i
TENTANG JAMINAN PERSALINAN
(STUDI KASUS DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK)
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat sarjana S-2
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Konsentrasi Hukum Kesehatan
Diajukan oleh
Machfudloh
NIM: 09.930062
Kepada
ROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
ii
PELAKSANAAN PERMENKES RI NO. 631/MENKES/III/2011
TENTANG JAMINAN PERSALINAN
(STUDI KASUS DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK)
Diajukan oleh
Machfudloh
NIM: 09.93.0062
Telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
dr. Sofwan Dahlan, Sp(F) Tanggal,...
Pembimbing Pendamping
iii
PELAKSANAAN PERMENKES RI NO. 631/MENKES/III/2011
TENTANG JAMINAN PERSALINAN
(STUDI KASUS DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
Machfudloh
NIM: 09.93.0062
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
Pada Tanggal
Susunan Dewan Penguji
Pembimbing Utama Anggota Tim Penguji Lain
dr. Sofwan Dahlan, Sp(F) Dr. Endang Wahyati Y, SH., MH
Pembimbing Pendamping
Yohanes Budi Sarwo, SH., MH
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Magister dalam Ilmu Hukum
Tanggal...
Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum
iv
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul
” HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN DALAM
PELAKSANAAN PERMENKES RI NO.631/MENKES/III/2011 TENTANG
JAMINAN PERSALINAN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK”.
Program Jampersal merupakan bagian dari upaya pencapain
target Millenium Development Goals (MDG’s) untuk menekan angka
kematian ibu dan anak saat melahirkan. Jaminan Persalinan adalah
jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan
KB paska persalinan dan pelayanan bagi bayi baru lahir. Tujuan dari
Jaminan persalinan adalah meningkatnya akses terhadap pelayanan
persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Kehadiran Jampersal merupakan solusi bagi masyarakat, terutama rakyat
miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam hal
melahirkan. Disamping itu, tenaga kesehatan (dokter dan bidan)
v
yang diberikan, pada peserta jampersal. Untuk itu dalam Pasal 5
Peraturan Menteri Kesehatan No:631/MENKES/PER/III/2011 tentang
Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan diatur tentang Hak dan kewajiban
Tenaga kesehatan dalam upaya mendukung mutu pelayanan yang
diberikan sehingga tujuan pembangunan kesehatan tercapai.
Terselesaikannya Tesis ini tidak lepas dari bimbingan dan
dorongan serta bantuan baik moril maupun materil dari semua pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
Kepada :
1. Prof. Dr. A. Widanti, SH, CN, selaku Ketua Program Studi Magister
ilmu Hukum Unika Soegijapranata Semarang
2. Endang Wahyati, SH, MH, selaku Sekretaris Program Studi Magister
ilmu Hukum Unika Soegijapranata Semarang dan selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan dalam penulisan tesis ini
3. Dr. Sofwan dahlan, SpF, selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan hingga terselesaikannya penulisan tesis ini
4. Yohanes Budi sarwo, SH, MH, selaku Pembimbing II yang telah
banyak memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan
vi
5. Kepala RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak dan jajarannya yang
telah banyak membantu dan kerjasamanya yang baik selama dalam
proses penelitian.
6. Seluruh Staf pengajar Program Studi Magister ilmu Hukum Unika
Soegijapranata Semarang
7. Rekan-Rekan angkatan XII Program Studi Magister ilmu Hukum Unika
Soegijapranata Semarang khususnya angkatan XII tahun 2010
Semarang, atas segala bantuannya untuk selalu bersedia saling
berbagi suka duka, pengalaman, ilmu pengetahuan dan memberi
dorongan semangat serta kerjasamanya yang baik selama menempuh
pendidikan pada Program Studi Pasca Sarjana Magister Hukum
Kesehatan Universitas Khatolik Soegijapranata Semarang.
8. Orang tua handa tercinta yang telah merawat, membesarkan dan
memberikan dorongan serta dukungannya yang tak ternilai harganya
kepada penulis dan jasanya tidak akan terlupakan serta adik-adikku
yang telah memberikan dorongan moril dan doa semuanya sehingga
tesis ini dapat selesai dengan baik.
9. Semua keluarga, rekan-rekan sejawat, sahabat, dan Aufklarungku
yang selalu mendampingiku dan memberikan support dalam
vii
tesis ini.
Semoga jasa dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat pahala dari Allah SWT sesuai dengan amal Kebaikannya .
Akhirnya penulis berharap semoga ini dapat digunakan untuk dasar
penelitian dan bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Semarang , Maret 2012
viii
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
HALAMAN PERNYATAAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
ix
A. Sistem Jaminan Kesehatan Di Indonesia ... 26
B. Permenkes RI No. 631/Menkes/III/2011
tentang jaminan persalinan ... 44
C. Tenaga Kesehatan ... 55
D. Ketentuan Hukum Hak dan Kewajiban
Tenaga Kesehatan ... 61
E. Bidan ... 67
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 79
B. Pembahasan ... 107
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan... 154
B. Saran... 156
DAFTAR PUSTAKA
x
Tabel 2.1 :Penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia.
Hlm.36
Tabel 2.2 :Persentase Distribusi penduduk yang terlindungi oleh
Berbagai Macam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Berdasarkan Latar Belakang. Hlm. 46
Tabel 2.3 :Besaran Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan
Pada Pelayanan Tingkat Pertama. Hlm.50
Tabel 3.1 :Jenis Tenaga Kesehatan Hlm. 78
Tabel 3.2 :Jenis Ruang Inap Hlm. 79
Tabel 3.3 :Hasil tabulasi tentang Prosedur Jaminan Persalinan
Hlm. 82
Tabel 3.4 :Hasil tabulasi tentang kewajiban Nakes dalam
pelaksanaan Jaminan Persalinan. Hlm. 85
Tabel 3.5 :Hasil tabulasi tentang hak Nakes dalam pelaksanaan
Jaminan Persalinan. Hlm. 86
Tabel 3.6 :Hasil tabulasi tentang hambatan-hambatan yang
xi
Lampiran 1 : Tabulasi Prosedur Pelaksanaan Jaminan Persalinan
Lampiran 2 : Tabulasi Kewajiban Nakes dalam Pelaksanaan
Jaminan Persalinan
Lampiran 3 : Tabulasi hak Nakes dalam Pelaksanaan Jaminan
Persalinan
Lampiran 4 : Tabulasi Hambatan yang ditemukan dalam Prosedur
Pelaksanaan Jaminan Persalinan
Lampiran 5 : Jadwal Penelitian
Lampiran 6 : Ijin Survey penelitian
xii
Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Machfudloh, Peserta Program
Studi Magister Hukum Kesehatan, Nim 09.930062,
Menyatakan :
1. Bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi.
2. Bahwa sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar Pustaka.
Demikian pernyataan ini dibuat dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Semarang, ...
xiii
tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2008 menjadi 235 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia 34
per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan Kesepakatan global Millenium
Development Goals (MDG’s 2000) pada tahun 2015, diharapkan Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari 228 pada tahun 20007 menjadi 102 per 100.000 KH. Berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan
mendukung tercapainya MDG’s salah satunya adalah dengan
dikeluarkannya PERMENKES RI NO. 631/MENKES/III/2011 tentang
Program Jampersal (Jaminan Persalinan)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris/sosiologis, dengan spesifikasi deskriptif analitis yaitu untuk mengelompokkan, menghubungkan dan memberi makna terhadap data yang berkaitan dengan hak dan kewajiban tenaga kesehatan dalam pelaksanaan Permenkes RI No 631/MENKES/III/2011 tentang Jaminan Persalinan di RSUD Sunan Kalijaga.
