• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RISIKO PRODUKSI PADI METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DESA NAGRAK UTARA SUKABUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RISIKO PRODUKSI PADI METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DESA NAGRAK UTARA SUKABUMI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RISIKO

PRODUKSI PADI METODE SYSTEM OF RICE

INTENSIFICATION (SRI) DI DESA

NAGRAK UTARA SUKABUMI

IMELDA HANDAYANI PANGARIBUAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Memengaruhi Risiko Produksi Padi Metode System of Rice Intensification (SRI) di Desa Nagrak Utara Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Imelda Handayani Pangaribuan

(4)
(5)

ABSTRAK

IMELDA HANDAYANI PANGARIBUAN. Faktor-faktor yang Memengaruhi Risiko Produksi Padi Metode System of Rice Intensification (SRI) di Desa Nagrak Utara Sukabumi. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Petani di Desa Nagrak Utara menghadapi risiko produksi karena adanya variasi produktivitas yang dihasilkan petani. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas dan risiko produksi padi SRI, serta pengaruh risiko terhadap pendapatan usahatani. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 35 responden. Metode penarikan sampel dilakukan secara purposive. Analisis risiko produksi pada penelitian ini menggunakan model Just and Pope. Peningkatan penggunaan bibit, pestisida cair dan tenaga kerja berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan produktivitas padi SRI sementara peningkatan penggunaan pupuk kandang dan pupuk phonska secara nyata dapat menurunkan produktivitas padi SRI. Peningkatan penggunaan bibit dan pestisida cair secara nyata dapat menurunkan variance produktivitas. Peningkatan penggunaan pupuk kandang, pupuk phonska, dan tenaga kerja secara nyata dapat meningkatkan variance produktivitas. Rata-rata pendapatan atas biaya total petani responden per hektar sebesar Rp 11 483 113.85.

Kata kunci : produktivitas, risiko produksi, system of rice intensification (SRI)

ABSTRACT

IMELDA HANDAYANI PANGARIBUAN. Factors that Affect the Risk of Rice Production Methods System of Rice Intensification (SRI) in Nagrak Utara village, Sukabumi. Supervised by ANNA FARIYANTI.

Farmers in Nagrak Utara faced production risk that is indicated with variation in productivity by farmer respondents. The goals of this research are analyze the influence of productivity factors to productivity and risk production, analyze the effects of production risks to farm income. Total sample are about 35 farmer respondents. The sampling method is determined by purposive. Risk analysis of rice production model research used a model Just and Pope. The increased use of production factors seeds, liquid pesticides, and labor influence on increasing productivity in the SRI method while increased use of manure and phonska can markedly lower the SRI method of rice. Increased use of seeds and liquid pesticides can significantly decrease the variance in productivity. The increased use of manure, fertilizers phonska, and labor variance can significantly increase productivity. Average revenues on total costs per hectare for farmers respondent Rp 11 483 113.85.

(6)
(7)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RISIKO

PRODUKSI PADI METODE SYSTEM OF RICE

INTENSIFICATION (SRI) DI DESA

NAGRAK UTARA SUKABUMI

IMELDA HANDAYANI PANGARIBUAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 sampai Agustus 2016 ini ialah risiko produksi, dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Risiko Produksi Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) di Desa Nagrak Utara Sukabumi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing. Ir Narni Farmayanti MSc selaku dosen evaluator kolokium. Dr Ir Netti Tinaprilla MM, Feriyanto W. Karokaro SP MSi dan Nia Rosiana SP MSi selaku dosen penguji dan dosen komisi pendidikan atas saran dan masukannya, serta Difa Putri Pricilia sebagai pembahas seminar. Penghargaan penulis sampaikan kepada petani padi metode SRI di Desa Nagrak Utara, BP3K Kecamatan Nagrak, dan lainnya yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orangtua tercinta Bapak Mangasi Pangaribuan dan Ibunda Lesteria Sinaga serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016 Imelda Handayani Pangaribuan

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Gambaran Komoditas Padi Metode SRI 7

Analisis Risiko Produksi dan Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap

Risiko Produksi Komoditas Pertanian 8

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode SRI 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Teori Produksi dan Fungsi Produksi 11

Teori Risiko 13

Kerangka Pemikiran Operasional 18

METODE PENELITIAN 20

Lokasi dan Waktu Penelitian 20

Jenis dan Sumber Data 20

Metode Pengambilan Sampel 21

Metode Pengumpulan Data 21

Metode Pengolahan Data 21

Analisis Deskriptif 21

Analisis Risiko Produksi 22

Pengaruh Risiko Terhadap Pendapatan Usahatani 28

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 29

Karakteristik Wilayah 29

Keadaan Sosial Ekonomi 31

Sarana dan Prasarana 32

Kondisi Pertanian Desa Nagrak Utara 33

Karakteristik Petani Responden 34

Umur Petani responden 34

Tingkat Pendidikan Petani Responden 34

Status Usahatani 35

(14)

Pengalaman Bertani Padi metode SRI Petani Responden 36

Luas Lahan Padi Metode SRI 37

Status Kepemilikan Lahan 37

Pola Tanam Padi Metode SRI 38

Sistem Pemasaran 39

Keragaan Usahatani Padi Metode SRI di Desa Nagrak Utara 39

Proses Kegiatan Usahatani Padi Metode SRI 39

Penggunaan Sarana Produksi Padi metode SRI 46 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS DAN

RISIKO PRODUKSI PADI METODE SRI 51

Uji Asumsi Klasik 52

Uji Multikolinearitas 53

Uji Autokorelasi 53

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produktivitas Padi Metode SRI 54 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Risiko Produksi Padi SRI 60 PENGARUH RISIKO TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI

METODE SRI 64

Penerimaan Usahatani Padi Metode SRI 64

Pengeluaran Usahatani Padi Metode SRI 66

Nilai Expected Return Padi Metode SRI 68

SIMPULAN DAN SARAN 70

DAFTAR PUSTAKA 71

LAMPIRAN 73

DAFTAR TABEL

1 Produksi, luas panen, dan produktivitas padi di Indonesia tahun 2010-2015 1 2 Produktivitas padi (kuintal/hektar) di beberapa provinsi di Indonesia 2 3 Komponen pendapatan usahatani padi metode SRI 29 4 Data potensi komoditas unggulan di Kecamatan Nagrak tahun 2013 30 5 Luas wilayah berdasarkan penggunaannya di Desa Nagrak Utara 30 6 Distribusi penduduk Desa Nagrak Utara berdasarkan jenis pekerjaan 31 7 Distribusi penduduk Desa Nagrak Utara berdasarkan tingkat pendidikan 32 8 Karakteristik petani responden di Desa Nagrak Utara berdasarkan umur 34 9 Tingkat pendidikan petani responden di Desa Nagrak Utara 35 10 Status usahatani padi responden di Desa Nagrak Utara 36 11 Pengalaman bertani secara umum petani responden di Desa Nagrak Utara 36 12 Pengalaman bertani padi SRI petani responden di Desa Nagrak Utara 37 13 Luas lahan pertanian petani responden di Desa nagrak Utara 37 14 Status kepemilikian lahan petani responden di Desa Nagrak Utara 38

(15)

15 Nilai rata-rata penyusutan peralatan pada usahatani padi metode SRI petani

responden di Desa nagrak Utara 50

16 Rata-rata penggunaan input produksi padi metode SRI per hektar di Desa

Nagrak Utara 51

17 Hasil pengujian multikolinearitas 53

18 Hasil pendugaan fungsi produktivitas padi metode SRI petani responden 54 19 Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Variance produktivitas Padi SRI 60 20 Tabel Rata-rata penerimaan usahatani padi SRI petani responden per hektar

di Desa Nagrak Utara pada musim tanam Desember 2015- Maret 2016 65 21 Rata-rata pengeluaran usahatani padi metode SRI petani responden di Desa

