• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu

Dalam dokumen Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Halaman 152-157)

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA

4. Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu

Dengan mempergunakan perincian-perincian dalam kerangka karangan penulis dengan mudah akan mencari data-data atau fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya atau dan fakta yang telah dikumpulkan akan dipergunakan untuk bagian-bagian mana dari karangannya itu.

Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap dapat menyusutkannya kembali kepada kerangka karangan yang hakikatnya sama dengan apa yang telah dibuat pengarangnya. Dengan penyusutan ini, pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur karangan tersebut dapat diteliti, dianalisa, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas. Dengan demikian. pengungkapan maksud = kerangka karangan = karangan

5.1.3 Bentuk Kerangka Karangan

Sebuah kerangka karangan dapat dibedakan atas kerangka kalimat dan kerangka topik. Kerangka kalimat mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, subtopik maupun sub-subtopik. Di dalam ke rangka topik, setiap butir dalam kerangka terdiri dari topik yang berupa frase, bukan kalimat lengkap.

Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam subtopik dan mungkin selanjutnya ke dalam sub-subtopik. Sebelum kerangka kerja yang sebenarnya disusun terlebih dahulu harus dibuat kerangka kasar, atau yang disebut kerangka sementara. Misalnya, kita akan menulis karangan mengenai kegiatan sebuah universitas pada

periode tertentu. Mula-mula kita memecahkan topik tersebut ke dalam suatu babakan besar.

Perhatikan contoh berikut!

Topik:

Kegiatan Mahasiswa Universitas Komodo Selama Periode Tahun 1980-1982

I. Kegiatan Akademis II. Kegiatan Sosial

III. Kegiatan di Bidang Olah Raga dan Seni

Setelah diperoleh kerangka kasar, maka kita mulai memikirkan rincian untuk setiap babakan kasar di atas. Hasilnya, diperoleh sebuah kerangka yang lebih terinci.

Contoh:

Kegiatan Mahasiswa Universitas Komodo Selama Periode Tahun 1980 - 1983. 1. Kegiatan Akademis 1.1 Penelitian 1.2 Seminar 1.3 Ceramah Ilmiah 1.4 Karya Wisata 2. Kegiatan Sosial

2.1 Partisipasi Mahasiswa Universitas Komodo Dalam Usaha Menanggu-langi Akibat Bencana Alam.

2.2 Partisipasi Mahasiswa dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat di Sekitar Kampus.

2.3 Partisipasi Mahasiswa dalam Usaha Meningkatkan Keterampilan Kaum Ibu.

Kerangka karangan itu masih dapat dirinci lagi, misalnya dengan cara mengelompokkan kegiatan menurut jenis penelitian, fakultas, atau tahun anggaran.

Contoh: I. Kegiatan Akademis 1.1 Penelitian 1.1.1 Kegiatan tahun 1980 – 198 1 1.2 Kegiatan tahun 1981 - 1982 1.1.3 Kegiatan tahun 1982 - 1983 1.2 Dan seterusnya.

Contoh-contoh kerangka di atas merupakan contoh kerangka topik. Ini berarti kita sudah memiliki kerangka kerja yang akan menuntun kita dalam mengembangkan karangan.

Satu hal yang perlu diingat dan diperhatikan ialah bahwa penyusunan kerangka karangan itu hendaknya didasarkan pada kriteria atau sistem tertentu. Perhatikan contoh kerangka berikut!

Contoh:

FAUNA PULAU SUMBAWA I. Binatang buas

II. Mamalia

III. Binatang Pemakan.Daging

IV. Binatang yang dapat diternakkan V. Binatang malam

Contoh di atas merupakan contoh kerangka yang kacau. Antara butir I - V, dan II - IV terdapat tumpang tindih. Rincian dari topik ke subtopik tidak berdasarkan kriteria tertentu, sehingga pengelompokan menjadi kacau. Perhatikan bahwa antara butir-butir itu terdapat tumpang tindih.

