DIKSI DAN GAYA BAHASA
2. Kesesuaian Kata
3.2 Gaya Bahasa
3.2.1 Gaya Bahasa Penegasan
1. Inversi
Inversi ialah gaya bahasa yang berupa susunan kalimat
terbalik dari subjek-predikat menjadi predikat-subjek. Inversi disebut juga susun balik.
Contoh:
a. Indah benar pemandangannya.
b. Bergembiralah ia setelah dinyatakan lulus. c. Luas sekali halaman rumahnya.
2. Retoris
Retoris ialah gaya bahasa berupa kalimat tanya yang tidak
memerlukan jawaban.
Contoh:
a. Bukankah tugas kalian masih banyak? b. Apakah kamu rela adikmu dianiaya? c. Itukah hasil kerjamu?
3. Koreksio
Koreksio ialah gaya bahasa yang mengoreksi kata-kata
yang dianggap salah dengan kata-kata pembetulannya. Kesalahan itu terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja.
Contoh:
a. Dia sering menakut-nakuti, maksudku, menasihatiku.
b. Kerugian yang besar ini sebaiknya ditanggung oleh panitia, maksudku kita semua.
c. Dia sedang tidur, oh ternyata sedang di kamar kecil.
4. Repetisi
Repetisi ialah gaya bahasa dengan mengulang-ulang kata
Contoh:
a Kita harus berusaha, kita harus belajar, kita harus bisa sehingga kita harus pintar.
b. Setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan kita disuruh bersabar. Sampai kapan kita harus bersabar?
c. Tanamkan kesabaran, tanamkan kejujuran, tanamkan ketulusan, dan tanamkan agama dalam jiwa kita hingga mengakar.
5. Paralelisme
Paralelisme ialah gaya bahasa dengan pengulangan yang
sering dipakai dalam puisi. Paralelisme dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anafora dan epifora.
a. Anafora ialah gaya bahasa pengulangan kata atau kelompok kata
pada bagian awal puisi atau lagu.
Contoh:
1) Semakin saya kenal diri saya, Semakin saya tidak percaya, Kepada diri saya ...
2) Kepada-Mu aku bersujud,
Kepada-Mu aku bersembah,
Kepada-Mu aku menghamba,
b. Epifora ialah gaya bahasa penegasan dengan pengulangan kata
atau kelompok kata pada bagian akhir puisi atau lagu.
Contoh:
1) Sujudku untuk-Mu, ya Allah
Sembahku untuk-Mu, ya Allah, Jiwa dan ragaku untuk-Mu, ya Allah,
2) Sekarang kamu mau, aku belikan,
Saat ini kamu minta, aku belikan Jika kamu suka, aku belikan, Kamu kehendaki, aku belikan.
6. Enomerasio
Enomerasio ialah gaya bahasa yang menyebutkan
beberapa peristiwa saling berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan.
Contoh:
a. Bintang-bintang gemerlapan, rembulan bersinar, angin
berembus sepoi-sepoi, malam itu indah sekali.
b. Kami mempunyai anak-anak yang lucu-lucu, mereka juga
pintar, di sekolah mereka mendapat peringkat atas,
kami bahagia.
c. Saya belum bekerja, sering minta uang kepada ibu, setiap hari mencari iklan lowongan kerja. Mana mungkin aku dapat mencukupi kebutuhanku.
7. Klimaks
Klimaks ialah gaya bahasa yang mengungkapkan
beberapa hal secara berturut-turut semakin memuncak.
Contoh:
a. Sejak detik, menit, jam, dan hari ini saya tidak merokok lagi. b. Seribu rupiah? Jangankan seribu, sepuluh ribu, seratus ribu,
bahkan lima ratus ribu pun akan aku berikan untuk membeli obat.
c. Dusun-dusun, desa-desa, kota kecamatan, kota kabupaten, kota provinsi, dan ibu kota memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan.
8. Antiklimaks
Antiklimaks ialah gaya bahasa yang menyatakan
beberapa hal secara berturut-turut semakin menurun.
