• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bagian ini membahas lokasi penelitian yang terdiri atas gambaran umum mengenai kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi infrastruktur desa, dan potensi lokal. Gambaran umum tersebut penting untuk diketahui sebagai pengantar terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Gambaran umum mengenai kondisi geografis merupakan gambaran mengenai lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan keadaan bentang alam. Kondisi demografis digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui karakteristik penduduk di lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat usia, dan mata pencaharian. Kondisi infrastruktur desa menggambarkan keadaan sarana dan prasarana masyarakat desa, dan terakhir potensi lokal untuk menggambarkan sumberdaya yang berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat setempat.

Kondisi Geografis Desa Bangunjaya

Desa Bangunjaya terletak antara 20°-22° LS adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Desa bangunjaya merupakan wilayah hasil pemekaran dari Desa Rengasjajar dengan luas kawasan 1 420 732 ha. Desa Bangunjaya terdiri atas 5 Dusun, 13 Rukun Warga (RW), dan 39 Rukun Tetangga (RT). Kelima dusun tersebut antara lain Dusun 01 terdiri atas Kampung Cibungur dan Kampung Cijujung; Dusun 02 terdiri atas Kampung Nanggung; Dusun 03 terdiri atas Kampung Sentuk dan Kampung Gosali; Dusun 04 terdiri atas Kampung Cimapag Barat; dan terakhir Dusun 05 terdiri atas Kampung Cimapag Hilir, Cimapag Tengah, dan Cimapag Girang.

Desa Bangunjaya memiliki batas-batas administratif dengan masing- masing batas Desa Ciomas di sebelah utara, Desa Banyuresmi di sebelah selatan, Desa Rengasjajar di sebelah timur, dan Desa Argapura di sebelah selatan. Desa Bangunjaya memiliki letak yang jauh dari pemerintah Kecamatan Cigudeg. Orbitasi jarak tempuh dari pemerintah Desa Bangunjaya ke Kecamatan Cigudeg adalah 15 km, ke pemerintah Kota Bogor 175 km.

Kondisi topografi Desa Bangunjaya terletak pada ketinggian antara 100- 150 mdpl. Sebagian besar wilayah Desa Bangunjaya adalah hutan dengan kemiringan 20°-35°. Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Bangunjaya digunakan secara produktif. Pemanfaatan lahan atau penggunaan tanah berdasarkan data monografi Desa Bangunjaya tahun 2012 sebagai berikut:

Tabel 3 Luas pemanfaatan lahan di Desa Bangunjaya tahun 2012

No. Pemanfaatan lahan Luas (ha)

1 Perkampungan 38

2 Hutan Negara 173

3 Sawah 239

4 Perkebunan/pertanian 936

5 Hutan rakyat 1247

Pertanahan di Desa Bangunjaya juga banyak digunakan untuk kepentingan umum, seperti jalan raya, pemukiman, masjid, tempat penguburan dan lain sebagainya.

Kondisi Demografis Desa Bangunjaya

Desa Bangunjaya memiliki keadaan demografis yang termasuk dataran tinggi dan berpegunungan. Sepanjang perjalanan menelusuri Desa banyak terdapat pohon-pohon kayu. Hutan yang lebat oleh pohon-pohon masih dapat dijumpai di Desa Bangunjaya. Disamping itu sepanjang jalan Desa Bangunjaya terdapat perkebunan sawit. Perkebunan sawit tersebut adalah milik PTPN VIII. Ada juga sebuah perusahaan tambang batu yang letaknya di Kampung Cibungur Desa Bangunjaya. Penduduk Desa Bangunjaya seluruhnya terdapat 8 731 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 4 608 jiwa dan perempuan sebanyak 4 123 jiwa. Kepala Keluarga (KK) terdiri atas 2 209 yang tersebar di 39 Rukun Tetangga (RT). Berikut jumlah penduduk Desa Bangunjaya menurut tingkat pendidikan.