Nagrak Utara 67

22 Analisis rata-rata pendapatan usahatani padi metode SRI petani responden

per hektar di Desa Nagrak Utara 68

23 Nilai expected return petani responden per hektar di Desa Nagrak Utara 69

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah Produktivitas padi di Kabupaten Sukabumi tahun 2011-2014 2 2 Produktivitas padi di Kecamatan Nagrak tahun 2011-2014 4 3 Hubungan antara faktor produksi X dengan jumlah produksi Y 12 4 Hubungan Keputusan Penggunaan Input dan Variasi Pendapatan 16

5 Hubungan antara output dan biaya 17

6 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Padi SRI 19

7 Statistik d Durbin-Watson 25

8 Pola tanam padi metode SRI yang dilakukan petani responden 39 9 Lahan persemaian dan nampan tempat bibit padi metode SRI 42 10 Kegiatan penanaman padi metode SRI petani responden 43 11 Pengaturan pengairan di lahan petani responden 45 12 Pestisida cair yang digunakan petani responden 48 13 Variasi produktivitas padi metode SRI di Desa Nagrak Utara pada musim

tanam 2015-2016 51

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta wilayah Desa Nagrak Utara Kecamatan Nagrak 75 2 Scatterplot fungsi produktivitas dan fungsi variance produktivitas padi SRI 76 3 Hasil estimasi fungsi produktivitas pada usahatani padi metode SRI 77 4 Hasil estimasi fungsi variance produktivitas pada usahatani padi SRI 78 5 Uji normalitas data fungsi produktivitas dan variance produktivitas 79 6 Hasil perhitungan pendapatan usahatani padi metode SRI petani responden 80

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Subsektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian merupakan subsektor yang penting untuk diperhatikan karena menyangkut kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, jumlah sumbangan PDB subsektor tanaman pangan pada tahun 2014 sebesar 3.26 persen dari jumlah keseluruhan PDB sektor pertanian sebesar 10.33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor tanaman pangan juga berperan dalam meningkatkan perekonomian nasional. Pertanian tanaman pangan terdiri dari dua kelompok besar yaitu pertanian padi dan pertanian palawija. Dua kelompok besar ini mempunyai peran penting dalam penyediaan bahan pangan.

Padi merupakan komoditas yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia karena beras sebagai produk utama dari komoditas padi adalah makanan pokok hampir seluruh masyarakat Indonesia. Ketersediaan beras sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan nasional. Dengan demikian upaya peningkatan jumlah produktivitas padi perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam konsumsi ataupun untuk dapat terus melangsungkan kehidupannya. Perkembangan produktivitas padi di Indonesia dari tahun 2010 hingga 2015 ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi, luas panen, dan produktivitas padi di Indonesia tahun 2010 hingga 2015

Tahun GKG (ton) Luas panen (hektar) Produktivitas (ton/hektar) Perkembangan produktivitas (%) 2010 66 469 394 13 253 450 5.02 - 2011 65 756 904 13 203 643 4.98 -0.70 2012 69 056 126 13 445 524 5.14 3.13 2013 71 279 709 13 835 252 5.15 0.31 2014 70 846 465 13 797 307 5.13 -0.30 2015 75 397 841 14 116 638 5.34 4.02 Rata-rata 1.28

Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 (diolah)

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perkembangan produktivitas padi di Indonesia dari tahun 2010 hingga 2015 cenderung mengalami peningkatan. Persentase rata-rata peningkatan produktivitas padi di Indonesia bernilai positif yaitu sebesar 1.28 persen. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas padi merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi sangat baik untuk diusahakan di Indonesia. Selain padi sebagai tanaman pangan yang menghasilkan beras untuk kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, membudidayakan padi juga merupakan budaya masyarakat Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang mendukung budidaya padi dari faktor iklim dan cuacanya. Kondisi tersebut membuat tanaman padi dapat dibudidayakan di berbagai pulau di Indonesia. Pulau Jawa merupakan

(18)

salah satu pulau yang menghasilkan produktivitas padi terbesar di Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan pada Tabel 2 bahwa beberapa provinsi di Pulau Jawa menjadi provinsi lima terbesar yang menghasilkan produktivitas padi tertinggi diantaranya Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Data tersebut mengindikasikan bahwa budidaya padi sangat baik untuk diusahakan di Pulau Jawa.

Tabel 2 Produktivitas padi (kuintal/hektar) di beberapa provinsi di Indonesia Provinsi 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan (%) Bali 58.09 58.66 60.12 62.14 2.28 Jawa Barat 58.74 59.53 58.82 61.22 1.41 Jawa Timur 61.74 59.15 59.81 61.13 -0.29 DI Yogyakarta 61.88 57.88 57.87 60.65 -0.56 Jawa Tengah 57.7 56.06 53.57 60.25 1.73 Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 (diolah)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi terbesar kedua yang menghasilkan produktivitas padi tertinggi setelah Provinsi Bali pada tahun 2015. Di Pulau Jawa sendiri untuk tahun yang sama, Jawa Barat menduduki peringkat pertama produktivitas padi tertinggi sebesar 61.22 kuintal per hektar. Produktivitas padi yang dihasilkan di Jawa Barat berfluktuasi dari tahun 2012 hingga 2015. Namun pertumbuhan produktivitas padi di Jawa Barat sangat baik karena pertumbuhan produktivitas padi yang dihasilkan bernilai positif dari tahun 2012 hingga 2015 sebesar 1.41 persen. Kabupaten Sukabumi adalah salah satu kabupaten penyumbang padi di Jawa Barat. Pada tahun 2014, Kabupaten Sukabumi menyumbang produksi padi sebesar 838 534 ton dari total produksi padi sebesar 11 644 899 ton di Jawa Barat atau sekitar 7.2 persen (BPS Kabupaten Sukabumi 2015). Jumlah produktivitas padi yang dihasilkan di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2014 sebesar 64.4 kuintal per hektar. Hal tersebut, menunjukkan bahwa Kabupaten Sukabumi memiliki potensi yang baik dalam mengusahakan budidaya padi. Berikut ini ditunjukkan jumlah produktivitas padi di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2011 sampai tahun 2014 pada Gambar 1.

Gambar 1 Produktivitas padi di Kabupaten Sukabumi tahun 2011-2014

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi (2015)

Gambar 1 menunjukkan produktivitas tanaman padi dari tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami fluktuasi. Produktivitas padi yang dihasilkan paling tinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 66.65 kwintal per hektar dan turun pada tahun 2014

(19)

menjadi 64.4 kwintal per hektar. Fluktuasi produktivitas merupakan indikasi adanya risiko produksi. Fluktuasi produktivitas tersebut dapat disebabkan adanya serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca yang tidak menentu serta perlakuan petani dalam penggunaan faktor produksi. Pengaruh cuaca dan iklim merupakan suatu ketidakpastian yang menjadi salah satu penyebab terjadinya suatu risiko. Untuk itu perlu dilakukan analisis risiko produksi padi untuk memberikan informasi bagi petani dalam menangani setiap risiko produksi serta membantu petani dalam mengurangi kerugian akibat risiko tersebut. Hal ini karena kegiatan produksi memengaruhi kualitas dan kuantitas padi yang dihasilkan petani dan berdampak pada pendapatan yang diperoleh petani.

Kecamatan Nagrak merupakan salah satu daerah potensial untuk pengembangan tanaman padi di Kabupaten Sukabumi. Luas wilayah Kecamatan Nagrak sebesar 6 737.94 hektar, dimana dari total luas wilayah tersebut terdapat lahan sawah seluas 2 259.97 hektar. Kecamatan Nagrak mempunyai lahan sawah berpengairan baik yaitu sekitar 91.61 persen sedangkan tadah hujan sebesar 8.39 persen, artinya ketersediaan lahan yang berpengairan baik merupakan dukungan untuk kegiatan usahatani padi. Kecamatan Nagrak terdiri dari sepuluh desa dimana komoditas padi merupakan komoditas unggulan di daerah tersebut ( BP3K Kecamatan Nagrak 2014). Menurut data BP3K Kecamatan Nagrak, produktivitas padi di Kecamatan Nagrak pada tahun 2013 sebesar 6.85 ton per hektar dan turun menjadi 6.23 ton per hektar di tahun 2014.

