BAB IV STUDY KRITIS SANAD, MATAN, DAN PEMIKIRAN
C. Hadis Tentang Mandi Pada Hari Jumat
Hadisnya adalah,
.
Apabila kamu sekalian hendak datang (menunaikan shalat) jumat, maka hendaklah (terlebih dahulu) mandi (HR. al-Bukhârî, Muslim, dan lain-lain)
17 Ismail,
Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal, h. 56-58.
Di dalam kitab al-Mu„jam al-Mufahrâs Li Alfâz al-Hadîst al-Nabawî
terdapat isyarat yang menyatakan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab-kitab hadis. Di antaranya Kha, jum„ah (di dalam kitab Sahîh al-Bukhârî kitab Jumat) 2, 3, 5, 6, 12, dan 26, adzan 161, dan syahadah 185. Mim (Sahîh Muslim) Musafirin
26 dan 27,Jum„ah 1, 2, 3, dan 6-8. Dal (Sunan Abî Dâwud) Taharah 127 dan 128.
Ta (Sunan al-Tirmidzî) Jum„ah 29. Nun (Sunan al-Nasâ‟î) Jum„ah 7, 8, 11, dan 25, dan Siyam 81. Jah (Sunan Ibn Mâjah) Iqamah 78, 80, dan 83. Di (Sunan al-Dârimî) Salat 190. T (al-Muwatta) Jum„ah 2 dan 4. Hamim (Musnad Ahmad bin Hanbal) 1, 51, 46 dan 365.18
Kitab Sunan al-Dârimî
Selain al-Dârimî, terdapat pula matan hadis yang serupa dengan sanad yang juga hampir serupa, adapun rangkaian sanad-sanadnya adalah Khalid bin
Mukhallid, Mâlik, Nâfi„ dari Ibn „Umar ra. Pada hadis yang diriwayatkan oleh al-Dârimî ini memiliki sanad-sanad yang kuat, terhindar dari syaz dan illat, di sisi lain sanad-sanadnya juga memiliki ketersabungan hubungan antara guru dan murid dengan demikian penulis simpulkan bahwa kualitas hadis al-Dârimî sahih.
Kitab Sunan al-Nasâ‟î
18 Weinsinck, Mu‟jam al-Mufahras li alfâz al-Hadîs al-Nabawiyah. Jilid I h. 370.
19 al-Dârimî,
Sunan al-Dârimî, bab al-Ghuslu Yaum al-Jumu„ah juz I h. 423.
20 Ahmad bin Syu„aib Abû „Abd al-Rahmân al-Nasâ‟î,
Sunan al-Nasâ‟î al-Kubrâ (Dar
Adapun al-Nasâ‟î dalam kitabnya mengeluaran hadis mengenai mandi
pada hari jumat dengan sanad-sanad sebagai berikut, Qutaibah bin Sa„îd, Mâlik, Nâfi„ dari Ibn „Umar ra. Rangkaian sanad al-Nasâ‟î hampir serupa dengan
rangkaian sanad yang diriwayatkan oleh al-Dârimî. Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal
Hadis pada kitab Musnad Imam Ahamd bin Hanbal, rangkaian sanadnya adalah „Abdullâh, Abî (Ahmad bin Hanbal), Yahyâ, „Ubaidillâh, Nâfi„ dari Ibn „Umar ra.21 Pada hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad ini, penulis menyimpulkan bahwa hadis ini berkualitas sahih, karena sesuai dengan kriteria kesahihan sanad hadis.
Sejauh penelusuran penulis, mengenai hadis mandi pada hari jumat terdapat sanad dan matan yang berbeda, hadis-hadis tersebut adalah:
Kitab Sunan Abî Dâwud
21 Hanbal,
Sanad-sanadnya adalah Abû Taubah al-Rabî„ bin Nâfi„, Mu„âwiyah,
Yahyâ, Abû Salamah bin „Abd al-Rahmân dari Abû Hurairah ra. dan bersumber
dari Ibn „Umar ra.
