• Tidak ada hasil yang ditemukan

Algorithms

Keywords

DNA, Algortima DNA, Optimasi, Trayek Angkutan Jalan Raya, Makassar

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia teknologi informasi yang pesat akhir-akhir ini diperlukan adanya suatu sistem yang bersifat taktis dan praktis. Hal ini diperlukan untuk memperoleh suatu keputusan yang cepat dan akurat. Dan untuk menghasilkan suatu keputusan yang cepat dan akurat tersebut diperlukan adanya data yang benar. Dan berhubungan dengan masalah di atas maka salah satu contoh penerapannya adalah dengan masalah optimasi penentuan trayek angkutan umum. Optimasi dibutuhkan untuk efektifitas dan efisensi dalam penentuan keputusan jumlah angkutan tiap trayek angkutan umum. Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif. Pengelolaan angkutan umum dikelolah oleh pemerintah melalui BUMN atau BUMD dan pengelolaannya pun bisa ditangani pihak swasta berupa bahan usaha. Optimasi trayek angkutan umum jalan raya menjadi permasalahan tersendiri dikarenakan kemacetan yang terjadi di beberapa kota besar. Untuk penerapan optimasi tersebut maka diperlukan suatu studi kasus yang real, yaitu optimasi penentuan trayek angkutan umum di wilayah kota Makassar khususnya trayek S (BTP – Makassar Mall).

Untuk melakukan optimasi trayek angkutan umum diperlukan beberapa nilai parameter acuan diantaranya pusat – pusat pemukiman kawasan yang dilalui, tujuan penumpang baik sekolah, kantor dan pusat perbelanjaan. Dan untuk mengelolah

dan menganalisis berbagai parameter tersebut maka

digunakanlah suatu metode. Metode yang digunakan adalah

Algoritma DNA atau biasa disebut DNA computation.

Keunggulan dari algoritma DNA ialah kemampuannya untuk menganalisa proses - proses secara pararel walaupun sampai saat ini algoritma DNA masih tentatif dan metode analisa data masih terus dikembangkan.

1.1 Rumusan Masalah

Melihat sistem angkutan umum yang cukup luas yang mencakup jalan raya, laut dan udara ,maka dalam penulisan tugas ini, penulis hanya membatasi permasalahan dalam hal

a) Bagaimana menentukan Jalur yang ideal (optimal) bagi

tiap angkutan umum bila di jalur mereka terdapat simpang yang memungkinkan angkutan untuk memilih jalur.

b) Bagaimana menerapkan algortima DNA dalam

penyelesaian masalah opotimasi trayek angkutan umum.

c) Bagaimana bobot tiap parameter sangat mempengaruhi

hasil optimasi.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengoptimalkan pembagian trayek angkutan umum secara

efektif dan efesien.

2. Mengatur sistem tata kelola trayek angkutan umum.

3. Implementasi algoritma DNA untuk solusi optimasi .

2

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian DNA

Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA(bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel. Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik; artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Hal ini berlaku umum bagi setiap organisme.

2.2. Struktur DNA

DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen. Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.

Rangka utama untaian DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon kelima pada gula lainnya. Pada struktur heliks paralel, orientasi rantai nukleotida pada satu untaian berlawanan dengan orientasi nukleotida untaian lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel. Masing-masing untaian terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi dengan untaian DNA satunya pada heliks. Kedua untaian pada heliks paralel DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang terdapat pada kedua untaian tersebut. Empat basa yang ditemukan pada DNA adalah adenin (dilambangkan A), sitosin (C, dari cytosine), guanin (G), dan timin (T). Adenin berikatan hidrogen dengan timin, sedangkan guanin berikatan dengan sitosin.

87

87

Gambar 1. DNA dengan model heliks paralel:

Keterangan:

A.adenine C.cytosine D.deoxyribose T.thymine G.guanine P.Phosphate

2.3. Algoritma DNA

a) Watson-Crick Pairing

Jika suatu molekul DNA dalam penyelesaiannya bertemu dengan komplemen Watson-Crick, maka A dikomplemenkan dengan T dan C dikomplemenkan dengan G.

b) Melting

Merupakan invers dari anneal, artinya pemisahan DNA dari untaian ganda menjadi untaian tunggal.

c) Ligation

Ligation menggabungkan untaian DNA, dengan artian digunakan sebagai ’lem’ untuk menyegel ikatan kovalen antara untaian DNA yang bersebelahan.

