• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Gambut Dataran Rendah

Umumnya gambut terdapat pada dataran rendah, terbentuk di daerah pesisir pantai dan sering disebut sebagai lahan basah pesisir dengan tipe lahan yang berkembang terutama di dataran rendah dekat dengan pesisir pantai, dibelakang hutan bakau di sekitar sungai atau danau. Gambut ini terbentuk dibagian pedalaman dataran pantai atau yang terbentuk di daerah yang kena pasang surut disebut dengan gambut topogen. Pasokan air dari gambut topogen biasnya didapat dari aliran permukaan sehingga mengandung unsur hara yang relatif tinggi (Wahyunto, et al. 2006).

Sumatera memiliki lahan gambut yang paling luas yang disusul oleh Kalimantan dan Papua. Di pulau Sumatera penyebaran lahan gambut terluas ada dibeberapa daerah seperti di sepanjang pantai timur, yaitu di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Aceh dan Jambi (Wahyunto, et al. 2016). Hutan rawa gambut yang ada di Provinsi Riau telah mengalami deforestasi dan degradasi yang cukup tinggi serta adanya ahli fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit oleh perusahaan ataupun rakyat. Provinsi ini kehilangan lebih dari 9.000 km2 hutan rawa gambut pada periode ini. Tahun 2010 hutan rawa gambut di Provinsi Riau hanya tinggal 36 % dari total luas lahan rawa gambut yang ada (Nurjanah, et al.

2013)

Kabupaten Labuhan Batu salah satu wilayah yang terletak di pesisir pantai timur sumatera dan memilki zona iklim Indo-Australia yang bercirikan suhu, kelembaban dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Kondisi geologi dari Kabupaten Labuhan Batu merupakan daerah belakang busur (back are basin) sehingga membentuk kondisi geologi yang relatif seragam disebelah timurnya dan

daerah penyangga disebelah barat. Kondisi struktur geologi di daerah Labuhan batu memperlihatkan adanya kelurusan-kelurusan sebagai indikasi adanya rekahan-rekahan atau sebagai bidang lemah di permukaan atau dibawah permukaan bumi (BPS Labuhan batu, 2019)

Lahan gambut yang berada di daerah Labuhan batu tersebut dipengaruhi pasang surut air laut dan sungai sehingga terjadi pengkayaan atau penambahan mineral oleh karena pasang surut air laut. Pengaruh pasang surut air laut membuat gambut lebih subur dan termasuk kedalam gambut eutrofik (Ritung dan Sukarman, 2016)

BAB III

BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yaitu di lahan gambut dataran tinggi Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan dan lahan gambut dataran rendah sebagai kontrol lahan gambut pada umumnya di Kabupaten Labuhan Batu.

Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan April 2020 sampai dengan selesai.

3.2 Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah profil pewakil, Formulir isian profil sampel tanah dari masing-masing profil yang diambil tiap lapisan masing-masing pada gambut dataran tinggi dan dataran rendah. Key to Soil Taxonomy 2014, serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Adapun alat yang digunakan adalah GPS (Global Positioning System), pisau pandu, bor gambut, Munsell Soil Colour Chart, meteran, ring sampel, kantongan plastik, label, tali plastik, spidol permanen, kamera, shaker serta alat-alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan mengkaji perbedaan karakteristik tanah gambut dataran tinggi Toba dan gambut dataran rendah Labuhan Batu sebagai pembanding / kontrol lahan gambut pada umumnya. Pada lahan gambut dataran tinggi Toba penentuan lokasi pembuatan profil dilakukan

pada tipe penggunaan lahan budidaya tanaman tahunan (kopi) sedangkan pada lahan gambut dataran rendah penentuan lokasi pembuatan profil dilakukan pada lahan budidaya tanaman tahunan (Kelapa Sawit).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Gambut Dataran Tinggi Toba dan Dataran Rendah di Sumatera Utara

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Penelitian

Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan beberapa persiapan penelitian seperti: konsultasi dan bimbingan dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peralatan, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja dilapangan yang berguna untuk mempermudah

pekerjaan di lapangan secara sistematis sehingga akan didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

2. Survei Pendahuluan

Dilakukan survei pendahuluan atau pengecekan lokasi penelitian. Penentuan titik koordinat, pengumpulan data-data sekunder dilokasi penelitian dan pembuatan profil pewakil di gambut dataran tinggi dan gambut dataran rendah.

