• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Gambaran Umum Penyuluh Kabupaten Bogor

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BKP5K) merupakan salah satu lembaga pemerintah yang menaungi 12 Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) di 12 Kecamatan Kabupaten Bogor. Di sinilah para penyuluh bertugas sesuai dengan wilayah tugas yang telah ditetapkan sebelumnya, di antaranya adalah BP3K wilayah Caringin, Jonggol, Gunung Putri, Ciawi, Cibinong, Cibungbulang, Leuwiliang, Cariu, Dramaga, Ciseeng, Cigudeg, dan Parungpanjang.

BKP5K mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, dengan fungsi sebagai berikut:

1. Penyusunan kebijakan dan program penyuluhan daerah yang sejalan dengan

kebijakan dan program penyuluhan provinsi dan nasional.

2. Penyusunan kebijakan, program dan kegiatan penyuluhan yang mendukung

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan daerah.

3. Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan mekanisme, tata kerja dan

metode penyuluhan.

4. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, pengemasan dan penyebaran materi

penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

5. Pelaksanaan pembinaan pengembangan kerjasama, kemitraan, pengelolaan

kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan.

6. Penumbuhkembangan dan fasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

7. Peningkatan kapasitas Penyuluh Pegawai Negeri Sipil, swadaya dan swasta

34

Program kegiatan penyuluh Kabupaten Bogor meliputi: 1) Program pelayanan administrasi perkantoran; 2) Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur; 3) Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan; 4) Program peningkatan kesejahteraan petani; 5) Program pemberdayaan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan; 6) Program peningkatan produksi hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan; 7) Program penerapan teknologi pertanian, perikanan, dan kehutanan.

Indikator keberhasilan penyuluh di Kabupaten Bogor yaitu adalah: 1) Tersusunnya programa penyuluhan pertanian; 2) Tersusunnya rencana kerja tahunan (RKT); 3) Tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi; 4) Terdesiminasinya informasi teknologi pertanian secara merata; 5) Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan pelaku usaha; 6) Terwujudnya kemitraan usaha pelaku utama dan pelaku usaha yang menguntungkan; 7) Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga keuangan, informasi, sarana produksi; 8) Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditi unggulan di wilayahnya; 9) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama.

Tingkat Pemanfaatan TIK oleh Penyuluh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siaran TV biasanya dilihat oleh penyuluh ketika sore sampai malam hari sehabis jam pulang kantor atau dari lapangan. Program acara yang diikuti cukup bervariasi sesuai minat dan kebutuhan penyuluh. Beberapa orang penyuluh mengungkapkan bahwa saat ini stasiun televisi yang memproduksi program acara pertanian sangat sedikit, sehingga TV tidak lagi menjadi referensi penyuluh dalam memperoleh informasi khususnya untuk program penyuluhan pertanian. Pada umumnya tujuan penyuluh menonton TV sebesar 31.62% untuk mencari hiburan, 27.35 % untuk mencari informasi, 15.38% untuk membuat materi penyuluhan, dan selebihnya bertujuan sebagai media penyuluhan, dan meningkatkan profesionalisme.

Frekuensi dan durasi pemanfaatan televisi oleh penyuluh PNS tergolong tinggi yaitu sebesar 2.60 dan 2.90 tetapi frekuensi dan durasi pemanfaatan televisi oleh THL-TBPP tergolong dalam kategori rendah yaitu sebesar 2.36 dan 2.43. Rendahnya pemanfaatan televisi oleh THL-TBPP disebabkan bergesernya pola pencarían informasi kearah teknologi digital seperti pemanfaatan komputer dan internet.

Hal lain yang ditemui bahwa informasi yang diperoleh penyuluh baik PNS maupun THL-TBPP dengan menonton TV berupa informasi umum dan berita yang berisi perkembangan terkini seperti berit politik, olah raga, kesehatan, dan lain sebagainya, tetapi berita yang berisikan dunia pertanian sangat jarang sekali ditayangkan.

Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang penyuluh berinisial ”K” (55 tahun):

”..Saya sudah sangat jarang sekali menonton berita TV yang berisikan tentang keberhasilan penyuluh dan petani, malahan menayangkan masalah-masalah pertanian yang terlalu dibesar-besarkan, padahal masalahnya kecil seperti kegagalan panen, hama padi dan lain sebagainya yang hanya terjadi pada satu atau dua orang petani saja...”

