• Tidak ada hasil yang ditemukan

ELABORASI TEMA

III.1.1 GREEN ARCHITECTURE

Tanpa disadari keterlibatan arsitek dalam kerusakan lingkungan cukup besar, antara lain dalam penghawaan buatan yang diciptakan untuk menambah kenyamanan manusia, ironisnya pemakaian CFC yang dikeluarkan oleh penghawaan buatan ini dapat merusak lapisan atmosfer sehingga mengakibatkan sinar ultraviolet memasuki atmosfir akibatnya mengurangi produksi pangan dan dapat menimbulkan resiko penyakit kanker kulit dan mata. Peningkatan suhu global bumi akibat efek rumah kaca yang dikeluarkan gas CO2 dan penurunan kualitas air akibat hujan asam dan polusi air. Semua ini akhirnya melahirkan gerakan yang dikenal dengan Green Movement.

Dan akhirnya pada musim panas 1993, ratusan arsitek, perencana, arsitek lansekap, pengembang, kontraktor dan suplier peralatan berkumpul di Chicago dalam perayaan 100 tahun Eksposisi Columbia. Beberapa dari mereka membawa proposal rancangan dengan konsep baru tentang pembangunan yang berkelanjutan. “The World Congress of The International Union of Architects & The American Institute of Architects” mengadopsi “Deklarasi untuk Masa Depan yang Berk-esinambungan”. Menempatkan lingkungan dan kesinambungan sosial sebagai inti dari kegiatan dan tanggung jawab profesional.

Green Architecture (Arsitektur Hijau) muncul dari kepedulian para arsitek terhadap kualitas hidup manusia, kelestarian alam, dan lingkungan. Sehingga manusia tidak akan merasa asing hidup di lingkungan binaannya.

Arsitek mulai menyusun pendekatan yang menarik dalam mendesain bangunan, misalnya dengan :

- Lebih memilih cara-cara tradisional.

- Membuat suatu acuan dasar dalam merancang bangunan dan lingkungan.

- Mengembangkan disain yang melambangkan perbaikan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup di dunia.

Istilah green pada awal munculnya mengalami banyak pertentangan . Pada saat itu pulalah muncul kelompok – kelompok atau lembaga yang melakukan pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Pada mulanya , green architecture bermula dari rancangan rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa Green Architecture adalah sebuah gerakan yang dilakukan dalam rangka menggunakan langkah-langkah yang berusaha semaksimal mungkin tidak merusak alam dan mengembalikan manusia ke dalam kehidupan yang nyaman serta sehat. Green

Architecture dilatarbelakangi oleh kepedulian para arsitek terhadap kualitas lingkungan

hidup dan kualitas kehidupan manusia yang berkelanjutan. Adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi telah mengungkapkan betapa pemanasan global telah semakin parah, sumber daya alam semakin berkurang, sementara itu populasi penduduk bumi semakin bertambah.

Dalam salah satu prinsip teori dan bentuk bangunan yang mendukung penerapan arsitektur berkelanjutan, menurut Ryn (1996:55) disebutkan design with nature, maksudnya alam sebagai representasi wujud bangunan. Prinsip ini menjadi bahan pemikiran dalam menciptakan dan mengembangkan penampilan bentuk kawasan. Bagaimana keinginan menampilkan suatu kawasan dapat mencerminkan fungsi suatu superblok, di mana kawasan tersebut nantinya diharapkan mempunyai suasana tersendiri bagi pekerja dan penghuni dan dapat memberikan suatu kesan yang berhubungan dengan karakter natural.

Menurut Integrated Waste Management Board CA, konsumsi sebuah bangunan itu biasanya menghabiskan:

• 40% dari energi terpakai diseluruh dunia • 25% dari pemotongan kayu

• 16% dari pemakaian air bersih

• 50% dari pengrusakan ozon berhubung CFC masih dipakai • 30% dari konsumsi bahan mentah

• 35% dari buangan co2 dunia

Melihat kenyataan diatas pemikiran untuk mempergunakan bahan bangunan daur ulang menjadi pemikiran utama akan tetapi timbul suatu permasalahan baru yaitu terjadinya peningkatan pemakaian energi untuk mengumpulkan dan memproses material daur ulang tersebut. Di lain sisi dikhawatirkan tidak adanya teknologi yang ramah lingkungan yang dapat mengolah bahan bangunan tersebut atau malah bahan bangunan yang diperoleh dari alam membutuhkan energi dan biaya yang jauh lebih kecil daripada harus mengolah bahan daur ulang yang ada.