Desa Nagrak Utara merupakan salah satu desa yang memiliki luas lahan sawah terluas yaitu sebesar 16.41 persen dari total luas lahan persawahan di Kecamatan Nagrak. Selain itu, dari sepuluh desa di Kecamatan Nagrak, hanya Desa Nagrak Utara yang keseluruhan lahan persawahannya dengan irigasi teknis. Hal ini menunjukkan bahwa budidaya tanaman padi memiliki potensi yang baik untuk diusahakan di Desa Nagrak Utara. Selain itu, Desa Nagrak Utara juga terletak pada ketinggian 560 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 20 sampai dengan 28 derajat celcius. Daerah ini cocok untuk budidaya tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian nol sampai dengan 1500 meter di atas permukaan laut dengan suhu 23 derajat celcius (Prasetyo 2002).

Berbagai aktivitas telah dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi seperti penggunaan varietas unggul, perluasan areal tanam, serta penerapan inovasi teknologi budidaya. Inovasi teknologi pada budidaya padi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pada usahatani padi. Salah satu program pemerintah yang diterapkan untuk meningkatkan produktivitas padi yaitu dengan menerapkan metode SRI (System of

Rice Intensification). Metode SRI merupakan salah satu dari Program Peningkatan

Beras Nasional (P2BN) yang dibuat pemerintah. Selain metode SRI terdapat penerapan dan pengembangan P2BN, yaitu SL-PTT (Sekolah Lapang pengelolaan Tanaman Terpadu), dan GP3K (Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi). Namun dalam pelaksanaannya metode SRI lebih intensif diterapkan oleh pemerintah dalam menunjang kegiatan P2BN tersebut.

Di Desa Nagrak Utara, telah menerapkan metode SRI dalam peningkatan jumlah produktivitas padi yang dihasilkan. Metode SRI (System of Rice

Intensification) merupakan suatu metode budidaya padi yang dilakukan untuk

(20)

bibit per lubang tanam dan menggunakan bibit padi yang masih muda berumur tujuh hingga 10 hari. Budidaya padi SRI dapat meningkatkan produktivitas padi rata-rata dari 4-5 ton per hektar menjadi 8-12 ton per hektar (Purwasasmita dan Sutaryat 2012).

Perumusan Masalah

Kecamatan Nagrak merupakan wilayah dari Kabupaten Sukabumi yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha pertanian. Menurut BP3K Kecamatan Nagrak, sebagian besar penduduk di Kecamatan Nagrak berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Jumlah kepala keluarga sebesar 22 693 orang dan jumlah keluarga tani sebesar 15 023 orang. Hal ini menunjukkan bahwa 66.2 persen dari jumlah kepala keluarga di Kecamatan Nagrak merupakan kepala keluarga tani. Komoditas yang memiliki potensi untuk diusahakan di daerah tersebut diantaranya padi, jagung manis, ubi kayu, mentimun, caisin, pisang, temulawak dan jahe merah. Diantara berbagai jenis komoditi tersebut, tanaman padi merupakan tanaman yang paling banyak diusahakan petani.

Namun dalam membudidayakan tanaman padi, tidak terlepas dari adanya risiko produksi. Risiko produksi ini dapat dilihat dari adanya kegagalan panen maupun jumlah hasil panen padi yang tidak stabil. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2, dimana produktivitas padi yang dihasilkan di Kecamatan Nagrak mengalami fluktuasi. Fluktuasi produktivitas ini mengindikasikan adanya risiko produksi yang dihadapi petani dalam usahatani padi.

Gambar 2 Produktivitas padi di Kecamatan Nagrak tahun 2011-2014 Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi 2015 (diolah)

Desa Nagrak Utara adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Nagrak yang mengusahakan padi dengan metode SRI (System of Rice

Intensification). Budidaya padi metode SRI dilakukan petani untuk meningkatkan

produktivitas padi yang dihasilkan. Mengingat tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang menghasilkan beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. Metode SRI merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani padi. Namun dalam pengusahaan padi dengan metode SRI, seringkali petani juga menghadapi risiko produksi. Pada penelitian Nugraha (2013) jumlah rata-rata produktivitas padi metode SRI yang dihasilkan petani di Desa Kebonpedes Kabupaten Sukabumi sebesar 7.35 ton per hektar, sementara

(21)

produktivitas padi SRI yang dihasilkan pada penelitian Mulyaningsih (2010) di Desa Cipeuyeum Kabupaten Cianjur sebesar 6.23 ton per hektar. Rata-rata produktivitas yang dihasilkan petani pada kedua penelitian tersebut masih jauh dari dari standar produktivitas padi dengan metode SRI yaitu sebesar delapan hingga 12 ton per hektar (Purwasasmita dan Sutaryat 2012). Hal ini menunjukkan bahwa budidaya padi dengan metode SRI juga dapat menghadapi risiko produksi dalam usahataninya.

Produksi padi yang dihasilkan dalam budidaya padi metode SRI ditentukan oleh penggunaan input produksi dan pengaruh dari kondisi lingkungan. Pada budidaya padi metode SRI jumlah penggunaan bibit yaitu satu hingga dua bibit per lubang tanam. Penggunaan input dapat menjadi sumber risiko apabila penggunaannya tidak pada jumlah yang tepat dan waktu yang tepat. Jumlah rata-rata bibit yang digunakan oleh petani padi metode SRI di Desa Kebonpedes untuk satu musim tanam yaitu 9.03 kilogram per hektar (Nugraha 2013). Sementara rata-rata penggunaan bibit oleh petani di Desa Cipeuyeum sebesar 7.34 kilogram per hektar. Berdasarkan panduan teknologi budidaya padi metode SRI, kebutuhan bibit untuk budidaya padi SRI yaitu lima hingga 10 kilogram per hektar (Kementerian Pertanian 2015). Perbedaan penggunaan input produksi yang tidak sesuai dengan dosis yang ditetapkan dapat menimbulkan terjadinya risiko produksi dan hasil produktivitas yang dihasilkan juga di bawah dari produktivitas yang diharapkan. Hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh petani. Petani berharap memperoleh hasil produktivitas yang tinggi untuk meningkatkan pendapatan yang diperoleh.

Faktor lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap produktivitas padi yang dihasilkan oleh petani. Petani yang berada di Desa Nagrak Utara melakukan kegiatan penanaman secara serempak untuk mengurangi serangan hama dan penyakit. Menurut petani responden yang ada di Desa Nagrak Utara, ketika musim kemarau tidak menjadi masalah untuk menanam padi karena sistem irigasi yang cukup bagus sehingga tanaman padi tidak akan kekurangan air. Ketika curah hujan tinggi, saat petani melakukan penanaman padi metode SRI maka rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman padi dengan metode SRI di Desa Nagrak Utara adalah keong mas. Hama ini biasanya menyerang tanaman padi pada pagi dan sore hari saat fase pertumbuhan awal. Serangan dilakukan dengan memakan batang padi muda yang mengakibatkan tanaman rusak dan pertumbuhan terhambat.

Penyakit yang rawan menyerang tanaman padi dengan metode SRI yaitu penyakit bercak daun yang berwarna coklat, penyakit blas, dan penyakit kresek yang dikenal sebagai hawar daun maupun penyakit tungro. Penyakit blas adalah penyakit yang paling banyak menyerang tanaman padi di Desa Nagrak Utara. Penyakit blas ini memiliki dampak yang besar terhadap produksi karena mampu menyebabkan menurunnya jumlah produksi padi hingga 70 persen. Penyakit blas ini mampu berkembang dengan cepat pada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam yang rapat dan pemberian pupuk urea yang berlebihan. Seperti dinyatakan oleh Robison and Barry (1987), input pupuk juga dapat menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi, apabila penggunaan pupuk terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Faktor-faktor produksi atau input yang biasanya digunakan dalam budidaya padi metode SRI antara lain bibit, pupuk kandang, pupuk petroganik, pupuk urea,

(22)

pupuk phonska, pestisida cair dan tenaga kerja. Diantara faktor-faktor produksi ini, diduga ada faktor produksi yang dapat menimbulkan risiko produksi tetapi ada juga faktor produksi yang dapat dapat menjadi pengurang risiko produksi. Sumber risiko produksi pada tanaman padi perlu diketahui sebagai bahan pertimbangan bagi petani karena berpengaruh terhadap pendapatan petani. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas padi SRI yang dihasilkan oleh petani padi metode SRI di Desa Nagrak Utara?