Tabel 4 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Bangunjaya tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

1 Tidak tamat SD 159

2 Tamat SD dan/atau SMP 1888

3 Tamat SMA 144

4 Tamat Akademi/PT 18

(Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012)

Bantuan Operasional Sekolah yang menjadi salah satu program pemerintah dalam mencapai wajib belajar 9 tahun sudah sampai di tingkat dusun. Namun, kondisi dilapang masih saja ditemukan anak-anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Adapun jumlah penduduk yang sekolah dan yang tidak sekolah menurut tingkat umur ditunjukkan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5 Jumlah penduduk menurut tingkat usia dan status pendidikan di Desa Bangunjaya tahun 2012

No. Tingkat Usia Status pendidikan Jumlah (Orang)

1 7-12 tahun Yang bersekolah 1285

2 7-12 tahun Yang tidak bersekolah 35

3 13-15 tahun Yang bersekolah 548

4 13-15 tahun Yang tidak bersekolah 93

(Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012)

Pada umumnya, penduduk Desa Bangunjaya bergerak di sektor pertanian. Berikut data demografi ekonomi atau jenis mata pencaharian penduduk Desa Bangunjaya.

Tabel 6 Mata pencaharian penduduk Desa Bangunjaya tahun 2012

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang)

1 Petani 1252 2 Buruh tani 1521 3 Buruh swasta 826 4 Pegawai negeri 16 5 Buruh pengrajin 112 6 Pedagang 125 7 Usaha lain-lain 243

(Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012)

Berdasarkan data Tabel 6 terlihat bahwa mata pencaharian dominan pada penduduk Desa Bangunjaya adalah sebagai buruh tani. Buruh tani disini tidak sepenuhnya buruh tani. Masyarakat kebanyakan masih memiliki lahan sawah dengan ukuran yang sempit. Mata pencaharian sebagai buruh tani dilakukan untuk memenuhi penghasilan per bulan yang tidak dapat dipenuhi dengan mengandalkan hasil dari panen padi saja.

Infrastruktur Desa Bangunjaya

Sarana dan prasarana di Desa Bangunjaya belum begitu memadai dan belum tersebar merata. Berdasarkan data monografi Desa Bangunjaya, sarana pendidikan untuk SD ada 4 buah, sedangkan sampai saat ini belum ada bangunan sekolah untuk tingkat SMP dan SMA di seluruh dusun yang ada di Desa Bangunjaya. Kurangnya fasilitas pendidikan ini membuat anak-anak di Desa Bangunjaya mengalami kesulitan dalam menuntut ilmu. Apabila anak-anak tersebut ingin meneruskan pendidikannya setelah lulus Sekolah Dasar (SD), mereka harus ke desa sebelah yang jaraknya cukup jauh. Selain itu, tidak semua dusun terdapat TK/PAUD. Dusun 04 dan Dusun 05 tidak terdapat TK/PAUD.

Sarana kesehatan berdasarkan data monografi Desa Bangunjaya terdapat posyandu sebanyak 6 buah dan klinik umum 2 buah. Ketidakmerataan pelayanan kesehatan yang tetap terjadi akibat kader posyandu dan bidan desa yang jarang berkunjung ke setiap dusunnya membuat masyarakat mengalami kesulitan dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Data monografi desa mencatat terdapat dokter praktek swasta 2 orang, bidan desa 3 orang dan kader posyandu 35 orang. Dari data ini dapat dilihat bahwa kesulitan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atas kesalahan para pekerja di bidang kesehatan, melainkan sumberdaya manusia yang bekerja di sektor kesehatan jumlahnya masih terbilang minim. Bidan desa yang jumlahnya hanya 3 orang dengan kondisi jarak antar dusunnya yang jauh dan minim akses transportasi membuat bidan desa kesulitan untuk menjangkau keseluruhan desa hingga sudut-sudut desa.

Sarana peribadatan di Desa Bangunjaya cukup memadai. Warga Desa Bangunjaya yang mayoritas beragama Islam membuat sarana peribadatan lengkap mulai dari tempat pengajian (majlis taklim) hingga tempat ibadah untuk shalat berjamaah.

Tabel 7 Sarana peribadatan Desa Bangunjaya tahun 2012

No. Sarana Jumlah (buah)

1 Pondok pesantren 9

2 Masjid 10

3 Mushola 20

4 Majlis taklim 27

(Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012)

Perekonomian Desa Bangunjaya pada umumnya digerakkan dari sektor pertanian. Disamping itu, data menunjukkan bahwa perekonomian desa juga digerakkan oleh sektor jasa dan perdagangan.

