• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Individu Penyuluh

Karakteristik individu penyuluh terdiri dari: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, masa kerja, tingkat kepemilikan TIK, dan status penyuluh. Umur penyuluh sebagian besar berada di atas 48 tahun dengan persentase 35.04 persen. Sebaran persentase karakteristik individu penyuluh menunjukkan bahwa umur penyuluh di antara 22 sampai dengan 34 tahun menempati posisi kedua dengan persentase sebesar 43.59 persen. Ini membuktikan bahwa umur penyuluh yang berada di atas 48 tahun adalah umur penyuluh PNS yang sebagian besar sudah mendekati usia pensiun

Tabel 10 Sebaran persentase karakteristik individu penyuluh dan nilai koefisien uji t antara penyuluh PNS dan THL-TBPP

Karakteristik Individu Penyuluh PNS THL Persentase (%)

Nilai Koefisien Uji t Umur a. Muda (22 – 34 tahun) 6.84 36.75 43.59 b. Dewasa (35 – 47 tahun) 5.13 16.24 21.37 11.015** c. Dewasa lanjut (48-60 tahun) 35.00 0.00 35.04

Pendidikan Formal

a. SMA/SPMA 10.26 7.69 17.95

b. Diploma 11.97 22.22 34.19 1.47

c. Sarjana 23.93 23.93 47.86

Pendidikan Non formal

a. Belum pernah 16.24 17.09 33.33 b. 1-2 kali 21.37 29.06 50.43 0.831 3 c. 3-5 kali 8.55 7.69 16.24 Masa Kerja a. Singkat ( 1 - 18 tahun) 17.09 52.99 70.09 10.738** b. Lama ( 19 – 36 tahun ) 29.91 0.00 29.91

Tingkat Kepemilikan TIK

a. 1 - 3 TIK 1.71 0.00 1.71

b. 4 – 6 TIK 39.32 27.35 66.67 6.854**

c. 7 - 9 TIK 5.13 26.50 31.62

Ket : **) signifikan pada p <0.01

Pendidikan formal penyuluh dikelompokkan menjadi tingkat pendidikan SMA/SPMA, diploma (D3) dan sarjana (D4, S1 dan S2). Sebagian besar penyuluh (47.86%) yang dijadikan responden sudah berpendidikan setingkat sarjana bahkan sekitar 0.9% sudah mengenyam pendidikan S2. Ini berarti secara umum tingkat pendidikan formal penyuluh relatif tinggi. Tingkat pendidikan penyuluh merupakan salah satu syarat dalam kenaikan jabatan untuk menjadi penyuluh ahli.

40

Sesuai yang diungkapkan Anwas et.al (2009) yang mengungkapkan bahwa

pemanfaatan media dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal, kepemilikan media komunikasi dan informasi, motivasi penyuluh, dukungan anggota keluarga penyuluh, dan tuntutan klien. Senada juga yang diungkapkan oleh Nwafor dan Akubue (2008) bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi penggunaan radio dan televisi di Nigeria.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluh yang belum pernah mengikuti pelatihan dalam dua tahun terakhir adalah sebesar 33.33%, dan penyuluh yang mengikuti pelatihan sebanyak 1-2 kali sebesar 50.43%, sedangkan penyuluh yang mengikuti pelatihan antara 3-5 kali sebesar 16.24%. Sebagian besar penyuluh yang belum pernah mengikuti pelatihan adalah THL-TBPP. Hal ini disebabkan oleh salah satu kebijakan dari kantor Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) dan BP3K yang cenderung belum memberi kesempatan yang sama pada THL-TBPP dalam mengikuti pelatihan. Jenis pelatihan yang diikuti seperti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Pelatihan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Manajemen Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis, dan pelatihan teknis budidaya padi dan jagung.

Masa kerja penyuluh dikelompokkan atas dua kategori yaitu baru (1-18 tahun) dan lama (19-38 tahun). Masa kerja penyuluh yang terbanyak terdapat pada kisaran antara satu sampai dengan 18 tahun sebesar 70.09 persen. Hal ini disebabkan oleh usia THL-TBPP yang relatif muda dan masa kerja yang relatif singkat. Jika dikaitkan dengan umur penyuluh yang juga sudah mendekati umur pensiun (tua), maka masa kerja berbanding lurus dengan umur penyuluh. Artinya, semakin tua umur penyuluh, maka masa kerjanya juga semakin lama.