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap risiko produksi yang dihadapi oleh petani padi metode SRI di Desa Nagrak Utara?

3. Bagaimana pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan usahatani padi metode SRI di Desa Nagrak Utara?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang memengaruhi produktivitas padi SRI yang dihasilkan oleh petani padi metode SRI di Desa Nagrak Utara. 2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap risiko produksi yang

dihadapi oleh petani padi metode SRI di Desa Nagrak Utara.

3. Menganalisis pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan usahatani padi metode SRI di Desa Nagrak Utara.

Manfaat Penelitian Manfaat dilaksanakan penelitian ini antara lain:

1. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas dan risiko produksi sehingga dapat menjadi bahan rujukan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan serta dapat mengurangi kerugian yang diperoleh.

2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu, pengetahuan, dan informasi tentang risiko produksi.

3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan sebuah bentuk praktik langsung dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diterima selama menjalankan kuliah serta menambah wawasan baru mengenai faktor-faktor yang memengaruhi risiko produksi khususnya pada budidaya padi SRI.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada usahatani padi dengan metode SRI di Desa Nagrak Utara. Pada penelitian ini akan menggunakan 35 responden yaitu petani yang pernah menanam padi dengan metode SRI. Penentuan variabel atau faktor-faktor produksi yang akan dianalisis dalam penelitian ini berdasarkan studi literatur yang telah tersedia dan disesuaikan dengan input-input yang digunakan petani untuk memproduksi padi dengan metode SRI di Kecamatan Nagrak. Faktor-faktor produksi yang diduga memengaruhi risiko produksi padi metode

(23)

SRI dalam penelitian ini adalah bibit, pupuk kandang, pupuk petroganik, pupuk urea, pupuk phonska, pestisida cair, dan tenaga kerja. Penggunaan faktor-faktor produksi tersebut akan dilihat pengaruhnya terhadap risiko produksi sehingga penelitian ini tidak untuk menghitung optimalisasi penggunaan input-input produksi. Selain itu, faktor produksi lain seperti musim, tidak digunakan sebagai variabel karena penelitian ini hanya menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi dan tidak menganalisis faktor lingkungan eksternal.

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Komoditas Padi Metode SRI

Tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Metode SRI ( System of Rice Intensification ) adalah cara budidaya padi yang

pada awalnya diteliti dan dikembangkan di Pulau Madagaskar dimana kondisi dan keadaannya tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Hal ini karena kondisi lahan pertanian yang terus menurun kesuburannya, kelangkaan dan harga pupuk kimia yang terus meningkat serta suplai air yang terus berkurang dari waktu ke waktu (Rahayu 2011). SRI diperkenalkan tahun 1997 di Bogor oleh Prof. Norman Uphoff dari Universitas Cornel Amerika Serikat. Sejak saat itu, metode SRI banyak diterapkan di berbagai tempat di Jawa Barat seperti Sukabumi, Garut, Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, dan Cianjur.

Menurut Tiku (2008), budidaya tanaman padi dilakukan dengan jarak tanam yang tidak beraturan dan ditanam berdasarkan feeling atau naluri penanam. Jumlah bibit per lubang dua sampai tiga batang namun jika lebih atau kurang dari itu, penanam biasanya tidak terlalu memperdulikannya. Sementara menurut Mulyaningsih (2010), kegiatan teknis budidaya padi SRI lebih intensif dibanding dengan kegiatan budidaya padi konvensial. Kegiatan yang dilakukan oleh petani padi SRI meliputi seleksi bibit, pembuatan kompos dan pengaturan air secara berselang. Penentuan jarak tanam metode SRI tidak berdasarkan naluri petani melainkan menggunakan jarak tanam minimal 27 x 27 cm atau 30 x 30 cm dan 35 x 35 cm. Penggunaan bibit juga menggunakan bibit yang berumur tujuh sampai sepuluh hari setelah disemaikan.

Benih yang dibutuhkan dengan sistem SRI ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan konvensional, benih yang diperlukan dengan SRI sebanyak 5-7 kg/ha sedangkan konvensional memerlukan benih sebanyak 30-40 kg/ha (Mulyaningsih 2010). Pemilihan benih dilakukan dengan memasukkan benih padi ke dalam larutan garam kemudian memilih benih yang tenggelam untuk digunakan ke persemaian. Pada sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan ini dilakukan hanya untuk mempermudah pemeliharaan (Nugraha 2013).

Menurut Mulyaningsih (2010), berdasarkan analisis penggunaan input dan biaya usahatani, penggunaan input pada usahatani SRI yang paling besar yaitu

(24)

pada penggunaan tenaga kerja dan pengadaan kompos. Sedangkan pada usahatani padi konvensional input paling besar dicurahkan untuk tenaga kerja, pengadaan pestisida, dan pupuk.

Analisis Risiko Produksi dan Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap Risiko Produksi Komoditas Pertanian

Risiko produksi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses produksi karena pada dasarnya kegiatan produksi mengandung berbagai risiko dalam pengusahaannya. Menurut Asche dan Tveteras (1999), risiko produksi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses produksi di sebagian besar industri primer. Dalam melakukan produksi, sumber-sumber risiko yang biasanya dihadapi yaitu kondisi iklim dan cuaca yang tidak dapat diprediksi, serangan hama dan penyakit yang sulit untuk dikendalikan, dan kesalahan dari manusia (human

error). Selain itu faktor internal seperti tingkat penggunaan input juga menjadi

salah satu sumber risiko produksi.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mencari sumber risiko, tingkat risiko, dan pengaruh atau dampak dari risiko produksi terhadap jalannya suatu usaha. Sumber risiko, tingkat risiko, dan pengaruh atau dampak dari risiko produksi akan berbeda tergantung dari komoditas yang diusahakannya. Beberapa penelitian yang dilakukan untuk komoditas sayuran menunjukkan adanya fluktuasi pada produksi atau produktivitas mengindikasikan adanya risiko produksi, diantaranya Tarigan (2009) dan Sembiring (2010). Dalam menganalisis risiko produksi, ketiga penelitian tersebut menggunakan perhitungan variance,

standard deviation, dan coefficient varian.

Menurut Tarigan (2009) dari berbagai jenis sayuran, komoditas yang memiliki tingkat risiko tertinggi adalah bayam hijau dibanding sayuran lainnya, yaitu brokoli, tomat, dan cabai keriting. Sembiring (2010) menunjukkan bahwa komoditas brokoli memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dan tingkat risiko yang paling rendah adalah komoditas caisin. Tingkat risiko yang tinggi pada komoditas sayuran tersebut diakibatkan karena komoditas tersebut lebih rentan terhadap penyakit terutama kondisi cuaca yang tidak menentu.

Dalam pengusahaan komoditas yang sama, yaitu brokoli menunjukkan tingkat risiko produksi yang dihasilkan berbeda pada masing-masing perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan penggunaan lahan penanaman yang menggunakan green

house pada penelitian Sembiring (2010). Penggunaan green house dapat

mengurangi risiko produksi khususnya untuk jenis sayuran daun-daunan seperti caisin. Sementara untuk penelitian yang dilakukan Tarigan (2009), penanaman sayuran dilakukan di lahan terbuka sehingga bayam hijau yang merupakan sayuran daun-daunan lebih rentan terhadap adanya penyakit akibat cuaca seperti hujan.

Salah satu konsep risiko yang digunakan dalam penelitian risiko produksi adalah konsep risiko yang dirumuskan oleh Just dan Pope dengan metode yang lebih dikenal dengan model risiko produksi Just dan Pope (Ligeon et al. 2008). Dengan menggunakan fungsi risiko produksi Just dan Pope, dapat dilihat faktor produksi mana saja yang dapat bertindak sebagai pengurang risiko produksi (Risk

Reducing Factor) atau sebagai penyebab meningkatnya risiko produksi (Risk Inducing Factor). Beberapa penelitian yang menggunakan model ini diantaranya

(25)

dilakukan oleh (Fariyanti et al. 2007; Ligeon et al. 2008; Aldila 2013; Assafa 2014).