Di beberapa negara maju pada tahun 2000 telah mengeluarkan peraturan tentang penerapan konsep sustainable building yang merupakan bagian dari program management lingkungan kota. Departemen lingkungan hidup ditunjuk sebagai pembimbing sekaligus sebagai salah satu tim pengawas dalam perencanaan dan pembangunan perkotaan tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan membantu mengarahkan kebutuhan kota dengan tetap memperhatikan peraturan lingkungan, membimbing departemen lain agar mengurangi kerusakan lingkungan dalam operasi-operasinya serta meningkatkan kualitas lingkungan itu sendiri.

Penerapan konsep sustainable building sudah selayaknya diterapkan di Indonesia mengingat keadaan pembangunan yang sangat besar volumenya serta semakin parahnya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan tersebut. Karena tanpa kita sadari jika konsep sustainable building tidak diterapkan dalam setiap pembangunan maka suatu saat kita akan mengalami krisis terhadap energi, air, sumber daya alam serta kerusakan lingkungan yang parah.

Pendekatan desain yang dilakukan oleh berbagai kelompok arsitek dalam memasyarakatkan Green Architecture berbeda-beda aplikasinya sesuai dengan keahlian masing-masing. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk kelestarian alam dan lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan dalam efisiensi energi dan sumber daya alam dalam kegiatan arsitektural untuk pembangunan yang berkelanjutan dalam mencapai tujuan ekonomi, sosial dan budaya.

Green Architecture atau Arsitektur Hijau merupakan isu yang sedang berkembang di

masa sekarang. Begitu banyaknya terjadi bencana alam, peningkatan suhu dunia, rusaknya lapisan ozon menjadi pendorong penerapan arsitektur hijau dalam masyarakat.

Prinsip dari Green Architecture adalah bahwa apa yang telah kita ciptakan tidak hanya mengambil dari alam tetapi harus dapat dikembalikan juga ke alam. Tanah menjadi tanah, air menjadi air. Segala sesuatu yang kita terima dari alam dapat kita berikan dengan bebas lagi ke alam tanpa menimbulkan dampak negatif pada alam. Itulah desain yang baik. Pembaharuan material yang telah digunakan. Mengkombinasikan pencahayaan, pengudaraan, dan temperatur.

Green Architecture merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di dalam melakukan proses desain. Green Architecture muncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup yang semakin rusak akibat pembangunan yang tidak memperhatikan faktor – faktor lingkungan.

Bangunan sendiri telah mengkonsumsi 40% energi dari total energi yang dimiliki bumi (tidak termasuk dalam proses pengangkutan material dan konstruksi

Pemanfaatan bentuk kontur sebagai bubungan bangunan, bebatuan dari alam, serta atap berupa rerumputan dalam desain menjadi cara untuk mengurangi pemanasan dan mempercepat pendinginan, mengurangi beban angin, api dan juga gempa bumi.

Rangka yang terbuka memberi tekstur pada ceiling. Jendela yang memanjang memperlihatkan pandangan ke luar bangunan.

Konstruksi yang menggunakan beton sebagai bingkai. Rangka atap dilindungi dengan slab beton, hal ini berfungsi menyediakan suhu ruangan yang terjaga tetap sejuk pada musim panas dan tetap hangat saat panas dari luar telah hilang.

Slab beton pada atap juga berfungsi untuk menahan air hujan untuk tidak masuk ke dalam ruangan.

Skylight yang dikendalikan oleh komputer secara otomatis bergerak menurut musim dan keadaan hari. Bangunan yang memanjang dari utara ke selatan menghasilkan pencahayaan dan pengudaraan alami sepanjang hari. Pengairan tanaman di sisi bangunan menciptakan kualitas udara yang sehat di dalam dan di luar bangunan.

Ciri-ciri Green Architecture antara lain :

• Konservasi energi (mengkonsumsi energi seminim mungkin)

• Mengusahakan pencahayaan alami

• Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri

• Mengusahakan penghawaan alami

• Memakai material daur ulang atau material yang ekologis

Dalam penerapan Green Architecture lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya : penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang muncul akibat kegiatan yang terjadi di kawasan proyek.

Dengan strategi desain, antara lain : - Penentuan tapak bangunan

- Cahaya alami siang hari untuk ruang dalam

- Pengelolaan limbah

- Pencahayaan dan HV AC yang hemat energi

- Pemakaian sumber daya alam alternatif dan sumber daya alam yang dapat

diperbaharui

- Pencegahan polusi udara dalam ruangan - Insulasi thermal dalam ruangan

Dokumen terkait