• Tidak ada hasil yang ditemukan

36 tersebut. Sementara pihak Balai Konservasi Sumberdaya Alam NTT tidak fokus pada masalah

D. Gangguan pada Tanaman Inang

B. Predator

Predator adalah sejenis insekta yang meletakan telur-telurnya pada atau dekat bungkulan lak di cabang pohon inang. Setelah telur menetas, larva predator ini kemudian mencari makanan yang salah satu diantaranya adalah kutu lak (Setyodarmodjo,1983).

C. Cendawan

Cendawan mengakibatkan sekresi lak menjadi kotor dan berwarna kehitaman. Serangan cendawan selain menurunkan kualitas kebersihan lak juga dikhawatirkan menutupi rongga antar sel sehingga mengganggu kehidupan kutu lak dan menurunkan produksi lak cabang. Timbulnya cendawan terutama disebabkan oleh kondisi lingkungan sekitar tularan yang terlalu lembab. Kelembaban tinggi tersebut diakibatkan tanaman inang yang terlalu rimbun, tidak terkena sinar matahari dan tidak adanya aliran udara dalam pohon inang.

D. Gangguan pada Tanaman Inang

23

Makalah pada Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPK Kupang. Kupang, 13 Desember 2007

24

Perpustakaan Balai Penelituran Kehutanan Kupang Alih Media Tahun 2011

Prosiding Kupang 12 November 2007

39

Gangguan pada tanaman inang meliputi serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman inang, gangguan ternak, liana atau benalu dan adaptasi iklim tanaman inang yang menggangu pertumbuhan seperti menggugurkan daun akibat kekeringan.

Gangguan pada tanaman inang akan secara langsung mempengaruhi produksi lak cabang yang dihasilkan. Hal ini disebabkan tanaman inang berfungsi menyediakan makanan bagi pertumbuhan kutu lak. Terganggunya tanaman inang menyebabkan kurangnya makanan untuk kehidupan kutu lak.

E. Kebakaran

Gangguan lain yang mengancam tularan kutu lak adalah kebakaran. Kebakaran akan mematikan kutu lak, tanaman inang dan keberlanjutan usaha penularan kutu lak.

III. PENGENDALIAN PARASIT DAN PREDATOR KUTU LAK

Serangan parasit dan predator biasanya menyebabkan tularan muda yang masih berupa benang-benang putih tiba-tiba menghitam dan rontok (Gambar 1) serta lak yang sudah mulai menguning lepas satu persatu karena tergerek oleh larva di dalamnya (Gambar 2).

Gambar 1. Cabang terserang parasit Gambar 2. Larva predator

Beberapa jenis serangga yang telah diinformasikan sebagai parasit kutu lak adalah Erencritus

dewitzi,. Tachardisephagus tachardiae dan T. Somervilli (Pakkan dkk, 2003). Diantara ketiga jenis parasit

tersebut, Erencritus dewitzi merupakan parasit yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan kegagalan tularan hingga mencapai 90%. T. tachardiae menyerang tularan kutu lak muda sampai umur 3 bulan dengan intensitas kerusakan dapat mencapai 60%. Sedangkan T. Somervilli menyerang tularan umur 4-5 bulan dengan intensitas kerusakan mencapai 20-30% (Sriwahyuni dalam Wiyono, 2002).

Beberapa jenis serangga yang diinformasikan sebagai predator kutu lak adalah : Eubleme amabilis,

Eublema rubra, Pyroderos falcatella, Holcocera pulverea (Wiyono, 2002) dan golongan semut yaitu

semut gatal (Pleidologetes diwersus) dan semut kripik (Crematogaster dohri) (Setyodarmodjo,1983; Wiyono, 2002). Semut gatal menyebabkan kerusakan pada tularan muda dengan intensitas serangan mencapai 100% dan semut kripik menyerang pada berbagai umur tularan dengan intensitas kerusakan dapat mencapai 70% (Sriwahyuni dalam Wiyono, 2002). Larva Eubleme amabilis berwarna putih kekuningan dan kepompongnya berwarna coklat kuning tua, sedangkan larva Holcocera pulverea berwarna coklat kehitaman dan kepompongnya berwarna coklat tua (Setyodarmodjo, 1983).