Hasil penelitian ini bahwa prosedur pelaksanaan PERMENKES RI NO. 631/MENKES/III/2011 tentang Program Jampersal di RSUD Sunan Kalijaga Demak belum dilakukan sesuai prosedur, dimana ruang lingkup dan paket manfaat jampersal selain pelayanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan resiko tinggi dan komplikasi juga memberikan pelayanan normal yang seharusnya diberikan pada pelayanan tingkat pertama, selain itu fasilitas pelayanan maupun sumberdaya manusia tenaga medis dalam memberikan pelayanan pasien masih kurang karena peserta yang menggunakan jampersal mengalami peningkatan setiap harinya. Dalam memberikan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan bekerja sesuai dengan kewajibannya yaitu memberikan pelayanan baik pada ibu maupun pada bayi, namun hak yang didapatkan tenaga kesehatan belum seimbang dengan kewajibannya dimana jumlahnya sudah tidak utuh lagi melainkan karena ada potongan. Adapun hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan PERMENKES RI NO. 631/MENKES/III/2011 tentang Program Jampersal di RSUD Sunan Kalijaga Demak adalah dari pihak Rumah sakit dan dari pihak pasien. Hambatan dari pihak RS yaitu SDM tenaga medis masih kurang serta sarana prasarana dan peralatan yang masih kurang. Sedangkan hambatan dari pihak pasien karena minimnya pengetahuan dan kurangnya sosialisasi baik dari pemerintah maupun tenaga kesehatan tentang program jampersal sehingga dalam melengkapi persyaratan pasien mengalami banyak kendala.
xiv
2007, Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is 228 per 100,000 live births, and in 2008 to 235 per 100,000 live births, while infant mortality rate (IMR) in Indonesia 34 per 1000 births of life. Under the global agreement of the Millennium Development Goals (MDG's 2000) in 2015, is expected to Maternal Mortality Rate (MMR) declined from 228 in 20 007 to 102 per 100,000 KH. Government efforts to reduce maternal mortality and support the achievement of MDG's one of them is by the release of NO Permenkes RI. 631/MENKES/III/2011 about Jampersal Program (Labor Warranty).
The method used in this study is the juridical empirical / sociological, with specification of descriptive analysis is to classify, correlate and give meaning to the data relating to the rights and duties of health personnel in the implementation of Decree No. Permenkes 631/MENKES/III/2011 Maternity Coverage in Sunan Kalijaga Hospital.
The results of this study that the implementation procedures Permenkes RI NO. 631/MENKES/III/2011 Jampersal Program at the Hospital of the Sunan Kalijaga Demak has not done according to the procedure, in which the scope and benefits package in addition to service jampersal in pregnant women, maternity, childbirth, and infants with high risk of complications also provide normal services should given at the first level of service, in addition to service facilities and human resources of medical personnel in providing patient care still less for those who use jampersal increasing every day. In providing health services of health personnel working in accordance with its obligation of providing good service to the mother and the baby, but obtained the rights of health workers have not been balanced with the obligations which the numbers are no longer intact, but because there are pieces. The barriers are found in the implementation of RI Permenkes NO. 631/MENKES/III/2011 Jampersal Program at the Hospital of the Sunan Kalijaga Demak is part of the hospital and from the patient. The resistance of the RS is still lack of human resources and medical infrastructure and equipment are lacking. While the resistance of the patient due to lack of knowledge and lack of socialization both the government and health workers about the program so that the complete requirements jampersal patients experienced a lot of obstacles.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi
salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warganegara,
oleh karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak
memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. Hal tersebut
sebagaimana ditetapkan dalam konstitusi Organisasi Kesehatan
Sedunia, World Health Organization (WHO). Dalam UUD 1945 Pasal
28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada Pasal 34 ayat (3) ditegaskan
bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, pada Pasal 5 ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan. Selanjutnya pada ayat (2) ditegaskan
bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
(3) bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya. Selanjutnya pada Pasal 6 ditegaskan bahwa setiap orang
berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan.
Berbagai ketentuan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa
untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk
termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, pemerintah bertanggung
jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil
dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pada saat ini kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini
masih sangat memprihatinkan ditandai dengan masih tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan ini merupakan suatu problem kesehatan yang
sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Berdasarkan
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran
hidup, dan pada tahun 2008 menjadi 235 per 100.000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup, dan Angka
Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Berdasarkan
Kesepakatan global Millenium Development Goals (MDG’s 2000)
pada tahun 2015, diharapkan Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari
1
228 pada tahun 20007 menjadi 102 per 100.000 KH dan Angka
Kematian Bayi (AKB) menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23
per 1000 KH. 2
Upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) harus difokuskan
pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90 % pada saat
persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (28%),
eklamsia (24%), infeksi (11%) dan sisanya lain-lain.3 Kematian Ibu
juga diakibatkan beberapa factor keterlambatan (3 Terlambat),
diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam
memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan
terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan
emergensi.
Pemerintah melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) telah
memberikan program yang ditujukan untuk rakyat miskin. Berbagai
program pengentasan kemiskinan telah dilakukan antara lain
pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Program Keluarga Harapan, dan
dalam bidang kesehatan adalah Jaminan Persalinan (JAMPERSAL).
Akan tetapi apakah semua program tersebut benar-benar bisa
2
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, 2008, Pencapaian MDG’s dalam Perspektif Pemerintah, Jakarta:Rakernas dan Semiloka Aliansi Pita Putih Indonesia. Hlm.3
3
SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga), 2001, Online, Internet, 13 November 2011,www.indonesia.usaid.gov/.../Studi.Tindak_Lanjut_kesehatan_Anak_SKR.
membantu masyarakat ataukah hanya sebagai hiasan dan pemanis
agar masyarakat bersimpatik pada pemerintah.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,
persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin
(Quintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan baru mencapai
55,4%. Selain masalah medis, tingginya Angka Kematian Ibu juga
ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya,
pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang
pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan
politik, kebijakan juga berpengaruh.
