• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Kondisi Perayaan Sekaten

1. Perayaan Acara Sekaten di Surakarta

Sekaten yang dilaksanakan saat ini lebih dari sekedar peringatan Maulid Nabi Muhammad pada masa kerajaan Demak Bintoro, namun sudah menjelma menjadi sebuah perayaan tahunan yang ditunggu-tunggu oleh banyak masyarakat. Sekaten yang sekarang ini lebih berorientasi pada pemeliharaan kebudayaan/tradisi Keraton dan juga menjadi sebuah acara pesta rakyat. Maleman Sekaten diadakan selama satu bulan sebelum acara puncak Sekaten, sedangkan acara puncak Sekaten yaitu sedekah dari raja kepada rakyat yang lebih dikenal dengan istilah Gunungan.

Selain itu pelaksanaan perayaan Sekaten di Surakarta juga memiliki makna spiritual, seperti tujuan awal dari diadakannya sekaten pada jaman para Wali, yaitu

sebagai media da‟wah Islam. Degan demikian Sekaten di Surakarta tidak hanya

semata-mata sebuah perayaan tahunan yang syarat dengan hiburan tetapi juga memelihara budaya daerah dan juga sebagai media da‟wah.Pasar malam inilah yang

commit to user

ditunggu-tunggu masyarakat publik yang mendengarkan gamelan Sekaten ketika dibunyikan di Pagongan Masjid Agung. Pada saat terjadi kerumunan orang itulah strategi dakwah dilakukan. Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangkaian Sekaten tersebut lebih mengedepankan berdakwah ke dalam ide-ide budaya Jawa, sehingga masyarakat dapat menerima dengan baik tanpa ada rasa dipaksa dan digurui.

Digelarnya pasar malam di Alun-alun Keraton, adalah sebagai strategi persaudaraan melalui berbagai bentuk komoditas yang dibutuhkan masyarakat dan memiliki simbol penting di dalam filsafat Jawa. Dalam konteks ini juga terjadi budaya silaturahmi, budaya relasi, budaya tegur sapa, serta budaya toleransi antara rakyat dengan rakyat, rakyat dengan umaro dan rakyat dengan ulama. Selain keberadaan pasar sementara di Alun-alun, dapat pula dilihat peran masjid. Masjid Agung merupakan simbol budaya agama, masjid adalah tempat terbaik menuju kampung akhirat sedang pasar adalah wilayah netral mencari keuntungan dan sukses materi duniawi. Masjid juga simbol disiplin dan kecerdasan spiritual, sedang pasar simbol etos kerja dan profesionalisme.

Ketika gamelan dikeluarkan dan dibunyikan, dapat dilihat adanya artikulasi harmoni dan akulturasi budaya. Gamelan yang ditabuh dengan irama tertentu itu merupakan panggilan budaya terhadap orang Jawa. Sekaten sebagai produk budaya yang berbasis agama itu merupakan warisan sejarah. Sekaten juga wujud nyata dari strategi kebudayaan, diplomasi kebudayaan dan sebuah cara untuk berdakwah. Sekaten merupakan warisan para pendahulu bagi terjalinnya hubungan indah sesama manusia dengan visi dan misi kebudayaan berbasis keagamaan.

commit to user

Dari beberapa hal diatas maka sebenarnya perayaan Sekaten di Surakarta adalah suatu perayaan budaya dan religi yang juga menyediakan hiburan sehingga menjadi daya tarik wisatawan. Oleh karena itu dalam pelaksanaanya harus dikondisikan agar perayaan Sekaten ini bisa dinikmati oleh wisatawan.

