• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian I. Guideline Judgments

2) Guideline Judgments di Yurisdiksi Lainnya

Selain NSW, yurisdiksi lain di Australia juga menunjukkan beberapa gerakan untuk menggunakan guideline judgment. Western Australia, misalnya, menjadi negara pertama yang mengesahkan peraturan mengenai guideline judgment, ketika mereka mengesahkan undang-undang pemidanaan di tahun 1995. The Sentencing Act 1995 (WA) memberikan kewenangan kepada Pengadilan Banding Pidana untuk memberikan panduan pemidanaan tersebut, di setiap persidangan yang dalam pandangan pengadilan dianggap pantas, terlepas apakah hal tersebut dibutuhkan untuk kepentingan pemeriksaan persidangan.366 Section 6 dari undang-undang 361 Baca R v Aem; R v Kem; R v MM [2002] NSWCCA 58, http://www.austlii.edu.au/au/cases/ nsw/NSWCCA/2002/58.html.

362 Attorney General’s Application under s37 of the Crimes (Sentencing Procedure) Act 1999 No 2 of 2002 (2002) 137 A Crim R 196, http://www.austlii.edu.au/au/cases/nsw/NSWCCA/2002/515. html.

363 Crimes (Sentencing Procedure) Amendment (Standard Minimum Sentencing) Act 2002 (NSW), http://www.legislation.nsw.gov.au/sessionalview/sessional/act/2002-90.pdf.

364 Buchanan, op.cit., hlm. 6.

365 Jenis pidana yang baru diperkenalkan ini dapat dilihat di Crimes and Other Legislation Amendment (Assault and Intoxication) Act 2014, http://www.legislation.nsw.gov.au/sessionalview/ sessional/act/2014-2.pdf.

tersebut yang mengatur prinsip-prinsip pemidanaan menyatakan bahwa dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelaku, pengadilan wajib ‘mempertimbangkan segala panduan yang revelan dalam guideline judgment’ ini.367

Selanjutnya, berbeda dengan negara bagian lainnya yang mengatur tentang

guideline judgments, legislasi Western Australia tidak mengatur bahwa Jaksa Agung

atau lembaga negara lainnya untuk meminta panduan tersebut kepada pengadilan. Pada Oktober 2013, sebagai bagian dari pemeriksaan rutin terhadap undang-undang pemidanaan, Departemen di Kejaksaan Agung tidak merekomendasikan untuk mengikuti praktik meminta panduan ke pengadilan tersebut.368

Di Victoria, ketentuan mengenai guideline judgment baru disahkan pada tahun 2003. Bagian 2AA dari The Sentencing Act 1991 (Vic) memperbolehkan Pengadilan Banding Pidana untuk memberikan atau meninjau panduan pemidanaannya ketika mempertimbangkan permohonan banding terhadap suatu jenis pidana, baik melalui inisiatif pengadilan maupun sebagai bagian dari permohonan banding tersebut.369 Undang-undang mengharuskan pengadilan memberitahukan Dewan Penasihat Pemidanaan Victoria atas keputusannya untuk memberikan atau meninjau panduan pemidanaan dan harus mendengarkan pandangan yang diungkapkan oleh Dewan tersebut.370 Selain itu, Direktur Penuntutan Umum dan Lembaga Bantuan Hukum Victoria harus diberikan kesempatan untuk memberikan pandangannya atas isu tersebut. Pengadilan juga harus memperhatikan ‘kebutuhan untuk mempromosikan konsistensi atas pendekatan (consistency of approach) dalam menghukum pelaku’ dan ‘kebutuhan untuk mempromosikan keyakinan masyarakat atas sistem peradilan pidana’.371

Di tempat lain, melalui perubahan Criminal Law (Sentencing Act) 1988 (SA) yang disahkan pada tahun 2003, Full Court of Supreme Court of South Australia diperbolehkan memberikan atau meninjau ulang panduan pemidanaan melalui inisiatifnya sendiri atau melalui permohonan yang diajukan oleh Jaksa Agung, Direktur Penuntutan Umum, atau Komisi Pelayanan Hukum.372 Sehubungan dengan pengaturan ini, Komisioner untuk Hak Korban (The Commissioner for Victim’s Rights), Gerakan Hak-Hak Hukum Aborigin (The Aboriginal Legal

367 Ibid., S. 6(5).

368 Department of the Attorney General, Statutory Review of the Sentencing Act 1995 (WA) 25 (Oct. 2013),

http://www.parliament.wa.gov.au/publications/tabledpapers.nsf/displaypaper/3911102cda8 d9b01225a46d348257c39000ee51e/$file/tp-1102.pdf.

