• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Pembanding

2. Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional di Ponorogo

a. Sekilas tentang Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional di Ponorogo.

Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.

Seorang pembarong, harus memiliki kekuatan ekstra. Dia harus mempunyai kekuatan rahang yang baik, untuk menahan dengan gigitannya

commit to user

beban Dadak Merak yakni sebentuk kepala harimau dihiasi ratusan helai bulu-bulu burung merak setinggi dua meter yang beratnya bisa mencapai 50-an kilogram selama masa pertunjukan. Konon kekuatan gaib sering dipakai pembarong untuk menambah kekuatan ekstra ini, salah satunya dengan cara memakai susuk, di leher pembarong. Untuk menjadi pembarong tidak cukup hanya dengan tubuh yang kuat. Seorang pembarong pun harus dilengkapi dengan sesuatu yang disebut kalangan pembarong dengan wahyu yang diyakini para pembarong sebagai sesuatu yang amat penting dalam hidup.

Grebeg suro dan Festival Reog Nasional digelar di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Berbagai macam atraksi berupa tarian tradisional dan aneka hiburan serta pesta kembang api akan meramaikan perayaan Grebeg Suro yang juga merupakan hari lahir Kota Ponorogo. Setiap tanggal 1 Muharam atau Bulan Suro, di kota Ponorogo diselenggarakan Grebeg Suro. Acara ini bukan sekadar hiburan masyarakat. Tapi juga untuk promosi pengenalan objek wisata budaya, wisata alam dan religi. Kesemuanya diharapkan bisa memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat dan pendapatan asli daerah.

Dalam acara Grebeg Suro ini juga diadakan Kirab Pusaka yang biasa diselenggarakan sehari sebelum tanggal 1 Muharram. Kirab Pusaka adalah prosesi napak tilas, berjalan kaki dari Kota Lama menuju Kota Baru. Pusaka peninggalan pemimpin Ponorogo jaman dahulu (masa Kerajaan Wengker) seperti biasanya diarak bersama-sama dari kalangan pelajar, masyarakat hingga para pejabat Pemkab Ponorogo dengan melewati Makam Batoro Katong

commit to user

(pendiri Ponorogo) di daerah Pasar Pon sebagai kota lama, ke Pendopo Kabupaten Ponorogo.

Selain itu, festival reog nasional juga digelar di alun-alun kota Ponorogo. Adapun peserta dalam festival reog Ponorogo dari sebanyak 42 daerah yang ada di tujuh provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Riau dan lainya. Selain itu, rangkaian acara grebeg suro selanjutnya diikuti Larung Do`a di Telaga Ngebel, dimana nasi tumpeng dan kepala kerbau dilarung bersama do`a ke tengah-tengah Danau Ngebel. Grebeg Suro bertujuan meningkatkan rasa persatuan diantara masyarakat Ponorogo dan juga memupuk etos kerja.

b. Kondisi Acara Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional

Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional adalah Even tahunan yang dilaksanakan oleh dinas pariwiasata Ponorogo untuk seluruh warga Ponorogo dan Indonesia pada umumnya. Sebuah event yang menggabungkan seni, budaya, wisata religi, dan hiburan ini merupakan kegiatan rutin Ponorogo dalam menyambut 1 Muharam (1 Suro).

Acara ini akan dipusatkan di Alun-alun Ponorogo dan pada acara penutupannya akan diadakan Larung Risalah Doa di Danau Ngebel. Larung

Risalah Do‟a adalah prosesi do‟a bersama yang dilaksanakan di Telaga Ngebel.

