• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV STUDY KRITIS SANAD, MATAN, DAN PEMIKIRAN

B. Hadis Tentang Urusan Dunia

Hadis tentang urusan dunia

Kamu sekalian lebih mengetahui tentang urusan duniamu (HR Muslim) Hadis tentang urusan dunia hanya terdapat dalam kitab Shahih Muslim, yaitu al-Jami„ al-Sahîh al-Musamma Sahîh Muslim karya Abû al-Husain Muslim

10 M. Syuhudi Ismail,

Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Tela‟ah Ma‟ani al -Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Buku, Bulan Bintang, Jakarta,

bin al-Hujjaj bin Muslim al-Qusyairî al-Nîsâburî. Informasi tersebut penulis kutip dari kitab Kanzu al-„Umâl Fî Sunan al-Aqwâl wa al-Af„âl karya „Alî bin Hisyâm al-Dîn al-Mutaqî al-Hindî, di dalam bukunya terdapat keterangan Mim

„An Anas Wa „Aisyah.12

Perlu diketahui, mengenai hadis tentang urusan dunia. Ada beberapa hadis dengan tema yang sama, tetapi berbeda dari sisi sanad dan matan. Di antara hadis tersebut adalah:

Kitab Sunan Ibn Mâjah

Rangkaian sanad-sanadnya adalah Muhammad bin Yahyâ, „Affân,

Himmâd, Tsâbit, Anas bin Mâlik dan Hisyâm bin „Urwah, dari bapaknya dari „Âisyah. Rangkaian sanad hadis dengan tema yang sama ini hampir serupa dengan sanad-sanad hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Hemat penulis hadis di atas sesuai dengan kriteria kesahihan sanad hadis. Jadi penulis, berkesimpulan bahwa hadis ini berkualitas sahih.

11 al-Nîsâbûrî

, al-Jâmi„ al-Sahîh al-Musammâ Sahîh Muslim, bab Wujub al-Imtitsal ma

qalahu Syar „an Duna. Jilid VII h. 95.

12„Alî bin Hisyâm al-Dîn al-Mutaqî al-Hindî, Kanzu al-„Umal Fî Sunan Aqwâl wa

al-Af„âl (Tarqîm al-Kitâb Muwâfiq Li al-Matbu„) juz XI h. 465.

13 Muhammad bin Yazîd Abû „Abdullâh al-Quzwînî,

Sunan Ibn Mâjah (Dar al-Fikr:

Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal

Dalam kitabnya, Ahmad bin Hanbal mengemukakan sanad-sanad hadis dari berbagai jalur. Namun, penulis mengambil sebuah hadis yang sanad-sanadnya adalah „Abdullâh, Abî (Ahmad bin Hanbal), „Abd al-Samad, Hammad, Tsâbit, dari Anas.14 Seperti halnya kualitas hadis di atas, penulis berkesimpulan bahwa status hadis tersebut berkualitas sahih karena sesuai dengan kriteria kesahihan sanad hadis.

Hadis-hadis di atas memiliki rangkaian sanad yang sahih. Baik itu melalui penelitian yang telah dilakukan oleh perawi hadis maupun para pengkritik hadis. Dengan demikian, penulis berkesimpulan bahwa hadis mengenai urusan dunia sanad-sanadnya sahih.

2. Kritik Matan

Sebagaimana kriteria kesahihan matan, hal-hal yang ditempuh adalah:

Pertama, penulis meneliti dari sisi bahasa Arab untuk mencari kesesuaian dengan bahasa Nabi. Namun perlu diketahui bahwa hadis di atas secara umum mengenai

14 Hanbal,

urusan dunia, yaitu tentang petani yang hendak mengawinkan tanamannya agar mendapatkan hasil terbaik. Dengan pendekatan bahasa, penulis mengambil sebuah kata yang dianggap penting, yaitu A„lamu, asal kata dari „Alima-ya„lamu yang berarti mengetahui. Kata tersebut merupakan ism tafdîl (kata kerja yang bermakna memiliki keunggulan dari yang lainnya) kata a„lamu pada hadis tersebut digunakan oleh Rasulallah saw. karena petani tersebut lebih mengetahui masalah pertnian.