3. Survei Utama

Setelah melakukan survei pendahuluan, survei utama dilakukan dengan cara mengamati profil tanah di masing-masing lokasi dan mengambil sampel tanah dengan acuan buku Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah (Balitanah, 2004) untuk selanjutnya di deskripsikan dan di klasifikasikan menurut taksonomi tanah yang mengacu kepada buku Key to Soil Taxonomy 2014 dan Klasifikasi Tanah Nasional. Pada penentuan lokasi pembuatan dua profil pewakil dilakukan pada tipe penggunaan lahan yang berbeda yaitu:

Pengamatan Morfologi

Dilakukan pengamatan morfologi yang sama pada kedua tempat, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah, yang meliputi: Warna tanah, ketebalan Gambut, kematangan gambut, drainase , dan vegetasi sekitarnya.

4. Analisis Laboratorium

Setiap sampel dari masing-masing profil dilakukan analisis sebagai berikut:

- Bulk density (BD) dengan ring sampel

- pH H2O (1:2,5) dan pH NaF metode elektrometri

- Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah, dengan ekstraksi NH4oAc 1 N pH 7 - C-Organik, dengan metode Walkley & Black

- N-total dengan metode Kjeldahl - Rasio C/N

- Basa-basa Tukar (Ca, Mg, K dan Na), dengan ekstraksi NH4oAc 1 N pH 7 - Kejenuhan Basa

- Daya Hantar Listrik (DHL) dengan metode elektrometri (EC meter) - Analisis Kadar Abu

5. Klasifikasi tanah

Setelah analisa laboratorium, dilakukan klasifikasi hinggai tingkat sub grup menggunakan buku Key to Soil Taxonomy 2014 dan Klasifikasi Tanah Nasional.

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 1. Gambut Dataran Tinggi Toba

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) dengan ketinggian 1.338 - 1.414 m dpl. Kabupaten Humbang Hasundutan Terletak pada garis 20 1’ - 20 28’ Lintang Utara dan 980 10’ - 980 58’ Bujur Timur. Secara geografis Kabupaten Humbang Hasundutan berbatasan dengan :

Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah Sebelah Barat : Kabupaten Pakpak Bharat Sebelah Utara : Kabupaten Samosir

Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki iklim yang tergolong dalam daerah tropis basah dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Musim kemarau terjadi dibulan April hingga Agustus dan musim hujan biasanya terjadi pada bulan September hingga bulan Maret. Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki suhu sekitar 17°C – 29°C dan rata-rata kelembaban udara (RH) sebesar 85,94 persen. Jumlah rata- rata curah hujan di daerah ini pada tahun 2015 sebesar 228,7 mm dan jumlah rata-rata hari hujan yang terjadi tahun 2018 sebesar 18 hari hujan. Ketinggian tempat di Kabupaten Humbang Hasundutan mempengaruhi suhu udara dimana pada setiap kenaikan 100 m suhu udara akan turun rata-rata 0,6o sehingga makin tinggi suatu tempat/daerah maka akan menyebabkan penurunan suhu menjadi lebih rendah pada tempat tersebut (BPS Humbahas, 2020).