Dulunya acara ini bernama Larung Sesaji. Tapi karena dianggap musyrik, maka nama dan acaranya diganti, hanya tempatnya yang masih sama.

commit to user

Dalam rangka memeriahkan Grebeg Suro dan Festival Reog Nasioal tersebut, beberapa acara pendukung juga digelar di lokasi yang sama, diantaranya:

1) Pameran Bonsai

2) Pameran Industri Kecil dan Produk Unggulan 3) Pameran Adenium

4) Pameran Lukisan 5) Pameran Tanaman Hias 6) Pameran Potensi Pariwisata

c. Pelaksanaan Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional

Festival Reog Nasional ini diadakan setahun sekali, dan waktu pelaksanaannya bertepatan dengan momentum menyambut bulan Muharram (Suro). Pemilihan bulan Muharram (Suro) didasari pada mitologi jawa yang menempatkan bulan Muharram (Suro) sebagai salah satu bulan yang penuh dengan peristiwa-peristiwa besar. Selain itu bulan Suro (Muharram) adalah bulan pertama dalam penanggalan Jawa dan penanggalan Islam. Sehingga banyak yang berkeyakinan malam pergantian tahun merupakan malam yang patut dirayakan dengan penuh optimisme dan semangat baru.

Kegiatan Grebeg Suro dan Festival Reog Nasioanal di Ponorogo yang berlangsung pada bulan Suro (Muharram) ini dipusatkan di Alun-alun

commit to user

Ponorogo. Dalam pelaksanaannya, Grebeg Suro dan Festifal Reog Nasioanal ini melibatkan beberapa pihak, diantaranya :

1) Dinas Pariwisata Ponorogo sebagai pelaksana Event tahunan ini. 2) Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

3) Pihak-pihak swasta/Perusahaan Swasta sebagai Sponsorship.

4) Event Organizer yang mau bekerjasama dalam mengemas Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional serta acara-acara pendukungnya.

d. Anggaran Dana Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional

Dalam pelaksanaan Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional ini pembiayaan diambil dari APBD daerah dan juga sejumlah dana dari pihak sponsorship. Anggaran tersebut akan digunakan untuk semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional di Ponorogo. Dengan jumlah anggran yang terbatas dan beragamnya hiburan yang ditawarkan membuat Dinas Pariwisata Ponorogo dan Pemerintah Ponorogo harus melakukan kerjasama dengan pihak swasta untuk menjadi sponsorship dalam pendanaan event ini.

D. Penyajian data questioner

Untuk lebih mengetahui tingkat ketertarikan masyarakat terhadap perayaan Sekaten di Surakarta ini diperlukan riset terhadap konsumen atau target market. Hal ini sangat penting untuk mengetahui posisi produk dalam hal ini adalah perayaan

commit to user

Sekaten di Surakarta. Dari data yang diperoleh akan digunakan untuk menyusun strategi periklanan yang akan digunakan. Pengetahuan terhadap konsumen mutlak diperlukan oleh seorang pengiklan agar dapat menyususn strategi iklan dan menetapkan tujuan dari periklanan yang dibutuhkan.

Riset yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi tingkat pengetahuan target market terhadap Sekaten di Surakarta ini dapat dilakukan dengan menyebar questioner yang mencerminkan tingkat pengetahuan dan ketertarikan masyarakat sebagai target market terhadap perayaan Sekaten di Surakarta ini.

Ada dua variable yang dapat digunakan untuk melakukan riset melalui questioner ini yaitu, kondisi target market dan pengetahuan target market terhadap perayaan Sekaten di Surakarta.

Untuk mengetahui kondisi target market dapat dilihat dari dua (2) indikator yaitu :

1. Rencana responden melakukan liburan dalam satu tahun 2. Alasan responden memilih tujuan wisata

Penjelasan :

1. Rencana responden melakukan liburan dalam satu tahun

Untuk mengetahui apakah responden selalu merencanakan liburan dalam satu tahunnya maka diajukan pertanyaan nomer 1,yaitu :

Apakah anda selalu merencanakan liburan dalam satu tahunnya?”

commit to user

a. Ya. b. Tidak.

c. Kadang-kadang.

