• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gugatan Actio Pauliana Pada Perseroan Terbatas Dalam Kepailitan PT

BAB I PENDAHULUAN

D. Gugatan Actio Pauliana Pada Perseroan Terbatas Dalam Kepailitan PT

Metro Batavia a. Kasus Posisi

Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor:

77/Pailit/2012/PN Niaga Jkt. Pst, tanggal 30 Januari 2013, menyatakan PT. Metro Batavia pailit dengan segala akibat hukumnya dan dalam putusan pailit tersebut majelis hakim juga menunjuk tim kurator selaku pengurus dan/atau pemberes harta pailit dan Hakim Pengawas.

Penunjukan dalam putusan tersebut maka tim kurator (Pemohon) melaksanakan tugasnya untuk melakukan pemberesan harta pailit yang salah satunya melakukan upaya hukum dengan melakukan gugatan actio pauliana terhadap direktur utama PT. Metro Batavia selaku pengurus (Termohon I) ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas perbuatan direktur tersebut yang telah melakukan pengalihan aset berupa satu unit bangunan yang sebelumnya digunakan sebagai kantor pusat PT. Metro Batavia dengan cara melakukan pengikatan jual beli atas tanah dan bangunan tersebut kepada pihak ketiga.

Termohon I telah melakukan pengalihan aset debitor pailit tersebut, delapan hari sejak adanya permohonan pailit oleh International Lease Finance Corporation yakni pada tanggal 20 Desember 2012 atau satu bulan dua hari sebelum putusan pernyataan pailit PT. Metro Batavia diucapkan (pada tanggal 30 Januari 2013). Tepatnya pada tanggal 28 Desember 2012 Termohon mengalihkan tanah dan bangunan tersebut kepada keponakan kandung Termohon (Termohon II) yang menjabat sebagai direksi pada perseroan yang lain (Termohon III) dengan akta jual beli nomor: 112/2012, tertanggal

28 Desember 2012 yang dibuat dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), yang kemudian tanah dan bangunan tersebut oleh Termohon II (bertindak untuk dan atas nama Termohon III) dialihkan lagi ke pihak lain (Termohon IV) pada tanggal 28 Januari 2013 (dua hari sebelum PT. Metro Batavia dinyatakan pailit).

Sebaiknya sebelum mengajukan gugatan actio pauliana tersebut, Pemohon terlebih dahulu dahulu meminta pendapat dari hakim pengawas dan mempelajari serta mencermati asal muasal tanah dan bangunan tersebut, sehingga akhirnya Pemohon mendapatkan bukti-bukti bahwa tanah dan bangunan yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 15, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat tersebut dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor: 2257/Kebon Kelapa adalah aset perseroan yang termasuk dalam boedel pailit.

Adapun alasan Pemohon yang menyatakan bahwa aset tersebut adalah milik perseroan berdasarkan inventaris harta kekayaan perseroan bahwa tanah dan bangunan tersebut masuk ke dalam daftar aktiva tetap208 PT. Metro Batavia sehingga menunjukkan dan membuktikan bahwa tanah dan bangunan tersebut adalah termasuk dalam aset perseroan, maka dengan demikian Pemohon mengajukan gugatan pembatalan perbuatan hukum Termohon I tersebut ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

208 Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan yang digunakan secara

terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan. Dalam Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Pertama,(Jakarta, Raja Grafindo, 2002), hal. 20.

b. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim

Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memberikan pertimbangannya yang terpenting adalah:

1) Majelis hakim dalam pertimbangannya menyatakan bahwa dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi tahun 2001 atas nama wajib pajak Termohon I tercantum tanah dan bangunan yang berada di jalan Ir. H. Juanda Nomor 15, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir Jakarta Pusat sebagai milik Termohon I namun bukti yang diajukan tersebut yang menjadi dasar pertimbangan hukum majelis hakim dalam mengambil putusannya tidak divalidasi atau tidak ditandatangani dan stempel/cap dari kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Utara;

2) Majelis hakim dalam pertimbangan hukumnya menyatakan, untuk menentukan apakah benar objek perkara merupakan “boedel pailit”

sehingga tindakan hukum yang dilakukan Termohon I merupakan perbuatan dengan itikad tidak baik yang dapat merugikan kreditor dan dikwalifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum sehingga dapat dibatalkan, maka perlu dibuktikan terlebih dahulu adalah, apakah tanah dan bangunan yang dikenal berada di jalan Ir. H. Juanda Nomor 15, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir Jakarta Pusat merupakan milik pribadi Termohon I ataukah merupakan milik./aset perseroan (dalam hal ini PT. Metro Batavia);

3) Majelis hakim dalam pertimbangan hukumnya menyatakan untuk menentukan kepemilikan atas tanah dan bangunan dapat mempedomani ketentuan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang menyatakan “sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian kuat menenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan”.

Pada pemeriksaan tingkat kasasi Mahkamah Agung memberikan pertimbangan hukumnya dengan menyatakan bahwa keberatan Pemohon tidak dapat dibenarkan.

Judex facti tidak salah dalam menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Bahwa dari Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 2257/Kebon Kelapa jo AJB Nomor 1/2004, membuktikan objek perkara yaitu tanah dan bangunan di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 15, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat merupakan harta milik Yudiawan Tansari (Tergugat I) dibeli dari Garuda Indonesia pada tahun 2004;

2. Bahwa meskipun benar selama ini tanah dan bangunan tersebut digunakan dan ditempati oleh PT. Merto Batavia (dalam pailit) bahkan pernah dilaporkan dalam Laporan Keuangan Tahunan sebagai aktiva PT.

MetroBatavia (dalam pailit) akan tetapi tidak ditemukan adanya title recht baik karena jual beli atau karena bentuk pengalihan hak lainnya kepada PT.

Metro Batavia (dalam pailit), sehingga disimpulkan objek sengketa adalah bukan milik PT. Metro Batavia (dalam pailit), sehingga bukan boedel pailit;

3. Bahwa dikarenakan objek perkara bukan boedel pailit, maka ditolaknya gugatan actio pauliana a quo telah tepat;

4. Bahwa tidak ditemukannya adanya kekeliruan dalam penerapan hukum oleh judexfacti/Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, ternyata putusan pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, sehingga permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi (Tim Kurator Batavia) tersebut harus ditolak.

c. Putusan Pengadilan

Terhadap upaya hukum gugatan actio pauliana tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjatuhkan putusan Nomor: 02/Pdt.Sus.Actio Pauliana/2014/PN Niaga JKT.Pst, tertanggal 19 Mei 2014 yang amarnya sebagai berikut:

Dalam eksepsi

Menolak eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III;

Dalam pokok perkara:

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini, yang hingga hari ini ditetapkan sebesar Rp. 616.000,- (enam ratus enam belas ribu rupiah).

Terhadap putusan tersebut, Pemohon mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA) pada tanggal 22 Mei 2014. Dalam putusan MA Nomor: 389 K/Pdt.Sus-Pailit/2014, tertanggal 11 Agustus 2014, majelis hakim MA menyatakan menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi tersebut dan menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

E. Analisis Hukum Gugatan Actio Pauliana Atas Putusan Hakim Mahkamah

Dokumen terkait