Tabel 8 Fasilitas perekonomian Desa Bangunjaya tahun 2012

No. Fasilitas Perekonomian Jumlah

1 Matrial/Bahan bangunan 1 buah

2 Gesekan kayu 4 buah

3 Warung 76 buah

4 Toko 6 buah

5 Sarang wallet 2 buah

6 Bengkel 5 buah

7 Tempat cucian mobil/motor 5 buah

8 Pembuat sepatu bola dll 1 buah

(Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012)

Akses antar dusun di Desa Bangunjaya cukup sulit untuk dijangkau. Sarana dan prasarana baik kesehatan, pendidikan, dan fasilitas perekonomian yang tidak tersebar merata membuat masyarakat harus menempuh jalan desa yang berbatu atau belum diaspal. Disamping itu tidak semua dusun dilalui oleh angkutan umum, masyarakat yang berada di dusun yang tidak terjangkau angkutan umum mau tidak mau menggunakan jasa transportasi ojeg yang biaya perjalanannya lebih mahal.

Gambaran Aktivitas Pertanian

Kondisi geografis Kampung Cimapag baik itu Kampung Cimapag Barat, Cimapag Hilir, Cimapag Tengah, dan Cimapag Girang yaitu daerah pegunungan membuat sistem pertanian mereka juga berbeda. Masyarakat umumnya menanam padi pada lahan yang bertingkat-tingkat atau sistem terasering. Salah satu warga yang berperan sebagai ketua kelompok tani menyebutnya sawah tagel.

Kampung Cimapag sebagian besar adalah masyarakat asli. Oleh karena itu, masyarakat asli Kampung Cimapag umumnya memiliki lahan minimal 1 ha. Namun, kini luasan kepemilikan lahan mulai berkurang. Luasan kepemilikan lahan saat ini berkisar kurang dari 1 ha. Masyarakat menggunakan satuan “petak” dalam perhitungan kepemilikan lahan. Luas satu petak lahan sawah setiap petakannya berbeda-beda. Ada yang besar dan ada yang kecil. Masing-masing warga memiliki 2-3 petak. Jika menggunakan ukuran ha maka masing-masing

warga memiliki lahan sawah kurang lebih ¼ ha. Kalaupun ada yang memiliki lahan lebih, lahan mereka umumnya terpencar-pencar.

Sistem pertanian khususnya pertanian padi-sawah pada masyarakat Kampung Cimapag tidak terlepas dari adanya hubungan patron-klien yang dikenal dengan nyeblok. Pembagian hasil produksi antara “Bapak-Anak buah” atau pemilik dan buruh adalah dengan membagi hasil beras yang didapatkan dengan perbandingan masing-masing 4:1. Ukuran yang digunakan dalam pembagian beras ini adalah bakul (Lampiran 4). Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam tanam padi seperti membeli obat menjadi tanggung jawab pemilik sawah.

Metode pertanian yang efektif untuk mengurangi jumlah serangan hama seperti yang diyakini oleh salah satu petani adalah menanam padi secara serentak. Kebanyakan petani mengetahui prinsip ini. Namun, kondisi kesiapan modal dari masing-masing petani berbeda-beda. Sehingga pemandangan di sawah yang dapat dijumpai adalah ada yang baru tanam, sudah tanam, sedang panen, dan pasca panen.

Pertanian padi-sawah membutuhkan air yang cukup untuk mendapatkan hasil yang baik. Pada umumnya pertanian padi mengandalkan air irigasi untuk mengairi sawah. Hal ini berbeda pada lahan sawah Kampung Cimapag yang pengairan sawahnya mengandalkan mata air sebagai sumbernya. Masyarakat memanfaatkan kelimpahan air dari mata air untuk mengairi sawah dengan memanfaatkan bambu sebagai penghubungnya (Lampiran 4).

Aktivitas membajak sawah di Kampung Cimapag masih tradisional. Petani di Cimapag masih menggunakan kerbau sebagai alat bajaknya atau dikenal dengan ngegaru (Lampiran 4). Saat observasi dilakukan, tidak ditemukan adanya petani yang menggunakan traktor untuk membajak sawahnya. Alasannya adalah biaya sewa traktor yang mahal dan lahan sawah warga yang sempit sehingga penggunaan traktor malah akan meningkatkan biaya produksi dan masyarakat akan mengalami kerugian.