Kabupaten Humbahas adalah salah satu dari 8 kawasan administrasi yang berada di kawasan Danau Toba. Kawasan Kaldera Toba didominasi oleh

perbukitan atau pegunungan dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan (0–8 %), landai (8–15 %), agak curam (15–25 %), curam (25–45 %), sangat curam sampai dengan terjal (> 45 %). Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan yang berada pada ketinggian dibawah 500 m dpl hanya sekitar 12 % meliputi sebagian Kecamatan Pakkat dan Tarabintang, 500-1000 m dpl sekitar 36

% meliputi Kecamatan Tarabintang, Baktiraja, sebagian wilayah Kecamatan Pakkat dan Parlilitan, ketinggian antara 1000-1500 m dpl sekitar 48 % meliputi Kecamatan Doloksanggul, Pollung, Lintongnihuta, Paranginan, Onanganjang, Sijamapolang, sebagian wilayah Kecamatan Pakkat dan Parlilitan, ketinggian di atas 1500m dpl sekitar 3 % meliputi daerah Dolok Pinapan (BPS humbahas, 2020).

Kabupaten Humbang Hasundutan berada di kawasan jajaran Bukit Barisan dengan keadaan fisiografi umumnya berbukit dan bergelombang dengan selingan daratan, terletak pada ketinggian 330 - 2.075 m dpl dan merupakan suatu kawasan pertanian agrobisnis dengan potensi pengembangan yang cukup besar. Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada daerah pegunungan Bukit Barisan, maka keadaan topografi daerah ini berupa daerah berbukit, bergelombang, serta sebagian dataran tinggi.

Areal pengambilan sampel penelitian berada di Desa Matiti II di Kecamatan Dolok Sanggul dengan ketinggian 1.309 m dpl. Areal gambut di daerah ini banyak digunakan masyarakat untuk lahan pertanian seperti kopi, sawah dan tanaman hortikultura (cabe, tomat dan sayuran). Pengambilan sampel dilakukan pada lahan tanaman kopi jenis arabika berumur 15 tahun milik rakyat.

Sebagian lahan pertanian telah beralih fungsi menjadi perumahan penduduk (BPS humbahas, 2020).

2. Gambut Dataran Rendah

Gambut dataran rendah yang diteliti di Kabupaten Labuhan Batu yang secara geografis terletak pada 1041 – 2044 Lintang Utara, 99033 – 100022 Bujur Timur dengan ketinggian 0 - 2.151 m di atas pemukaan laut. Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu kabupaten yang luas dan berada di wilayah pantai timur di bagian tenggara Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Labuhan Batu berbatasan dengan :

Sebelah Timur : Provinsi Riau

Sebelah Selatan : Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Labuhanbatu Utara Sebelah Utara : Kabupaten Labuhanbatu Utara

Kabupaten Labuhan Batu terdiri dari 9 kecamatan dengan 98 desa/kelurahan dan terletak pada zona iklim Indo-Australia yang bercirikan suhu, kelembaban dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Topografi secara umum menyuguhkan bentuk relief permukaan datar atau hampir datar dan sebagian membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Kemiringan berkisar 0-16% dengan ketinggian 0-370 m di atas permukaan laut (BPS Labuhanbatu, 2019).

Lokasi penelitian berada di Desa Sidumulyo, Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu dengan ketinggian 15 m di atas permukaan laut. Suhu udara di tempat pengambilan sampel yaitu di PT. Hari Sawit Jaya (Asian Agri) berkisar antara 29 oC - 32 oC dan rata-rata kelembaban udara (RH) sebesar 35,6%.

Jumlah rata-rata curah hujan di PT.Hari Sawit Jaya (Asian Agri) tahun 2019 sebesar 8,83 mm dengan jumlah rata-rata hari hujan yang terjadi tahun 2019

sebesar 11 hari hujan. Lahan gambut yang berada di PT. Hari Sawit Jaya (Asian Agri) tersebut dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga ada pengkayaan mineral akibat pasang surut tersebut. Pengaruh pasang surut air laut menjadikan gambut lebih subur sehingga dapat dikelompokkan sebagai gambut eutrofik (BPS Labuhanbatu, 2019).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Morfologi tanah gambut dataran tinggi Toba

Pengamatan sifat morfologi tanah gambut dataran tinggi Toba meliputi tingkat kedalaman tanah gambut, warna, konsistensi, batas topografi, dan batas lapisan. Pada tanah gambut dataran tinggi dibuat 1 profil pewakil yang berada di desa Matiti II, Kecamatan Dolok Sanggul. Pada profil dilakukan pengamatan morfologi tanah menurut pedoman pengamatan tanah Soil Survey Staff (2014) dan pengambilan contoh tanah tiap lapisan untuk dianalisis di laboratorium.