2. Rangkaian Ritual Grebeg Maulud dan Sekaten

Keberadaan Sekaten tidak dapat lepas dari ritual Grebeg Maulud yang diselenggrakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Keberadaan Sekaten ini dikombinasikan dengan berbagai kegiatan yang serupa. Adapun rangkaian ritual Grebeg Maulud Nabi Muhammad SAW sebagai tanda dimulainya Sekaten, secara lengkap adalah sebagai berikut :

a. Tabuhan Gamelan Pusaka Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari

Memboyong gamelan pusaka dari Keraton ke Masjid Agung Solo kemudian menabuh gending Rambu dan Rangkung sebagai prosesi Pembuka Maleman Sekaten. Ritual ini dilakukan pada tanggal 5 Mulud (Tahun Jawa). Kedua gamelan terus ditabuh hingga menjelang pelaksanaan Grebeg Gunungan Sekaten tujuh hari kemudian.

b. Jamasan Meriam Pusaka Kyai Setomi

Menjamasi (membersihkan) meriam pusaka yang terletak di Bangsal Witono, sitihinggil utara Keraton Kasunanan Surakarta. Dilakukan 2 hari sebelum Grebeg Gunungan Sekaten.

commit to user

c. Pengembalian Gamelan Pusaka ke dalam Keraton.

Pagi hari sebelum pemberian sedekah Raja, para abdi dalem Keraton memboyong kembali gamelan pusaka dari Masjid Agung.. Gamelan Kyai Guntur Madu langsung dimasukkan ke dalam ruang pusaka, sedangkan Kyai Guntur Sari dibawa ke depan Sasana Sewaka. Kyai Guntur Sari akan dibawa dan ditabuh kembali untuk mengiringi Hajad Dalem Gunungan Sekaten ke Masjid Agung.

d. Pemberian sedekah Raja berupa gunungan di Masjid Agung

Raja Sinuhun Paku Buwono memberikan sedekah kepada rakyatnya berupa makanan tradisional dan hasil bumi yang disusun dalam bentuk gunungan jaler (laki-laki) dan estri (perempuan). Gunungan ini akan diarak menuju Masjid Agung diiringi oleh seluruh sentana dan abdi dalem, para prajurit serta gamelan Kyai Guntur Sari yang dimainkan sambil berjalan. Gunungan ini akan didoakan oleh ulama Keraton di masjid Agung kemudian dibagikan kepada seluruh warga. Grebeg Gunungan digelar bersamaan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yakni tanggal 12 Mulud (Tahun Jawa).

3. Waktu dan Pelaksanaan Sekaten di Surakarta

Perayaan Sekaten dan Grebeg Mulud diselenggarakan di Keraton Surakarta Hadiningrat satu kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 5 sampai 12 Rabiulawwal atau bulan Mulud dalam penanggalan Jawa.

Upacara Sekaten didahului dengan menabuh gamelan Kyai Guntur Madu dan

commit to user

Rabiulawwal. Sesuai dengan tradisi, begitu gamelan ditabuh puluhan masyarakat serentak mengunyah daun sirih ada juga telur asin sambil berebut janur sebagai Ngalap berkah.

Tahap ke-dua, gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari dari Kraton ke Masjid Agung, dimana Susuhunan hadir di Masjid Agung bersama dengan upacara gunungan yang diselenggarakan tanggal 12 Rabiulawwal. Upacara ini diawali dengan perintah Susuhunan kepada penghulu/ulama Keraton untuk memimpin dan membaca doa. Perjalanan rombongan pembawa gunungan dipimpin oleh Patih Dalem yang didepanya adalah Canthang Balung yang menari. Canthang Balung adalah orang yang berpenampilan aneh dan menari-nari sambil menggoda Patih Dalem sebagai simbol godaan untuk menguji iman seseorang.

Di serambi Masjid Agung, Patih Dalem memberitahukan kepada Ulama Keraton tentang Hajad Dalem Susuhunan. Kemudian ulama membacakan doa. Adapun acara pada pelaksanaan Sekaten di Serambi Masjid Agung adalah sebagai berikut :

a. Pembacaaan ayat suci Al-Quran. b. Pembukaan oleh ketua panitia. c. Sambutan-sambutan.

d. Uraian sejarah timbulnya sekaten oleh sesepuh keraton. e. Doa oleh penghulu/ulama kraton untuk kesejahteraan rakyat.