Berbagai upaya untuk menurunkan AKI telah dilaksanakan oleh
pemerintah, salah satunya adalah dengan dikeluarkannya
PERMENKES RI NO. 631/MENKES/III/2011 tentang Program
Jampersal (Jaminan Persalinan). Jaminan Persalinan adalah jaminan
pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk
pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bagi bayi baru lahir.
Tujuan dari Jaminan persalinan adalah meningkatnya akses terhadap
pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam
rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
menyebutkan bahwa jaminan persalinan itu bisa dimanfaatkan oleh
semua warga.
Program Jampersal merupakan bagian dari upaya pencapain
target Millenium Development Goals (MDG’s) untuk menekan angka
kematian ibu dan anak saat melahirkan. Kehadiran Jampersal
merupakan solusi bagi masyarakat, terutama rakyat miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam hal melahirkan,
dengan demikian, kehadiran Jaminan Persalinan diharapkan dapat
mengurangi terjadinya Tiga terlambat tersebut sehingga dapat
mengakselerasi tujuan pencapaian Millenium Development Goals
(MGD’s).
Jaminan Persalinan merupakan program Kemenkes RI yang
sudah dimulai sejak awal tahun 2011, dan petunjuk teknisnya sudah
dapat diakses langsung dari internet sejak 9 Febuari 2011 lalu.
Petunjuk teknis Jaminan Persalinan mengatur secara jelas bagaimana
Hak dan kewajiban seorang tenaga Kesehatan.
Dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan
No:631/MENKES/PER/III/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan Hak Tenaga kesehatan :
1. Memperoleh pembayaran dari pihak pertama atas nama kementerian kesehatan atas biaya pelayanan yang telah dilaksanakan.
2. Mengajukan klaim tagihan/pertanggung jawaban atas biaya pelayanan kesehatan yang telah diberikan.
4. Memperoleh umpan balik atas hasil monitoring dan evaluasi tentang kepesertaan, pelayanan kesehatan, dan keuangan dari pihak kedua.
5. Mengajukan usul/keluhan sehubungan penyelenggaraan
program jaminan persalinan dalm upaya peningkatan pelayanan.
Adapun Kewajibannya :
1. Memberikan pelayanan program persalinan kepada pengguna program mengacu kepada petunjuk teknis program persalinan 2. Menyediakan fasilitas pelayanan rawat jalan serta fasilitas
pertolongan persalinan sesuai standar pelayanan yang berlaku 3. Tidak menarik biaya tambahan kepada pengguna program
jaminan persalinan diluar tarif yang ditentukan dengan alasan apapun
4. Mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkompeten untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar ketenagaan yang berlaku.
5. Menyerahkan klaim tagihan biaya pelayanan kesehatan kepada pihak pertama untuk diverifikasi.
Sesuai dengan Petunjuk Teknis (Juknis) Jaminan Persalinan
dalam BAB IV tentang pendanaan Jaminan persalinan dijelaskan,
besaran tarif pelayanan Jampersal tingkat pertama untuk persalinan
normal sebesar Rp 350.000. Sedangkan pemeriksaan kehamilan
dipatok tarif Rp 10.000 tiap kali periksa. Tarif untuk pelayanan nifas
termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan Rp
10.000. Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan
Puskesmas PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan
Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta termasuk bidan yang membuka
praktik sendiri.
Sistem pendanaan dari Jaminan persalinan mempunyai tujuan
baik, lancar, transparan dan akuntabel namun dengan besaran
nominal sesuai dengan petunjuk teknis Jampersal dirasa belum
seimbang oleh tenaga kesehatan jika dibandingan dengan kewajiban
yang harus diberikan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan, selain itu pencairan proses klaim yang berulang
kali direvisi oleh tim Verifikasi menyebabkan dana insentif tenaga
kesehatan tidak berjalan lancar.4
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur pelaksanaan Permenkes RI No.
631/Menkes/III/2011 tentang Jaminan Persalinan di RSUD Sunan
Kalijaga Demak?
2. Bagaimana hak dan kewajiban Tenaga kesehatan dalam
menjalankan Permenkes RI No. 631/Menkes/III/2011 tentang
Jaminan Persalinan diRSUD Sunan Kalijaga Demak?
3. Bagaimana hambatan-hambatan yang timbul dalam menjalankan
Permenkes RI No. 631/Menkes/III/2011 tentang Jaminan
Persalinan diRSUD Sunan Kalijaga Demak?
4
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Menganalisa sejauh mana prosedur pelaksanaan Permenkes
RI No. 631/Menkes/III/2011 tentang Jaminan Persalinan, hak dan
kewajiban serta hambatan Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Jaminan Persalinan Di RSUD Sunan Kalijaga Demak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan Permenkes RI No.
631/Menkes/III/2011 tentang Jaminan Persalinan di RSUD
Sunan Kalijaga Demak.
b. Untuk mengetahui hak dan kewajiban Tenaga kesehatan dalam
menjalankan Permenkes RI No. 631/Menkes/III/2011 tentang
Jampersal.
c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam
melaksanakan Permenkes RI No. 631/Menkes/III/2011 tentang
Jaminan Persalinan diRSUD Sunan Kalijaga Demak.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain :
1. Manfaat teoritis
Menambah referensi bagi peneliti selanjutnya.
Memberi wacana /wawasan baru untuk pengembangan penelitian
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan akan berguna bagi ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan jaminan persalinan.
b. Dapat memberikan informasi dan gambaran kepada
pemerintah serta semua pihak yang terkait dan khususnya
kepada tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan pada
program Jampersal.
D. METODE PENELITIAN
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah yuridis empiris/sosiologis, yaitu dengan mempelajari
berbagai ketentuan yang berkaitan dengan program jaminan
persalinan, khususnya Permenkes Republik Indonesia Nomor :
631/MENKES/III/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan. Metode berasal dari kata methodos yang berarti
sesudah atau di atas dan hodos berarti jalan atau cara.5 Metode
penelitian di bidang hukum mempunyai arti sebagai suatu sistem
dari prosedur dan teknik penelitian serta logika dari penelitian
ilmiah.
Penelitian hukum sosiologis adalah penelitian dengan
pendekatan ilmu-ilmu sosial untuk memahami dan menganalisis
5
hukum sebagai gejala.6 Secara faktual, penelitian-penelitian ilmu
hukum dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah methode
penelitian ilmu social.
Pendekatan penelitian hukum yuridis sosiologis dilakukan
dengan membahas aspek yuridisnya dan sekaligus membahas
aspek-aspek sosial yang melingkupi gejala hukum tertentu Oleh
karena itu sumber datanya berupa data primer dan data sekunder.
Data sekunder sendiri terdiri dari bahan hukum primer, sekunder
dan tertier7.
Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode berpikir deduktif serta kriterium kebenaran koheren8. Yang
dimaksud dengan metode berpikir deduktif adalah cara berpikir
dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya
umum dan sudah dibuktikan kebenarannya serta ditujukan untuk
sesuatu yang sifatnya khusus.9 Pada pendekatan yuridis sosiologis
ini, diperlukan penyusunan kerangka analisis hipotesis hubungan
antar variabel dan merupakan hal yang mutlak diperlukan. Analisis
hukum yang dihasilkan oleh suatu penelitian yuridis sosiologis ini
akan lebih akurat bila dibantu oleh satu atau lebih pendekatan lain
6
Podgorecki and Whelen,1867, Guide to Legal Research, Melbourne : Monash University, 1967.hlm.1
7
Amiruddin & Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm.118
8
Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju, hlm. 58-61
9
yang cocok guna memperkaya pertimbangan-pertimbangan hukum
yang tepat untuk menghadapi problem hukum yang dihadapi10.
Aspek yuridis yang dibahas mengenai ketentuan hukum dan
aturan-aturan yang mengatur tentang Jaminan persalinan dan
aspek sosiologis mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan
dalam pelaksanaan Permenkes RI No:631/MENKES/PER/III/2011
tentang Jaminan persalinan.
Penelitian terhadap efektifitas hukum merupakan penelitian
yang membahas bagaimana hukum beroperasi dalam masyarakat,
penelitian ini mensyaratkan penelitinya disamping mengetahui ilmu
hukum juga mengetahui ilmu sosial, dan memiliki pengetahuan
dalam penelitian ilmu sosial (social science research).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi
dalam masyarakat, yaitu (1) kaidah hukum/ peraturan itu sendiri; (2)
petugas/ penegak hukum; (3) sarana atau fasilitas yang digunakan
oleh penegak hukum; (4) kesadaran masyarakat.11
2. Spesifikasi Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang diambil, maka
spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis.
Bersifat deskriptif, karena penelitian ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh
10
Johnny Ibrahim, 2006 ,Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang, hlm. 305
11
mengenai suatu keadaan secara objektif.12. Sedangkan analitis,
berarti mengelompokkan, menghubungkan dan memberi makna
terhadap data yang berkaitan dengan hak dan kewajiban tenaga
kesehatan dalam pelaksanaan Permenkes RI No
631/MENKES/III/2011 tentang Jaminan Persalinan di RSUD Sunan
Kalijaga Demak. Metode ini berusaha menggambarkan peraturan
yang berlaku yang kemudian dikaitkan dengan hak dan kewajiban
Tenaga kesehatan di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Analisis dari
data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan jawaban dari
permasalahan dalam tesis ini.
12
3. Desain Penelitian
Desain penelitian ini dapat digambarkan melalui skema kerangka
analisa hipotesis hubungan antar variabel sebagai berikut.
Bagan. 1.1 Kerangka Pemikiran
4. Variabel dan Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati,
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena.
a. Hak dan kewajiban Tenaga kesehatan adalah Kewenangan dan
kewajiban Tenaga kesehatan dalam melaksanakan program
Jampersal
AKI & AKB Tinggi (TH 2008 : 235/100.000)
Pencapaian MDG’s
Upaya Pemerintah (Program Jampersal)
Hak dan Kewajiban Nakes sesuai
Prosedur/Juknis Jampersal
Hak dan Kewajiban Nakes Tidak sesuai
Hambatan-hambatan yang ditemukan
Alat ukur : angket/kuesioner dan wawancara (Wawancara
mendalam/depth interview)
Skala : nominal
b. Pelaksanaan Permenkes RI No. 631/Menkes/III/2011 tentang
Jaminan Persalinan adalah Pelaksanaan Peraturan tentang
Jaminan persalinan sudah sesuai dengan ketentuan apa belum.
Alat ukur : bahan bahan hukum
5. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel
a. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di RSUD Sunan Kalijaga Demak
b. Populasi.
Populasi atau universe adalah seluruh individu atau
seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.13 Populasi
adalah keseluruhan atau himpunan obyek atau subjek, seluruh
individu, seluruh gejala atau seluruh unit yang akan diteliti, yang
terdapat pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat
tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.14 Ada dua
jenis populasi yaitu populasi terbatas dan populasi tak
terhingga.15 Populasi dapat berupa himpunan orang, benda,
kejadian, kasus-kasus, waktu atau tempat dengan ciri atau sifat
13
Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm.44.
14
Ibid, hal 31. 15
yang sama. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah adalah
tenaga kesehatan yang ada di ruang VK/bersalin, Nifas dan
Perinatal di RS Sunan Kalijaga Demak sebagai pemberi
pelayanan kesehatan di Kab Demak. sejumlah 10 tenaga
kesehatan.
c. Sampel
Pengambilan sampel merupakan suatu proses dalam
memilih suatu bagian yang representatif dari sebuah populasi.
Hal ini berlainan dengan proses enumerisasi lengkap dimana
semua anggota populasi diteliti. Penelitian sampel merupakan
cara penelitian yang dilakukan hanya terhadap sampel-sampel
dari populasi saja, cara ini kerapkali dipilih karena
alasan-alasan sebagai berikut:
1) Penelitian sampel dapat dilakukan lebih cepat dan lebih murah.
2) Penelitian sampel dapat menghasilkan informasi yang lebih komprehensif.
3) Penelitian sampel lebih akurat
4) Oleh karena penghematan yang diperoleh dalam waktu dan biaya. 16
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka penulis
menganggap perlu adanya sampel dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini digunakan teknik Purposive Sampling atau
penarikan sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil
subyek didasarkan pada tujuan tertentu. Untuk menentukan
16
sampel berdasarkan tujuan tertentu haruslah dipenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Harus didasarkan pada ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri utama populasi.
2) Subyek yang diambil sebagai sampel harus benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
3) Penentuan karakterisik populasi dilakukan dengan teliti dalam studi pendahuluan.17
Besarnya sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Sebanyak 10 Tenaga Kesehatan yang bertugas di RSUD
Sunan Kalijaga Demak.
2) Nara Sumber yaitu Direktur RSUD Sunan Kalijaga Demak
dan Team verifikator di RSUD Sunan Kalijaga Demak.
6. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer diperoleh langsung dari informasi tenaga kesehatan
melalui angket/kuesioner dan wawancara dengan responden
b. Data sekunder
Jenis data sekunder yang digunakan oleh penulis dalam
penulisan tesis ini adalah :
1) Bahan Hukum Primer
17
Bahan hukum yang di peroleh melalui kepustakaan
(libery research) yaitu sebagai teknik untuk mendapatkan
informasi melalui penelusuran peraturan
perundangan-undangan, bacaan-bacaan lain yang ada relevansinya.
