• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Bahasa Penegasan

Dalam dokumen Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Halaman 101-107)

DIKSI DAN GAYA BAHASA

2. Kesesuaian Kata

3.2 Gaya Bahasa

3.2.1 Gaya Bahasa Penegasan

1. Inversi

Inversi ialah gaya bahasa yang berupa susunan kalimat

terbalik dari subjek-predikat menjadi predikat-subjek. Inversi disebut juga susun balik.

Contoh:

a. Indah benar pemandangannya.

b. Bergembiralah ia setelah dinyatakan lulus. c. Luas sekali halaman rumahnya.

2. Retoris

Retoris ialah gaya bahasa berupa kalimat tanya yang tidak

memerlukan jawaban.

Contoh:

a. Bukankah tugas kalian masih banyak? b. Apakah kamu rela adikmu dianiaya? c. Itukah hasil kerjamu?

3. Koreksio

Koreksio ialah gaya bahasa yang mengoreksi kata-kata

yang dianggap salah dengan kata-kata pembetulannya. Kesalahan itu terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja.

Contoh:

a. Dia sering menakut-nakuti, maksudku, menasihatiku.

b. Kerugian yang besar ini sebaiknya ditanggung oleh panitia, maksudku kita semua.

c. Dia sedang tidur, oh ternyata sedang di kamar kecil.

4. Repetisi

Repetisi ialah gaya bahasa dengan mengulang-ulang kata

Contoh:

a Kita harus berusaha, kita harus belajar, kita harus bisa sehingga kita harus pintar.

b. Setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan kita disuruh bersabar. Sampai kapan kita harus bersabar?

c. Tanamkan kesabaran, tanamkan kejujuran, tanamkan ketulusan, dan tanamkan agama dalam jiwa kita hingga mengakar.

5. Paralelisme

Paralelisme ialah gaya bahasa dengan pengulangan yang

sering dipakai dalam puisi. Paralelisme dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anafora dan epifora.

a. Anafora ialah gaya bahasa pengulangan kata atau kelompok kata

pada bagian awal puisi atau lagu.

Contoh:

1) Semakin saya kenal diri saya, Semakin saya tidak percaya, Kepada diri saya ...

2) Kepada-Mu aku bersujud,

Kepada-Mu aku bersembah,

Kepada-Mu aku menghamba,

b. Epifora ialah gaya bahasa penegasan dengan pengulangan kata

atau kelompok kata pada bagian akhir puisi atau lagu.

Contoh:

1) Sujudku untuk-Mu, ya Allah

Sembahku untuk-Mu, ya Allah, Jiwa dan ragaku untuk-Mu, ya Allah,

2) Sekarang kamu mau, aku belikan,

Saat ini kamu minta, aku belikan Jika kamu suka, aku belikan, Kamu kehendaki, aku belikan.

6. Enomerasio

Enomerasio ialah gaya bahasa yang menyebutkan

beberapa peristiwa saling berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan.

Contoh:

a. Bintang-bintang gemerlapan, rembulan bersinar, angin

berembus sepoi-sepoi, malam itu indah sekali.

b. Kami mempunyai anak-anak yang lucu-lucu, mereka juga

pintar, di sekolah mereka mendapat peringkat atas,

kami bahagia.

c. Saya belum bekerja, sering minta uang kepada ibu, setiap hari mencari iklan lowongan kerja. Mana mungkin aku dapat mencukupi kebutuhanku.

7. Klimaks

Klimaks ialah gaya bahasa yang mengungkapkan

beberapa hal secara berturut-turut semakin memuncak.

Contoh:

a. Sejak detik, menit, jam, dan hari ini saya tidak merokok lagi. b. Seribu rupiah? Jangankan seribu, sepuluh ribu, seratus ribu,

bahkan lima ratus ribu pun akan aku berikan untuk membeli obat.

c. Dusun-dusun, desa-desa, kota kecamatan, kota kabupaten, kota provinsi, dan ibu kota memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan.

8. Antiklimaks

Antiklimaks ialah gaya bahasa yang menyatakan

beberapa hal secara berturut-turut semakin menurun.