Beberapa faktor yang ditengarai menjadi penyebab terjadinya serangan parasit dan predator kutu lak tersebut antara lain :

1. Kegiatan budidaya yang tidak dilakukan secara intensif. Penularan bibit tanpa dibungkus dengan kantong kain kasa menyebabkan penyebaran bibit parasit dan predator menyebar secara langsung pada saat penularan bibit kutu lak. Tidak dilakukannya pembersihan tumbuhan bawah dan pemangkasan menyebabkan lokasi tularan menjadi tempat bersarangnya parasit dan predator karena tidak adanya aliran udara yang cukup ke dalam lokasi tularan. Tidak dilakukannya pengusiran parasit dan predator melalui pengasapan yang teratur menyebabkan parasit dan predato yang terbang tinggal didalam tularan. Pemanenan secara bertahap dan tidak bersihmengakibatkan parasit dan predator tetap tinggal pada pohon inang pasca tularan, hal ini mengakibatkan pada siklus kedua penularan populasi parasit dan predator jadi berlipat ganda dan langsung menyerang kutu lak yang baru menempel.

2. Kondisi tanaman inang yang terlalu rimbun, menggerombol dan bersentuhan, dan tidak terkena sinar matahari secara cukup, menyebabkan tidak adanya aliran angin kedalam tularan serta menyebabkan kondisi tularan menjadi terlalu lembab. Kondisi yang lembab dan miskin aerasi ini sangat ideal untuk tinggal dan berkembangnya parasit-parasit dan predator kutu lak (Rochayah dkk., 2004).

Berdasarkan hasil Studi banding di KPH Probolinggo, Perum Perhutai Unit II Jawa Timur, tindakan pengendalian serangan parasirt dan predator yang harus dilakukan adalah :

1. Pemangkasan cabang semua pohon inang yang pernah terkena serangan parasit dan predator kutu lak.

2. Penularan kutu lak sebaiknya hanya dilakukan pada daerah yang belum terkena serangan parasit dan predator dengan menerapkan teknik budidaya yang intensif.

3. Pada kegiatan penularan, bibit lak yang ditularkan harus sudah dibungkus dengan kain kasa untuk memcegah penyebarluasan parasit/ predator.

40

IV. TEKNIK PEMELIHARAAN TULARAN

Kegiatan pemeliharaan tularan kutu lak memiliki tujuan menjaga tularan lak sehingga mampu menghasilkan produksi lak cabang yang optimal dengan menjaga tanaman inang dan kondisi iklim mikro tetap optimal bagi pertumbuhan lak sehingga kutu lak dapat berproduksi dengan baik serta mengendalikan gangguan-gangguan yang menyerang tularan kutu lak baik berupa parasit, predator, cendawan, kebakaran, maupun gangguan pada tanaman inang sehingga produksi tularan lak tidak terganggu. Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pemeliharaan kutu lak meliputi (Perhutani, 2007) :

1. Pembersihan tumbuhan bawah disekitar tanaman inang kutu lak dengan tujuan: a. Membebaskan tanaman inang dari tanaman penggangg.

b. Menjaga sirkulasi udara pada lokasi tularan sehingga suhu optimal bagi kehidupan lak (24-28 0C) bisa dipertahankan.

c. Membasmi sarang parasit dan predator d. Mencegah terjadinya kebakaran

e. Menyediakan bahan pengasapan dan pupuk bagi tanaman inang

2. Melakukan pengasapan pada lokasi tularan baik secara rutin untuk mengusir parasit atau predator yang menyerang tularan lak. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam melakukan pengasapan adalah :

a. Memperhatikan arah angin, sehingga asap yang dihasilkan mengarah pada tularan lak.

b. Pengasapan hendaknya dilakukan dengan menggunakan cabang/ daun yang masih basah sehingga menghasilkan asap yang cukup tetapi tidak menimbulkan bara api.

c. Perlunya pembuatan ilaran api untuk mencegah kebakaran.