Bahan-bahan hukum yang mengikat antara lain:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945
b) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan
c) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang
Tenaga Kesehatan
d) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Registrasi dan
Praktik Bidan
e) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
631/MENKES/III/2011 Tentang Jaminan Persalinan
2) Bahan Hukum sekunder
Bahan-bahan yang ada kaitannya dengan bahan
hukum primer, berupa dokumen laporan, literatur bahan
bacaan berupa buku, artikel, dan kamus-kamus hukum,
jurnal-jurnal hukum, dan komentar atas putusan serta
pelayanan (rekam medik) yang berkaitan dengan Hak dan
Kewajiban Tenaga Kesehatan dalam pelaksanaan
Permenkes RI No : 631/Menkes/III/2011 tentang Jaminan
Persalinan.
3) Bahan Hukum Tertier
Bahan-bahan yang bersifat menjelaskan baik hukum
primer maupun bahan hukum sekunder, seperti kamus
hukum, kamus bahasa Indonesia.
7. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode atau cara yang digunakan untuk pengumpulan data
dalam penelitian tidak hanya menggunakan satu cara/metode saja,
misalnya disamping menggunakan metode wawancara (interview),
kadang perlu dilengkapi dengan pengamatan (observation),atau
sebaliknya. Metode angket juga kadang-kadang perlu dilengkapi
dengan wawancara guna menggali data yang lebih dalam
Menurut Ronny,18 Untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini dapat digunakan beberapa tekhnik diantaranya :
a. Studi kepustakaan; b. Wawancara (interview); c. Daftar pertanyaan (kuesioner)
Dalam penelitian ini pengumpulan data akan dilakukan
dengan cara pemberian angket / kuesioner kepada responden.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
18
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Disamping itu
peneliti juga menggunakan tekhnik wawancara (Wawancara
mendalam/depth interview) dimana dalam pelaksanaan wawancara
merupakan prosedur yang dirancang untuk membangkitkan
pernyataan-pernyataan secara bebas yang dikemukakan
bersungguh-sungguh secara terus terang. Pelaksanaan penelitian
tersebut sebagai berikut :
a. Meneliti Prosedur pelaksanaan Permenkes RI No :
631/Menkes/III/2011 tentang Jaminan Persalinan di RSUD
Sunan Kalijaga Demak.
b. Meneliti tentang Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan dalam
melaksanakan Permenkes RI No : 631/Menkes/III/2011 tentang
Jaminan Persalinan di RSUD Sunan Kalijaga Demak.
c. Meneliti tentang Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam
pelaksanaan Permenkes RI No : 631/Menkes/III/2011 tentang
Jaminan Persalinan di RSUD Sunan Kalijaga Demak.
8. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Setelah semua data dikumpulkan dengan teknik
pemberian angket / kuesioner, maka dilakukan pengolahan data
kuesioner yang telah diisi oleh responden menurut batas ruang
lingkup masalahnya sehingga mempermudah analisis data yang
akan disajikan sebagai hasil penelitian.
b. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara
kualitatif, yaitu dari data yang diperoleh kemudian disusun
secara sistematis dan dianalisis secara kualitatif untuk
mencapai kejelasan dari masalah yang dibahas.
Analisis data kualitatif adalah suatu cara penelitian yang
menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu dengan menjelaskan
dan menginterpretasikan secara logis dan sistematis data-data
yang diperoleh dari hasil penelitian. Logis dan sistematis
menunjukkan cara berpikir deduktif-induktif dan mengikuti tata
tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian ilmiah. Setelah
analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara
deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa
adanya sesuai permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut
kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan asas hukum,
kaidah hukum dan ketentuan hukum yang berkaitan dengan
Permenkes RI No. 631/Menkes/III/2011 tentang Jaminan
mengimplementasikan data menurut jenisnya berdasarkan
masalah pokok. Karena datanya mengarah pada kajian
penelitian inferensial maka analisis data dilakukan dengan cara
normatif sosiologis, artinya penulis berusaha menggambarkan
keadaan yang ada dengan berdasarkan kepada data-data yang
diperoleh melalui data primer dan data sekunder. Kemudian
data dianalisis dengan di hubungkan kepada pendapat para
ahli dan teori-teori yang mendukung dalam pembahasan.
E. PENYAJIAN THESIS
Hasil penelitian yang telah dilakukan dirangkum dan dituangkan
dalam bentuk karya ilmiah yang disebut tesis. Penyajiannya tentulah
berdasarkan sistematika yang logis dan koheren sehingga keilmiahan
penelitian ini dapat tersajikan dengan akurat dan mudah dipahami
dengan jelas. Tesis terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian
utama dan bagian akhir. Penyajian tesis pada dasarnya hampir sama
dengan usulan penelitian namun isinya lebih luas. Adapun rencana
penyajian tesis adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Adapun urutan masing-masing bab dan pokok bahasannya adalah
sebagai berikut :
Berisi uraian tentang hal-hal yang merupakan pendahuluan dari
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat dan Metode
Penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam Bab II akan diuraikan mengenai tinjauan pustaka tentang
permenkes RI No.631/menkes/III/2011 tentang Jampersal dan
bagaimana hak dan kewajiban tenaga kesehatan dalam memberikann
pelayanan kesehatan serta tanggung jawab hukumnya diuraikan
secara yuridis sosiologis.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi uraian tentang hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian
tesis ini. Uraian tersebut merupakan hasil analisis dari penerapan
kerangka teoritis terhadap masalah-masalah yang dirumuskan dalam
bab pendahuluan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis
sosiologis dan dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif sehingga
dihasilkan uraian yang dalam bentuk kalimat yang konsisten, logis dan
efektif serta sistematis. Untuk itu uraian dalam bab ini secara lengkap
akan menjelaskan tentang bagaimana prosedur kebijakan Pemerintah
dalam pelaksanaan permenkes RI No. 631/menkes/III/2011 tentang
jampersal, bagaimana hak dan kewajiban tenaga kesehatan dalam
hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
dalam program jampersal dan bagaimana mengatasinya.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan
pembahasan penelitian tesis ini. Ditambahkan pula dengan
saran-saran yang bersifat yuridis sosiologis berkaitan dengan analisa hasil
penelitian dan dapat memberikan kontribusi positif di masa
selanjutnya.
Selanjutnya dibagian akhir dicantumkan daftar pustaka serta lampiran
dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi mengenai buku-buku dan pustaka yang menjadi referensi serta
panduan bagi penelitian ini yang juga berguna bagi pembaca apabila
ingin lebih memperluas wacana serta mencocokkan dengan penelitian.
LAMPIRAN
Berisi mengenai lampiran-lampiran yang mendukung sebagai hasil dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SISTEM JAMINAN KESEHATAN DI INDONESIA
1. Pentinganya Sistem Jaminan Kesehatan Bagi Pembangunan
Bangsa
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus
investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu
diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan
berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Kesinambungan dan keberhasilan pembangunan kesehatan
ditentukan oleh tersedianya pedoman penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di Indonesia berpedoman pada Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) tahun 2009, yaitu suatu tatanan yang menghimpun
berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. 19
19
Menurut Sistem Kesehatan Nasional 2009.” paling tidak
terdapat enam subsistem yang turut menentukan kinerja sistem
kesehatan nasional yaitu subsistem upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumber daya kesehatan, sediaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan minuman, manajemen dan informasi
kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat”.20 Sesuai dengan
pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, maka
subsistem pertama SKN adalah Upaya kesehatan. Untuk dapat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan
menghimpun seluruh potensi Bangsa Indonesia.
Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan tersebut
memerlukan dukungan dana, sumberdaya manusia, sumberdaya
obat dan perbekalan kesehatan sebagai masukan SKN. Dukungan
dana sangat berpengaruh terhadap pembiayaan kesehatan yang
semakin penting dalam menentukan kinerja SKN. Mengingat
kompleksnya pembiayaan kesehatan, maka pembiayaan kesehatan
ditetapkan menjadi subsistem kedua SKN. 21
Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada gilirannya akan memperberat beban ekonomi. Hal ini terkait dengan besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk berobat, serta hilangnya pendapatan akibat tidak bekerja. Oleh karena itu, Pemerintah melalui Departemen
20
Sistem Kesehatan Nasional, op. Cit, hlm:6 21
Sistem Kesehatan Nasional, op. Cit, hlm:7
Kesehatan RI telah menetapkan Visi Indonesia sehat 2010, yaitu pembangunan berwawasan Kesehatan, Profesionalisme, Desentralisasi, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat yang kemudian perwujudannya didorong melalui penetapan 10 indikator rumah tangga sehat yang salah satunya adalah mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan dan penetapan standar besaran cakupan kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar sebagai salah satu standar pelayanan minimal dibidang kesehatan di Kabupaten/Kota. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaen/Kota juncto Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1091/MENKES/SK/X/2004 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. 22
Visi dan Misi tersebut sekarang telah dirubah kearah
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dengan strategi
utamanya menggerakkan dan memberdayakan masyarakat hidup
sehat, meningkatkan akses pelayanan kesehatan bermutu,
meningkatkan sistem surveilan dan meningkatkan pembiayaan
kesehatan yang ini semua sangat sejalan dengan Jamkesda.
2. Jaminan Kesehatan Sebagai amanah Undang-Undang
Konstitusi RI telah menentukan Pasal 28 H ayat (3) UUD
1945 bahwa “setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat.” Tentunya program jaminan sosial
tersebut, diantaranya termasuk jaminan pemeliharaan kesehatan
22
Ali Ghufron Mukti, 2007, Sistem Jaminan Kesehatan:konsep Desentralisasi Terintegrasi, cetakan ke IV Yogyakarta:Magister Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan hlm:4
prabayar yang bersifat sosial. Dan agar hak warganegara atas
jaminan kesehatan sosial tersebut dapat terpenuhi, konstitusi RI
pada Pasal 34 ayat (2) UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa
“Negara mengembangkan sistem Jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.”
Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan
sosial yang diselenggarakan negara guna menjamin
warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup yang
layak, sebagaimana dalam Deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948
dan konvensi ILO No. 102 tahun 1952.
Menurut George E. Rejda dalam bukunya berjudul “Social
Insurance and Economic security” edisi ke 3 tahun 1998,
menyatakan bahwa masih belum ada definisi atau arti yang
merupakan persetujuan umum tentang jaminan sosial (Social
Security).23 Tetapi demikian salah satu karakteristik pendekatan
pelaksanaan program jaminan sosial berupa asuransi sosial yang
menjadi bagian dari program jaminan sosial. Menurut Allen dan
Simmon (1974:26), asuransi sosial didefinisikan sebagai “ Soccial
insurance is the attempt off goverment to apply the principle of
23
George E. Rejda, 1998, Social Insurance and Economic security” edisi ke 3.
insurance to the prevention and alleviation of poverty”. 24 Dalam
tulisan Magee dan Bickelhaupt (1964:29), asuransi sosial
didefinisikan bahwa:
“social insurance is compulsory and is designed to provided a minimum of economic security for the lower-income groupps; it concern it self primarily injuries, sickness, old age, unemployment, and thhe premture death of family wage earner. The term social insurance could conceivably include all insurance, since all insurance possess widespread social implications and involve large groups.” 25
Kemudian dalam Black’s Law Dictionary (1979:724)
disebutkkan bahwa:
“Social insurance is a comprehensive welfare plan establised by law, generally compulsory in nature, and based on a program which spreads the cost of benefit among the entire population rather than on individual recepients.” 26
Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),
mendefinisikan “Asuransi Sosial adalah suatu mekanisme
pengumpulan dan yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna
memberikan perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang
menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.”
Di Indonesia jaminan sosial diamanatkan dalam UUD 1945
dan perubahannya Tahun 2002, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal
28 H ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2).
24
Allen dan Simmon, 1974, Social Insurance, hlm:26. 25
Magee dan Bickelhaupt, 1964, Social Insurance and Economic security hlm:29. 26
Black’s Law Dictionary, 1979, Social Insurance, hlm:724.
TAP MPR RI No. X/MPR/2001 menugaskan kepada Presiden RI
untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional. Setelah melalui
proses panjang pada akhirnya pemerintah RI bersama Dewan
Perwakilan Rakyat secara resmi menetapkan UU No. 40 tahun
2004 tentang SJSN pada tanggal 19 Oktober Tahun 2004.
Menindaklanjuti amanat konstitusi tersebut, telah ditetapkan
kewajiban daerah dan prioritas belanjanya untuk mengembangkan
sistem jaminan sosial berdasarkan Pasal 22 huruf h dan Pasal 167
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(UU Pemerintah Daerah) berikut peraturan pelaksanaannya,
sebagai sub-sistem jaminan sosial nasional yang diatur dalam
Undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (UU SJSN) sebagaimana telah ditegaskan dalam
putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI) terhadap
perkara nomor 007/PUU-III/2005 tentang pengujian UU SJSN.
Sehingga upaya mengembangkan sistem jaminan sosial didaerah
untuk mewujudkan cakupan terlindunginya seluruh penduduk
(Univeral Converage), sudah seharusnya tidak hanya disadari oleh
daerah sekedar untuk memenuhi standar pelayanan minimal
bidang kesehatan saja, tetapi lebih dari itu juga untuk
3. Pembangunan Bidang Kesehatan dalam Pencapaian MDG’s
a. Sasaran
Sasaran Pembangunan Milenium (bahasa Inggris :
Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa
Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan
kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September
2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun
2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan
pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan
tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang
terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara
serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala
negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di
New York pada bulan September 2000 tersebut.27
Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak
Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi
Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing
dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran
pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket
27
tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan
kemiskinan.28
Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari
pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh
orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua
anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan
kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan,
mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi
hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air
bersih pada tahun 2015.
Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September
2000 menyetujui agar semua negara:
1) Memberantas kemiskinan dan kelaparan a) Pendapatan populasi dunia sehari $1. b) Menurunkan angka kemiskinan. 2) Mencapai pendidikan untuk semua
a) Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar.
b) Mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan
perempuan
c) Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015.