Sektor pertanian disamping pertanian padi-sawah, yang juga menjadi aktivitas masyarakat Kampung Cimapag adalah sektor peternakan. Pada masyarakat Cimapag dikenal istilah Maparo. Maparo adalah sistem bagi hasil yang berlaku antara pemilik hewan ternak dan penggembala hewan ternak. Sistem maparo antara pemilik dan penggembala ini adalah membagi hasil ternak dengan pembagian yang sama. Misal, saat klien diberi tanggung jawab untuk memelihara sepasang kerbau dan kemudian diperoleh dua anak kerbau maka satu anak kerbau akan menjadi hak patron dan satunya lagi menjadi hak klien. Maparo dianggap memiliki potensi yang cukup baik dalam meningkatkan ekonomi. Dalam jangka waktu satu tahun, aktivitas di sektor peternakan ini mampu memperlihatkan hasilnya.

Metode yang digunakan dalam sistem pertanian masyarakat cenderung tidak berubah. Penyuluhan pertanian untuk di Dusun 05 pernah ada bahkan pernah mendapatkan bantuan pertanian seperti bibit. Berbeda halnya dengan di Dusun 04, baik penyuluhan maupun bantuan pertanian tidak pernah ada. Berdasarkan informasi yang didapatkan dan observasi yang dilakukan, hal tersebut tidak terlepas dari keberadaan kelompok tani. Di dusun 05 kelompok tani ada dan berjalan baik sedangkan di Dusun 04 tidak ada kelompok tani yang menggerakkan pertanian sawahnya.

Potensi Lokal Kampung Cimapag

Desa Bangunjaya terdiri atas 5 Dusun. Berbeda dari dusun-dusun lainnya, Dusun 04 dan Dusun 05 memiliki nama kampung yang hampir sama yakni Kampung Cimapag. Perbedaannya terletak pada kata kedua dari nama kampung tersebut. Dusun 04 terdiri atas Kampung Cimapag Barat dan Dusun 05 terdiri atas Kampung Cimapag Hilir, Cimapag Tengah, dan Cimapag Girang. Antara dusun 04 dan Dusun 05 jaraknya cukup jauh.

Perjalanan menuju Kampung Cimapag akan melewati perkebunan sawit yang cukup luas, pohon-pohon kayu dan sebuah perusahaan pertambangan yang dimiliki oleh pihak swasta yang lokasinya cukup jauh dari perkampungan. Berbeda dari dusun lainnya, jalanan menuju Dusun 04 dan Dusun 05 atau Kampung Cimapag rusak. Kondisi jalan belum diaspal dan jika hujan turun maka jalanan menjadi berlumpur. Cara untuk menjangkau kampung-kampung tersebut adalah dengan menggunakan jasa ojeg. Jalanan menuju Dusun 05 dari Dusun 04 melewati pohon-pohon dan kali yang belum ada perumahan disekitarnya. Kondisi tersebut membuat jalanan di malam hari gelap gulita disebabkan masih belum adanya penerangan.

Potensi lokal yang ada di kampung Cimapag yakni di sektor pertaniannya atau dari sistem agroforestri yakni penggunaan lahan dengan mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu (ada juga dengan hewan seperti) yang tumbuh bersamaan atau bergiliran pada suatu lahan. Jenis-jenis tanaman yang menjadi andalan adalah jenis buah-buahan seperti duren, mangga, manggis, rambutan, pisang, pepaya, pete, dan cengkeh. Disamping itu, tanaman kayu yang saat ini pembudidayaannya mulai berkembang adalah pohon sengon atau masyarakat mengenalnya dengan pohon jeng-jeng. Hewan ternak juga banyak ditemukan di Kampung Cimapag. Masyarakat banyak yang beternak ayam, kambing, domba, atau kerbau. Meskipun usaha ternak yang dilakukan terbilang skala kecil. Aktivitas sektor pertanian dengan pengelolaan secara tradisional yang telah menjadi kontribusi ekonomi utama bagi warga Kampung Cimapag dalam pemenuhan kebutuhan primer hingga tersier.

PERUBAHAN STRUKTURAL DAN KULTURAL PADA MASYARAKAT

Dokumen terkait