369 Sentencing Act 1991 (Vic), S. 6AB.

370 Ibid., SS. 6AD(a) & 6AE(c).

371 Ibid., S. 6AE(a) & (b).

Rights Movement Inc.), dan organisasi berbasis hak-hak korban maupun pelaku boleh hadir pada saat persidangan tersebut.373

Peraturan perundang-undangan menyatakan bahwa pedoman pemidanaan yang disusun oleh pengadilan mungkin ‘mengindikasikan rentang hukuman untuk tindak pidana atau tindak pidana atas kategori tertentu’ dan ‘mengindikasikan bagaimana faktor-faktor yang memberatkan dan meringankan’ harus dipertimbangkan dalam pemidanaan.374 Pengadilan harus mempertimbangkan panduan-panduan yang relevan, tetapi tidak terikat untuk mengikutinya apabila terdapat alasan yang baik untuk tidak melakukan hal tersebut, dengan melihat kondisi-kondisi dalam kasus yang ditanganinya.375

Sementara itu, Queensland belum memasukkan guideline judgments ke dalam Penalties and Sentencing Act 1992 (Qld) hingga tahun 2010. Part 2A dari undang-undang tersebut memperbolehkan Pengadilan Banding Queensland unuk memberikan atau meninjau ulang panduan pemidanaan, baik atas inisiatif sendiri maupun sebagai bagian dari persidangan376 atau atas permintaan Jaksa Agung, Direktur Penuntutan Umum, Ketua Lembaga Bantuan Hukum Queensland.377

Dalam mempertimbangkan apakah akan memberikan atau meninjau ulang panduan tersebut, seperti halnya di Victoria, pengadilan harus memperhatikan ‘kebutuhan untuk mempromosikan konsistensi atas pendekatan (consistency of

approach) dalam menghukum pelaku’ dan ‘kebutuhan untuk mempromosikan

keyakinan masyarakat atas sistem peradilan pidana’.378

Undang-undang memberikan perbedaan antara memberikan panduan untuk tindak pidana di negara bagian ataupun di level commonwealth. Berdasarkan pertimbangan High Court of Australia dalam kasus Wong, guideline judgment untuk tindak pidana di bawah undang-undang commonwealth harus konsisten dengan undang-undangnya: ‘menetapkan pertimbangan yang tidak mengikat untuk memberikan panduan atas penggunaan diskresi di masa yang akan datang dan tidak memaksakan panduan ini untuk mengikat hakim’, dan ‘menciptakan prinsip-prinsip untuk mendukung penggunaan jenis pidana tertentu dan tidak menyatakan keputusan-keputusan yang diekspektasikan pada persidangan di masa depan’.379 Sebagai tambahan, panduan ini hanya boleh dikeluarkan dimana

373 Ibid., S. 29B(2).

374 Ibid., S. 29A(3).

375 Ibid., S. 29A(5).

376 Penalties and Sentencing Act 1992 (Qld), S. 15AD.

377 Ibid., S. 15AE.

378 Ibid., S. 15AH.

pengadilan melihatnya penting untuk kepentingan pemeriksaan persidangan.380

Meski secara umum banyak negara bagian yang telah menyusun panduannya, terhitung hanya satu putusan381 yang ditemukan dan bisa dikategorikan sebagai sebuah guideline judgment formal, yaitu putusan di Pengadilan Western Australia mengenai kewenangan untuk membuat ‘spent conviction order.’382 Sejumlah kecil kasus-kasus yang ditangani Pengadilan Banding, secara khusus menolak opsi memberikan panduan pemidanaan tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 2004, Mahkamah Agung South Australia menolak memberikan panduan yang berkaitan dengan pemidanaan untuk tindakan ‘berkendara dengan serampangan dan mengakibatkan matinya orang’, dengan menyatakan:

“[we] understand the desire to identify a benchmark sentence and the sort of

case it applies to. But this will not remove the need for the individual assessment of each case, and for the making of what is always a difficult decision. The circumstances of the offences in question vary too much for the fixing of a benchmark to be wise or helpful. And, we repeat, it has not been shown that we should act as proposed because courts are not observing appropriate

standards and need to be given a standard to work from.”383