Hasil jawaban terkumpul sebagai berikut :

Tabel I

Tingkat rencana responden untuk melakukan liburan

No Rencana liburan Jumlah (orang) Persentase

1. Ya 17 34,00

2. Tidak 12 24,00

3. Kadang-kadang 21 42,00

Jumlah 50 100,00

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 34 % (17 orang) dari responden selalu merencanakan liburan dalam satu tahunnya, 24% (12 orang) tidak melakukan perencanaan liburan, dan 42% (21 orang) kadang-kadang melakukan rencana liburan.

2. Alasan responden memilih tujuan wisata

Untuk mengetahui data tentang alasan responden memilih tujuan wisata diajukan pertanyaan nomor 2, 3, dan 4, data yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertanyaan nomer 2 berbunyi :

commit to user

Dari pertanyaan tersebut disediakan tiga pilihan jawaban yaitu: a. Wisata alam

b. Wisata budaya c. Kedua-duanya

Hasil jawaban terkumpul sebagai berikut :

Tabel II

Pemilihan responden terhadap wisata

No Pemilihan terhadap jenis wisata Jumlah (orang) Persentase

1. Wisata alam 21 42,00

2. Wisata budaya 14 28,00

3. Kedua-duanya 15 30,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel diatas dapat diartikan bahwa sebesar 42% (21 orang) lebih memilih wisata alam, 28% (14 orang) menyukai wisata budaya, dan 30% (15 orang) menyukai gabungan dari kedua jenis wisata yaitu wisata alam dan budaya.

Ketertarikan responden terhadap suatu tempat wisata dapat diketahui dari pertanyaan nomor 3 yang berbunyi :

Alasan apa yang membuat anda mengunjungi sebuah objek wisata?”

Dari pertanyaan tersebut disediakan tiga pilihan jawaban yaitu: a. Menarik

commit to user

c. Pengalaman berkunjung

Hasil jawaban terkumpul sebagai berikut :

Tabel III

Alasan responden memilih objek wisata

No Alasan memilih objek wisata Jumlah (orang) Persentase

1. Menarik 27 54,00

2. Fasilitasnya Lengkap 5 10,00 3. Pengalaman berkunjung 18 36,00

jumlah 50 100,00

Dari data diatas dapat diuraikan bahwa sesuatu yang menarik menurut responden menjadi alasan utama responden dalam memilih tujuan wisata, hal ini terbukti sebanyak 54% (27 orang) memilih jawaban ini. Sedangkan 36% (18 orang) menyatakan pengalaman berkunjung menjadi alasan responden dalam menentukan tujuan wisata, dan sebanyak 10% (5 orang) menyatakan bahwa fasilitas yang lengkap menjadi alasan responden memilih tujuan wisata.

Ketertarikan responden terhadap sebuah objek wisata juga dipengaruhi oleh beragamnya pilihan wisata dalam satu daerah wisata. Pada intinya orang melakukan perjalanan wisata untuk menghilangkan kepenatan atau untuk menghibur hati, sehingga mereka cenderung memilih objek wisata yang memiliki hiburan yang beragam. Seperti tercermin pada jawaban responden dalam pertanyaan nomer 4 yang berbunyi :

commit to user

Apakah beragamnya hiburan/pilihan wisata yang banyak dalam satu daerah wisata mempengaruhi anda untuk mengunjungi tempat itu?”

Jawaban yang terkumpul adalah sebagai berikut :

Tabel IV

Pengaruh beragamnya hiburan/pilihan wisata dalam satu daerah

No Pengaruh banyaknya hiburan Jumlah (orang) Persentase

1. Ya. 42 84,00

2. Tidak 8 16,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perlu berbagai hiburan atau pilihan wisata dalam satu wilayah yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Sebanyak 84% (42 orang) menginginkan adanya berbagai pilihan hiburan/wisata dan 16% (8 orang) tidak terpengaruh dengan adanya berbagai hiburan/pilihan wisata dalam mengambil keputusan untuk melakukan kunjungan wisata.