Tingkat kepemilikan TIK (televisi, radio, komputer, internet, handphone, CD/DVD) oleh penyuluh sebagian besar tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 4–6 jenis TIK yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh sudah mulai memanfatkan TIK dalam kegiatan sehari-hari dan dalam menunjang tupoksinya, khususnya untuk membuat materi penyuluhan.

Bidang kompetensi penyuluh sangat bervariasi, namun yang mendominasi adalah bidang kompetensi pertanian sebesar 82.05%, disusul peternakan dan kehutanan dengan persentase yang sama sebesar 6.84% dan perikanan sebesar 4.27%. Dari hasil pendalaman wawancara, terdapat kesesuaian antara bidang keahlian yang dikuasai ketika memulai menjadi penyuluh dengan bidang pekerjaan yang ditekuni oleh penyuluh sehingga penyuluh lebih mudah menyampaikan inovasi teknologi kepada petani binaan.

Hasil uji beda (t-test) diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik penyuluh PNS dan THL-TBPP terutama pada aspek umur, masa kerja, dan tingkat kepemilikan TIK. Hasil penelitian membuktikan bahwa rata-rata umur penyuluh PNS tergolong dalam kategori dewasa lanjut (48-60) tahun sebesar 35.04%, sedangkan THL-TBPP memiliki rata-rata umur yang tergolong muda (22-34 tahun) yaitu sebesar 36.75% Rata-rata umur THL-TBPP cenderung lebih muda dan memiliki masa kerja yang masih singkat yaitu berkisar 1-18 tahun jika dibandingkan dengan umur penyuluh PNS yang cenderung tua dan memiliki masa kerja yang lama yaitu berkisar 19-36 tahun. Hal lain yang ditemui bahwa sebagian besar penyuluh PNS memiliki tingkat kepemilikan TIK sebanyak 4-6 jenis TIK yaitu sebesar 39.32%, sedangkan THL-TBPP memiliki 4-

41

6 jenis TIK yaitu sebesar 27.35%. Perbedaan tingkat kepemilikan TIK ini disebabkan oleh penyuluh PNS yang telah memiliki kemampuan dalam melakukan pembelian terutama komputer dan juga pemanfaatan TIK ini lebih cenderung dimanfaatkan oleh anaknya, sedangkan bagi THL-TBPP kendala keuangan dan imbalan menjadi permasalahannya. Hipotesis penelitian yang menyebutkan terdapat perbedaan nyata antara karakteristik individu penyuluh

PNS dan THL-TBPP dalam pemanfaatan TIK diterima yaitu pada aspek umur,

masa kerja dan tingkat kepemilikan TIK yang memiliki perbedaan yang sangat nyata dalam pemanfaatan TIK terutama pemanfaatan komputer dan internet.

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Mulyandari (2011) bahwa umur petani memiliki hubungan negatif dengan seluruh aspek perilaku dalam pemanfaatan teknologi informasi. Semakin tua umur petani, cenderung semakin rendah tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam memanfaatkan teknologi informasi.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan penyuluh PNS dan THL-TBPP salah satunya iklim belajar memperoleh rataan skor yang tergolong dalam kategori baik yaitu 2.89 dan 2.74. Hal Ini menunjukkan bahwa penyuluh PNS dan THL-TBPP memiliki ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses TIK, serta dukungan ujicoba inovasi dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dijalaninya.

Selanjutnya dukungan kebijakan Pemerintah Daerah terhadap penyuluh dan kegiatan penyuluhan pertanian secara garis besar memiliki rataan skor yang berada pada kategori baik yaitu 3.01 dan 2.91. Ini mengindikasikan bahwa dana yang dianggarkan oleh Pemerintah Daerah sudah sesuai untuk kegiatan penyuluhan pertanian dan kelembagaan penyuluhan pertanian.

Hasil uji beda persepsi penyuluh terhadap faktor lingkungan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada persepsi penyuluh PNS dengan penyuluh THL-TBPP yang berkenaan dengan iklim belajar. Begitupun persepsi pada kebijakan Pemda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP. Oleh karena itu, hipotesis yang menyebutkan ”terdapat perbedaan nyata pada persepsi penyuluh PNS dan THL- TBPP tentang faktor lingkungan ditolak.” Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t faktor lingkungan oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP tersaji pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran rataan skor faktor lingkungan dan nilai koefisien uji t oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP

Faktor Lingkungan Rataan Skor

1

Nilai koefisien uji t

PNS THL-TBPP

Iklim Belajar 2.89 2.74 1.639

Kebijakan Pemerintah Daerah 3.01 2.91 1.176

42

Dokumen terkait