3) Menurunkan angka kematian anak
Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun.
28
4) Meningkatkan kesehatan ibu
Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.
5) Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.
6) Memastikan kelestarian lingkungan hidup
a) Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan.
b) Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat.
c) Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh. 7) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
a) Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional.
b) Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.
c) Secara komprehensif mengusahakan persetujuan
mengenai masalah utang negara-negara berkembang.
d) Menghadapi secara komprehensif dengan negara
berkembang dengan masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang. e) Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan
untuk kaum muda.
g) Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi. 29
b. Arah Kebijakan Program Pembangunan Bidang Kesehatan
Dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) 2004-2009 sebagai upaya mendukung pencapaian
program MDG’s, dijelaskan secara rinci tentang arah kebijakan
dan prioritas program pembangunan kesehatan. Adapun arah
kebijakannya yaitu:
1) Peningkatan akses, pemerataan, keterjangkauan dan
kualitas
Dalam Peningkatan akses, pemerataan, keterjangkauan dan kualitas dilakukan melalui : Pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin, melalui pelayanan bagi penduduk miskin di kelas III Rumah Sakit, pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya, Pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak dan peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar
2) Peningkatan ketersediaan tenaga medis dan paramedis Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar di daerah terpencil dan tertinggal, melalui pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan, terutama untuk pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya, serta rumah sakit kab/kota dan daerah bencana
3) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Melalui Penanggulangan penyakit menular, peningkatan surveilans, dan penemuan dan tatalaksana kasus
4) Penanggulangan penyakit flu surung dan kesiapsiagaan pandemi influenza
Melalui penyusunan dan pelaksanaan surveilans,
penanganan pasien/penderita flu burung, penyediaan obat
29
flu burung, sarana dan prasarana penanganan kasus di rumah sakit
5) Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk
Pada ibu hamil, bayi dan anak balita, melalui peningkatan pendidikan gizi masyarakat, penanggulangan masalah gizi kurang dan gizi buruk, dan peningkatan surveillans gizi;
6) Peningkatan ketersediaan obat generik esensial,
pengawasan obat, makanan dan keamanan pangan.30
Melalui peningkatan ketersediaan obat dan
perbekalan kesehatan, peningkatan pengawasan obat
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
(NAPZA), pengadaan sarana dan prasarana BPOM dan
peningkatan SDM.
Kebijakan tersebut didukung oleh promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan lingkungan sehat, peningkatan sumber daya kesehatan, pengembangan obat asli Indonesia, pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan, serta penelitian dan
pengembangan kesehatan. 31
4. Prakarsa Strategis Rancang Bangun Percepatan Penurunan
Angka Kematian Ibu untuk Mencapai Sasaran Millenium
Development Goals
a. Latar belakang
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
masih cukup tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup,
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tantangan,
30
Departemen kesehatan RI, “ Arah Kebijakan dan prioritas program pembangunan kesehatan tahun 2008” disajikan dalam penyusunan rencana kerja pemerintah tahun 2008 Tahap II, Mataram, 4-7 Maret 2007.
31
yaitu untuk mencapai sasaran RPJM, MDGs dan RPJP. 32
Dengan kecenderungan saat ini, sasaran akan sulit dicapai,
sehingga diperlukan percepatan.
b. Tujuan
Adapun tujuan prakarsa strategis rancang bangun
percepatan penurunan angka kematian ibu adalah menyusun
sebuah rancang bangun strategi nasional percepatan
penurunan AKI (Angka Kematian ibu) yaitu:
1) Kerangka teoritis dan pengalaman global 2) Identifikasi faktor dominan
3) Evaluasi upaya.
4) Formulasikan strategi, 5) Diseminasi dan advokasi
Adapun gambaran Penurunan AKI (Angka Kematian Ibu)
di Indonesia dapat dilihat dari Skenario di bawah ini.33
32
Arum Atmawikarta Direktur kesehatan dan gizi masyarakat, “penurunan kematian ibu : pencapaian MDG dalam Perspektif pemerintah” disajikan dalam seminar Rakernas dan semiloka aliansi pita putih Indonesia, Jakarta 4 maret 2008.
33
Tabel 2.1
Penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia
Tahun
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 2 Skenario 3
Tren SDKI
c. Program – program Pembangunan Bidang Kesehatan
Dalam upaya percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu
untuk Mencapai Sasaran Millenium Development Goals,
pemerintah melakukan program-program pembangunan di
bidang kesehatan. Adapun program-program pembangunan di
bidang kesehatan yaitu:
1) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
2) Program Lingkungan Sehat Program Upaya Kesehatan Masyarakat
3) Program Upaya Kesehatan Perorangan Program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Program Perbaikan Gizi Masyarakat
4) Program Sumber Daya Kesehatan
6) Program Pengawasan Obat dan Makanan 7) Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
8) Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan
Kesehatan
9) Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan34.
d. Langkah prioritas untuk meningkatkan keadaan kesehatan
Tantangan bagi pemerintah saat ini adalah bagaimana untuk
dapat terus meningkatkan keadaan kesehatan sambil
merestrukturisasi dan mereformasi sistem kesehatan diera
desentralisasi ini. Tugas yang paling penting adalah
memberikan perhatian lebih kepada kondisi kesehatan utama,
meningkatkan kelayakan kondisi kesehatan serta pemanfaatan
sistem kesehatan, melibatkan peran swasta, mengevaluasi
ulang mekanisme pendanaan kesehatan dan melaksanakan
desentralisasi.
Adapun langkah prioritas yang harus ditempuh adalah
sebagai berikut:
1) Memfokuskan pada peningkatan kondisi kesehatan utama dan pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh
Pendanaan pelayanan kesehatan yang diberikan melalui anggaran ppemerrintah harus tetap difokuskan pada sejumlah penyakit penting.
2) Memusatkan dana publik pada penyediaan kesehatan publik dan tingkatkan kelayakan kondisi kesehatan prioritas
Dibandingkan negara lain pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, sehingga prioritas anggaran
34
pemerintah yang terbatas ini untuk penyediaan kesehatan publik (seperti imunisas dan perawatan atau untuk mengontrol penyakit menular) menjadi sangat penting untuk menjamin kontrol serta pengelolaan sektor kesehatan secara menyeluruh.
3) Memperkenalkan peran pihak swasta dalam dunia
kesehatan
Sistem kesehatan di Indonesia banyak bergantung pada sektor swasta dan upaya untuk meningkatkan kondisi kesehatan tidak akan berhasil jika mereka tidak dilibatkan dalam proses ini. Sebagai contoh lebih banyak orang menggunakan fasilitas kesehatan sektor swasta dalam pelayanan kesehatan dibandingkan fasilitas kesehatan pemerintah.