Kitab Sunan Ibn Mâjah
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mâjah, rangkaian sanadnya adalah Muhammad bin „Abdullâh bin Namir, „Umar bin „Ubaid, Abî Ishaq, Nâfi„ dari Ibn „Umar ra.
Kitab Sunan al-Tirmidzî
Rangkaian sanadnya adalah Ahmad bin Munî„, Sufyân bin „Uyainah, al -Zuhrî, Salîm dari bapaknya, Abî al-Ja„d.
Kitab Sunan al-Nasâ‟î
22 al-Sijistanî,
Sunan Abî Dâwud, bab Fi Ghusli Yaum al-Jum„ah juz I h. 134.
23 al-Quzwini,
Sunan Ibn Mâjah, Bab Ma Ja‟a Fi al-Ghusli Yaum al-Jum„ah Juz I. h. 346. Pada bab lain terdapat tema yang sama yaitu pada bab Ma Ja‟a Fi Zinati Yaum al-Jum„ah juz I h. 349.
24 al-Tirmidzî,
Rangkaian sanadnya adalah Katsîr bin „Ubaid al-Huasî, Muhammad bin Harb Humasî, al-Zubaidî, al-Zuhrî, Salîm dari „Abdullâh bin „Umar bin al -Khattab.
Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal
Dan yang ketujuh yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal. „Abdullâh, Abî (Ahmad bin Hanbal), Sufyân, al-Zuhrî, dari Salîm dari bapaknya, Abî al-Ja„d. Yahyâ, „Ubaidillâh, Nâfi„ dari Ibn „Umar ra.
Rangkaian sanad-sanad hadis yang berbeda matan tetapi temanya sama, menurut sebagian pakar dan pengkritik sanad hadis semuanya berkualitas sahih, dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa sanad-sanad dari matan hadis yang berbeda tetapi temanya sama berkualitas sahih karena sesuai dengan kriteria kesahihan sanad hadis.
2. Kritik Matan
Mengacu pada kriteria kesahihan matan, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, penulis akan meneliti dari sisi bahasa Arab yang sesuai dengan bahasa kenabian. Melalui pendekatan bahasa, penulis mengambil sebuah kata yang dianggap penting, yaitu al-Jumu„ah. Kata
al-Jumu„ah merupakan isim „alam yang berarti kumpul, kata tersebut merupakan
25 al-Nasâ‟î, Sunan al-Nasâ‟î al-Kubrâ, bab Ijab al-Ghusli Yaum al-Jum„ah juz I h. 520 dan 521. Pada bab Hasu al-Imam Fi Khutbatihi „Ala Ghusli Yaum al-Jum„ah, Juz III h. 93, 105, 106.
26 Hanbal,
sebutan hari suci pada hari keenam, yaitu hari berkumpulnya umat Islam di
Masjid untuk mendirikan shalat berjama‟ah di siang hari. Kata tersebut sering digunakan terutama ketika membicarakan keutamaan-keutamaan maupun kegiatan yang ada pada hari jumat.27
Kedua, penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat para ulama. Menurut al-„Ainî, hadis ini menunjukkan kewajiban terhadap laki-laki dewasa agar melakukan mandi tatkala mendatangi masjid, terutama pada hari jumat.28 Selain itu, ia mengatakan bahwa hadis ini menunjukkan anjuran mensucikan badannya dengan mandi ketika berpergian dan tidak dianjurkan bagi yang tidak.29 Kebersihan, keindahan, dan kerapihan bagi seorang muslim sangat dianjurkan, terlebih ketika hendak shalat jumat.