Jika kita ingin membuat kerangka yang baik dan terinci (memuat sub-sub bagian), kita mulai membuat kerangka secara garis besarnya terlebih dahulu. Kerangka ini akan memperlihatkan karangan kita secara menyeluruh. Setelah itu, barulah setiap butir diuraikan ke dalam sub-sub bagiannya. Dalam hal ini, kita pergunakan tanda yang berbeda untuk memperlihatkan tingkatan (hierarki) butir-butir dalam kerangka.

5.1.4 Penyusunan Kerangka Karangan

Suatu kerangka karangan yang baik tidak sekali dibuat. Penulis akan berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama, sehingga diperoleh bentuk yang lebih baik, demikian seterusnya. Untuk dapat dikemukakan beberapa langkah yang perlu diikuti, terutama bagi mereka yang baru mulai menulis. Langkah-langkah ini tidak harus diikuti oleh penulis-penulis yang sudah mahir. Seorang pengarang yang sudah biasa dengan tulisan-tulisan yang kompleks, akan dengan mudah menyusun suatu kerangka karangan yang baik. Namun, belum tentu seorang penulis baru mahir menyusun sebuah karangan ia memerlukan beberapa tuntunan.

Langkah-langkah sebagai tuntunan yang harus diikuti adalah sebagai berikut.

1. Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan haruslah berbentuk

pengungkapan maksud.

2. Langkah yang kedua adalah mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari pengungkapan maksud tadi. Dalam hal ini, penulis boleh mencatat sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi.

3. Langkah yang ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut.

Pertama : Apakah semua topik yang tercatat mempunyai pertalian (relevansi) langsung dengan tesis atau pengungkapan maksud. Bila ternyata sama sekali tidak ada hubungan maka topik tersebut dicoret dari daftar di atas.

Kedua : Semua topik yang masih dipertahankan kemudian dievaluasi lebih lanjut. Apakah ada dua topik atau lebih yang sebenarnya merupakan hal yang sama, hanya dirumuskan dengan cara yang berlainan. Bila ternyata terdapat kasus yang semacam itu, maka harus diadakan perumusan baru yang mencakup semua topik tadi.

Ketiga : Evaluasi lebih lanjut ditujukan kepada persoalan: ”Apakah semua topik itu sama derajatnya, atau ada topik yang sebenarnya merupakan bawahan atau perincian dari topik yang lain. Bila ada, masukkanlah topik bawahan itu ke dalam topik yang dianggap lebih tinggi kedudukannya.

Bila topik bawahan itu hanya ada satu usahakan dilengkapi dengan topik-topik bawahan yang lain.

Keempat : Ada kemungkinan bahwa ada dua topik atau lebih yang kedudukannya sederajat, tetapi lebih rendah dari topik-topik yang lain. Bila terdapat hal yang demikian,

maka usahakanlah untuk mencari satu topik yang lebih tinggi yang akan membawahi topik-topik tadi.

Perhatikan:

a. Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat terperinci maka langkah kedua dan ketiga dikerjakan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.

b. Sesudah semuanya siap masih harus dilakukan langkah yang terakhir, yaitu menentukan sebuah pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan mempergunakan semua langkah di atas. Dengan pola susunan tersebut, semua perincian akan disusun kembali, sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan yang baik.

5.1.5 Pola Susunan Kerangka Karangan

Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur, biasanya dipergunakan beberapa cara atau tipe susunan. Pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis. Pola alamiah dari suatu kerangka karangan biasanya didasarkan atas urutan-urutan kejadian, atau urutan-urutan tempat atau ruang. Sebaliknya pola logis walaupun masih ada sentuhan dengan keadaan yang nyata, tetapi lebih dipengaruhi oleh jalan pikiran manusia yang menghadapi persoalan yang tengah digarap itu.

Dalam dokumen Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Halaman 152-157)

Dokumen terkait