4) Tinjau ulang pembiayaan kesehatan
a) Saat ini sedang dipertimbangkan pentingnya pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. Dengan asuransi ini diharapkan dapat meningkatkan sumberdaya perlindungan kesehatan, meningkatkan akses kesehatan bagi orang miskin dan mendorong penyedia jasa kesehatan untuk lebih bertanggung jawab. UU SJSN masih belum mampu menjawab kerangka yang menyeluruh mengenai pembiayaan sektor kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan.
b) Menentukan kombinasi pembiayaan kesehatan (asuransi pemerintah dan asuransi swasta dan dana pribadi) yang dapat dengan baik memenuhi tujuan pemerintah yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau
c) Mempelajari pengalaman di negara tetangga mengenai asuransi kesehatan sosial dan bentuk lain pelayanan kesehatan.
5) Mengelola desentralisasi lembaga-lembaga publik
Pengadaan program jaminan kesehatan daerah yang didorong secara nasional untuk meningkatkan jasa kesehatan didaerah miskin dan meningkatkan akses kesehatan bagi orang miskin merupakan salah satu bentuk pengelolaan desentralisasi lembaga publik.
6) Mengontrol penyebaran HIV/AIDS dengan fokus pada aspek pencegahan35
35
Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah untuk dapat
terus meningkatkan keadaan kesehatan yaitu dengan
mengeluarkan kebijakan terobosan untuk meningkatkan
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan melalui Jaminan Persalinan.
5. Model sistem pembiayaan kesehatan
Secara garis besar sistem pembiayaan kesehatan dapat
dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu:
a. Pertama, berupa sistem pelayanan kesehatan nasional (National Health Service/NHS) yang sumber pembiayaannya bertumpu pada pajak. Seperti Inggris dan malaysia
b. Kedua, sistem pembiayaan kesehatan yang diserahkan pada mekanisme pasar dengan asuransi kesehatan profit-komersial sebagai pilar utamanya. Seperti di Amerika
c. Ketiga, sistem asuransi kesehatan sosial. Seperti di Jerman, Belanda, Perancis, Jepang, Korea dan Taiwan.
d. Keempat, sistem pembiayaan kesehatan sosialis yang
diterapkan di negara—negara sosialis-komunis. Seperti Rusia dan Cina36
Di Indonesia sendiri sistem yang dipilih adalah campuran
antara pajak dengan anggaran pemerintah pusat dan daerah
yang kekurangannya melalui 0ut-of-pocket, sistem asuransi
sosial dan komersial serta jaminan perusahaan atau institusi
lainnya. Sejak diterbitkannya UU No 40/2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional dan UU No 32/2004 tentang
pemerintahan daerah maka sistem pembiayaan kesehatan di
Indonesia menuju sistem asuransi kesehatan sosial.
36
Menurut Ali Ghufron Mukti (2008:13) “Di Indonesia
berdasarkan survei 20% dari masyarakat terlindungi oleh salah
satu jaminan pemeliharaan kesehatan di tahun 2001. Dari
mereka yang terlindungi oleh jaminan pemeliharaan kesehatan,
kira-kira setengah dari mereka tergabung dalam Askes.
Masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan dan yang
tinggal di daerah pedesaan tidak terlindungi oleh kebanyakan
program kecuali oleh Kartu sehat” 37. Sebagaimana tabel
dibawah ini. 38
37
Ali Ghufron Mukti, Loc. Cit, hlm:14. 38
Tabel 2.2
Persentase Distribusi dari penduduk yang terlindungi oleh Berbagai Macam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Berdasarkan Latar Belakang
Karakteristik Latar
Belakang
Presentasi Penduduk yang terindungi oleh
PT Askes Ja
Program ini tingkat pelayanannya meningkat dari 14% di
tahun 1998 menjadi 20% di tahun 2001. Peningkatan tajam terjadi
di kelompok ekonomi terendah. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh jaringan pengaman sosial (JPS), yang diperkenalkan setelah
krisis ekonomi di tahun 1998 dengan tujuan untuk meringankan
beban mereka yang miskin di Indonesia. Bahkan sejak tahun 2003
ditunjuk beberapa kabupaten-kota dan propinsi untuk
dengan Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin yang
dikenal dengan Askeskin.
B. PERMENKES RI NO. 631/MENKES/III/2011 TENTANG JAMINAN
PERSALINAN
Permenkes RI NO. 631/Menkes/III/2011 yaitu tentang jaminan
persalinan merupakan program Kemenkes RI yang sudah dimulai
sejak awal tahun 2011. Kebijakan ini dikeluarkan karena mempunyai
berbagai tujuan penting dalam bidang kesehatan.
1. Latar Belakang
Dalam Bab I Permenkes RI NO. 631/Menkes/III/2011
tentang jaminan persalinan, Latar belakang pemerintah
mengeluarkan PERMENKES RI NO. 631/MENKES/III/2011 tentang
jaminan persalinan karena Program Jampersal merupakan bagian
dari upaya pencapain target Millenium Development Goals (MDG’s)
untuk menekan angka kematian ibu dan anak saat melahirkan.
Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan
persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB paska
persalinan dan pelayanan bagi bayi baru lahir. Tujuan dari Jaminan
persalinan adalah meningkatnya akses terhadap pelayanan
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB).
Kehadiran Jampersal merupakan solusi bagi masyarakat,
terutama rakyat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam hal melahirkan. Disamping itu, tenaga kesehatan
(dokter dan bidan) merupakan sumber daya utama pemberi
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dan mempunyai
peranan yang penting karena terkait langsung dengan pemberian
pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan, pada
peserta jampersal.
2. Pengertian
Dalam Bab I Permenkes RI NO. 631/Menkes/III/2011
tentang jaminan persalinan menyebutkan Jaminan Persalinan
adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi
pemeriksaan kehamilan (antenatal), pertolongan persalinan,
pelayanan nifas (postnatal) termasuk pelayanan KB paska
persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.
3. Tujuan
Dalam Bab I Permenkes RI NO. 631/Menkes/III/2011
a. Tujuan Umum
Tujuan dari jaminan persalinan adalah meningkatnya akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari jaminan persalinan adalah :
1) Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan. 2) Meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh
tenaga kesehatan.
3) Meningkatnya cakupan pelayanan KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
4) Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.
5) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien,
efektif, transparan, dan akuntabel.
4. Sasaran
Adapun sasaran yang dijamin oleh jaminan persalinan adalah:
a. Ibu hamil b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan) d. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
5. Kebijakan Operasional Jaminan Persalinan
Kebijakan Operasional dalam Jaminan Persalinan yaitu:
a. Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas
b. Kepesertaan Jaminan Persalinan merupakan perluasan
kepesertaan dari Jamkesmas, yang terintegrasi dan dikelola mengikuti tata kelola dan manajemen Jamkesmas
c. Peserta program Jaminan Persalinan adalah seluruh sasaran yang belum memiliki jaminan persalinan.