Kedua, penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat para ulama. Dalam hal ini penulis mengemukakan pendapat al-Nawawî. Menurutnya, ucapan Nabi tersebut tidak berdasarkan syariat tetapi menurut pendapat dan ijtihadnya sendiri tentang urusan dunia sebagaimana layaknya kehidupan kesehariannya. Di sisi lain, para sahabat seperti „Ikrimah mengatakan bahwa lafaz tersebut tidak

bersumber dari Nabi saw. secara hakiki. Di tempat lain, para ulama mengatakan bahwa bidang pertanian bukanlah keahliannya, Nabi lebih memahami soal perdagangan, perang, dan menggembala kambing. Oleh karena itu, masalah pertanian bukanlah bidangnya.15

Ketiga, penulis menjelaskan dengan pendekatan sejarah, di dalam kitab

Sahîh Muslim dikemukakan pada suatu hari Rasulullah saw. lewat dan bertemu petani yang mengawinkan serbuk (kurma pejantan) ke putik (kurma betina). Ia bersabda, “Sekiranya kamu tidak melakukan hal itu niscaya kurma itu akan baik.”

Mendengar komentar dari Nabi saw. petani tersebut tidak lagi melakukan hal itu.

Setelah beberapa lama, Nabi saw. lewat dan menegur para petani itu, “Mengapa pohon kurma itu?” lalu para petani mengatakan sesuai dengan apa yang telah

15 Abû Zakaria Yahyâ bin Syarafuddîn al-Nawawî,

Sahîh Muslim bi Syarh al-Nawawî

disampaikan oleh Nabi saw. Mendengar keluhan seperti itu, Nabi bersabda,

Kamu sekalian lebih mengetahui tentang urusan duniamu”.16 Hadis beserta asbâb al-wurûd yang terdapat di dalam kitab Sahîh Muslim merupakan bukti pendekatan sejarah hadis di atas pernah dialami oleh Rasulallah saw.

Keempat, kesesuaian hadis dengan prinsip agama. Ajaran mengenai ikhtiar dalam kehidupan duniawi amat ditekankan, terutama inovasi dalam berbagai hal agar mendapatkan hasil terbaik. Allah swt. berfirman dalam surah al-Qasas [28]: 77,



Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.

Bahkan, setelah melakukan shalat ditekankan untuk bertebaran mencari karunia Allah swt. Di dalam firman-Nya dikemukakan,



Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu„ah [62]: 10)

Ikhtiar dalam kehidupan duniawi, inovasi dalam berkerja dan mencari karunia Allah swt. merupakan sesuatu yang amat dianjurkan syariat Islam. Oleh karena itu, hadis ini tidak bertentangan dengan agama. Dengan demikian setelah dikemukakan empat macam pendekatan kesahihan matan hadis, dapat penulis simpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih.

16 al-Nîsâbûrî

, al-Jâmi„ al-Sahîh al-Musammâ Sahih Muslim, bab Wujub al-Imtitsal ma

3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Tentang Hadis Urusan Dunia

Dalam hadis kedua tentang urusan dunia, M. Syuhudi Ismail mengemukakan hadis dan mendudukan hadis tersebut pada porsinya lalu mengemukakan asbâb al-wurûd hadis itu dengan mengutip kitab Sahîh Muslim bi Syarh al-Nawawî karya Abû Zakaria Yahyâ bin Syarafuddîn al-Nawawî, setelah dikemukakan asbâb al-wurûd hadis itu. Ia menyimpulkan bahwa hadis tersebut tidak dapat difahami secara tekstual, karena masalah pertanian bukanlah bidang Nabi saw. Tetapi ia lebih mengedepankan kehidupan akhirat, walaupun di sisi lain ia juga ahli dalam beberapa hal urusan dunia. Hadis ini harus difahami secara kontekstual, karena menunjukkan penghargaan kepada petani yang melakukan pekerjaannya secara profesional, yaitu sesuai dengan bidangnya.17

Seperti hadis sebelumnya, pemikiran M. Syuhudi Ismail terhadap hadis ini bertolak dari pemahamannya terhadap asbâb al-wurûd yang mengiringi hadis tersebut. Begitu juga dengan metodologi penelitiannya, tidak berbeda dengan hadis sebelumnya.

C. Hadis Tentang Mandi Pada Hari Jumat

Dokumen terkait