Variable kedua untuk melakukan riset melaui questioner ini adalah untuk mengetahui sejauh mana target market mengetahui tentang perayaan Sekaten di Surakarta.

Indikator yang bisa digunakan untuk mengukur pengetahuan dan ketertarikan responden terhadap perayaan Sekaten di Surakarta ada dua, yaitu :

commit to user

2. Informasi yang didapat responden terhadap perayaan Sekaten di Surakarta.

Penjelasan :

1. Data pengetahuan dan ketertarikan responden terhadap perayaan Sekaten di Surakarta

Untuk mengetahui sejauh mana pengatahuan responden terhadap perayaan Sekaten diajukan pertanyaan nomer 5 dan 6. Pertanyaan nomer 6 berbunyi :

Apakah anda tahu tentang perayaan Sekaten?” Diberikan pilihan jawaban :

a. Ya b. Tidak

Jawaban yang terkumpul adalah sebagai berikut :

Tabel V

Pengetahuan responden terhadap perayaan Sekaten

No Pengetahuan responden terhadap perayaan Sekaten

Jumlah (orang) Persentase

1. Ya. 50 100,00

2. Tidak 0 0,00

jumlah 50 100,00

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 100% (50 orang) menyatakan tahu tentang perayaan Sekaten.

commit to user

Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang pengetahuan responden terhadap perayaan Sekaten maka diajukan pertanyaan nomer 6, yang berbunyi :

Apakah anda tahu di daerah mana perayaan Sekaten di selenggrakan?”

Dari pertanyaan tersebut diatas terkumpul jawaban dari 50 orang (100%) mengetahui di daerah mana perayaan Sekaten di selenggrakan.

Pada tingkatan awareness perayaan Sekaten itu sendiri sudah bagus dikalangan responden. Selanjutnya untuk mengetahui apakah perayaan Sekaten di Surakarta telah masuk dalam tahap interest dan desire, untuk itu diajukan pertanyaan nomer 7 yang berbunyi :

Apakah anda tertarik untuk menyaksikan perayaan Sekaten di Surakarta?” Disediakan tiga pilihan jawaban :

a. Sangat tertarik b. Biasa saja c. tidak

Jawaban yang terkumpul adalah sebagai berikut :

Tabel VII

Ketertarikan responden terhadap perayaan Sekaten

No Ketertarikan responden untuk menyaksikan perayaan Sekaten

Jumlah (orang) Persentase

1. Sangat tertarik 33 66,00

commit to user

3. Tidak 0 0,00

jumlah 50 100,00

Dari tabel diatas dapat diuraikan bahwa sebanyak 66% (33 orang) menyatakan sangat tertarik untuk menyaksikan perayaan Sekaten di Surakarta, dan 34% (17 orang) menyatakan biasa saja.

Untuk mengetahui apakah ketertarikan seseorang berhubungan dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki maka diajukan pertanyaan nomor 8 yang berbunyi :

Apakah anda pernah menyaksikan perayaa Sekaten di Surakarta?” Diberikan pilihan jawaban :

a. Pernah b. Tidak pernah

Jawaban yang terkumpul adalah sebagai berikut :

Tabel VIII

Responden yang pernah menyaksikan Sekaten di Surakarta

No Pernah menyaksikan perayaa Sekaten di Surakarta

Jumlah (orang) Persentase

1. Pernah 43 86,00

2. Tidak pernah 7 14,00

commit to user

Sebanyak 86% (43 orang) pernah menyaksikan perayaan Sekaten di Surakarta dan 14% (7orang) tidak pernah menyaksikan perayaan Sekaten di Surakarta. Hal ini berarti dari segi desire perayaan Sekaten di Surakarta telah mencapai tahapan itu.

2. Data tentang informasi yang didapat responden tentang perayaan Sekaten di Surakarta.

Untuk mengetahui sejauh mana informasi yang didapat responden dari publikasi yang dilakukan pihak penyelenggara perayaan Sekaten di Surakarta, maka diajukan pertanyaan nomor 9 dan 10. Pertanyaan nomor 9 berbunyi :

“ Dari mana anda tahu tentang perayaan Sekaten di Surakarta?”