Contoh:
a. Jangankan seribu, seratus, serupiah, bahkan sesen pun aku tidak membawa uang.
b. Pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kota atau kabupaten, pemerintah kecamatan, dan pemerintah desa harus mendukung upaya mencegah peredaran narkoba.
c. Ibunya, dia sendiri dan suaminya, anaknya, bahkan cucunya, sudah datang.
9. Asidenton
Asidenton ialah gaya bahasa yang menjelaskan beberapa
hal sederajat secara berturut-turut tanpa kata hubung.
Contoh:
a. Mertuanya, istrinya, anaknya semua berangkat ke Yogyakarta dengan kereta api.
b. Baju, celana, kaos, sarung, dan kaos kaki dicuci semuanya. c. Buku, pensil, penghapus, dan kertas HVS semuanya dibeli.
10. Polisidenton
Potisidenton ialah gaya bahasa yang menjelaskan
beberapa hal sederajat secara berturut-turut dengan kata hubung.
Contoh:
a. Ketika hujan turun maka bergegaslah anak-anak dan ibu masuk ke gedung.
b. Buku cerita dan sepatu serta tas dibeli kakak untuk adik.
c. Yang harus kamu beli, misalnya paku dan gergaji serta papan
11. Pleonasme
Pleonasme ialah gaya bahasa yang menggunakan kata
tambahan secara berlebihan.
Contoh:
a. Anak-anak sedang turun ke bawah.
b. Jika ingin kelihatan lebih jelas, kamu dapat naik ke atas.
c. Dana yang dibutuhkan untuk membangun rumah korban gempa Tsunami amat sangat besar.
12. Tautologi
Tautologi ialah gaya bahasa dengan pengulangan kata,
kelompok kata, atau sinonimnya.
Contoh:
a. Datang, datanglah malam ini juga wahai sahabatku.
b. Tenanglah saudara-saudara sekalian, tenanglah sebentar lagi pimpinan akan datang.
c. Tidak mungkin aku membohongimu, tidak mungkin aku berdusta, tidak mungkin aku membohongi tuan.
13. Praterito
Praterito ialah gaya bahasa yang menyembunyikan maksud
agar ditebak oleh pembaca atau pendengarnya.
Contoh:
a. Kecantikan penari keraton itu sulit digambarkan dari ujung kaki hingga ujung rambut. Pokoknya ... semua pria mengagumi kecantikannya.
b. Senang sekali bisa diterima kuliah di UGM. Kelak kalian dapat merasakan sendiri.
c. Bagaimana indahnya Pantai Kuta? Saya tidak mau menjelaskan. Anda dapat menyaksikan keindahan Pantai Kuta jika Anda berada di sana.
14. Elipsis
Elipsis ialah gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips
(kalimat tidak lengkap). Kalimat elips ialah kalimat yang subjek atau predikatnya dilesapkan.
Contoh:
a. Diam! (maksudnya: Anak-anak diam!)
b. Ayo, tidur! (maksudnya: Ayo, anak-anak tidur!)
c. Jika belum jelas, bertanyalah. (maksudnya: Jika kalian belum jelas tentang penggunaan huruf kapital, bertanyalah.)
15. Interupsi
Interupsi ialah gaya bahasa yang menggunakan kata atau
kelompok kata yang disisipkan untuk menjelaskan sesuatu.
Contoh:
a. Indonesia, berpenduduk di atas dua ratus juta, termasuk negara berkembang.
b. Buku ini, yang ku cari selama ini, kudapatkan dari seorang teman.
c. Akhirnya dia, yang mungkin rindu dengan kampung halaman setelah lama pergi, kembali ke rumah .
16. Ekslamasio
Ekslamasio ialah gaya bahasa yang menggunakan kata
seru. Yang termasuk kata seru di antaranya, yaitu ah, aduh, amboi,
astaga, awas, oh, wah.
Contoh:
a. Awas, ada anjing galak! - b. Wah, hebat benar rumahnya. c. Aduh, sakitnya gigi ini.
3.2.2 Gaya Bahasa Perbandingan