Gambar 2. Proses Ligation d) Amplification

Digunakan untuk mengidentifikasi urutan yang akan di salin, dimana, pengoperasiannya adalah membuat salinan yang berlipat-lipat pada subbarisan dari untaian. Salinan ini menggunakan metode PCR (Adleman L. M, 1998).

e) Mergence

Operasi ini berarti menggabungkan tabung reaksi dengan cara menuangkan isi dari satu tabung reaksi ke tabung reaksi yang lain.

f) Detection

Operasi ini menandakan gel electrophoresis yang ada digunakan untuk melihat panjang DNA yang sesuai pada sisi kiri tabung reaksi setelah ampilifikasi PCR.

g) Gel electrophoresis

Sebuah penyelesaian dalam untaian DNA dapat dipisahkan berdasarkan panjangnya dengan bantuan gel electrophoresis. Sebenarnya, molekul dipisahkan menurut berat/ bobot mereka, yang mana hampir sebanding dari panjangnya. Teknik ini berdasar pada kenyataan bahwa molekul DNA bermuatan negatif. Sehingga, dengan meletakkan untaian tersebut didalam suatu bidang elektrik, maka untaian tersebut akan bergerak ke arah elektroda positif dengan kecepatan yang berbeda (Ibrahim, 2006).

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Komputasi Algoritma DNA

Pada tiap titik simpang terdapat dua jalur yang memungkinkan

angkutan umum untuk memilih jalur yang paling

menguntungkan dalam hal ini yang paling optimal. dimana tiap ruas jalan yang dipilih memiliki berbagai parameter penilaian yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa jalur mana yang optimal dilalui untuk rentang jam tertentu.

Misalkan diberikan contoh pada simpang tertentu dan jam tertentu

Gambar 3. Bobot Simpang Sesuai Periode

Pada contoh di atas di tiap jalur utama maupun jalur alternatif terdapat 4 Parameter (W, X, Y, Z) dimana tiap paramenter memiliki bobot masing-masing. Permasalahannya adalah bagaimana menemukan lintasan optimal pada kasus di atas dengan menggunakan algoritma DNA, kemudian ddefinisikan notasi :

a) O_i (i = 1,..., V) barisan acak yang panjangnya tetap dan berkorespodensi ke semua titik;

b)Ō_i (i = 1,..., V)barisan yang panjangnya tetap dan berkorespondensi ke komplemen dari O_i;

c) O_d (d =1,..., P) adalah panjang variabel pada barisan acak dan berkorespondensi ke semua bobot parameter d dalam jalur;

d)Ō_d (d =1,..., P) adalah panjang variabel pada barisan

berkorespondensi ke komplemen dari O_d

3.2. Pengkodean DNA

Tahap pertama, mengkodekan setiap Parameter dan bobotnya dengan menggunakan kode DNA secara acak (A, C, G, T) beserta komplemennya. Pengkodean awal dilakukan untuk simpul di dalam tabung reaksi yang dimisalkan sebagai T1

yang bisa dilihat pada tabel dibawah

Tabel 1. Contoh Pengkodean

misalkan d{i} adalah bobot parameter i, tiap parameter kemudian dikodekan yang dimisalkan sebagai T2seperti pada

tabel 2.

Tabel 2. Contoh Pengkodean Parameter Alia

s

Kode

DNA Komplemen

Populasi

Penumpang W TATT ATAA

Waktu Tempuh Ke titik B X GCGG CGCC Tumpukan Angkutan Y GTCG CAGC Jumlah Penumpang Z AGAA TCTT Bobot

rusuk Kode DNA Komplemen

d{1} AAT TTA

d{2} TCGATT AGCTAA

d{3} TCTTCGTCG AGAAGCAGC

d{4} ACGACGTTAATT TGCTGCAATTAA

88

88

3.3. Operasi Amplification

Tahap kedua, melakukan operasi amplification dengan

menghubungkan antara parameter dan bobot dari tiap simpul untuk menghasilkan himpunan untaian DNA dalam skala besar namun sebelumnya diberikan syarat,

if i = 1 then buat untaian O_i_d i artinya kode DNA O_i + DNA O_d + HL kode DNA O_i;

if i > 1 then buat untaian O_j_d i artinya HR kode DNA O_i + kode DNA O_d + HL kode DNA O_i

dimana :

i : parameter;

d : bobot rusuk;

HL : Half Left (setengah kode sebelah kiri dari parameter); HR : Half Right (setengah kode sebelah kanan dari parameter).