Ligeon et al. (2008) menggunakan model fungsi produksi kuadratik untuk mengestimasi fungsi produksi dan fungsi risiko pada komoditas kacang tanah sedangkan Fariyanti et al. (2007) menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas untuk analisis risiko produksi kentang dan kubis. Pendekatan dengan menggunakan model fungsi Cobb-Douglas ini juga digunakan oleh Aldila (2013)

untuk analisis risiko produksi jagung manis, dan Assafa (2014) untuk menganalisis risiko produksi talas.

Penelitian Fariyanti et al. (2007), Ligeon et al. (2008), Aldila (2013), Assafa (2014) menunjukkan bahwa interaksi input terhadap risiko produksi bisa berbeda. Menurut Fariyanti et al. (2007), Aldila (2013), dan Assafa (2014) peningkatan jumlah penggunaan benih dapat menurunkan risiko produksi. Akan tetapi menurut Ligeon et al. (2008), peningkatan penggunaan input benih dapat meningkatkan risiko produksi yang dilihat dari peningkatan variance produksi ketika jumlah penggunaan input ditingkatkan. Selain penggunaan input benih dapat meningkatkan dan menurunkan risiko produksi, penggunaan lahan juga memiliki dampak yang berbeda terhadap risiko produksi. Penelitian Fariyanti et al. (2007) menunjukkan hasil yang berbeda pada komoditas kentang dan kubis. Pada petani yang melakukan usahatani kentang, lahan bertindak sebagai faktor pengurang risiko sedangkan pada usahatani kubis sebagai faktor peningkat risiko.

Sama halnya pada penggunaan input pupuk kimia dan tenaga kerja. Penelitian Aldila (2013) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk phonska dan furadan dapat meningkatkan risiko produksi sementara penggunaan pupuk TSP dapat menurunkan risiko produksi. Penelitian Assafa (2014) juga menunjukkan penggunaan pupuk kimia menjadi faktor pengurang risiko sementara penggunaan pupuk organik menjadi faktor peningkat risiko karena pupuk organik tidak dapat dirasakan manfaatnya bagi tanaman talas dalam waktu dekat. Tenaga kerja untuk penelitian Aldila (2013) sebagai faktor pengurang risiko, berbeda pada penelitian Assafa (2014) yang menunjukkan tenaga kerja sebagai faktor peningkat risiko. Sedangkan pada penelitian Fariyanti et al. (2007) menunjukkan bahwa, tenaga kerja sebagai faktor peningkat risiko pada usahatani kentang dan sebagai faktor pengurang risiko pada usahatani kubis.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada objek penelitian yang digunakan, lokasi penelitian, dan beberapa faktor produksi yang digunakan. Pada penelitian ini akan diidentifikasi bagaimana pengaruh alokasi

input produksi terhadap produksi rata-rata dan risiko produksi padi SRI.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahayu (2011) tentang risiko produksi padi non organik menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang memengaruhi risiko padi non organik antara lain bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Pada penelitian ini penentuan faktor-faktor produksi di dasarkan pada input-input yang memang digunakan petani, dimana faktor-faktor produksi yang di duga memengaruhi risiko produksi padi SRI adalah bibit, pupuk kandang, larutan MOL, pestisida nabati, dan tenaga kerja. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu perhitungan analisis dilakukan berdasarkan fungsi model risiko Just dan Pope yaitu gabungan antara mean dan variance yang dihasilkan. Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi padi SRI dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi

(26)

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode SRI

Kegiatan usahatani sebagai salah satu kegiatan untuk memperoleh produksi di lahan pertanian, akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani. Pendapatan usahatani merupakan salah satu ukuran keberhasilan dalam melakukan kegiatan usahatani. Kegiatan usahatani diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Tingkat pendapatan yang diperoleh petani berbeda-beda, tergantung pada penggunaan input produksi, harga input, maupun harga output.

Beberapa penelitian terdahulu ada yang menganalisis tentang pendapatan usahatani padi dengan metode SRI dan dibandingkan dengan pendapatan usahatani padi secara konvensional. Menurut Astuti (2007), penggunaan faktor produksi yang tepat akan memengaruhi pendapatan yang diperoleh. Hasil analisis pendapatan usahatani yang dilakukannya menunjukkan bahwa pendapatan bersih usahatani padi SRI sebesar 3 757 800.08 rupiah. Namun, apabila penggunaan input produksi tepat maka dalam kondisi optimal akan diperoleh penerimaan sebesar 23 115 817.70 rupiah dengan biaya total sebesar 6 065 154.19 rupiah.

Jumlah penggunaan input pada usahatani padi organik metode SRI berbeda dengan usahatani padi konvensinal (Rachmiyanti 2009). Hal ini mengakibatkan pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik metode SRI lebih besar dibanding dengan pendapatan petani padi konvensional. Pendapatan atas biaya tunai petani padi organik metode SRI sebesar 8 528 778 rupiah per hektar, sementara pendapatan atas biaya tunai padi konvensional sebesar 7 245 966 rupiah per hektar.

Perhitungan efisiensi pendapatan usahatani dilakukan dengan menghitung nilai R/C ratio. Nilai R/C ratio merupakan perbandingan antara nilai pendapatan yang diperoleh petani dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat dilihat berapa pendapatan yang bisa diterima petani dari setiap biaya yang dikeluarkan. Beberapa penelitian menghitung nilai R/C ratio atas biaya tunai yang diperoleh petani (Rachmiyanti 2009), dan juga nilai R/C ratio atas biaya total usahatani (Astusi 2007; Ubaydillah 2008; Rachmiyanti 2009). Nilai R/C ratio atas biaya total dari usahatani padi SRI di Desa Ponggang Subang sebesar 1.61 (Ubaydillah 2008). Sementara nilai R/C ratio atas biaya total usahatani padi metode SRI di Desa Margahayu sebesar 1.43, sehingga disimpulkan bahwa usahatani padi SRI efisien dari sisi pendapatan (Astuti 2007). Menurut Astusi (2007), kondisi optimal padi metode SRI dapat memperoleh nilai R/C ratio yang lebih besar yaitu 3.81 dibanding dengan kondisi aktualnya. Pendapatan atas biaya tunai usahatani padi organik metode SRI lebih besar dibanding konvensional di Desa Bobojong Cianjur. Namun nilai R/C ratio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik metode SRI yaitu sebesar 1.98 lebih rendah dibanding petani padi konvensional sebesar 2.46. Begitu juga dengan nilai R/C ratio atas biaya total petani padi organik metode SRI sebesar 1.54, lebih rendah dibanding petani konvensional sebesar 2.16 (Rachmiyanti 2009).

Pada penelitian ini akan dihitung pengaruh risiko terhadap pendapatan usahatani. Pengaruh risiko terhadap pendapatan usahatani dihitung dengan menggunakan expected return dengan nilai probability diasumsikan sama. Dengan demikian nilai expected return dapat diperoleh dari perhitungan pendapatan rata-rata usahatani petani. Pendapatan rata-rata petani diperoleh dari selisih penerimaan rata-rata dengan pengeluaran rata-rata usahatani petani.

(27)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Produksi dan Fungsi Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang menggunakan sumber daya tertentu sebagai input, kemudian diolah untuk menghasilkan produk tertentu sebagai output. Faktor produksi adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk menghasilkan produksi yang meliputi bahan baku, bahan penolong, teknologi dan peralatan produksi, maupun tenaga kerja (manusia) sehingga faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya output yang diperoleh. Hubungan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan disebut sebagai fungsi produksi. Fungsi produksi menyatakan keluaran maksimum yang dapat diproduksi dengan sejumlah masukan tertentu atau jumlah minimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran tertentu. Soekartawi et al (2011) menyatakan bahwa fungsi produksi yang sering digunakan ialah sebagai berikut:

Y = f (X1,X2,X3,…,Xm)

Dimana :

Y = Output yang dihasilkan x = Input yang digunakan

Penggunaan fungsi produksi ini akan membantu para pengambil keputusan produksi, untuk mengetahui bagaimana mengolah faktor-faktor produksi secara optimal, sehingga menghasilkan produksi yang juga optimal. Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil yang semakin menurun (law of diminishing return). Tiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut. Kemudian suatu ketika sejumlah unit tambahan masukan akan menghasilkan produksi yang terus berkurang.

