• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

5. Hakikat Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Oemar (dalam Sam‟s, 2010: 31) menyatakan belajar secara umum

dapat diartikan proses perubahan perilaku akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Galloway (dalam Sam‟s 2010: 32)

mendefenisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil dari laitihan atau pengalaman.

Bloom (dalam Suprijono: 2009), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psokomotorik. Domain kognitif adalah knowledge(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap, menerima), responding (memberikan respons),

valving (nilai), organization (organisasi), charakterization

(karakteristik). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine,

lxxiv

teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan pengertian, dan sikap. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Baharuddin (2007: 19), menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi dua , yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajaran individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

1) Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi:

a) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fiisk individu.

b) Faktor psikologis

Faktor psokologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Misal kecerdasan

lxxv

siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat (Baharuddin, 2007: 19-20).

2) Faktor eksternal adalah faktor yang diluar individu.

Slameto (1991: 62-74) menyebutkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a) Faktor keluarga, misal cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarg, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan;

b) Faktor sekolah, misal metode mengajar yang digunakan guru, kurikulum sekolah, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran yang digunakan, keadaan gedung, dan tuga rumah siswa;

c) Faktor masyarakat, misal kegiatan siswa dalam masyarakat, media(radio, televisi, surat kabar, majalah, koran, buku dan komik). Teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Syah (2003) (dalam Baharuddin, 2008: 26) menjelaskan bahwa faktor eksternal yang memperngaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial, dan faktor lingkungan nonsosial.

a) Faktor lingkungan sosial. Misal lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga; dan

lxxvi

b) Faktor lingkungan nonsosial. Misal lingkungan alamiah seperti kondisi udara segar, tidak panas, dan tidak dingin; faktor instrumental seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan faktor materi yang diajarkan ke siswa.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal mauoun faktor eksternal diantaranya adalah faktor perhatian, tanggapan, bakat, berfikir dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga perlu adanya perhatian dari guru yang sangat mendalam untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

c. Penilaian Hasil Belajar

Djamarah (2002: 120-121) mengungkapkan bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes presentasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkup, tes presentasi belajar dapat digunakan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:

1) Tes Formatif, penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gamabaran tetntang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu;

lxxvii

2) Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor; dan

3) Tes Sumat, tes ini untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk kenaiakn kelas, menyusun peringkat, atau sebagai ukuran mutu sekolah.

d. Alat-alat Penilaian

Alat-alat yang digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar adalah tes. Hasil tes dapat diguanakan untuk memberikan laporan kepada pihak tertentu tentang perkembangan kemajuan belajr peserta didik maupun tentang keberhasilan guru mengajar. Terdapat dua katagori tes yaitu, tes subjektif dan tes objektif Arikunto (2002) (dalam Sudaryono, 2012: 102).

1) Tes Subjektif, pertanyaan yang harus dijawab siswa dalam bentuk uraian, jelaskan, diskusi, perbandingan, memberi alasan dan brntuk

lxxviii

lain yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan kata-kata dan bahasa sendiri. Tes subjektif memiliki kelebihan, yaitu:

a) Mudah disiapkan dan disusun;

b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan;

c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus; dan

d) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.

Sudaryono (2012: 102-103) menyatakan bahwa kekuarangan tes subjektif adalah:

a) Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar dikatahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai;

b) Kurang representstif dalam hal mewakili seluruh scpoe bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya bebebrapa saja (terbatas);

c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif;

d) Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilaian; dan

e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakili kepada orang lain.

lxxix

2) Tes Objektif merupakan tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Kelebihan tes objektif meliputi:

a) Mengandung lebih banyak segi positif;

b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat kemajuan teknologi; c) Pemeriksaannya dapat diserhkan orang lain; dan

d) Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

Kekurangan tes objektif yaitu:

a) Persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit dari pada tes essai; b) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan

proses mental yang tinggi;

c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan; dan

d) Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal lebih terbuka.

Bentuk-bentuk tes objektif yaitu: jawaban singkat, benar salah, menjodohkan dan pilihan ganda (Arikunto, 2016: 181-190). a) Bentuk soal jawaban singkat

Bentuk soal jawaban singkat adalah yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat, berupa kata, prase, nama tempat, nama tokoh, lambang atau kalimat yang sudah pasti.

lxxx

b) Bentuk soal benar-salah

Bentuk soal benar salah adalah bentuk soal yang soal-soalnya berupa pernyataan yang benar dan sebagian lagi berupa pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi dan prinsip. Kekurangan bentuk soal ini adalah kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali. Selain itu juga banyak permasalahan yang dapat dinayatakan hanya dengan dua kemungkinan benar dan salah. c) Bentuk soal mejodohkan (Matching Test)

Matching test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah jawaban. Bentuk sola menjodohkan hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan. Kekuarangan tes ini adalah bentuk soal ini sukar menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan.

d) Bentuk soal pilihan ganda

Soal pilihan ganda adalah vebtuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Jika dilihat dari struknya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas: stem

lxxxi

merupakan bagian keterangan dan option merupakan sejumlah pilihan atau alternatif jawaban. Kelebihan tes pilihan ganda adalah mareti yang diujikan mencakup sebagian besar bahan pengajaran yang telah diberikan, jawaban siswa dapat mudah dan cepat dinilai dengan menggunakan kunci jawaban. Bentuk soal tidak dapat dilihat dengan nyata.

Dokumen terkait