3. Memotong cabang tularan yang sudah terkena penyakit dan memusnahkannya.

4. Mengendalikan predator kutu lak dari jenis semut dengan menaburkan abu disekitar tularan. Pengasapan secara teratur juga akan membantu mengusir semut dari lokasi tularan.

Intensitas kegiatan pemeliharaan akan sangat bergantung pada kondisi tempat penularan, musim dan umur tularan. Pada daerah yang lembab, musim hujan pembersihan tumbuhan bawah dan pengasapan hendaknya perlu lebih sering dilakukan. Pada tularan muda, pemeliharaan dan pengamatan adanya serangan hama memerlulan intensitas yang lebih besar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Menurunnya produksi lak Sumba Timur disebabkan oleh serangan parasit dan predator kutu lak. Terjadinya serangan parasit dan predator tersebut diakibatkan oleh kegiatan budidaya yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah teknis dan mengabaikan kegiatan pemeliharaan tularan, serta kondisi lokasi dan pohon tularan yang terlalu lembab dan tanpa aliran angin yang cukup.

Pengendalian parasit dan predator kutu lak yang menyerang tularan masyarakat Sumba Timur dapat dilakukan dengan pemangkasan, melakukan penularan hanya pada daerah yang belum terkena serangan dengan teknik budidaya yang intensif. Kegiatan pemeliharaan sebaiknya dilakukan secara rutin untuk menjaga kondisi lingkungan tetap optimal untuk kehidupan kutu lak serta mencegah terjadinya gangguan-gangguan yang mengancam tularan lak baik berupa parasit, predator, cendawan, gangguan terhadap pohon inang maupun kebakaran.

B. Saran

Dalam rangka pemeliharaaan tularan dan mengendalikan parasit dan predator yang menyerang tularan lak masyarakat di Sumba Timur perlu dilakukan upaya untuk merubah pola budidaya lak yang dilakukan masyarakat agar sesuai dengan teknik budidaya lak yang baik melalui pendampingan dan sosialisasi. Selain itu, mengingat keterbatasan kemampuan permodalan masyarakat pemerintah perlu melengkapi bantuan bibit lak kepada masyarakat dengan bantuan kain kassa.

DAFTAR PUSTAKA

Kurnaedi, R. dan M. Widnyana, 2003. Pengusahaan Steacklac dan Budidaya Kutu Lak. Buletin Penelitian Kehutanan 643: 25-32.

Pakan, S., L. Mukkun, H. Lalel, 2003. Kendala dan Prospek Pengusahaan Lak di Rote-Ndao. Makalah Temu Usaha Lak di Rote. Tidak dipublikasikan.

Perhutani, 2007. Optimalisasi Produksi Lak Cabang. Perum Perhutani KPH Probolinggo, Jawa Timur. Rochayah, S, S. Darmawan, E.E. Koeslulat, I.M. Widnyane, 2004. Pengembangan komoditi lak untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara. P3HKA. Bogor.

Rochayah, S. 2004.Pengusahaan Lak di Nusa Tenggara Timur. Laporan Penelitian. Kupang. Tidak dipublikasikan.

Setyodarmodjo, S. 1983. Perusahaan Lak dan Pengembangan-nya. Majalah Duta Rimba

Wiyono, B. 2002. Pengusahaan Lak Cabang di Indonesia, Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Vol 3 No.1 Tahun 2002: 95-107

Perpustakaan Balai Penelituran Kehutanan Kupang Alih Media Tahun 2011

Prosiding Kupang 12 November 2007

41

Bidang

42