton per hektar. Jumlah produktivitas yang dihasilkan petani responden tersebut masih dibawah produktivitas potensial padi metode SRI yaitu sebesar 8-12 ton per hektar (Purwasasmita dan Sutaryat 2012). Hal ini menunjukkan bahwa petani belum dapat mencapai produktivitas potensial padi metode SRI yang diduga disebabkan karena adanya risiko produksi. Produktivitas tertinggi yang dihasilkan petani responden sebesar 10 ton per hektar, sementara produktivitas terendah sebesar 2.46 ton per hektar. Perbedaan produktivitas yang dihasilkan petani responden juga diduga oleh perbedaan penggunaan input produksi. Hal ini mengakibatkan penerimaan yang diperoleh petani responden juga berbeda-beda.

Tabel 20 Tabel Rata-rata penerimaan usahatani padi SRI petani responden per hektar di Desa Nagrak Utara pada musim tanam Desember 2015- Maret 2016

Komponen penerimaan Jumlah (Kg) Harga

(Rp/kg) Penerimaan (Rp) Penerimaan tunai GKP 3139.8093 3500 10 989 332.55 Penerimaan yang diperhitungkan 1. GKP yang disimpan 2519.9455 3500 8 819 809.34 2. Jerami padi 11319.5097 175 1 980 914.19 Jumlah penerimaan yang

diperhitungkan 10 800 723.53

Total Penerimaan 21 790 056.08

Rata-rata penerimaan tunai petani responden dalam satu musim tanam padi metode SRI untuk satu hektar lahan sebesar 10 989 332.55 rupiah. Sementara rata-rata penerimaan yang diperhitungkan petani responden sebesar 10 800 723.53 rupiah per hektar. Penerimaan tunai terbesar yang diperoleh petani responden sebesar 17 500 000 rupiah per hektar, sementara penerimaan tunai terkecil sebesar 4 375 000 rupiah per hektar. Penerimaan yang diperhitungkan terbesar yang diperoleh petani responden sebesar 21 000 000 rupiah per hektar dan terkecil sebesar 2 460 000 rupiah per hektar. Perbedaan penerimaan yang diperoleh petani

diakibatkan oleh perbedaan hasil produktivitas petani responden. Perbedaan produktivitas ini mengindikasikan adanya risiko produksi yang dihadapi petani baik akibat perbedaan penggunaan input produksi maupun akibat serangan hama dan penyakit. Hasil total rata-rata penerimaan usahatani padi metode SRI dapat ditunjukkan pada Tabel 20.

Pengeluaran Usahatani Padi Metode SRI

Pengeluaran usahatani padi metode SRI terdiri dari pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai yaitu biaya yang dikeluarkan secara tunai oleh petani untuk membeli input produksi seperti biaya pembelian benih, pupuk kandang, pupuk UREA, pupuk phonska, TSP, pestisida cair, sewa lahan, pajak sawah, biaya pembajakan lahan, biaya pengairan dan upah tenaga kerja di luar keluarga. Pengeluaran yang diperhitungkan yaitu biaya yang tidak secara tunai dikeluarkan oleh petani seperti biaya penyusutan peralatan, biaya pupuk kandang, pestisida nabati, larutan MOL dan benih yang dibuat sendiri oleh petani, biaya pupuk petroganik dan pupuk phonska yang berasal dari bantuan pemerintah, serta upah tenaga kerja dalam keluarga. Rata-rata pengeluaran usahatani padi metode SRI dapat ditunjukkan pada Tabel 21.

Rata-rata total biaya yang dikeluarkan petani responden sebesar 10 306 942.23 rupiah per hektar. Pengeluaran tunai mengambil proporsi terbesar terhadap total biaya yaitu sebesar 64.5 persen dari total biaya dibandingkan dengan biaya yang diperhitungkan sebesar 35.5 persen. Biaya terbesar yang ditanggung petani responden, baik untuk pengeluaran tunai maupun pengeluaran yang diperhitungkan adalah biaya untuk upah tenaga kerja. Biaya upah tenaga kerja di luar keluarga lebih besar dibandingkan upah tenaga kerja dalam keluarga. Petani responden menggunakan tenaga kerja di luar keluarga karena keluarga petani tidak mencukupi untuk melakukan kegiatan usahatani seperti untuk penanaman, penyulaman, dan pemanenan. Penggunaan tenaga kerja petani responden berbeda-beda. Hal ini dapat ditunjukkan dari perbedaan biaya yang dikeluarkan petani. Pengeluaran terbesar untuk biaya TKLK yang dikeluarkan petani responden sebesar 8 609 375 rupiah per HOK per hektar sementara biaya TKLK terkecil sebesar 631 944.44 rupiah per HOK per hektar. Biaya TKDK terbesar yang dikeluarkan petani responden sebesar 7 276 666 rupiah per HOK per hektar dan biaya terkecil sebesar 218 750 rupiah per HOK per hektar. Upah tenaga kerja pria sebesar 40 000 rupiah per HOK dan tenaga kerja wanita sebesar 30 000 rupiah per HOK.