Ketiga, penulis mengemukakan dengan pendekatan sejarah. al-Husainî di dalam bukunya, al-Bayân wa al-Ta„rîf mengatakan bahwa ia mengutip hadis dari Imam Mâlik, al-Syaikhânî, Ashâb al-Sunan selain Abî Dâwud riwayat yang
bersumber dari Ibn „Umar mengatakan bahwa hadis ini berkaitan dengan prilaku
sahabat yang memakai baju wol yang jarang dicuci sehingga menyebabkan bau yang sangat menyengat ketika Rasulullah saw. khutbah jumat. Nabi merasakan seusana yang kurang meyenangkan sehingga bau tak sedap itu mengganggu keberlangsungan aktivitas shalat jumat. Ketika itulah Rasulullah saw. bersabda perihal mandi sebelum shalat jumat.30
27 Jamâl al-Dîn Muhammad Min Mukrâm Ibn Manzûr,
Lisân al-‟Arab (Dâr al-Fikr: Libanon). Juz II h. 36.
28 al-„Ainî al-Hanafî, „Umdat al-Qâri Syarh Sahîh al-Bukhârî, Juz IX h. 497.
29 al-„Ainî al-Hanafî, „Umdat al-Qâri Syarh Sahîh al-Bukhârî, Juz X h. 65.
30 al-Sayyid al-Syarîf Ibrâhîm bin Muhammad ibn Hamzah al-Husainî,
al-Bâyan al-Ta„rîf Fî Asbâb al-Wurûd al-Hadîts al-Syarîf (Dar al-Turats al-„Arabi: Kairo) h. 50.
Keempat, kesesuaian dengan prinsip agama. Kesucian, kebersihan, dan keindahan merupakan salah satu hal yang disenangi dan sesuai dengan fitrah manusia juga sejalan dengan syariat Islam. Oleh karena itu, hadis ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama. Dengan demikian setelah dikemukakan empat macam pendekatan kesahihan matan hadis, dapat penulis simpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih.
3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail tentang Hadis : Mandi Pada Hari Jumat Pada hadis ketiga, tentang mandi di hari jumat. M. Syuhudi Ismail mengemukakan terlebih dahulu pendapat Dâwud al-Zahiri yang memahaminya secara tekstual. Setelah itu M. Syuhudi ismail mengemukakan asbâb al-wWurûd
dengan merujuk kitab al-Bayân al-Ta„rîf Fî Asbâb al-Wurûd al-Hadîts al-Syarîf
karya Al-Sayyid al-Syarîf Ibrâhîm bin Muhammad ibn Hamzah al-Husainî. Pada kitab ini dikemukakan bahwa ada sahabat Nabi yang bekerja sebagai tukang kebun. Ketika shalat jumat, ia pergi ke masjid masih mengenakan baju wol kasar yang jarang dicuci dan memang biasa dipakai bekerja, sehingga bau keringatnya menyengat. Sedangkan ketika itu nabi sedang menyampaikan khutbah jumat dan cuaca pun dalam keadaan panas. Tidak bisa dielakkan lagi, bau badan yang menyengat itu membuat resah Nabi dan para sahabat. Maka keluarlah hadis nabi yang mengisyaratkan agar orang yang menghadiri shalat jumat hendaknya mandi terlebih dahulu. Dalam hal ini M. Syuhudi Ismail menyimpulkan bahwa hadis ini difahami sebagai hadis yang mempunyai sabab khusus, dan difahami secara kontekstual.31
31 Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al-Hadits Tentang Ajaran Islam Yang Universal, Temporal dan Lokal, h. 58-59.
Hemat penulis dengan gambaran yeng telah dikemukakan dan rujukan yang digunakan pemikiran M. Syuhudi Ismail dipengaruhi oleh asbâb al-wurûd
yang dikemukakan oleh Al-Sayyid al-Syarîf Ibrâhîm bin Muhammad ibn Hamzah di dalam karyanya al-Bayân al-Ta„rîf Fî Asbâb al-Wurûd al-Hadîts al-Syarîf.
Metode yang digunakannya pun sama dengan yang sebelumnya.
D. Hadis Tentang Kewajiban Mandi Pada Hari Jumat