Deskripsi profil tanah dari lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

4.1.2 Profil Gambut Dataran Tinggi Toba

Lokasi : Desa Matiti II, Kecamatan Dolok sanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara

Kode : Profil 1

Koordinat : N 02o15.32o

E 98o43.20o

Klasifikasi soil Taxonomy : Hydric Haplohemist

Fisiografi : Cekungan

Karakteristik Lereng : 0-3% (datar-agak datar)

Elevasi : 1409 m dpl

Ketebalan gambut : >3 m

Bahan Induk : Hutan Koniferus

Epipedon : 0-130 cm Hemik

Gambar penampang profil Lapisan Kedalaman (cm)

Deskripsi

(menggunakan bor )

(menggunakan bor )

Oe1 0-60 Coklat gelap

kemerahan (5YR 2,5/1), tingkat kematangan hemik, konsistensi agak lekat, agak plastis, batas baur lurus.

Oe2 60-90 Hitam Kecoklatan (10YR 2/1), tingkat kematangan hemik, konsistensi agak lekat, agak plastis, batas baur lurus

Oe3 90-130 Hitam Kecoklatan (10YR 2/1), tingkat kematangan hemik, konsistensi agak lekat, agak plastis, batas baur lurus.

Tabel 4.1. Karakteristik Morfologi Tanah Gambut Dataran Tinggi Toba Lapisan Kedalaman

---cm---

Warna Tanah Konsistensi Batas Topografi perubahan warna tanah dari permukaan tanah hingga kelapisan bawah. Pada profil pewakil terlihat keadaan morfologi dari tier permukaan hingga kelapisan sub-permukaan (tier bawah-sub-permukaan) terjadi perubahan warna tanah. Warna tanah dari lapisan permukaan ke lapisan sub-permukaan semakin berwarna gelap (hitam) sedangkan di lapisan sub-permukaan sampai ke lapisan bawah permukaan (tier dasar) tidak terjadi perubahan warna. Nilai Hue dari 5 YR menjadi 10 YR dan nilai value berubah dari 2,5 menjadi 2 tetapi nilai chroma tetap 1 di lapisan permukaan (tier permukaan sampai ke lapisan sub permukaan (tier bawah-permukaan) sedangkan pada lapisan bawah permukaan (tier dasar) warna tanah yaitu 10 YR 2/1.

4.1.3 Karakteristik Fisika Tanah Gambut Dataran Tinggi Toba

Karakteristik fisika yang diamati pada gambut dataran tinggi yaitu tingkat kematangan/dekomposisi bahan organik dan bulk densiti. Karakter fisik dari gambut dataran tinggi Toba seperti yang tersaji pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2. Karakteristik Fisika Tanah Gambut Dataran Tinggi Toba

Lapisam Kedalaman Tingkat Kematangan Bulk densiti

---cm--- g/cm 3

Oe1 0-60 Hemik 0,25

Oe2 60-90 Hemik 0,16

Oe3 90-130 Hemik -

Dari Tabel 4.2, tersaji bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kematangan/dekomposisi bahan organik pada berbagai tingkat kedalaman tanah gambut. Lahan gambut dataran tinggi Toba memiliki tingkat kematangan hemik (setengah matang) pada lapisan permukaan, lapisan sub permukaan sampai pada lapisan bawah.

Bulk densiti pada gambut dataran tinggi Toba semakin rendah dengan bertambahnya kedalaman tanah gambut. Kedalaman tanah gambut tersebut yaitu sebesar 0,25 g.cm-3 pada kedalaman 0 – 60 cm dan 0,16 g.cm-3 pada kedalaman 60 – 90 cm.

