• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Tenaga Kesehatan dalam pelayanan kesehatan

Dalam dokumen DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN DALAM PEL (Halaman 73-81)

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

C. TENAGA KESEHATAN 1 Pengertian

1. Hak Tenaga Kesehatan dalam pelayanan kesehatan

Tenaga kesehatan sebagai sumber daya manusia yang utama dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan masyarakat, menjadi kewajiban pemerintah untuk bertanggung jawab memberikan hak dan kewenangan pada tenaga kesehatan. Adapun ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28D dijelaskan bahwa:

1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hokum

2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Pasal 28G ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.

b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 23 dijelaskan bahwa:

1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan

kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Pasal 27 ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”.

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

Pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya”.

Pasal 24 ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan”.

d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan

Pasal 2 ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan”.

Pasal 19 dijelaskan bahwa:

Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan mempunyai hak:

1) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan

praktik/kerja sepanjang sesuai dengan standar;

2) Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya;

3) Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan

standar; dan

4) Menerima imbalan jasa profesi.

e. Permenkes RI No. 631/Menkes/III/2011 tentang Jaminan Persalinan

Dalam Lampiran 10 Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan No:631/MENKES/PER/III/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan juga mengatur hak dan kewajiban Tenaga kesehatan. Adapun Hak Tenaga kesehatan adalah:

1) Memperoleh pembayaran dari pihak pertama atas nama

kementerian kesehatan atas biaya pelayanan yang telah dilaksanakan.

2) Mengajukan klaim tagihan/pertanggung jawaban atas biaya pelayanan kesehatan yang telah diberikan.

3) Melakukan klarifikasi jika terdapat perbedaan antara klaim tagihan biaya dan realisasi pembayaran klaim

4) Memperoleh umpan balik atas hasil monitoring dan evaluasi tentang kepesertaan, pelayanan kesehatan, dan keuangan dari pihak kedua.

5) Mengajukan usul/keluhan sehubungan penyelenggaraan program jaminan persalinan dalam upaya peningkatan pelayanan

2. Kewajiban Tenaga Kesehatan dalam pelayanan kesehatan

Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. maka tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, diberikan kewajiban oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan masyarakat. Adapun ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28J ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”.

b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 9 ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya”.

Pasal 10 dijelaskan bahwa:

“Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain, dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial”.

Pasal 12 dijelaskan bahwa:

“Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya”. Pasal 23 ayat (3) dijelaskan bahwa:

“Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah”.

Pasal 27 ayat (2) dijelaskan bahwa:

“Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki”.

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

Pasal 3 dijelaskan bahwa:

“Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan”.

Pasal 4 ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari menteri”.

Pasal 21 ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan”.

Pasal 22 ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk:

1) Menghormati hak pasien.

2) Menjaga kerahasiaan identitas dan tata kesehatan pribadi pasien.

3) Memberi informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan.

4) Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan

dilakukan.

5) Membuat dan memelihara rekam medis.

d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan

Pasal 3 ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKB”.

Pasal 18 ayat (1) dijelaskan bahwa:

“Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk: 1) Menghormati hak pasien;

2) Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan;

3) Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan tepat waktu;

4) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;

5) Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-perundangan;

6) Melakukan pencatatan Melakukan pencatatan asuhan

kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis; 7) Mematuhi standar; dan

8) Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan

praktik kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.

Pasal 18 ayat (3) dijelaskan bahwa:

“Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”.

e. Permenkes RI No. 631/Menkes/III/2011 tentang Jaminan Persalinan

Dalam Lampiran 10 Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan No:631/MENKES/PER/III/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan juga mengatur hak dan kewajiban Tenaga kesehatan. Adapun Hak Tenaga kesehatan adalah:

1) Memberikan pelayanan program persalinan kepada

pengguna program mengacu kepada petunjuk teknis program persalinan

2) Menyediakan fasilitas pelayanan rawat jalan serta fasilitas pertolongan persalinan sesuai standar pelayanan yang berlaku

3) Tidak menarik biaya tambahan kepada pengguna program jaminan persalinan diluar tarif yang ditentukan dengan alasan apapun

4) Mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkompeten untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar ketenagaan yang berlaku.

5) Menyerahkan klaim tagihan biaya pelayanan kesehatan kepada pihak pertama untuk diverifikasi.

E. BIDAN

1. Pengertian

Bidan menurut Kepmenkes No 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan adalah “Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi diwilayah Negara Republik Indonesia, serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk register, sertifikat dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Menurut Sweet Betty R,” A midwife is a person who, having been regularly admitted to midwifery educational programme, duly recognized in the country in which it is located, has successfully completed the prescribed course of studies in midwifery and has acquired the requisite qualification to be registered and/or legally licensed to practice midwifery.”40

Sarwono Prawiroraharjo,” Tentang kata bidan dan kebidanan, menurut Klinkert (1982) sumbernya ialah bahasa sansekerta, dalam bahasa tersebut terdapat kata “widwan” yang berarti cakap, “membidan” yang berarti mengadakan sedekah bagi seorang penolong bersalin yang minta diri setelah bayi berumur 40 hari, tapi perlu diketahui bahwa di dalam kepustakaan Indonesia tidak ditemukan pendapat yang menyokong atau menolak pendirian Klinkert tersebut”41

Sedangkan menurut permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan, Pasal 1 disebutkan bahwa Bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan bidan yang telah teregristrasi sesuai ketentuan perundang- undangan.

Pelayanan Kebidanan adalah “ seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan Ibu dan anak

16

Sweet Betty R,1988,Mayes Midwifery A Textbook for Midwives,London Philadelphia Toronto Sydney Tokyo, Bailliere Tindall

41

Sarwono Prawiroraharjo,2008,Ilmu Kebidanan,Jakarta,PT .Bina Pustaka Sarwono Prawiroraharjo

dalam kurun waktu masa reproduksi dan bayi baru lahir dalam

rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. 42

Peran seorang bidan menurut Hendersen Cristine dan Jones Kathleen dalam bukunya “Essential Midwifery” diterjemahkan oleh Ria Anjarwati dkk, bahwa bidan adalah orang yang berada pada posisi yang istimewa, bertugas memberi asuhan masa-masa penting dalam kehidupan seorang wanita, tanggung jawabnya adalah memonitor kondisi ibu dan janindalam uterus yang mungkin ditemukan keabnormalan dan di butuhkan penanganan yang tepat43

Dalam dokumen DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN DALAM PEL (Halaman 73-81)