Disediakan pilihan jawaban : a. Majalah b. Koran c. Poster d. Baliho e. Berita radio/TV f. Teman g. Informasi lainnya

commit to user Tabel IX

Sumber informasi responden

No Sumber informasi Jumlah (orang) Persentase

1. Majalah 0 0,00 2. Koran 0 0,00 3. Poster 0 0,00 4. Baliho 0 0,00 5. Berita radio/TV 7 14,00 6. Teman 22 44,00 7. Informasi lainnya 21 42,00 Jumlah 50 100,00

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa informasi mengenai perayaan Sekaten di Surakarta yang didapat dari responden merupakan informasi yang bersifat informal, karena hanya merupakan informasi yang disampaikan dari seseorang tanpa menggunakan media publikasi secara khusus, informasi diterima dari percakapan maupun dari pengalaman berkunjung saja. Sehingga untuk mencakup audiens yang lebih luas dirasa kurang efektif.

Pertanyaan nomor 10 digunakan untuk mengevaluasi dari keefektifan publikasi yang dilakukan. Pertanyaan nomor 10 berbunyi :

“ Menurut anda bagaimana publikasi yang dilakukan penyelenggra perayaan Sekaten di Surakarta ini?”

commit to user

Disediakan tiga pilihan jawaban : a. Baik

b. Kurang c. Biasa

Tabel X

Tingkat Publikasi yang dilakukan penyelenggara perayaan Sekaten di Surakarta

No Publikasi yang dilakukan Jumlah (orang) Persentase

1. Baik 3 6,00

2. Kurang 26 56,00

3. Biasa 11 22,00

jumlah 50 100,00

Dari data diatas dapat diketahui bahwa 6% (3 orang) menyatakan publikasi yang dilakukan penyelenggara perayaan Sekaten di Surakarta sudah baik, sedangkan 56% (26 orang) menyatakan publikasi yang dilakukan masih kurang, hal ini tentunya perlu diperhatikan untuk mencapai target market yang bersifat nasional.

E. Analisa SWOT

Dari pengidentifikasian data subjek antara grebeg Maulud/Sekaten Surakarta sebagai data utama, Perayaan Pasar Malam Sekaten Jogjakarta dan Grebeg Suro dan

commit to user

Festival Reog Nasional di Ponorogo sebagai pembanding dapat ditarik analisa SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) dari ketiganya sebagai berikut:

1. Strength (Kekuatan)

No Sekaten Solo Sekaten Jogjakarta Festival Reog Ponorogo

a. Karena rutin diadakan tiap tahun, sudah memiliki citra yang kuat di benak masyarakat.

Karena rutin diadakan tiap tahun, sudah memiliki citra yang kuat di benak masyarakat.

Satu-satunya bentuk Festival Reog yang diselenggrakan dalam skala nasional

b. Didukung dengan kegiatan-kegiatan

sejenis yang menambah kemeriahan event.

Pasar Malam Perayaan Sekaten di Jogjakarta dikemas lebih modern dan terorganisir dengan rapi.

Sudah memiliki pangsa pasar tersendiri baik di Ponorogo maupun nasional.

c. Karena merupakan sebuah perayaan budaya dan religi yang juga merupakan pesta rakyat, sudah memiliki pangsa pasar tersendiri.

Sekaten sudah dikenal masyarakat luas sejak jaman kerajaan Mataram Islam

Berbentuk sebuah Festival yang menyediakan hadiah bagi pemenang festival sangat menarik minat masyarakat untuk mengikuti acara.

commit to user

2. Weakness (Kelemahan)

No Sekaten Surakarta Sekaten Jogjakarta Festival Reog Ponorogo

a. Promosi dan Publikasi mengenai isi perayaan Sekaten masih dilakukan secara Klasik,sehingga kurang menarik bagi masyarakat awam.

