• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan tingkat kompetensi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK penyuluh

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Hubungan tingkat kompetensi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK penyuluh

Tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP merupakan tingkat kemampuan penyuluh yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan didukung oleh sikapnya dalam melaksanakan tugas penyuluhan dalam memberdayakan petani. Tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP terhadap tingkat pemanfaatan TIK tergolong dalam kategori tinggi. Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP tersaji pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t antara tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP

Tingkat Kompetensi Penyuluh Rataan skor 1

Nilai Koefisien Uji t PNS THL-TBPP

Kompetensi pemahaman potensi wilayah 3.18 3.13 0.376 Kemampuan komunikasi inovasi 3.10 3.11 0.072 Kemampuan pengelolaan pembelajaran 3.06 3.05 0.095 Kemampuan pengelolaan pembaharuan 3.18 3.05 0.290 Kemampuan pengelolaan pelatihan 2.97 2.97 0.996

Kemampuan kewirausahaan 3.02 2.95 1.142

Kemampuan pemandu sistem jaringan 3.09 3.09 0.115 Ket:1) interval skor 1–1.74= Sangat rendah; 1.75–2.49= Rendah; 2.50–3.24= Tinggi;3.25-4= Sangat tinggi

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemahaman potensi wilayah berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3.18 dan 3.13 . Hal ini membuktikan bahwa penyuluh mampu memahami potensi sumber daya alam, mampu memecahkan permasalahan petani dan mencari solusinya melalui kegiatan latihan dan kunjungan, pertemuan serta diskusi dengan pengurus dan anggota kelompok tani.

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola komunikasi inovasi tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3.10 dan 3.11. Penyuluh telah mampu mencari informasi inovasi melalui berbagai sumber

47

informasi, memahami inovasi yang dibutuhkan, serta mengkomunikasikannya dengan bahasa yang mudah dipahami dan dilakukan secara dialogis. Kegiatan ini merupakan suatu bentuk kegiatan ujicoba atau demplot teknologi yang sesuai dengan spesifik lokasi daerah binaan masing-masing penyuluh. Hasil penelitian Mulyadi (2009) menunjukkan bahwa kompetensi penyuluh berpengaruh nyata terhadap kinerja penyuluh (pengelolaan informasi dan kepemimpinan).

Selanjutnya, tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola pembelajaran berdasarkan rataan skor tergolong tinggi yaitu sebesar 3.06 dan 3.05. Penyuluh telah mampu memanfaatkan media pembelajaran dan memfasilitasi interaksi belajar sesama petani. Hal ini sejalan yang diungkapkan oleh Mardikanto (2010) bahwa penyuluhan terkandung adanya perubahan, sikap dan keterampilan agar mereka tahu, mau dan mampu dalam mengelola usaha taninya demi tercapainya kesejahteraan keluarga.

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola pembaharuan berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3.18 dan 3.05. Hal ini menunjukkan penyuluh telah mampu membangkitkan motivasi petani untuk menerapkan inovasi dan memecahkan masalah dihadapi yang berkaitan dengan inovasi.

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola pelatihan berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi dengan nilai rataan yang sama yaitu sebesar 2.97. Hal ini mengindikasikan bahwa penyuluh telah memiliki kemampuan dalam mengelola pelatihan atau kursus tani mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi beserta tindak lanjutnya.

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengembangkan kewirausahaan berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3.02 dan 2.95. Hal ini mengindikasikan bahwa penyuluh telah mampu mendorong petani untuk mengembangkan sikap berani dalam mengambil risiko, peluang atau kesempatan dalam berusaha tani.

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemandu sistem jaringan termasuk kategori tinggi dengan nilai rataan yang sama yaitu sebesar 3.09 d. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh telah mampu memfasilitasi petani dengan pihak lembaga penelitian atau perguruan tinggi serta kemitraan dengan dunia usaha, memfasilitasi produk pertanian dan harga pasar.

Fakta lain yang ditemukan bahwa hasil rataan skor untuk penyuluh PNS terlihat lebih dominan pada tingkat kompetensi penyuluh pada aspek kompetensi pemahaman potensi wilayah dan kemampuan pengelolaan pembaharuan dengan nilai rataan yang sama yaitu sebesar 3.18. Hal ini membuktikan bahwa penyuluh PNS telah mampu memahami potensi sumber daya alam, mampu memecahkan permasalahan petani dan mencari solusinya melalui kegiatan latihan dan kunjungan, pertemuan serta diskusi dengan pengurus dan anggota kelompok tani serta telah mampu membangkitkan motivasi petani untuk menerapkan inovasi dan memecahkan masalah dihadapi yang berkaitan dengan inovasi.

Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam tingkat kompetensi penyuluh. Hipótesis penelitian

yang menyebutkan “adanya perbedaan nyata antara tingkat kompetensi penyuluh

PNS dan THL-TBPP dalam memanfaaatkan TIK ditolak.”

Selanjutnya, analisis tentang hubungan tingkat kompetensi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK diperoleh bahwa jangkauan sumber informasi

48

berhubungan sangat nyata positif dengan kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan mengembangkan kewirausahaan dan kemampuan pemandu sistem jaringan. Hal ini membuktikan bahwa semakin luas jangkauan sumber informasi penyuluh maka berbanding lurus dengan kemampuan penyuluh dalam memahami potensi sumber daya alam, memahami permasalahan petani dan menemukan solusinya, juga menjelaskan bahwa jangkauan sumber informasi mampu mengembangkan sikap berani dalam mencari peluang, berani mengambil risiko dan mampu memfasilitasi kerjasama kemitraan dengan pihak lain terutama perguruan tinggi, lembaga penelitian dan dunia usaha.

Variasi materi penyuluhan dan ragam informasi berhubungan sangat nyata positif dengan semua aspek tingkat kompetensi penyuluh yang meliputi kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan komunikasi inovasi kemampuan pengelolaan pembelajaran, kemampuan pengelolaan pembaharuan, kemampuan pengelolaan pelatihan, kemampuan mengembangkan kewirausahaan dan kemampuan pemandu sistem jaringan. Hal ini membuktikan bahwa variasi materi penyuluhan dan ragam informasi berbanding lurus dengan semua tingkat kompetensi penyuluh. Semakin banyak materi penyuluhan yang dapat diakses dan jenis informasi yang disampaikan oleh penyuluh melalui pemanfaatan TIK, maka semakin tinggi tingkat kompetensinya terutama dalam kompetensi pemahaman potensi wilayah, kemampuan komunikasi inovasi, dan kemampuan pemandu sistem jaringan. Hasil analisis hubungan tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi penyuluh tersaji pada Tabel 17.

Tabel 17 Hubungan tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi penyuluh

Tingkat pemanfaatan TIK

Koefisien Korelasi Tingkat Kompetensi Penyuluh (rs)

Kemamp. pemahaman potensi wilayah Kemamp. komunikasi inovasi Kemamp. pengelolaan pembelajar- an Kemamp. pengelolaan pembaharu- an Kemamp. Pengelo- laan pelatihan Kemamp. kewira- usahaan Kemamp. pemandu sistem jaringan Intensitas pemanfaatan TIK -0.049 0.040 0.029 0.080 -0.023 -0.096 0.019 Jangkauan sumber informasi 0.304** 0.164 0.170 0.170 0.178 0.242** 0.263** Variasi materi penyuluhan 0.400** 0.401** 0.244** 0.316** 0.312** 0.351** 0.376** Ragam Informasi 0.359** 0.276** 0.240** 0.279** 0.239** 0.310** 0.265** Kualitas berbagi pengetahuan 0.103 0.028 0.150 0.126 0.013 -0.128 0.051

Ket: **) signifikan pada p< 0.01 rs=Koefisien korelasi rank Spearman

Hipotesis penelitian yang menyebutkan bahwa ”terdapat hubungan nyata

antara tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi penyuluh diterima,”

yaitu pada aspek jangkauan sumber informasi yang berhubungan sangat nyata khususnya dengan kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan kewirausahaan, dan kemampuan pemandu sistem jaringan, juga aspek variasi materi penyuluhan dan ragam informasi berhubungan sangat nyata dengan semua tingkat kompetensi penyuluh. Hal ini sejalan dengan pendapat Marius et al. (2007) yang menyatakan bahwa penyuluh yang berkompeten dalam menyiapkan, mengevaluasi, dan mengembangkan penyuluhan lebih berdampak nyata bagi petani dibanding hanya sekedar memiliki kompetensi dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial.

49

Strategi Pemanfaatan TIK dalam Meningkatkan Kompetensi Penyuluh

Uraian dan pembahasan pada tujuan penelitian menyebutkan bahwa faktor- faktor yang berhubungan dengan tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh meliputi faktor karakteristik penyuluh, faktor lingkungan dan motivasi penyuluh. Faktor karakteristik penyuluh yang berhubungan dengan tingkat pemanfaatan TIK adalah umur, masa kerja, dan status penyuluh pada aspek intensitas pemanfaatan TIK, faktor lingkungan berhubungan pada kebijakan Pemda terutama pada aspek jangkauan sumber informasi, dan motivasi penyuluh berhubungan pada motivasi intrinsik khususnya pada jangkauan sumber informasi, variasi materi penyuluhan, ragam informasi dan kualitas berbagi pengetahuan serta aspek motivasi ekstrinsik berhubungan dengan variasi materi penyuluhan.