Pada Gambar 3 dijelaskan mengenai hubungan fungsi produksi antara satu

output dengan satu input. Dalam mengetahui bagaimana kombinasi penggunaan

input yang optimal untuk menghasilkan output tertentu perlu informasi tentang

Total Product (TP), Marginal Product (MP), dan Average Product ( AP). Produk

total (TP) merupakan jumlah output yang dihasilkan dimana besarnya output tergantung dari penggunaan input yang bersinergi satu sama lain dalam menghasilkan produksi. Produk Marginal (MP) merupakan perubahan dalam keluaran untuk setiap perubahan satu unit dalam faktor tersebut, dengan mempertahankan masukan-masukan lainnya tetap konstan. Produk rata-rata adalah rata-rata produksi atau output yang dihasilkan dengan penggunaan input tertentu sesuai dengan fungsi produksi.

Fungsi produksi tersebut dibagi menjadi tiga daerah dimana daerah I yang berada di sebelah kiri titik AP maksimum merupakan daerah tidak rasional karena belum mencapai keuntungan maksimum sehingga seharusnya input masih bisa terus ditingkatkan, dengan nilai Ep > 1. Daerah II yang berada di antara AP maksimum dan MP = 0 merupakan daerah rasional karena pada tingkat tertentu

(28)

penggunaan faktor produksi pada daerah ini akan memberikan keuntungan maksimum, dengan nilai Ep antara 0 dan 1 (0 < Ep < 1). Daerah III berada di sebelah kanan MP = 0 termasuk daerah tidak rasional karena setiap penambahan faktor produksi akan menurunkan output yang dihasilkan (Suratiyah 2011).

Gambar 3 Hubungan antara faktor produksi X dengan jumlah produksi Y Sumber: Suratiyah (2011)

Di antara fungsi produksi yang umum dibahas dan dipakai oleh para peneliti adalah fungsi produksi Douglas (Soekartawi 2002). Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut sebagai variabel dependen yaitu yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen yaitu yang menjelaskan (X). Menurut Soekartawi (2002), ada beberapa alasan menggunakan fungsi Cobb-Douglas, yaitu penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain karna fungsi ini dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear. Namun, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi Cobb-Douglas ini, diantaranya : tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol karena logaritma dari bilangan nol adalah suatu

(29)

bilangan yang besarnya tidak diketahui, tidak ada perbedaan teknologi, perbedaan lokasi pada fungsi produksi seperti iklim, sudah tercakup pada faktor kesalahan (disturbance term). Secara matematik, fungsi dari Cobb-Douglas dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

Y = aX1b1 X2b2…Xibi...Xnbneu

Dimana :

Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan a = Konstanta

bi = Koefisien dugaan

u = kesalahan ( disturbance term) e = logaritma natural, e = 2,718

Selain itu, alasan lain menggunakan fungsi Cobb-Douglas adalah hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus akan menunjukkan besaran elastisitas, dimana besaran elastisitas ini dapat menunjukkan tingkat besaran return to scale. Return to scale digunakan untuk mengetahui apakah skala hasil mengikuti kaidah increasing,

constant atau decreasing returns to scale. Decreasing returns to scale yaitu

kondisi dimana proporsi penambahan masukan produksi melebihi proporsi penambahan produksi. Constant returns to scale yaitu penambahan masukan produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

Increasing returns to scale kondisi dimana proporsi penambahan masukan

produksi akan menghasilkan proporsi penambahan produksi yang lebih besar. Dalam hal ini berlaku asumsi bahwa penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah keadaan hukum kenaikan yang semakin berkurang atau law of

diminishing returns untuk setiap penggunaan input, sehingga informasi informasi

yang diperoleh dapat digunakan untuk melakukan upaya agar setiap penambahan masukan produksi dapat menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar. Teori Risiko

Menurut Robison and Barry (1987), risiko merupakan suatu kejadian yang merugikan yang dihadapi oleh pengambil keputusan dan peluang kejadian dapat diukur. Konsep mengenai risiko sering muncul bersama dengan konsep ketidakpastian. Secara umum risiko dan ketidakpastian merupakan satu kesatuan dalam penggunaannya sehari-hari namun keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan mendasar dari kedua konsep ini adalah ketidakpastian tidak dapat diukur seperti risiko.

Harwood et al (1999) menjelaskan mengenai sumber-sumber risiko dalam pertanian. Terdapat lima jenis sumber risiko yang dijelaskan, yaitu:

1. Risiko hasil atau produksi pertanian, terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang tidak dapat dikendalikan yang sering berhubungan dengan cuaca, termasuk curah hujan yang terlalu sedikit atau bahkan berlebihan, suhu ekstrim, serta serangan hama maupun penyakit.

2. Risiko harga atau pasar, mencerminkan risiko yang terkait dengan perubahan dalam harga output maupun input yang mungkin terjadi setelah petani memutuskan untuk melakukan proses usahatani. Risiko pasar sangat

(30)

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Kondisi permintaan atau penawaran tersebut akan memengaruhi harga jual yang juga akan memengaruhi tingkat pendapatan yang akan diperoleh petani.

3. Risiko kelembagaan, terjadi karena adanya perubahan kebijakan dan peraturan yang memengaruhi bidang pertanian. Jenis risiko umumnya dinyatakan sebagai kendala produksi yang tidak terduga atau adanya perubahan harga input dan

output. Misalnya, perubahan dalam peraturan pemerintah tentang penggunaan

pestisida untuk tanaman atau obat-obatan untuk peternakan yang dapat memengaruhi biaya produksi.

4. Risiko personal, petani juga merupakan salah satu penyebab terjadinya risiko atau dapat disebut juga risiko yang diakibatkan oleh manusia. Kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti kematian, kecelakaan, kesehatan dapat memengaruhi perusahaan. Kejadian tersebut dapat berpengaruh pada sistem kinerja pada perusahaan, seperti menurunnya produktivitas. Selain itu, adanya kelalaian manusia seperti kebakaran, kehilangan atau kerusakan, serta pencurian juga merupakan penyebab risiko yang dapat merugikan perusahaan. 5. Risiko keuangan, risiko ini dapat terjadi karena adanya peminjaman modal

yang dilakukan oleh petani. Adanya pinjaman tersebut membuat petani harus menyisihkan pendapatannya untuk membayar hutang. Risiko ini terjadi ketika petani tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana perubahan suku bunga di masa yang akan datang, atau ketidaktahuan tentang sistem peminjaman yang ditawarkan, sehingga menjadi salah satu kendala dalam proses pembayaran.

Salah satu risiko yang sering dihadapi petani adalah risiko produksi. Terjadinya risiko produksi dapat diidentifikasi dengan adanya fluktuasi pada produktivitas hasil. Hasil produksi yang berfluktuasi ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dalam menentukan risiko produksi dapat digunakan dengan berbagai pendekatan salah satunya dengan pendekatan fungsi produksi Just dan Pope (Robison and Barry 1987).

Metode fungsi produksi Just dan Pope ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi pada produktivitas output. Dalam model risiko, beberapa input dapat menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi (risk reducing factors) dan faktor yang menimbulkan risiko produksi (risk inducing factors). Menurut Robison and Barry (1987) beberapa contoh yang termasuk dalam faktor produksi pengurang risiko adalah sistem irigasi, pestisida, biaya yang dikeluarkan untuk jasa informasi pasar, penggunaan konsultan profesional dan pemakaian peralatan atau mesin baru. Misalnya penggunaan pestisida dilakukan pada saat ada serangan hama dan penyakit pada tanaman, maka penggunaan pestisida tidak dilakukan. Sedangkan penggunaan benih dan pupuk menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi (risk inducing factors). Dalam kegiatan produksi, pupuk sangat diperlukan sehingga jika penggunaan pupuk terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan produksi yang tidak stabil.