Merupakan Event Tradisi dan Budaya, sehingga dianggap kurang bergengsi. Kurangnya promosi yang dilakukan, dengan belum tergarapnya semua media promosi. b. Kurangnya terobosan-terobosan baru dalam hal penambahan acara pendukung yang lebih bersifat edukatif dan informatif.

Penarikan tiket masuk yang dirasa relatif mahal bagi masyarakat ekonomi lemah.

Infrastruktur

pendukung masih sangat kurang.

c. Sebagai perayaan yang besifat budaya, religi dan hiburan, dalam penyampaiaan unsur religi kurang mengena

Sebagai perayaan yang besifat budaya, religi dan hiburan, dalam penyampaiaan unsur religi kurang mengena

Karena hanya dianggap sebagai hiburan rakyat, menjadikan Festival Reog Nasional ini

commit to user

terhadap audiens. terhadap audiens. dipandang kurang bergengsi.

3. Oportunity (Peluang)

No Sekaten Surakarta Sekaten Jogjakarta Festival Reog Ponorogo

a Sekaten mampu menjadi salah satu tujuan wisata tradisi, religi dan budaya baik lokal, nasional maupun internasional, karena sudah menjadi Event tahunan di Surakarta.

Dengan pengelolaan yang lebih terorganisir dan sistem yang lebih modern dapat menarik simpati pengunjung yang lebih kompleks (golongan ekonomi atas, tengah dan bawah)

Karena merupan satu-satunya event tradisi budaya di Ponorogo, sangat potensial untuk menarik pengunjung yang besar.

b Dengan jargon “Solo Kota Budaya” image

sekaten yang mengangkat nilai tradisi, budaya dan religi juga semakin kuat.

Sekaten di Jogjakarta akan lebih mudah dikenal dengan image kota Jogjakarta sebagai kota Pelajar.

Kota Ponorogo menjadi lebih dikenal sacara luas dengan kesenian Reog-nya.

commit to user

c Dapat menjadi salah satu peluang bisnis dalam dunia pariwisata,hiburan dan juga kehidupan

beragama (Relegius)

Sekaten Jogjakarta dapat menjadi tujuan wisata budaya tradisi baik lokal, nasional maupun internasional, karena sudah menjadi Event tahunan.

Perkembangan kesenianReog

Ponorogo, dalam skala besar

4. Threat (Ancaman).

No Sekaten Surakarta Sekaten Jogjakarta Festival Reog Ponorogo

a. Kurangnya minat dari masyarakat ekonomi kelas atas untuk menyaksikan event ini.

Dengan masukknya unsur-unsur modernisasi dalam Pasar Malam Perayaan Sekaten di Jogjakarta,mengakibatkan unsur-unsur budaya, religi kurang terangkat.

Kesenian Reog dianggap sebagai kesenian yang sudah ketinggalan Jaman.

b. Masuknya

pembangunan Mall (swalayan) di Kota Solo

Dengan penarikan tiket masuk yang relatif mahal bagi masyarakat kecil

Kurangnya promosi yang dilakukan sehingga kegiatan ini

commit to user

yang semakin menjamur memberikan kesan Pasar Malam Perayaan Sekaten bukan lagi Pesta Rakyat, tetapi lebih berorientasi pada keuntungan.

kurang terekspos dan menyebabkan

popularitas Festival Reog ini kurang terangkat.

c. Tergerusnya nilai-nilai tradisi, budaya,dan religi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan pemikiran manusia.

Kurangnya promosi dan publikasi yang dilakukan sehingga kurang mengkomunikasikan keberadaan dari Pasar Malam Perayaan Sekaten ini.

Kurangnya promosi yang dilakukan sehingga kegiatan ini kurang terekspos dan menyebabkan

popularitas Festival Reog ini kurang terangkat.

Dokumen terkait