Kegiatan penyuluhan sebagai bagian dari tugas keprofesionalan sudah tentu memerlukan kualifikasi kemampuan yang telah sesuai standarisasi. Sebagai tenaga profesional, penyuluh harus mempunyai keahlian yang spesifik sesuai bidangnya masing-masing. Oleh karena itu seorang penyuluh yang profesional harus memiliki kompetensi yang meliputi kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan komunikasi inovasi, kemampuan pengelolaan pembelajaran, kemampuan pengelolaan pembaharuan, kemampuan pengelolaan pelatihan, kemampuan mengembangkan kewirausahaan dan kemampuan pemandu sistem jaringan.

Hasil uji beda (uji t) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada penyuluh PNS dengan THL-TBPP dalam intensitas pemanfaatan TIK terutama pada aspek umur, masa kerja dan tingkat kepemilikan TIK. Terkait dengan faktor lingkungan, peubah yang berhubungan dengan pemanfaatan TIK yaitu kebijakan Pemerintah Daerah khususnya pada jangkauan sumber informasi dan ragam informasi, sedangkan iklim belajar tidak memiliki hubungan dengan tingkat pemanfaatan TIK.

Selanjutnya hasil uji beda persepsi penyuluh terhadap faktor lingkungan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada persepsi penyuluh PNS dengan penyuluh THL-TBPP yang berkenaan dengan iklim belajar. Begitupun persepsi pada kebijakan Pemda juga terdapat perbedaan antara penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP, dan hasil uji beda pada motivasi penyuluh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penyuluh PNS dengan THL- TBPP dalam tingkat motivasi. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan yang mendukung dan kondusif di dalam pekerjaan mampu meningkatkan kinerja penyuluh terutama dalam mengakses materi penyuluhan melalui pemanfaatan komputer dan internet, melaksanakan tugas sebaik-baiknya serta untuk mengembangkan karier.

Strategi yang dapat diambil dari pemanfaatan TIK dalam meningkatkan kompetensi penyuluh yaitu dengan cara membangun kerja sama atau sinergi penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam hal memberikan pesan yang bersifat inovatif yang dikemas dalam materi penyuluhan dengan memperhatikan unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial. Peningkatan kompetensi penyuluh juga dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal dan

pendidikan non formal (pelatihan, seminar, workshop) dengan memberikan

peluang dan kesempatan yang merata pada penyuluh PNS dan THL-TBPP sehingga tidak terjadi gap informasi di antara penyuluh. Selanjutnya, materi

50

penyuluhan yang dikembangkan harus didasarkan pada kebutuhan dan perkembangan yang diperlukan untuk kegiatan penyuluhan, terutama berdasarkan tujuh dimensi dari kompetensi penyuluh di antaranya yaitu kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan komunikasi inovasi, kemampuan pengelolaan pembelajaran, kemampuan pengelolaan pembaharuan, kemampuan pengelolaan pelatihan, kemampuan mengembangkan kewirausahaan dan kemampuan pemandu sistem jaringan.

Perkembangan inovasi dan hasil-hasil penelitian dari lembaga penelitian atau perguruan tinggi dapat disosialisasikan melalui TIK yang tepat dan sesuai dengan kemasan yang menarik dan mudah dipahami sasaran. Hal ini sangat penting, sehingga menjadi semacam ”amunisi” bagi penyuluh di lapangan dalam melaksanakan penyuluhan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Di sisi lain, pemanfaatan TIK dapat menjadi wahana komunikasi antar penyuluh, komunikasi penyuluh dengan nara sumber, dengan pimpinan, klien (petani), atau dengan pihak-pihak lainnya. Sinergitas penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan berbasis TIK tersaji pada Tabel 18.

Tabel 18 Sinergitas penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan berbasis TIK

Unsur Penyuluh PNS THL-TBPP 1) Pembuatan materi informasi penyuluhan 2) Pelaksanaan kegiatan penyuluhan Substansi materi informasi secara mendalam Sesuai bidang keahlian

Akses informasi pendukung melalui berbagai sumber informasi berbasis TI

Polivalen, sehingga dapat mendukung penyuluh PNS dalam kegiatan penyuluhan

Penggabungan media konvensional dengan TIK menjadi suatu yang mutlak dilakukan agar terjadinya sinergi dalam memanfaatkan TIK yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar penyuluh dalam memberikan materi penyuluhan yang lebih bervariasi sesuai dengan isu terkini. Penyuluh pertanian dituntut menyampaikan pesan yang bersifat inovatif yang mampu mengubah atau mendorong perubahan, sehingga terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap individu dan masyarakat khususnya kesejahteraan petani dan keluarganya (Mardikanto, 2010).

51

Dokumen terkait