3.3.1. Amplification Jalur Utama

Untuk Parameter W, maka d = 5 dan panjang lintasannya dapat dicari dengan O_S_W  5, artinya setengah kode DNA sebelah kanan dari parameter W(TT) + semua kode DNA yang panjang rusuknya 5 (CTGACTGACTGACTG) + setengah kode sebelah kiri dari simpul W(TA) sehingga parameter tersebut memiliki panjang untaian (TTCTGACTGACTGACTG TA). Untuk Parameter X, maka d = 2 dan panjang lintasannya dapat dicari dengan O_S_X  2, artinya setengah kode DNA sebelah kanan dari parameter X(GG) + semua kode DNA yang panjang rusuknya 2(TCGATT) + setengah kode sebelah kiri dari simpul X(GC) sehingga parameter tersebut memiliki panjang untaian (GGTCGATTGC).

Untuk Parameter Y, maka d = 1 dan panjang lintasannya dapat

dicari dengan O_S_Y  1, artinya semua kode DNA

parameter Y(GTCG) + semua kode DNA yang panjang rusuknya 1(ATT) + setengah kode sebelah kiri dari simpul Y(GT) sehingga parameter tersebut memiliki panjang untaian (GTCGATTGT).

Untuk Parameter Z, maka d = 3 dan panjang lintasannya dapat dicari dengan O_S_Z  3, artinya setengah kode DNA sebelah kanan dari parameter Z(AA) + semua kode DNA yang panjang rusuknya 3(TCTTCGTCG) + setengah kode sebelah kiri dari simpul Z(AG) sehingga parameter tersebut memiliki panjang untaian (AA TCTTCGTCGAG).

Parameter Alias Bob

ot Untaian Populasi Penumpang W 5 TTCTGACTGACTGACTGTA Waktu Tempuh Ke titik B X 2 GCTCGATTGG Tumpukan Angkutan Y 1 GTCGATTGT Jumlah Penumpang Z 3 AATCTTCGTCGAG

Tabel 3. Untaian Untuk Jalur Utama

3.3.2 Amplification Jalur Alternatif

Untuk Parameter W, maka d = 3 dan panjang lintasannya dapat

dicari dengan O_S_W  3, artinya setengah kode DNA

sebelah kanan dari parameter W(TT) + semua kode DNA yang panjang rusuknya 3(TCTTCGTCG) + setengah kode sebelah kiri dari simpul W(TA) sehingga parameter tersebut memiliki panjang untaian (TT TCTTCGTCG TA).

Untuk Parameter X, maka d = 3 dan panjang lintasannya dapat dicari dengan O_S_X  3, artinya setengah kode DNA sebelah kanan dari parameter X(GG) + semua kode DNA yang panjang rusuknya 3(TCTTCGTCG) + setengah kode sebelah kiri dari simpul X(GC) sehingga parameter tersebut memiliki panjang untaian (GGTCTTCGTCGGC).

Untuk Parameter Y, maka d = 4 dan panjang lintasannya dapat dicari dengan O_S_Y  4, artinya setengah kode DNA sebelah kanan dari parameter Y(CG) + semua kode DNA yang panjang rusuknya 4(ACGACGTTAATT) + setengah kode sebelah kiri dari simpul Y(GT) sehingga parameter tersebut memiliki panjang untaian (CGACGACGTTAATTGT). Untuk Parameter Z, maka d = 1 dan panjang lintasannya dapat

dicari dengan O_S_Z  3, artinya semua kode DNA

parameter Z(AGAA) + semua kode DNA yang panjang rusuknya 1(ATT) + setengah kode sebelah kiri dari simpul Z(AG) sehingga parameter tersebut memiliki panjang untaian (AGAAATTAG).

Tabel 4. Untaian Untuk Jalur Alternatif

3.4. Operasi Ligation

Tahap ketiga melakukan operasi ligation dan amplification.

Operasi ligation berfungsi menghubungkan untaian dari

parameter–parameter yang telah di dapat dari tahap kedua. dan operasi ampilfication untuk memperbesar kode komplemennya dengan cara menambahkan setengah kode akhir komplemen pada parameter sebelumnya.

Jalur Utama W-X-Y-Z  TTCTGACTGACTGACTGTAGCTCGATTGGGTCGATTGTAATCTTCGTCG AG W-5-X-2-Y-1-Z-3 ATAAGACTGACTGACTGACCGCCAGCTAACAGCTTATCTTAGAAGCAG C Jalur Alternatif W-X-Y-Z  TTTCTTCGTCGTAGGTCTTCGTCGGCCGACGACGTTAATTGTAGAAATT AG W-3-X-3-Y-4-Z-1 ATAAAGAAGCAGCCGCCAGAAGCAGCTGCTGCAATTAACAGCTCTTTT A