Setelah rangkaian upacara selesai digelar, gunungan yang merupakan simbol kepedulian Raja kepada rakyatnya dibagikan kepada semua orang yang datang dalam

commit to user

upacara tersebut, namun sekarang ini gunungan tidak lagi dibagikan karena sebelum dibagikan masyarakat sudah ramai-ramai berebutan gunungan tersebut.

Selain rangkaian ritual-ritual diatas Sekaten sekarang ini sudah menjelma menjadi suatu tempat ataupun event hiburan yang menawarkan bermacam alternatif hiburan. Sekaten yang sekarang ini mampu menjelma menjadi sebuah acara yang benar-benar kehadirannya dinantikan masyarakat Surakarta dan sekitarnya, tak jarang juga orang-orang dari luar daerah yang datang untuk menyaksiakan acara Sekaten ini.

Sekaten yang sekarang ini diselenggrakan lebih terorganisir dengan rangkaian hiburan yang dilaksanaklan sebulan sebelum acara inti ritual-ritual sekaten dimulai. Diantara beragamnya acara yang digelar dalam Sekaten di Surakarta antara lain :

a. Pasar Malem Sekaten yang diselenggarakan di alun-alun utara Keraton Surakarta.

b. Aneka pameran Seni dan Budaya yang digelar di Pagelaran Keraton Surakarta. c. Lomba Hadrah yang diselenggrakan di Masjid Agung Surakarta.

d. Lomba pidato Bahasa Jawa.

e. Aneka hiburan dan pertunjukan lainnya yang digelar di halaman Alun-alun Utara dan juga Pagelaran Keraton Surakarta.

4. Perlengkapan/Ubarampe dalam Sekaten

Perayaan upacara Sekaten di Keraton Surakarta Hadiningrat harus dipersiapkan dengan matang. Untuk persiapan sekaren yang berupa peralatan ada dua macam, yaitu yang bersifat fisik dan non fisik. Perlengkapan yang berupa fisik adalah yang berupa benda-benda pusaka, sedekah bumi, sesaji dan perlengkapan lain yang

commit to user

dibutuhkan. Sedangkan perlengkapan yang bersifat non fisik berupa persiapan sikap mental yang harus dilakukan sebelum dilaksanakannya upacara sekaten. Adapun perlengkapan yang berupa fisik adalah sebagai berikut :

a. Gamelan Sekaten yang dianggap sebagai benda pusaka, adalah Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari yang merupakan pasangan abadi yang tidak dapatdipisahkan.

b. Sejumlah sayuran dan makanan sebagai bahan pembuatan gunungan sebagai sarana sedekah bumi.

c. Naskah tarikh Nabi Muhammad SAW dan urainnya.

d. Busana seragam dan sejumlah samir yang dipakai oleh para niyaga (penabuh gamelan) selama Gamelan Sekaten dibunyikan.

e. Atribut dan perlengkapan prajurit Keraton yang akan bertugas mengawal gamelan Sekaten dari Keraton menuju Masjid Agung dan sebaliknya.

Sedangkan perlengkapan yang bersifat non fisik adalah sikap mental dan gending-gending yang khusus dimainkan dalam upacara sekaten yaitu gending Rambu dan Rangkung.

5. Tempat Pelaksanaan Sekaten dan Grebeg Maulud di Surakarta

Kegiatan Sekaten di Surakarta ini dipusatkan di Alun-alun Utara dan Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat, pemilihan Alun-alun sebagai tempat pelaksanaan didasari bahwa alun-alun adalah tempat berkumpulnya kegiatan rakyat sejak jaman dahulu kala. Alun-alun menjadi pusat pengumpulan masa ketika raja akan memberikan pengumuman,ataupun kegiatan yang lain. Oleh karena itu sampai saat

commit to user

inipun Alun-alun menjadi pusat keramaian pada malam-malam tertentu. Selain itu Alun-alun sebagai public space yang masih tersedia. Sedangkan pemilihan Masjid Agung berkaitan dengan ajaran da‟wah yang terkandung didalam perayaan Sekaten,

yaitu memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan juga masjid merupakan tempat berlangsungnya peribadatan umat Islam.