4.1.4 Karakteristik Kimia Tanah Gambut Dataran Tinggi Toba

Karakteristik kimia yang diamati pada gambut dataran tinggi Toba yaitu pH H2O, pH NaF. Kejenuhan Basa, KTK, DHL, C-organik, N-total, C/N dan kadar abu. Karakter kimia dari gambut dataran tinggi Toba seperti yang tersaji pada Tabel 4.3 dan 4.4 berikut ini:

Tabel 4.3. pH Tanah, DHL, C-Organik, N-Total dan C/N Gambut Dataran Tinggi Toba

Tabel 4.4. Kation Tukar,KTK, KB dan Kadar Abu Gambut Dataran Tinggi Toba Dari Tabel 4.3 dan 4.4 hasil pengamatan profil pada gambut dataran tinggi Toba memiliki nilai pH H2O dalam kriteria masam sampai sangat masam pada lapisan permukaan sampai tier dasar. Pada dataran tinggi Toba nilai pH NaF pada lapisan permukaan lebih tinggi dan pH NaF semakin rendah pada lapisan sub permukaan ( tier bawah-permukaan) sampai dengan tier dasar.

Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah pada gambut dataran tinggi Toba termasuk kedalam kriteria tinggi hingga sangat tinggi yaitu sebesar 53-91 me/100g. Pada tier permukaan nilai KTK tanah gambut lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan sub permukaan (tier bawah-permukaan) sampai dengan tier dasar.

Daya hantar listrik (DHL) pada gambut dataran tinggi Toba pada lapisan permukaan lebih rendah dibandingkan dengan lapisan sub permukaan (tier bawah-permukaan) dan pada lapisan tier dasar DHL menurun dibandingkan lapisan sebelumnya.

Kadar C-organik pada gambut dataran tinggi Toba pada seluruh lapisan tergolong sangat tinggi >5%. Pada Lapisan permukaan kadar C-organik lebih tinggi dibandingkan di lapisan sub permukaan (tier bawah-permukaan) dan meningkat di lapisan tier dasar. Rasio C/N pada lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan sub permukaan dan tier dasar yang C/N semakin rendah.

Kejenuhan Basa (KB) pada gambut dataran tinggi termasuk kedalam KB yang rendah hal ini dapat dilihat dari kation-kation basa pada setiap lapisan yang nilainya tidak jauh berbeda. Kadar abu pada gambut dataran tinggi Toba di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan sub permukaan dan tier dasar.

4.1.5 Klasifikasi Tanah Gambut Dataran Tinggi Toba

Profil pewakil pada gambut dataran tinggi Toba diklasifikasikan berdasarkan Soil Taxonomy menurut Key to Soil Taxonomy edisi ke-12 (2014) dan Klasifikasi Tanah Nasional edisi 1 (2014).

A. Soil Taxonomy 2014

Ordo, Tanah pada profil pewakil memiliki bahan organik dan potongan kayu yang berdiameter lebih dari 20 mm, dan tidak begitu terdekomposisi sehingga sulit diremas atau dipecah dengan tangan. Sebagian tanah organik memiliki lapisan permukaan mineral setebal kurang dari 40 cm, tanah organik yang terdiri dari bahan saprik dan hemik dari tiga perempat (dari volume) atau lebih dari volume serat-seratnya berasal bahan induk kayu. Lapisan permukaan sampai sedalam 60 cm memiliki berat volume kurang dari 0,1 g/cm3. Hal tersebut menegaskan bahwa tanah dari profil pewakil memenuhi sifat tanah organik yang diklasifikasikan sebagai ordo Histosol.