35

Intensitas pemanfaatan TIK dan nilai koefisien uji t oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t dalam intensitas pemanfaatan TIK oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP

Intensitas pemanfaatan TIK

Rataan skor1 Nilai

koefisien uji t Frekuensi Durasi PNS THL PNS THL Televisi 2.60 2.36 2.90 2.43 1.281 Radio 1.35 1.29 1.38 1.37 0.770 Komputer 2.18 3.50 2.63 3.00 6.845** Internet 2.23 3.67 2.43 3.08 6.194** Handphone 3.60 3.69 3.05 3.12 1.132 CD/DVD 1.34 1.35 1.12 1.11 0.023

Ket: 1) interval skor 1–1.74 =Sangat rendah; 1.75–2.49 =Rendah; 2.50–3.24 = Tinggi; 3.25- 4 = Sangat tinggi **) signifikan pada p <0.01

Frekuensi dan durasi mendengarkan radio oleh penyuluh PNS dan THL- TBPP tergolong dalam kategori yang sangat rendah, yaitu sebesar 1.35 dan 1.29 pada rataan skor frekuensi mendengarkan radio dan sebesar 1.38 dan 1.37 untuk durasi mendengarkan radio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan penyuluh mendengarkan radio di antaranya adalah untuk mencari informasi sebesar 35.04%, 33.33% sebagai hiburan, dan 21.36% sebagai media penyuluh, sedangkan selebihnya untuk membuat materi penyuluhan dan meningkatkan profesionalisme. Pemanfaatan radio ini kebanyakan dilakukan penyuluh secara tidak sengaja seperti mendengarkan radio ketika di dalam mobil, mendengarkan radio melalui headset di handphone, dan mendengarkan radio di sawah petani.

Fakta lain yang ditemukan bahwa frekuensi pemanfaatan komputer oleh penyuluh PNS tergolong rendah yaitu sebesar 2.18 akan tetapi pada THL-TBPP tergolong tinggi yaitu sebesar 2.63, sedangkan durasi pemanfaatan komputer oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP tergolong tinggi yaitu sebesar 2.63 dan 3.00. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemanfaatan komputer dan internet. Tingginya pemanfaatan komputer oleh THL-TBPP didukung oleh tingginya tingkat ketersediaan komputer di tiap-tiap kantor BP3K dan tingkat kepemilikan komputer secara pribadi. Tujuan penyuluh menggunakan komputer untuk membuat materi penyuluhan sebesar 31.62%, administrasi kerja sebesar 30.76%, dan 27.35% untuk meningkatkan profesionalisme, sedangkan selebihnya untuk mencari informasi, sebagai media penyuluhan dan hiburan.

Tingkat pemanfaatan komputer oleh penyuluh sejalan dengan tingkat pemanfaatan internet. Frekuensi dan durasi pemanfaatan internet oleh penyuluh PNS tergolong rendah yaitu sebesar 2.23 dan 2.43 tetapi frekuensi pemanfaatan internet oleh THL-TBPP tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 3.69 serta durasi pemanfaatan internet oleh THL-TBPP tergolong tinggi yaitu sebesar 3.08. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan penyuluh menggunakan internet sebesar

41.02% untuk mengakses atau browsing informasi. Informasi yang sering diakses

oleh penyuluh meliputi media sosial (facebook) dan berita, sedangkan tujuan penyuluh memanfaatkan internet untuk materi penyuluhan sebesar 30.76% dan 24.78% untuk membuat media penyuluhan, sedangkan selebihnya untuk hiburan

36

dan meningkatkan profesionalisme. Tingginya persentase pemanfaatan internet

oleh penyuluh terutama THL-TBPP dalam mencari informasi secara online karena

didukung oleh ketersediaan fasilitas Wi-fi di setiap kantor BP3K dan juga

banyaknya penyuluh yang telah memiliki notebook yang dilengkapi dengan

modem sehingga akses informasi dapat dilakukan di rumah atau dimana saja. Hal ini dikuatkan oleh pengalaman Ibu DS sebagaimana disajikan pada Box 1 berikut.