6. Anggaran dana Perayaan Sekaten

Didalam pelaaksanaan Sekaten di Surakarta ini anggaran dana berasal dari dalam Keraton sendiri dan juga ada dana yang didapat dari APBD kota Surakarta serta kerjasama dengan pihak ketiga. Selain dari APBD kota Surakarta dana penyelenggraan Sekaten di Surakarta juga berasal dari sumbangsih semua kabupaten yang masih terdaftar dalam wilayah Karesidenan Surakarta, yaitu Pemerintah Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten.

Anggaran dana yang diterima dari tiap kabupaten yang masih terdaftar dalam wilayah Karesidenan Surakarta ini merupakan dana guna menyumbang pembuatan gunungan dari tiap kabupaten tersebut. Jadi dalam satu kali pelaksanaan Sekaten akan terdapat delapan pasang gunungan yang akan disedekahkan kepada masyarakat.

Selain dari sumbangan dana tiap kabupaten di karesidenan Surakarta, dana untuk pelaksanaan Sekaten juga didapat dari pihak ketiga, pihak ketiga yang dimaksud adalah :

commit to user

b. Pajak dari para pedagang dan penyedia hiburan di Alun-alun Utara Keraton saat pelaksanaan Sekaten.

c. Pihak sponsorship.

7. Kerjasama yang pernah dilakukan

Dalam pelaksanaan Sekaten di Surakarta, Keraton Surakarta Hadiningrat sebagai penyelenggara juga melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait. Kerjasama yang dilakukan meliputi segi pendanaan, pengisi acara, peserta stand pameran,.

Karena Sekaten di Surakarta saai ini telah menjelma menjadi suatu hiburan/ pesta rakyat yang kehadirannya telah dinantikan masyarakat luas, hal ini dapat menjadi agenda wisata di kota Surakarta, oleh karena itu dalam pelaksanaan Sekaten di Surakarta, Dinas Pariwisata Kota Surakarta juga berpartisipasi dalam pelaksanaan Sekaten ini.

Selain bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kota Surakarta, dalam penyelenggaraan Sekaten di Surakarta, Keraton Surakarta Hadingrat juga bekerjasama dengan instansi-instansi terkait yang ada dalam pemerintahan kota Surakarta. Untuk masalah kebersihan Keraton bekerjasama dengan Dinas Perkebunan dan Kebersihan kota Surakarta. Sedangkan dari keamanan Keraton bekerja sama dengan pihak kepolisian dan TNI, dalam hal ini Kepolisian Sektor Pasar Kliwon dan Koramil Pasar Kliwon.

Untuk mengisi acara pameran seni dan budaya, dalam acara Sekaten pun digelar acara Gelaran Budaya. Acara gelaran budaya ini merupakan sebuah acara

commit to user

pertunjukan benda-benda pusaka dari beberapa daerah. Selain itu juga ada pameran karya-karya seni dari beberapa seniman kondang dari seluruh penjuru tanah air dari era penjajahan hingga era terbaru. Dalam gelaran budaya ini Kraton Surakarta bekerja sama dengan beberapa museum yang ada di Indonesia.

Pihak Keraton juga membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan yang ingin menjadi sponsorship dalam pelaksanaan sekaten ini. Pihak Keraton juga berinisiatif untuk mengajak kerjasama beberapa instansi pendidikan untuk membuka stand pada Sekaten di Surakarta.

C. Pembanding

Dokumen terkait