• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM ETNIK KARO DAN UPACARA GENDANG KEMATIAN

4.1 Gambaran Umum Etnik Karo

4.1.6 Kepercayaan dan Agama

4.1.6.2 Guru/ Dukun

Orang yang dapat menjalankan prinsip kepercayaan pada masyarakat Karo biasanya disebut dengan guru/dukun. Guru pada masyarakat Karo disebut guru si

baso atau guru yang secara umum berarti orang yang dapat berkomunikasi dengan

roh gaib dan dapat mengobati. Guru adalah seseorang yang mempunyai indra ―keenam‖. Fungsinya selain sebagai pembuat obat juga sebagai peramal. Tarigan (2007: 50) menyebutkan bahwa guru adalah seseorang yang mempunyai jinujung (makhluk halus yang memberikan keahlian), mempunyai kelebihan, dan dapat mengucapkan mang-mang/mantra-mantra.

Guru dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai masyarakat awam dan

sebagai orang yang mempunyai ‗ilmu‘. Sebagai anggota masyarakat awam, secara umum sama dengan masyarakat Karo yang lain yang bukan guru. Mereka bekerja untuk mencukupi keperluan sehari-hari dengan cara bertani atau berjualan. Mereka juga menjalankan adat yang terdapat dalam rakut si telu. Sebagai orang yang mempunyai ‗ilmu‘, mereka mempunyai kelebihan daripada masyarakat awam. Mereka mempunyai kelebihan dan dapat menjalankan aktivitas yang khas,

misalnya dapat berkomunikasi dengan roh gaib dan dapat menjalankan pengobatan kepada seseorang yang sakit atau menjalankan upacara ritual.

Kelebihan guru daripada masyarakat awam terutama karena guru mempunyai jinujung. Jinujung merupakan satu kekuatan yang penting yang terdapat dalam diri guru sebab dengan ada jinujung maka seseorang mempunyai ilmu dan mendapat sebutan seorang guru. Aktivitas guru selalu mengikuti petunjuk dari jinujung. Oleh karena itu, yang menjalankan aktivitas pada dasarnya ialah jinujung. Guru hanya sebagai media komunikasi. Akan tetapi, pada waktu menjalankan satu aktivitas, jinujung tidak selalu menyerap ke dalam tubuh

guru.

Menurut Ginting (2009: 65), seseorang yang bisa menjadi guru adalah orang-orang yang mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan orang biasa pada umumnya. Guru termasuk orang yang dituakan dan mempunyai kelebihan-kelebihan, seperti (1) guru bisa berkomunikasi dengan roh-roh halus (gaib), (2) guru bisa kemasukan (kesurupan) roh-roh halus dan masih bisa tetap mengontrol dirinya walaupun lagi kesurupan, (3) seorang guru biasanya mempunyai indra yang lebih dari manusia biasa, yakni guru dapat melihat roh-roh halus (dua lapis pengenen matana), (4) ersora kerahungna (lehernya bisa bersuara ) dan melalui suara itulah dia dapat berkomunikasi dengan roh-roh halus, (5) guru dapat menentukan hari-hari apa saja yang menjadi hari baik dan hari tidak baik setiap bulannya, (6) biasanya seorang guru bisa mencari barang yang sudah hilang,

(7) dapat mengartikan sebuah mimpi, serta (8) dapat mengobati berbagai macam penyakit, bisa membuat penangkal dan membuat jimat sebagai penangkal bala.

Orang Karo membagi beberapa jenis guru/dukun, yaitu (1) Guru mbelin, yaitu guru (dukun) yang mampu mengobati berbagai macam penyakit dalam tubuh manusia, baik penyakit yang datangnya dari ulah manusia maupun penyakit yang datangnya akibat guna-guna. Seorang guru mbelin biasanya sakti dan sangat disegani oleh masyarakat. Pada etnik Karo guru inilah yang dianggap paling banyak tahu tentang pengobatan penyakit dan kosmologi. Guru ini memiliki berbagai macam keahlian sekaligus dari beberapa jenis guru yang ada pada masyarakat.

(2) Guru penawar, yaitu guru yang dapat mengobati berbagai penyakit dengan membuat obat-obatan dari bahan ramuan tumbuh-tumbuhan, akar-akaran, biji-bijian, minyak dan sebagainya.

(3) Guru pengarkari, yaitu guru yang dapat membuat benteng atau perlindungan dari roh-roh atau makhluk-makhluk halus yang ingin mengganggu manusia atau dari teluh yang dibuat oleh orang lain. Benteng atau perlindungan tersebut terdiri atas berbagai macam bentuk dan bahan, misalnya jimat dari batu, kain, tumbuhan, dan sebagainya;

(4) Guru ngulakken, yaitu guru yang mempunyai keahlian untuk mengobati penyakit yang datangnya dari teluh. Guru ini tidak hanya bisa mengobati penyakit tersebut, tetapi apabila diminta oleh orang yang sedang diobati agar penyakit tersebut ulakken (kembalikan), maka dia juga mampu

mengembalikan penyakit tersebut kepada yang mengirimnya sehingga penyakit tersebut akhirnya menghantam pemiliknya sendiri.