3.5. Operasi Melting

Berikutnya pada tahap keempat, setelah proses amplification

selesai pada tabung reaksi. Untaian tersebut kemudian di

melting yaitu memisahkan untaian ganda menjadi untaian tunggal. ATAAGACTGACTGACTGACCGCCAGCTAACAGCTTATCTTAGAAGCAG C ATAAAGAAGCAGCCGCCAGAAGCAGCTGCTGCAATTAACAGCTCTTTT A

3.6. Operasi Detection

Tahap terakhir, semua untaian pada tahap sebelumnya dipisahkan menurut panjangnya melalui gel electrophoresis. Disini juga terjadi proses detection untuk memeriksa untaian yang terpendek, maka didapatkan untaian atau jalur optimal tersebut adalah,

Untaian Jalur Utama

ATAAGACTGACTGACTGACCGCCAGCTAACAGCTTATCTTAGAAGCAG C

Untaian Jalur Alternatif

ATAAAGAAGCAGCCGCCAGAAGCAGCTGCTGCAATTAACAGCTCTTTT A

Dari kedua untaian tersebut dapat diketahui Kedua jalur baik jalur alternatif maupun jalur utama untuk contoh kasus di atas memiliki peluang dan potensiyang sama guna mendapatkan solusi optimal/penumpang optimal.

3.7 Pseudocode Algoritma DNA

a) Pseudocode Amplification

Procedure amplificatioan( no , kodeDNAP , bobot , kodeDNAB )

If bobot = 1 Then

untaian(no) = kodeDNApara) & kodeDNAB & Left(kodeDNAP, 2)

Else

untaian(no) = Mid(kodeDNApara, 3, &kodeDNAbobot&left(kodeDNApara, 2) End If

Parameter Alias Bobot Untaian

Populasi Penumpang W 3 TTTCTTCGTCGTA Waktu Tempuh Ke titik B X 3 GGTCTTCGTCGGC Tumpukan Angkutan Y 4 CGACGACGTTAATTGT Jumlah Penumpang Z 1 AGAAATTAG

89

89 b) Pseudocode ligation ligation(lokasiUtama) i = 1 While I < Jumlahparameter

DnaLigationUtama = DnaLigationUtama) & untaian(i) KompLigationUtama = KompLigationUtama) &

Kompparameter(i) & bobot i = i + 1

Wend

3.8 Analisa Performansi

DNA Awal Panjang Untaian jalur optimal

4 51 Jalur Utam dan Alternatif

8 89 Jalur Utam dan Alternatif

12 121 Jalur Utam dan Alternatif

dari hasil uji coba untuk dna awal 4, 8, dan 12 dapat disimpulkan bahwa jumlah kode dna awal tidak mempengaruhi hasil atau jalur optimal

3.9 APLIKASI

Gambar 4. Output Program

Gambar 4 menunjukan denah dari jalur trayek S (BTP – Makassar Mall) dan tiap-tiap titik simpang yang memungkinkan angkutan untuk memilih Jalur yang optimal.

Gambar 5. Input Bobot Parameter

Gambar 5 menunjukan penginputan bobot dari tiap parameter untuk setiap jalur arternatif maupun jalur utama.

4

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Algoritma DNA dapat digunakan unutk menyelsaikan

kasus optimasi trayek angkutan umum khususnya masalah optimasi jalur utama dan jalur alternative

2. Pemilihan jalur optimal apakah jalur utama maupun jalur alternatif sangat dipengaruhi oleh tiap-tiap bobot parameter

3. Pemilihan proses-proses Algortima DNA sangat

mempengaruhi tingkat ketepatan dari kasus yang diteliti.

5

PUSTAKA

[1] Hadijah. 2010. Penggunaan algoritma dna untuk

menyelesaian masalah lintasan hamilton. universitas

Hasanuddin, Makassar

[2] Ir. Inge Martina. 2003. 36 Jam Belajar Komputer Microsoft SQL Server 2000, Elex Media Komputindo.

[3] Yuswanto. 2005. Pemrograman Client Server Microsoft Visual Basic 6.0 Jilid 2, Prestasi Pustaka Publisher.

90

90

Gambar 6. Output Hasil Program

Gambar 6 adalah hasil dari penyelesaian kasus jalur optimal berdasarkan bobot yang telah ditetapkan untuk tiap parameter.

Gambar 7. Output Untaian Jalur Utama dan Alternatif

Gambar 7 menunjunkan hasil untaian dari proses-proses Algortima DNA berdasarkan bobot dari tiap parameter

Gambar 8. Keterangan Bobot Parameter

Gambar 8 menunjukan keterangan dari tiap – tiap bobot untuk masing – masing parameter.

91

91

OPTIMASI PENDAPATAN ANGKUTAN UMUM