Petani responden di Desa Nagrak Utara juga menggunakan traktor dalam kegiatan pembajakan lahan, sehingga biaya yang dikeluarkan petani untuk membajak lahan juga cukup besar. Penggunaan traktor dalam pembajakan lahan dapat menghemat waktu petani dalam kegiatan usahatani padi metode SRI. Selain itu, alasan petani menggunakan traktor karena kesulitan mencari tenaga kerja untuk membajak lahan. Hal ini karena buruh tani di desa tersebut semakin sedikit karena masyarakat lebih banyak memilih bekerja sebagai buruh di pabrik. Biaya yang dikeluarkan petani untuk menyewa traktor berbeda-beda tergantung pada luas lahan dan lokasi sawah. Petani yang memiliki lokasi sawah yang berjauhan biasanya mengeluarkan biaya sewa traktor lebih mahal karena membutuhkan waktu yang lebih lama. Selain biaya sewa traktor, petani responden juga harus mengeluarkan biaya untuk rokok, makanan, dan kopi tenaga kerja yang

melakukan pembajakan tersebut. Biasanya tenaga kerja yang menggunakan tarktor sebanyak dua orang. Rata-rata pengeluaran tunai untuk pembajakan lahan dengan traktor sebesar 1 478 924.17 rupiah per hektar.

Tabel 21 Rata-rata pengeluaran usahatani padi metode SRI petani responden di Desa Nagrak Utara

No Pengeluaran Satuan Jumlah

(satuan) Pengeluaran (Rp) A Biaya Tunai 1 Pembelian benih Kg 1.6551 16 551.02 2 Pupuk Kandang Kg 1922.5096 326 201.84 3 Pupuk Kimia Urea Kg 177.2504 354 500.79 Phonska Kg 184.1548 460 386.88 TSP Kg 34.8453 100 895.34 4 Pestisida Cair Decis Ml 198.8573 53 691.47 Amistartop Ml 161.4445 129 155.61 Perekat Ml 56.1713 14 042.82 5 Biaya pembajakan lahan Rp 1 478 924.17

6 TKLK HOK/ha 2 506 882.91

7 Pajak lahan Rp 62 122.38

8 Sewa lahan Rp 1 066 336.64

9 Biaya pengairan Rp 76 489.19

Total Biaya Tunai 6 646 181.05

B Biaya Diperhitungkan

1 Biaya benih semai sendiri 10.8396 104 586.58 2 Pupuk kandang sendiri 3165.5741 515 925.34 3 Pupuk petroganik bantuan 449.1714 224 585.71 4 Pupuk pestisida nabati 15.8265 21 617.80 5 Larutan MOL 21.8965 69 570.33 6 Pupuk phonska bantuan 94.4650 236 162.38 7 Penyusutan peralatan 314 162.19 8 TKDK 2 174 150.86 Total Biaya Diperhitungkan 3 660 761.18 Total Biaya 10 306 942.23

Petani responden di Desa Nagrak Utara sebanyak 15 orang menyewa lahan dalam kegiatan budidaya padi SRI. Petani meneywa lahan karena tidak memiliki lahan sendiri sehingga menyewa lahan masyarakat yang tdiak digunakan. Selain itu, beberapa petani juga melakukan sewa lahan karena lahan yang petani miliki sendiri masih kurang untuk melakukan budidaya padi SRI. Proporsi pengeluaran tunai untuk sewa lahan juga cukup besar yaitu 1 066 336.64 rupiah per hektar. Biaya sewa ini ada yang dibayar petani untuk hitungan satu tahun dan ada juga

yang dibayar per musim tanam. Rata-rata biaya sewa lahan per tahun sebesar 800 rupiah per m².

Rata-rata pengeluaran tunai untuk pembelian pupuk kimia seperti pupuk urea, phonska, dan TSP yang dikeluarkan petani responden sebesar 915 783.01 rupiah per hektar. Pengeluaran setiap petani untuk pembelian pupuk kimia ini berbeda-beda tergantung dengan modal yang dimiliki petani responden. Pengeluaran terbesar yang dikeluarkan petani responden untuk pembelian pupuk kimia sebesar 2 525 000 rupiah per hektar, sementara pengeluaran terkecil yang dikeluarkan petani responden sebesar 382 352.94 rupiah per hektar. Perbedaan yang dikeluarkan petani tersebut cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa terdapat variasi dalam penggunaan pupuk kimia. Perbedaan penggunaan pupuk kimia ini berpengaruh juga terhadap jumlah produksi yang dihasilkan petani responden. Selain pupuk kimia, penggunaan pestisida cair juga berbeda untuk setiap responden. Biaya terbesar yang dikeluarkan petani responden untuk pembelian pestisida cair sebesar 611 538.46 rupiah per hektar, dan biaya terkecil sebesar 33 750 rupiah per hektar.

