• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pola Pengobatan Kasus Penderita Tifoid

2. Golongan dan Jenis Obat

Golongan obat yang diberikan untuk kasus penyakit tifoid disajikan menurut

kelas terapi dan jenisnya. Perincian mengenai golongan obat dan jenis obat dari setiap

kelas terapi obat yang diberikan pada kasus akan dijabarkan satu persatu.

a. Obat Antiinfeksi

Tabel IV. Golongan dan Jenis Obat Antiinfeksi yang Diterima Kasus Penyakit Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini

periode Juli 2007-Juni 2008

No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus

(61) Prosentase (%) I. Antibakteri Amoksisilin 6 9,8 1 Penisilin Amoksisilin trihidrat dan K-klavulanat 1 1,6 Sefuroksim 2 3,2 Sefotaksim 1 1,6 Sefprozil 1 1,6 Seftriakson 1 1,6 2 Sefalosporin Sefadroksil 1 1,6 Pefloksasin 15 24,6 Siprofloksasin 2 3,2 Ofloksasin 1 1,6 3 Kuinolon Levofloksasin 2 3,2 4 Kloramfenikol Tiamfenikol 23 37,7 II. Antivirus 1 Antiprotozoa Metronidazol 1 1,6 2 Methisoprinol 4 6,6

Obat Antiinfeksi yang digunakan adalah obat golongan antibakteri dan

antivirus. Golongan antibakteri sendiri terdiri dari beberapa sub-golongan yaitu

penisilin, sefalosporin, kuinolon dan kloramfenikol. Untuk golongan antivirus terdiri

digunakan adalah golongan kloramfenikol dengan jenis obat tiamfenikol (37,7%) dan

sesudahnya menyusul golongan kuinolon dengan jenis obat pefloksasin (24,6%).

Berdasarkan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 (Anonim, 2000),

golongan kloramfenikol merupakan antibiotika dengan spektrum luas yang bersifat

bakteriostatik terhadap kuman yang peka seperti beberapa strain Salmonella, namun

juga bisa bersifat toksik. Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein

kuman dengan cara berikatan pada ribosom 50S sehingga menghambat pembentukan

rantai peptida.

Berdasarkan WHO (2003), golongan kloramfenikol merupakan obat

alternatif atau obat cadangan yang efektif mengobati penyakit tifoid. Dalam

Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 juga disebutkan bahwa jenis obat

tiamfenikol dipakai sebagai substitusi kloramfenikol karena dianggap lebih aman,

namun tidak terdapat bukti yang memadai.

Berdasarkan WHO (2003), golongan kuinolon merupakan obat pilihan dan

merupakan terapi optimal dalam pengobatan penyakit tifoid. Golongan kuinolon

bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesis DNA kuman terganggu.

Dalam British Journal of Pharmacology (Anonim, 2001), disebutkan bahwa jenis

obat pefloksasin merupakan agen antiinfeksi spektrum luas yang secara aktif

melawan bakteri gram negatif dan gram positif.

Oleh sebab itu, dalam pengobatan penyakit tifoid yang disebabkan oleh

dengan jenis obat tiamfenikol maupun golongan kuinolon dengan jenis obat

pefloksasin sangat tepat.

b. Obat yang bekerja pada sistem neuromuskular

Tabel V. Golongan dan Jenis Obat yang bekerja pada sistem neuromuskular yang Diterima Kasus Penyakit Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008 No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus

(84) Prosentase (%) I. Analgesik Parasetamol 35 41,7 Parasetamol dan asetil sistein 10 11,9 Metampiron 22 26,2 1 Analgesik - antipiretik Metampiron dan diazepam 10 11,9 Ketoprofen 1 1,2 Meloksikam 1 1,2 Celekoksib 1 1,2 Tinoridine HCl 1 1,2 2 Analgesik-antiinflamasi (antireumatik) Natrium diklofenak 1 1,2

II. Antimigren Flunarizin 1 1,2

III. Ansiolitik Diazepam 1 1,2

Golongan obat yang digunakan pada sistem neuromuskular adalah golongan

analgesik yang terdiri dari sub-golongan antipiretik dan

analgesik-antiinflamasi (antireumatik), golongan antimigren dan golongan ansiolitik.

Dan golongan obat yang banyak digunakan pada sistem neuromuskular

adalah golongan analgesik – antipiretik dengan jenis obat yaitu parasetamol (41,7%)

dan metampiron (26,2%). Berdasarkan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000,

parasetamol digunakan unutk mengobati nyeri ringan sampai sedang, juga untuk

lebih disukai khususnya pada orang lanjut usia. Metampiron merupakan turunan

Dipiron yang berguna dalam meredakan nyeri hebat yang berhubungan dengan sakit

kepala.