Sub Ordo, Hasil pengamatan profil pewakil memiliki kedalaman bahan organik yang lebih dari bahan tanah hemik, gambut setengah matang dengan bahan asalnya masih bisa dikenali dan bila diremas kandungan seratnya yang tertinggal ditelapak tangan antara sepertiga dan duapertiga jumlah semula, masih terlihat bahan organik (serat) baik pada permukaan sampai bagian tier bawah. Hal

ini menyatakan bahwa tanah ordo Histosol dan memiliki kriteria dalam sub ordo hemist.

Great Grup, Hasil pengamatan dilapangan pada profil pewakil memenuhi kategori sub ordo hemist lainnya sehingga termasuk kedalam great grup Haplohemist.

Sub Grup, Pada pengamatan profil pewakil great grup haplohemist ini memiliki lapisan air di dalam penampang kontrol, di bawah tier permukaan sehingga termasuk dalam sub grup Hydric Haplohemist.

Berdasarkan Key to Soil Taxonomy 2014, bahwa profil tanah gambut dataran tinggi yang berlokasi di Desa Matiti II , Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki klasifikasi tanah sebagai berikut : Ordo : Histosol

Sub Ordo : Hemist Great Grup : Haplohemist

Sub Grup : Hydric Haplohemist.

B. Klasifikasi Tanah Nasional.

Jenis Tanah, Tanah yang mempunyai bahan organik setebal ≥ 50 cm dan memiliki bulkdensity < 0,1 gr/cm3 diklasifikasikan dalam jenis tanah Organosol.

Macam Tanah, Dari hasil pengamatan dapat diketahui tanah organosol yang didominasi bahan hemik setebal 50 cm atau berlapis sampai 80 cm dari permukaan sehingga macam tanah termasuk ke dalam Organosol Hemik.

Berdasarkan Klasifikasi Tanah Nasional, bahwa profil pewakil gambut dataran tinggi yang berada pada lokasi di Desa Matiti II, Kecamatan Dolok

Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki klasifikasi tanah sebagai berikut:

Jenis Tanah : Organosol

Macam Tanah : Organosol Hemist 4.1.6 Tanah gambut dataran rendah

Lokasi profil pewakil untuk gambut dataran rendah berada di desa Sidomulyo, Kecamatan Bilah Hilir pada ketinggian 15 m dpl, pada lahan budidaya kelapa sawit milik PT. Hari Sawit Jaya (Asian Agri Group) berumur 9 tahun dan merupakan tanaman generasi kedua.

4.1.7 Morfologi tanah gambut dataran rendah

Pengamatan sifat morfologi tanah meliputi tingkat kedalaman tanah gambut, warna, konsistensi, batas topografi, dan batas lapisan. Pada profil pewakil dilakukan pengamatan morfologi tanah menurut pedoman pengamatan tanah Soil Survey Staff (2014) dan pengambilan contoh untuk dianalisis di laboratorium.

Deskripsi profil tanah dari lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

4.1.8 Profil Gambut Dataran Rendah

Lokasi : Desa Sidumulyo, Kec. Bilah Hilir, Kab. Labuhan Batu, Prov. Sumatera Utara

Kode : Profil 1

Koordinat : N 02o24.115o

E 100o01.141o Klasifikasi soil Taxonomy : Typic Haplosaprist

Fisiografi : Cekungan

Karakteristik Lereng : 0-3% (datar-agak datar)

Elevasi : 15 m dpl

Ketebalan gambut : >3 m

Bahan Induk : Hutan Rawa Gambut

Epipedon : 0-90 cm Saprik, 90-130 Hemik

Gambar penampang profil Lapisan Kedalaman (cm)

Deskripsi

Oa1 0-60 Coklat gelap

kemerahan (5YR 2,5/2), tingkat kematangan saprik, konsistensi agak lekat, agak plastis, batas baur lurus

Oa2 60-90 Coklat gelap

kemerahan (5YR 2,5/2), tingkat kematangan saprik, konsistensi agak lekat, agak plastis, batas baur lurus

Oe 90-130 Coklat gelap

kemerahan (5YR 3/2), tingkat kematangan hemik, konsistensi agak telat, agak plastis, batas baur lurus.