Nilai Expected Return Padi Metode SRI

Nilai expected return diperoleh dari hasil pendapatan rata-rata yang dihasilkan oleh petani responden. Nilai expected return digunakan untuk melihat pengaruh terjadinya risiko produksi terhadap pendapatan yang diperoleh petani. Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan pengeluaran usahatani. Suatu usahatani dikatakan menguntungkan apabila jumlah penerimaan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan petani atau mendapat hasil yang positif. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan tunai dengan biaya tunai usahatani padi metode SRI. Nilai expected return usahatani padi metode SRI petani responden per hektar di Desa Nagrak Utara dapat ditunjukkan pada Tabel 22.

Tabel 22 Nilai Expected Return usahatani padi metode SRI petani responden per hektar di Desa Nagrak Utara

No Komponen Nilai (Rp)

A Penerimaan tunai 10 989 332.55

B Penerimaan yang diperhitungkan 10 800 723.53 C Total penerimaan (A+B) 21 790 056.08

D Pengeluaran tunai 6 646 181.05

E Pengeluaran yang diperhitungkan 3 660 761.18 F Total pengeluaran (D+E) 10 306 942.23

G Expected Return atas biaya tunai 15 143 875.03

H Expected Return atas biaya total 11 483 113.85

R/C atas biaya tunai 3.28

R/C atas biaya total 2.11

Pada Tabel 22 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan atas biaya tunai usahatani padi metode SRI yang diperoleh petani responden per hektar di Desa Nagrak Utara adalah sebesar Rp 15 143 875.03. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan antara penerimaan total dengan biaya total usahatani padi metode SRI. Rata-rata pendapatan atas biaya total usahatani padi metode SRI yang diperoleh petani responden per hektar sebesar 11 483 113.85 rupiah.

Nilai rata-rata pendapatan tersebut menunjukkan return yang diharapkan petani reponden. Expected return atas biaya total petani responden per hektar sebesar 11 483 113.85 rupiah. Pendapatan atas biaya total tertinggi yang diperoleh petani responden per hektar sebesar 22 635 735.29 rupiah, sementara pendapatan atas biaya total terendah sebesar 767 948.41 rupiah per hektar. Hal ini menunjukkan bahwa adanya risiko produksi mengakibatkan perbedaan pendapatan yang diperoleh petani. Sama halnya dengan expected return atas biaya tunai yang diperoleh petani responden per hektar sebesar 15 143 875.03 rupiah. Petani memperoleh pendapatan atas biaya tunai tertinggi per hektar sebesar 9 343 866.67 rupiah, sementara pendapatan atas biaya tunai terendah sebesar 757 690.48 rupiah per hektar. Pendapatan usahatani yang diperoleh petani responden per hektar berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan penggunaan input produksi yang digunakan petani. Perbedaan penggunaan input oleh petani responden membuat perbedaan biaya yang dikeluarkan petani, sehingga berdampak pada pendapatan yang diperoleh. Selain itu, perbedaan penggunaan input produksi ini juga memengaruhi jumlah produktivitas yang dihasilkan petani responden. Hasil produktivitas yang berbeda mengakibatkan perbedaan penerimaan yang diperoleh petani. Perbedaan pendapatan atas biaya total yang diterima petani juga berbeda-beda. Rata-rata pendapatan Pendapatan tertinggi dan terendah petani responden ditunjukkan pada Tabel 23.

Tabel 23 Nilai expected return petani responden per hektar di Desa Nagrak Utara

No Uraian Pendapatan tertinggi Pendapatan terendah (Rp) Expected return (Rp)

1 Pendapatan atas biaya

tunai 9 343 866.67 757 690.48 15 143 875.03 2 Pendapatan atas biaya

total 22 635 735.29 767 948.41 11 568 902.60 R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode. Nilai R/C ratio digunakan sebagai alat analisa untuk mengukur biaya dari suatu produksi. Apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu maka usahatani tersebut layak untuk dikembangkan. Nilai R/C ratio atas biaya tunai yang diperoleh petani responden sebesar 3.28 dan atas biaya total sebesar 2.11. Artinya, setiap 1 000 rupiah biaya tunai maupun biaya total yang dikeluarkan, maka petani akan memperoleh pendapatan tunai sebesar 1 650 rupiah dan pendapat total sebesar 2 110 rupiah.

Dokumen terkait