Dalam pengobatan penyakit tifoid, penggunaaan obat analgesik-antipiretik

sangat diperlukan karena pasien tifoid sering menunjukkan gejala-gejala non-spesifik

yang umum terjadi seperti demam, sakit kepala dan nyeri otot.

c. Obat yang bekerja pada sistem saluran pencernaan

Tabel VI. Golongan dan Jenis Obat yang bekerja pada sistem saluran pencernaan yang Diterima Kasus Penyakit Tifoid di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008

No Golongan obat Jenis obat Jumlah

kasus (83)

Prosentase (%) I. Antitukak

1 Antasida Al(OH)3, Mg(OH)2 dan simetikon 14 16,9

2 Antagonis reseptor-H2 Ranitidin HCl 21 25,3 3 Khelator dan senyawa kompleks Sukralfat 1 1,2 Lansoprazol 2 2,4 4 Penghambat pompa proton Omeprazol 1 1,2 II. Antispasmodik Mebeverin HCl 2 2,4

Klordiazepoxid dan klidinium Br 2 2,4

1 Antispasmodik lain Fenilpropiletilamin dan klordiazepoksid 1 1,2 III. Antidiare 1 Adsorben dan obat pembentuk massa

Attapulgit dan pektin 3 3,6

2 Dioktahedral smectite 1 1,2

IV. Antiemetik , regulator GIT

Dimenhidrinat 1 1,2

Ondansetron HCl 2 2,4

Metoklopramid HCl 15 18,1

1

Tabel V. Lanjutan

V. Digestan Enzyplex® 3 3,6

VI. Hepatik protektor, kolelitolitik

Curcuma xanthorrhizae, kolin bitartrat

10 12,0 1

Asam Ursodeoksikolik 2 2,4

Golongan obat yang digunakan pada sistem saluran pencernaan adalah

golongan antitukak yang terdiri dari sub-golongan antasida, antagonis reseptor-H2,

khelator dan senyawa kompleks, dan penghambat pompa proton. Golongan

berikutnya adalah golongan antispasmodik; antidiare yang terdiri dari sub-golongan

adsorben dan pembentuk massa dan sub-golongan lain; antiemetik, regulator GIT;

digestan dan golongan hepatik protektor, kolelitolitik.

Golongan dan jenis obat yang paling banyak digunakan adalah obat

golongan antitukak, sub-golongan antagonis reseptor-H2 dengan jenis obat ranitidin

hidroklorida (sebesar 25,3%) dan berikutnya adalah obat golongan antiemetik,

regulator GIT dengan jenis obat metoklopramid hidroklorida (sebesar 18,1%).

Ranitidin hidroklorida menyembuhkan tukak lambung dan tukak duodenum

dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2.

Indikasi lain menunjukkan bahwa ranitidin hidroklorida juga digunakan untuk

mengatasi refluks esofagitis, dispepsia episodik, dan kondisi lain dimana

pengurangan asam lambung akan bermanfaat. Metoklopramid hidroklorida sering

digunakan untuk mengobati mual dan muntah, terutama pada gangguan saluran cerna

dan metoklopramid hidroklorida digunakan untuk mengobati gejala mual dan

muntah yang sering dialami oleh pasien.

d. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernapasan

Tabel VII. Golongan dan Jenis Obat yang bekerja pada sistem saluran pernapasan yang Diterima Kasus Penyakit Tifoid di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008

No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus

(13) Prosentase (%) I. Ekspektoran 1 Difenhidramin kombinasi Sanadryl ekspektoran® 7 53,8 2 Sanadryl DMP ® 1 7,7

II. Antitusif Kodein fosfat 2 15,4

III. Antihistamin 1 Antihistamin

non-sedatif

Cetirizin HCl 1 8,3

2 Antihistamin sedatif Difenhidramina-HCl 1 8,3

Golongan obat yang digunakan pada sistem saluran pernapasan adalah

golongan ekspektoran, antitusif, dan antihistamin. Golongan antihistamin terbagi

dalam dua sub-golongan yaitu antihistamin non-sedatif dan antihistamin sedatif.

Golongan yang paling banyak digunakan adalah golongan ekspektoran

dengan jenis obat Sanadryl ekspektoran® yang mengandung difenhidramin HCl,

ammon Cl, k-guaiakolsulfonat, natrium sitrat, dan mentol (sebesar 53,8%) dan

selanjutnya adalah golongan antitusif dengan jenis obat kodein fosfat (sebesar

15,8%).

Jenis obat Sanadryl ekspektoran® yang mengandung difenhidramin

kombinasi bekerja untuk mengatasi batuk dan kongesti pada saluran napas dan

kering atau batuk yang disertai nyeri. Dalam Informatorium Obat Nasional Indonesia

2000 (Anonim, 2000), dikatakan bahwa penggunaan antitusif memberikan manfaat

klinis dalam mengatasi batuk kering yang sangat mengganggu tidur.