Fungsi produksi model Just dan Pope terdiri dari fungsi produksi rata-rata (mean production function) dan fungsi produksi variance (variance production

function). Fungsi produksi rata-rata ditunjukkan oleh f(x) dan fungsi variance

ditunjukkan oleh h(x) ε. Secara matematis, persamaan model risiko produksi fungsi produksi just and pope dapat ditulis sebagai berikut (Robison and Barry, 1987) :

(31)

Y = f( x, β) + h( x, θ) ε

Dimana :

Y = Produktivitas

F = Fungsi produksi rata-rata. h = Fungsi produksi variance.

x = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi (input) β,θ = Besaran yang akan diduga

ε = error

Menurut Ellis (1993), risiko merupakan situasi dimana probabilitas atau frekuensi yang diharapkan terjadi dari sejumlah kejadian telah diketahui. Jumlah seluruh kemungkinan sama dengan satu. Dengan demikian risiko dibatasi kemungkinan-kemungkinan yang digabungkan dengan kejadian dari satu peristiwa yang memengaruhi suatu proses pengambilan keputusan. Sedangkan ketidakpastian tidak berkaitan secara langsung dengan peluang atau probabilitas. Dikatakan ketidakpastian apabila pelaku usaha tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun distribusi probabilitas akan timbulnya suatu kejadian. Keputusan pelaku usaha seringkali dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya untuk menghasilkan output yang diharapkan. Pada kegiatan produksi usahatani, risiko merupakan peluang terjadinya suatu peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau di bawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Implikasi risiko terhadap variasi pendapatan dapat dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan tiga respon yang berbeda dalam output dari penggunaan input.

Pada Gambar 4 nilai Total Value Product (TVP) menggambarkan penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi. Kondisi TVP yang ditunjukkan berbeda-beda pada tiga kondisi, yaitu TVP pada penggunaan sejumlah input saat kondisi baik (TVP1), pada kondisi yang diharapkan (E(TVP)), dan pada kondisi

buruk (TVP2). Kurva Total Cost (TC) bertujuan untuk memperlihatkan biaya

pembelian input yang meningkat. Variasi pendapatan dipengaruhi oleh keputusan pengalokasian salah satu sumberdaya yang digunakan untuk produksi. Kurva dalam fungsi produksi tersebut mencerminkan dampak dari kondisi yang baik dan buruk terhadap respon output untuk berbagai tingkat penggunaan input. Terdapat tiga alternatif penggunan input yang ditunjukkan oleh X1, X2, XE yang terkait

dengan risiko, yaitu :

1. Input yang digunakan sebanyak X1. Pada saat kondisi TVP1 terjadi yaitu dalam

kondisi yang baik bagi petani, maka keuntungan terbesar yang diperoleh sebesar ab. Di sisi lain, jika TVP2 terjadi maka kerugian sebesar bj akan

dialami petani.

2. Input yang digunakan sebanyak X2. Jika kondisi TVP1 terjadi maka keuntungan

sebesar ce akan diperoleh dan jika TVP2 terjadi maka petani tidak akan

mengalami kerugian dan tetap mendapatkan keuntungan yang kecil sebesar de. Hal ini disebabkan pada kondisi tersebut petani masih mampu membayar biaya pembelian input tersebut (TVP > TC).

3. Input yang digunakan sebanyak XE. Nilai E(TVP) yang diperoleh merupakan

hasil rata-rata pendapatan pada kondisi baik dan buruk. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP1 terjadi maka keuntungan sebesar fh akan diperoleh, tetapi

(32)

Total Value Product Y (Rp)

terjadi maka kerugian sebesar hi akan dialami petani dan bukan merupakan kemungkinan kerugian terbesar.

Gambar 4 Hubungan Keputusan Penggunaan Input dan Variasi Pendapatan

Sumber : Ellis (1993)

Pengaruh Risiko Terhadap Pendapatan Usahatani

Penerimaan usahatani diperoleh dari perkalian antara harga output (Py) dengan jumlah yang diproduksi (Y). Secara matematis, total penerimaan atau total pendapatan (total revenue) dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi 2002) :

Dimana :

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang dihasilkan dalam usahatani Py = Harga Y

n = Jumlah tanaman yang diusahakan i = 1,2,3,…,n X1 XE X2 TVP2 TC E(TVP) TVP1 j b i h e d g a f c Input X Keterangan :

TVP1 = Total value product in ’good’ years TVP2 = Total value product in ’bad’ years E(TVP) = Expected total value product

(33)

Penerimaan usahatani terdiri dari penerimaan tunai dan diperhitungkan. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Sedangkan penerimaan diperhitungkan ialah produk hasil usahatani yang tidak dijual secara tunai, melainkan digunakan untuk konsumsi sendiri, hasil produksi yang disimpan, atau hasil produksi yang digunakan untuk input penanaman periode selanjutnya. Total penerimaan usahatani padi SRI dapat dihitung dengan menjumlahkan kedua komponen penerimaan tersebut.

Kegiatan produksi tidak terlepas dari penggunaan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output dari kegiatan produksi tersebut. Biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahtani terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Pappas dan Hirschey (1995), biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya berapapun hasil produksi yang diperoleh dan tetap harus dibayar walaupun tidak berproduksi. Sedangkan biaya yang besar atau kecil nilainya dipengaruhi oleh produksi yang dilakukan disebut biaya variabel. Biaya untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu disebut dengan biaya total (TC atau total

cost). Biaya total merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap total (TFC atau total fixed cost) dan biaya variabel total (TVC atau total variable cost). Secara

matematis biaya total (TC) dapat dirumuskan sebagai berikut : TC = TFC + TVC

dimana :

TC = Total Biaya TFC = Total Biaya Tetap TVC = Total Biaya Variabel

Gambar 5 Hubungan antara output dan biaya

Sumber : Soekartawi (2002) Biaya (RP) TC TVC TFC Ouput

(34)

Hubungan antara besarnya jumlah produksi yang dihasilkan dengan biaya yang dikeluarkan disebut dengan fungsi biaya. Berikut ini ditunjukkan grafik fungsi biaya pada Gambar 5. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani (Soekartawi et al. 2011). Secara matematis, pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut :

Pd = TR-TC Dimana:

Pd : pendapatan usahatani TR : total penerimaan TC : total biaya

Kerangka Pemikiran Operasional

Beras sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia mengindikasikan bahwa usahatani padi mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Dalam peningkatan jumlah produktivitas padi maka dilakukan suatu metode yang dinamakan metode SRI yang mampu membantu petani padi menghasilkan anakan padi yang lebih banyak. Adanya variasi produktivitas padi SRI dan kesenjangan produktivitas padi yang dihasilkan dengan produktivitas yang seharusnya pada budidaya padi metode SRI, mengindikasikan bahwa petani menghadapi risiko produksi. Variasi produktivitas dan kesenjangan produktivitas ini dipengaruhi oleh penggunaan input-input yang tidak tepat dan kondisi dari lingkungan. Kondisi lingkungan seperti adanya serangan hama dan penyakit dapat menurunkan hasil produksi petani. Selain itu, penggunaan input dapat mengurangi dan meningkatkan risiko produksi sehingga pengaruh penggunaan input menentukan ouput yang dihasilkan.

Penggunaan input yang sesuai dengan dosis yang ditetapkan dapat meningkatkan produktivitas output yang dihasilkan. Hal ini akan berdampak pada pendapatan yang diterima oleh petani. Peningkatan pendapatan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan demikian, petani perlu mengetahui sumber-sumber yang menyebabkan adanya risiko produksi. Kebanyakan petani responden masih kurang peduli terhadap acuan penggunaan input-input produksi. Petani masih melakukan kegiatan budidaya berdasarkan pengetahuan turun-temurun dari orangtua serta penggunaan input biasanya disesuaikan petani dengan modal yang mereka miliki.