Senada dengan pemanfaatan HP sebagai alat komunikasi yang mudah dibawa, membuat pesan yang disampaikan oleh penyuluh kepada petani binaan sangat jelas terutama kepada petani binaan yang memerlukan informasi mengenai usaha taninya. Frekuensi pemanfaatan HP oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 3.60 dan 3.69, sedangkan durasi pemanfaatan HP oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP tergolong tinggi yatu sebesar 3.05 dan 3.12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan penyuluh menggunakan HP yaitu untuk menjalin kemitraan dengan pihak lain sebesar 31.62%, 25.64% sebagai sumber informasi, 20.51% untuk meningkatkan profesionalisme, dan selebihnya sebagai hiburan dan sumber informasi.

Fakta lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah, bahwa pemanfaatan HP untuk mencari informasi pertanian jarang digunakan, dengan alasan masih banyaknya penyuluh PNS yang berusia dewasa lanjut memiliki HP yang tidak memiliki fasilitas internet, dan THL-TBPP yang telah memiliki notebook dan modem pribadi.

Frekuensi dan durasi pemanfaatan CD/DVD oleh penyuluh PNS dan THL-

TBPP tergolong sangat rendah dengan rataan skor 1.34 dan 1.35 oleh penyuluh PNS serta 1.12 dan 1.11 untuk THL-TBPP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tujuan penyuluh menggunakan CD/DVD sangat beragam yaitu sebagai media

penyuluhan sebesar 35.89%, untuk hiburan sebesar 17.94%, dan 17.09% membuat (Box 1)

Ibu DS (40 tahun), adalah salah satu penyuluh THL-TBPP berprestasi tahun 2012 se Kabupaten Bogor. Wanita tamatan SPMA ini diterima sebagai THL- TBPP pada tahun 2009 yang ditugaskan di Kecamatan Caringin. Penyuluh ini menerima hadiah laptop dari Dinas Pertanian berkat prestasinya yang telah sukses mengembangkan kelompok tani ternak sehingga kelompok tani ini mendapat predikat terbaik pertama se-Kabupaten Bogor. Semula di desa tersebut hanya ada tiga kelompok tani, dan sekarang telah berkembang menjadi 20 kelompok tani yang aktif dan tertib administrasi.Wilayah binaannya yang semula hanya satu desa sekarang bertambah menjadi tiga desa. Di sisi lain, selain membina kelompok tani, Ibu DS juga membina kelompok wanita tani, dan taruna tani. Komunikasi dengan pengurus dan anggota kelompok tani dilakukan secara face to face dan melalui handphone (HP). Selain untuk berkomunikasi, HP juga digunakan oleh ibu DS ini untuk browsing atau mencari informasi tentang budidaya tanaman, hama penyakit tanaman, dan informasi harga komoditi. Pemanfaatan teknologi komunikasi selain bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, juga

sebagai sarana untuk sharing dengan penyuluh senior, dan juga menggunakan

fasilitas internet google untuk mencari informasi atau materi penyuluhan yang dibutuhkan. Menurutnya, penggunaan mesin penelusuran google ini untuk mencari informasi materi yang telah disiapkan oleh penyuluh sangat mudah dan cepat diakses, walaupun situs pertanian lain seperti kementerian pertanian juga diakses, namun menurut Ibu DS cara memperoleh informasinya agak rumit.

37

materi penyuluhan, dan selebihnya sebagai sumber informasi, meningkatkan profesionalisme dan administrasi kerja. Rendahnya pemanfaatan CD/DVD oleh penyuluh disebabkan oleh fasilitas alat pemutar CD/DVD (DVD player) yang tidak tersedia di lapangan, dan pemanfaatan CD/DVD oleh penyuluh dalam kehidupan sehari-hari sudah beralih ke komputer atau internet dalam mencari informasi.

Hasil penelitian yang mendukung terhadap pemanfaatan TIK ini yaitu pemanfaatan media cetak seperti koran dan majalah. Penelitian juga menunjukkan bahwa frekuensi membaca koran oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP tergolong tinggi dengan rataan skor 3.10 dan 2.91. Hal ini dikarenakan selain menerima koran sinar tani pada setiap minggunya, penyuluh biasanya juga membaca koran lokal dan nasional walaupun frekuensinya tidak sering. Tujuan penyuluh membaca koran sebagian besar adalah untuk mencari atau mendapatkan informasi sebesar 44.44%, dan 37% sebagai media penyuluhan, selebihnya untuk membuat materi penyuluhan dan hiburan.

Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh membutuhkan waktu yang lama dalam membaca koran, terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan profesi dan hiburan dengan durasi yang tergolong tinggi dengan rataan 2.50 dan 2.58. Berbeda halnya dengan pemanfaatan koran digital oleh penyuluh yang masih sangat minim digunakan karena keterbatasan fasilitas, pengetahuan dan skill yang dimiliki penyuluh. Hasil pendalaman diketahui, hanya koran Sinar Tani yang diperoleh oleh penyuluh yang penerbitannya setiap satu minggu sekali yang dirintis oleh Kementerian Pertanian, sedangkan ketersediaan majalah khususnya majalah pertanian seperti majalah trubus sangat minim sekali.

Fakta lain yang ditemukan di lapangan bahwa jangkauan sumber informasi

yang dapat diakses oleh penyuluh melalui internet tergolong tinggi yaitu sebesar 3.11 dan 3.16. Hal ini mengungkapkan bahwa penyuluh dalam mengakses informasi atau berita tidak hanya sebatas tingkat lokal namun sudah tingkat nasional. Hal–hal yang paling banyak diakses oleh penyuluh melalui internet meliputi materi budidaya pertanian, informasi pasar, pengolahan, dan pasca panen. Walau demikian beberapa penyuluh telah melakukan penelusuran informasi secara langsung ke situs Kementerian Pertanian misalnya situs Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (Pustaka).

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa variasi materi penyuluhan yang disampaikan dengan menggunakan TIK oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP termasuk dalam kategori tinggi dengan rataan skor 3.21 dan 3.17. Materi yang disampaikan penyuluh kepada petani binaan di antaranya adalah materi budidaya, hama penyakit tanaman, analisis usaha tani, dan pengolahan pasca panen. Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP yang berkaitan dengan pemanfaatan TIK oleh penyuluh tersaji pada Tabel 9.

38

Tabel 9 Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP yang berkaitan pemanfaatan TIK oleh penyuluh

Pemanfaatan TIK oleh penyuluh Rataan skor1 nilai koefisien uji t

PNS THL

Jangkauan sumber informasi 3.11 3.16 0.677

Variasi materi penyuluhan 3.21 3.17 0.841

Ragam Informasi 3.20 3.20 0.594

Kualitas berbagi pengetahuan 3.14 3.17 0.774

Ket: 1) interval skor 1–1.74 =Sangat rendah; 1.75–2.49 =Rendah; 2.50–3.24 =Tinggi ;3.25-4 =Sangat tinggi

Senada halnya dengan ragam informasi yang diperoleh oleh penyuluh dengan rataan skor yang sama dan tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3.20. Hal ini diketahui bahwa penyuluh juga mengakses informasi teknis pertanian lainnya seperti informasi harga pasar dan pemasaran, berita pertanian, petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) dari kegiatan yang sedang dilaksanakan. Seperti yang diungkapkan oleh penyuluh senior yang aktif dalam memanfaatkan TIK yaitu berinisial ” SH” (54 tahun):

”.. Saya malahan memanfaatkan internet untuk membuat media

penyuluhan yang beraneka ragam seperti cara merawat anggrek, memelihara lele dumbo, setelah itu saya masukkan ke dalam cyber extension atau blog saya sehingga orang bisa membaca materi penyuluhan yang saya buat...”

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rataan skor untuk kualitas berbagi pengetahuan oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP sebesar 3.14 dan 3.17 (kategori tinggi). Hal ini disebabkan adanya forum diskusi sesama penyuluh guna mempererat tali kekerabatan dan silaturrahmi serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menunjang tupoksi penyuluhan.

Kegiatan berbagi informasi ini dilakukan secara formal dua kali dalam sebulan yaitu pada waktu kegiatan pertemuan dua mingguan, dan secara informal melalui komunikasi tatap muka. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin sebagai bentuk evaluasi dari setiap kegiatan yang telah dilakukan oleh penyuluh selama dua mingguan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Suryantini (2003) mengungkapkan bahwa informasi teknis sangat dibutuhkan oleh penyuluh dalam merancang materi penyuluhan.

Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP dalam pemanfaatkan TIK. Hipotesis penelitian

yang menyebutkan ”terdapat perbedaan nyata antara penyuluh PNS dan penyuluh

39

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan TIK dalam Peningkatan Kompetensi Penyuluh

Dokumen terkait