Berdasarkan DiPiro (2005) salah satu gejala non-spesifik yang ditunjukkan

oleh penderita tifoid adalah batuk. Dalam penelitian pengobatan penyakit tifoid di

instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008 ini,

ditemukan beberapa kasus mengalami batuk berdahak dan batuk kering tertentu yang

mengganggu saat tidur, sehingga pemberian terapi dengan ekspektoran dan antitusif

untuk kasus-kasus tertentu dirasa sudah tepat.

e. Obat yang bekerja pada sistem kardiovaskular

Tabel VIII. Golongan dan Jenis Obat yang bekerja pada sistem kardiovaskular yang Diterima Kasus Penyakit Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008

No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus (5) Prosentase

(%)

I. ACE inhibitor Captopril 1 20

II. Golongan lain Adenosin trifosfat,

vit.B1, B6, B12, E

4 80

Golongan obat yang digunakan pada sistem kardiovaskular adalah golongan

Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor dan golongan lain. Golongan lain

yang paling banyak digunakan pada sistem kardiovaskular adalah jenis obat

Enerplus® yang mengandung adenosin trifosfat, vitamin B1, B6, B12, dan vitamin E

(sebesar 80%). Obat ini bekerja untuk mengatasi astenia muskular, gangguan

metabolik pada otot jantung dan kelelahan fisik. Dalam penelitian pengobatan

2008 ini, ditemukan empat kasus mengalami badan lemas atau kelelahan fisik

sehingga diberi pengobatan dengan obat ini.

Golongan ACE inhibitor dengan jenis obat captopril (sebesar 20%) bekerja

dengan cara menghambat Angiotensin-Converting Enzyme sehingga mencegah

terjadinya perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II yang menyebabkan

meningkatnya aktivitas renin, yaitu suatu enzim yang berperan dalam pengaturan

tekanan darah. Dalam penelitian pengobatan penyakit tifoid di instalasi rawat inap

Rumah Sakit Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008 ini, ditemukan satu kasus

penderita hipertensi.

f. Obat gizi dan darah

Tabel IX. Golongan dan Jenis Obat Gizi dan darah yang Diterima Kasus Penyakit Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini

periode Juli 2007-Juni 2008

No Golongan obat Jenis obat Jumlah

kasus (66)

Prosentase (%)

I. Vitamin Vitamin C 2 3

II. Multivitamin/dengan mineral

Imunos® 8 12,1

Becom-C ® 5 7,6

Megazing® 2 3

1

Lycoxy® 1 1,5

III. Elektrolit dan mineral

Ringer Laktat 40 60,6 Dekstrose 5% 1 1,5 KAEN 3A 1 1,5 KAEN 3B 4 6,1 1 Infusan Asering 3 4,5

Golongan obat yang termasuk dalam obat gizi dan darah adalah golongan

vitamin, multivitamin/dengan mineral, dan elektrolit dan mineral. Golongan yang

terbanyak digunakan adalah golongan elektrolit dan mineral dengan sub-golongan

infusan dengan jenis ringer laktat (sebesar 60,6%). Golongan kedua terbanyak adalah

multivitamin/dengan mineral dengan jenis obat Imunos® yang mengandung

echinacea, zinc picolinat, selenium, dan asam askorbat (sebesar 12,1%).

Dalam penelitian pengobatan penyakit tifoid di instalasi rawat inap Rumah

Sakit Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008 ini, penggunaan golongan elektrolit dan

mineral dengan sub-golongan infusan serta penggunaan golongan

multivitamin/dengan mineral sangat membantu dalam proses pemulihan memenuhi

asupan nutrisi, meningkatkan sistem imun tubuh pasien yang terserang bakteri, dan

juga membantu dalam proses pemulihan kesehatan.

g. Obat Hormonal

Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Hormonal yang Diterima Kasus Penyakit Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini

periode Juli 2007-Juni 2008

No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus (5) Prosentase

(%)

Metilprednisolon 3 60* I. Kortikosteroid

Deksametason 1 20

II. Estrogen dan progesterone dan preparat sintetiknya

Norethisteron 1 20

Golongan obat hormonal yang digunakan adalah golongan kortikosteroid

progesteron dan preparat sintetiknya. Golongan terbanyak yang digunakan adalah

golongan kortikosteroid dengan jenis obat metilprednisolon (sebesar 60%).

Berdasarkan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 (Anonim, 2000),

golongan kortikosteroid memiliki aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid

sehingga memperlihatkan efek yang beragam yang meliputi efek terhadap

metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid; efek terhadap keseimbangan air dan

elektrolit, dan efek terhadap pemeliharaan fungsi berbagai sistem dalam tubuh.

Dalam penelitian pengobatan penyakit tifoid di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008 ini, jenis obat metilprednisolon bekerja

dengan cara menekan reaksi radang yang kemungkinan diderita oleh kasus.

h. Obat lain-lain

Tabel XI. Golongan dan Jenis Obat lain-lain yang Diterima Kasus Penyakit Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini

periode Juli 2007-Juni 2008

No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Prosentase

(%) 1 Coctail (Campuran obat batuk-flu) Ambroxol, Pseudoefedrin, triprolidin hidroklorida, OBH dan sirup timi

1 100

Dalam penelitian yang dilakukan terdapat penggunaan campuran obat batuk

dan flu yang terdiri dari campuran jenis obat ambroxol, pseudoefedrin, triprolidin

hidroklorida, obat batuk hitam dan sirup timi. Penggunaan obat ini ditujukan pada

pasien yang menunjukkan gejala batuk dan flu. Dosis yang digunakan untuk

kelemahannya tidak tercantum dalam rekam medik besar dosis yang digunakan untuk

masing-masing obat.

Dokumen terkait