Contoh:

a. Jangankan seribu, seratus, serupiah, bahkan sesen pun aku tidak membawa uang.

b. Pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kota atau kabupaten, pemerintah kecamatan, dan pemerintah desa harus mendukung upaya mencegah peredaran narkoba.

c. Ibunya, dia sendiri dan suaminya, anaknya, bahkan cucunya, sudah datang.

9. Asidenton

Asidenton ialah gaya bahasa yang menjelaskan beberapa

hal sederajat secara berturut-turut tanpa kata hubung.

Contoh:

a. Mertuanya, istrinya, anaknya semua berangkat ke Yogyakarta dengan kereta api.

b. Baju, celana, kaos, sarung, dan kaos kaki dicuci semuanya. c. Buku, pensil, penghapus, dan kertas HVS semuanya dibeli.

10. Polisidenton

Potisidenton ialah gaya bahasa yang menjelaskan

beberapa hal sederajat secara berturut-turut dengan kata hubung.

Contoh:

a. Ketika hujan turun maka bergegaslah anak-anak dan ibu masuk ke gedung.

b. Buku cerita dan sepatu serta tas dibeli kakak untuk adik.

c. Yang harus kamu beli, misalnya paku dan gergaji serta papan

11. Pleonasme

Pleonasme ialah gaya bahasa yang menggunakan kata

tambahan secara berlebihan.

Contoh:

a. Anak-anak sedang turun ke bawah.

b. Jika ingin kelihatan lebih jelas, kamu dapat naik ke atas.

c. Dana yang dibutuhkan untuk membangun rumah korban gempa Tsunami amat sangat besar.

12. Tautologi

Tautologi ialah gaya bahasa dengan pengulangan kata,

kelompok kata, atau sinonimnya.

Contoh:

a. Datang, datanglah malam ini juga wahai sahabatku.

b. Tenanglah saudara-saudara sekalian, tenanglah sebentar lagi pimpinan akan datang.

c. Tidak mungkin aku membohongimu, tidak mungkin aku berdusta, tidak mungkin aku membohongi tuan.

13. Praterito

Praterito ialah gaya bahasa yang menyembunyikan maksud

agar ditebak oleh pembaca atau pendengarnya.

Contoh:

a. Kecantikan penari keraton itu sulit digambarkan dari ujung kaki hingga ujung rambut. Pokoknya ... semua pria mengagumi kecantikannya.

b. Senang sekali bisa diterima kuliah di UGM. Kelak kalian dapat merasakan sendiri.

c. Bagaimana indahnya Pantai Kuta? Saya tidak mau menjelaskan. Anda dapat menyaksikan keindahan Pantai Kuta jika Anda berada di sana.

14. Elipsis

Elipsis ialah gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips

(kalimat tidak lengkap). Kalimat elips ialah kalimat yang subjek atau predikatnya dilesapkan.

Contoh:

a. Diam! (maksudnya: Anak-anak diam!)

b. Ayo, tidur! (maksudnya: Ayo, anak-anak tidur!)

c. Jika belum jelas, bertanyalah. (maksudnya: Jika kalian belum jelas tentang penggunaan huruf kapital, bertanyalah.)

15. Interupsi

Interupsi ialah gaya bahasa yang menggunakan kata atau

kelompok kata yang disisipkan untuk menjelaskan sesuatu.

Contoh:

a. Indonesia, berpenduduk di atas dua ratus juta, termasuk negara berkembang.

b. Buku ini, yang ku cari selama ini, kudapatkan dari seorang teman.

c. Akhirnya dia, yang mungkin rindu dengan kampung halaman setelah lama pergi, kembali ke rumah .

16. Ekslamasio

Ekslamasio ialah gaya bahasa yang menggunakan kata

seru. Yang termasuk kata seru di antaranya, yaitu ah, aduh, amboi,

astaga, awas, oh, wah.

Contoh:

a. Awas, ada anjing galak! - b. Wah, hebat benar rumahnya. c. Aduh, sakitnya gigi ini.

3.2.2 Gaya Bahasa Perbandingan

Dalam dokumen Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Halaman 101-107)

Dokumen terkait