Variasi produktivitas padi metode SRI yang dihasilkan petani di Desa Nagrak Utara akan menyebabkan pendapatan petani di desa tersebut juga bervariasi. Adanya risiko produksi yang dihadapi petani ini dapat memengaruhi penerimaan petani dalam usahatani padi metode SRI. Dalam hal ini langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui adanya indikasi risiko produksi yang dihadapi petani dengan melihat adanya variasi produktivitas padi yang dihasilkan petani dan kesenjangan produktivitas padi yang dihasilkan dengan produktivitas yang seharusnya. Variasi dan kesenjangan produktivitas ini mengindikasikan terdapat risiko produksi dalam menguasahakan padi metode SRI.

(35)

Gambar 6 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Padi SRI di Desa Nagrak Utara

Selanjutnya dianalisis faktor apa saja penyebab terjadinya risiko produksi, baik faktor eksternal seperti kondisi lingkungan oleh serangan hama dan penyakit maupun faktor internal penggunaan input atau faktor produksi. Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan model risiko produksi Just and Pope dengan pendekatan fungsi produksi rata-rata dan fungsi variance error. Dengan analisis risiko tersebut akan diketahui faktor produksi mana yang menimbulkan risiko dan pengurang risiko. Dalam melihat pengaruh risiko terhadap pendapatan usahatani,

- Adanya kesenjangan produktivitas antara produktivitas yang seharusnya pada usahatani padi metode SRI dengan produktivitas yang dihasilkan petani

- Adanya variasi produktivitas padi metode System of Rice Intensification (SRI) oleh petani di Desa Nagrak Utara

Penggunaan faktor-faktor produksi 1. Bibit 2. Pupuk kandang 3. Pupuk petorganik 4. Urea 5. Phonska 6. Pestisida cair 7. Tenaga Kerja Sumber risiko eksternal 1. Musim 2. Hama dan Penyakit

Risiko Produksi Padi metode SRI di Desa Nagrak Utara

Penerimaan Usahatani Padi SRI

PendapatanUsahatani Padi metode SRI

Pengeluaran Usahatani Padi SRI Harga input Harga output Keterangan :

: Batasan ruang lingkup penelitian

Probability

(36)

maka menggunakan perhitungan expected return dengan asumsi bahwa nilai probabilitas diasumsikan sama karena data yang digunakan adalah data cross

section. Dengan demikian hasil dari expected return merupakan rata-rata

pendapatan petani responden.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah mengenai analisis risiko produksi padi dengan metode SRI di Desa Nagrak Utara Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena Desa Nagrak Utara merupakan salah satu desa yang memproduksi padi dengan metode SRI di Kecamatan Nagrak. Selain itu, Desa Nagrak Utara memiliki luas lahan persawahan terbesar dibanding dengan desa lainnya di Kecamatan Nagrak, ditambah desa ini secara keseluruhan persawahannya dengan irigasi teknis sehingq1q1222ga mendukung untuk membudidayakan tanaman padi. Menurut BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) Kecamatan Nagrak, padi menjadi komoditas utama di Desa Nagrak Utara. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari sampai April 2016. Pertimbangan lain pemilihan lokasi tersebut karena petani di Desa Nagrak Utara menghadapi kondisi dimana produktivitas padi bervariasi diantara petani. Variasi produktivitas ini mengindikasikan adanya risiko produksi yang dihadapi petani padi metode SRI di Desa Nagrak Utara.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian. Sumber atau objek penelitian pada penelitian ini di antaranya petani yang menanam padi metode SRI, penyuluhan pertanian, dan berbagai instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian. Data primer dikumpulkan dengan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak petani yang dijadikan sebagai responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Data sekunder ialah data yang sudah ada atau diterbitkan namun bukan untuk tujuan penelitian para peneliti, biasanya harus diolah lebih lanjut untuk disesuaikan dengan kebutuhan para peneliti. Data sekunder pada penelitian ini diantaranya literatur pada instansi-instansi terkait yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Badan pelaksana penyuluhan pertanian dan kehutanan, literatur penelitian terdahulu dari perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, buku, jurnal, penelusuran melalui internet.

(37)

Metode Pengambilan Sampel

Sampel yang dipilih pada penelitian ini adalah petani-petani yang menanam padi dengan metode SRI (System of Rice Intensification) di Desa Nagrak Utara. Pada Desa Nagrak Utara, sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan paling banyak mengusahakan tanaman padi (BP3K Kecamatan Nagrak). Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

non-probability sampling, karena terbatasnya informasi atau data populasi petani yang

menanam padi dengan metode SRI. Penarikan sampel dilakukan secara purposive dimana cara penarikan sampel yaitu dengan memilih responden berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Metode purposive dilakukan dengan beberapa pertimbangan kriteria, diantaranya adalah petani-petani yang menanam padi di Desa Nagrak Utara dengan metode System of Rice Intensification (SRI) dan melakukan proses panen dari bulan Desember 2015 sampai dengan Maret 2016. Jumlah sampel yang diambil ditentukan sebanyak 35 orang untuk memenuhi aturan umum secara stastistik, yaitu lebih dari 30 orang karena sudah terdistribusi normal.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan melalui wawancara dan diskusi. Wawancara dan diskusi dilakukan kepada pihak-pihak terkait untuk memperoleh informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian, proses kegiatan teknis, sumber risiko, dan keterangan lain yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari responden pada penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui pendeskripsian mengenai gambaran umum objek yang diteliti. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis risiko produksi yaitu menganalisis faktor-faktor produksi yang memengaruhi produktivitas dan varians (risiko) produksi padi metode SRI. Pengolahan data secara kuantitatif akan menggunakan alat bantu kalkulator, Microsoft Exel 2013, dan SPSS 21.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif akan dilakukan dengan menggunakan metode diskusi dan wawancara. Analisis deskriptif pada penelitian ini akan menjelaskan mengenai karakteristik petani responden seperti umur, pengalaman berusahatani, tingkat pendidikan petani, dan hal-hal lainnya. Analisis deskriptif juga akan digunakan untuk menganalisis penggunaan input untuk produksi padi SRI, proses usahatani padi SRI, dan harga jualnya.

Gambar

Tabel 2 Produktivitas padi (kuintal/hektar) di beberapa provinsi di Indonesia  Provinsi  2012  2013  2014  2015  Pertumbuhan (%)  Bali  58.09  58.66  60.12  62.14  2.28  Jawa Barat  58.74  59.53  58.82  61.22  1.41  Jawa Timur  61.74  59.15  59.81  61.13
Gambar 2 Produktivitas padi di Kecamatan Nagrak tahun 2011-2014                Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi 2015 (diolah)
Gambar 3 Hubungan antara faktor produksi X dengan jumlah produksi Y               Sumber: Suratiyah (2011)
Gambar 4 Hubungan Keputusan Penggunaan Input dan Variasi Pendapatan  Sumber : Ellis (1993)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan keterampilan menulis paragraf aksara Jawa melalui model pembelajaran Student Team

Maka dalam penulisan skripsi ini penulis akan membahas tentang bagaimana sebuah program computer dapat mengenali atau mendeteksi sebuah pola citra digital yang berupa

Hasil ini sesuai dengan penelitian Manopo (2013) mengenai Faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal perbankan yang go publick di BEI tahun 2008-2010

Hal tersebut mengingat bahwa ketentuan Pasal 24C UUD NRI Tahun 1945 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 hanya memberikan kewenangan kepada Mahkamah Konstitusi

Untuk kegiatan mencoba atau praktik yang perlu dilakukan siswa, guru memberikan histogram lain yang ukuran frekuensi sebelum dan sesudah frekuensi kelas modusnya

Jadi keterampilan berpikir kritis yang merupakan keterampilan mensintesis dalam dimensi bangun datar dan bangun ruang antara lain: menggunakan konsep bangun yang

Penyelenggara Pelayanan Publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Propinsi Jawa Timur Dalam Penyelesaian Laporan Atas

(4) Reliabilitas butir tes penelitian ini sebesar 0.64 jadi termasuk soal derajat reliabilitas tinggi. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian yang dipaparkan