(5) Guru persilihi, yaitu guru yang mampu mengobati orang yang sakit karena

birawan, yaitu orang yang sedang sakit karena terkejut, dan diyakini oleh

masyarakat karena disapa oleh makhluk halus. Oleh sebab itu, agar tidak diganggu oleh makhluk halus tersebut maka diberikan benda-benda sebagai pengganti manusia yang sakit tersebut kepada roh yang menyapanya. Persilihi artinya memberikan ganti. Dalam upacara persilihi sebagai ganti selain beberapa jenis makanan, seperti buah pisang emas dan beberapa jenis makanan yang disebut dengan cimpa, yang diletakkan di sebuah persimpangan yang diyakini sering dilalui oleh makhluk halus tersebut juga biasanya pohon pisang beserta bonggolnya diukir seperti tubuh manusia, yang disebut dengan gana-gana. Pohon pisang dengan makanan tersebut diletakkan di persimpangan jalan. Benda-benda itu diberikan sebagai pengganti manusia yang diganggu oleh roh atau makhluk halus tersebut. Namun, dalam upacara yang lebih kecil biasanya diberikan cukup manuk sabur bintang (ayam) saja sebagai kahul. Ini biasa digunakan dalam upacara ndilo tendi, yaitu memanggil roh seseorang yang ditahan oleh makhluk halus di tempat-tempat tertentu. Upacaranya dipimpin oleh guru persilihi ini.

(6) Guru siniktik wari atau disebut juga guru si meteh wari telu puluh, adalah guru yang mempunyai keahlian tentang hari-hari yang baik dan tidak baik. Hari-hari baik dan tidak baik ini menyangkut apa yang baik dilakukan pada Hari-

hari-hari tertentu. Biasanya untuk melakukan upacara terlebih dahulu ditanyakan kepada guru ini kapan waktu yang baik diadakan upacara.

(7) Guru perdewal-dewal, yaitu guru yang biasa dipakai untuk upacara perumah

begu, yaitu upacara untuk memanggil roh orang yang sudah meninggal dunia.

Dalam kepercayaan orang Karo, roh yang sudah meninggal dunia dapat dipanggil kembali melalui medium sang guru tersebut. Manusia masih dapat melakukan komunikasi dan saling tukar informasi tentang kehidupan orang yang meninggal tersebut. Upacara ini juga biasa dipakai untuk mendamaikan sebuah keluarga yang dilanda konflik. Karena pihak keluarga tidak dapat lagi mendamaikan konflik yang ada maka biasanya dilakukan upacara perumah

begu. Oleh karena itu, dipanggil roh orang tua mereka yang sudah meninggal

dan memberikan nasihat kembali kepada anak-anaknya agar hidup tentram, damai dan jangan bertengkar.

(8) Guru si ngoge gerek-gereken, yaitu guru yang mampu meramalkan sifat seseorang, membaca firasat atau apa yang akan terjadi dengan melihat telur ayam atau manuk sangkep, yaitu ayam yang sudah dimasak dicampur dengan kelapa parut. Hal ini biasanya dilakukan pada upacara mukul dalam perkawinan, yaitu ketika pengantin makan daging ayam bersama dan disaksikan oleh sanak famili.

(9) Guru si dua lapis pengenen matana, yaitu guru yang mampu melihat makhluk-makhlu halus. Selain itu, juga dapat berkomunikasi dengan mereka.

(10) Guru ngeluncang atau guru muncang, yaitu guru yang mempunyai keahlian untuk mengusir roh-roh jahat yang sudah sangat menggangu di sebuah kampung. Hal ini ditandai dengan terlalu sering ada orang yang meninggal di sebuah kampung, penyakit merajalela, penduduk ketakutan, dan dianggap di kampung tersebut ada roh-roh jahat yang mengganggu. Biasanya dalam upacara ini sang guru akan berlari-lari ke sana kemari berperang melawan roh-roh jahat tersebut. Sekali-sekali dia memanjat pohon kelapa dengan cepat. Demikian juga dia turun dari pohon kelapa dengan cepat, sampai pada akhirnya kampung tersebut dinyatakan bebas dari gangguan roh-roh jahat. (11) Guru perjinujung, yaitu guru yang mempunyai roh yang menyertai dirinya,

biasanya roh kerabatnya yang sudah meninggal dunia, atau roh di sebuah tempat tertentu yang ingin bersamanya. Secara harfiah dapat disebut dengan

jinujung adalah yang dijunjung, yaitu roh yang menyertai dirinya dan menjadi

baigan dari diri seseorang melalui proses penabalan (pentabisan) oleh guru juga. Orang yang dapat mempunyai jinujung biasanya disebabkan oleh (a) turun-temurun dari nenek moyangnya, (b) berdasarkan ngguru atau belajar dari pustaka najati atau lak-lak kayu, yaitu tulisan kuno yang terdapat dalam kulit kayu, (c) berdasarkan mimpi, (d) sengget (terkejut), dan (e) begu jabu, yaitu ada roh anggota keluarga yang ingin masuk kepada salah satu saudaranya yang masih hidup. Roh ini biasanya roh orang yang mate sada

wari atau mati kontan (satu hari), misalnya karena kecelakaan, bunuh diri, dan

(12) Guru nendong (tedung), yaitu seseorang yang mempunyai keahlian mengetahui sesuatu, misalnya mengetahui di mana seseorang yang hilang berada dan sebagainya.

(13) Guru penggel, yaitu guru yang dapat mengobati orang yang patah tulang. (14) Guru peraji-aji, yaitu guru yang dapat membuat orang lain menjadi sakit. (15) Guru si baso, yaitu guru yang dapat melakukan komunikasi dengan roh-roh

atau makhluk halus;

(16) Guru purkasih atau percoles-coles, yaitu guru yang dapat menaklukkan seseorang dengan cara-cara tertentu. Misalnya, orang akan menjadi sangat kasihan meskipun sebelumnya sangat marah atau menjadi sangat suka kepada seseorang meskipun tidak ada perasaan cinta sama sekali sebelumnya.

(17) Guru kebal, yaitu guru yang mempunyai keahlian tahan daging. Misalnya membuat seseorang tidak mempan dibacok dengan benda-benda tajam.

Dokumen terkait