Tabel 4.5. Karakteristik Morfologi Tanah Gambut Dataran Rendah Lapisan Kedalaman

---cm---

Warna Tanah Konsistensi Batas Topografi

Dari hasil pengamatan Tabel 4.5 profil pada gambut dataran rendah tidak terjadi perubahan warna tanah dari permukaan tanah hingga kelapisan bawah (tier dasar). Pada profil pewakil tersebut keadaan morfologi dari permukaan hingga kelapisan sub-permukaan tidak ada perubahan warna tanah, konsistensi, batas topografi dan batas lapisan. Dari lapisan sub-permukaan hingga ke lapisan bawah, terlihat adanya peningkatan nilai value warna tanah yaitu 2,5 meningkat menjadi 3 sedangkan konsistensi, batas topografi dan batas lapisan tidak ada perubahan.

4.1.9 Karakteristik Fisika Tanah Gambut Dataran Rendah

Hasil analisis sifat fisika tanah gambut dari profil pewakil ditemukan perbedaan pada beberapa parameter yang diamati. Karakteristik fisika yang diamati pada gambut dataran rendah yaitu tingkat kematangan/dekomposisi bahan organik dan bulk densiti. tersaji pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6. Karakteristik Fisika Tanah Gambut Dataran Rendah

Lapisan Kedalaman Tingkat Kematangan/ Bulk density

---cm--- g/cm 3

Oa1 0-60 Saprik 0,15

Oa2 60-9 Saprik 0,13

Oe 90-130 Hemik 0,08

Dari Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan tingkat kematangan/dekomposisi bahan organik pada berbagai tingkat kedalaman tanah gambut. Lahan gambut dataran rendah memiliki tingkat kematangan saprik (matang) pada lapisan permukaan dan lapisan sub permukaan sedangkan pada lapisan bawah memiliki tingkat kematangan hemik (setengah matang).

Bulk densiti pada gambut dataran rendah berbeda-beda pada tingkat kedalaman tanah gambut tersebut yaitu sebesar 0,15 g.cm-3, 0, 13 g.cm-3 dan 0,08 g.cm-3. Semakin tinggi tingkat kedalaman tanah gambut bulk densiti semakin rendah dan diikuti dengan tingkat kematangan gambut dimana pada kedalaman 0-90 cm tingkat kematangan tanah gambut adalah saprik dan pada kedalaman 0- 90-130 cm tingkat kematangan tanah gambut adalah hemik.

4.1.10 Karakteristik Kimia Tanah Gambut Dataran Rendah

Karakteristik kimia yang diamati pada gambut dataran t\rendah yaitu pH H2O, pH NaF. Kejenuhan Basa, KTK, DHL, C-organik, N-total, C/N dan kadar abu. Karakter kimia dari gambut dataran rendah seperti yang tersaji pada Tabel 4.7 dan 4.8 berikut ini:

Tabel 4.7. pH Tanah, DHL, C-Organik, N-Total dan C/N Gambut Dataran Rendah Lapisan Tingkat

Tabel 4.8. Kation Tukar, KB, KTK dan Kadar Abu Gambut Dataran Rendah Lapisan Tingkat

Dari Tabel 4.7 dan 4.8 hasil pengamatan profil pada gambut dataran rendah memiliki nilai pH H2O dalam kriteria sangat masam pada lapisan permukaan sampai tier dasar. Pada gambut dataran rendah nilai pH NaF pada lapisan permukaan lebih tinggi dan pH NaF semakin rendah pada lapisan sub

Dari Tabel 4.7 dan 4.8 hasil pengamatan profil pada gambut dataran rendah memiliki nilai pH H2O dalam kriteria sangat masam pada lapisan permukaan sampai tier dasar. Pada gambut dataran rendah nilai pH NaF pada lapisan permukaan lebih tinggi dan pH NaF semakin rendah pada lapisan sub

Dokumen terkait