• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

3. Hakikat Montessori

a. Membaca dalam Montessori

Maria Montessori berpendapat bahwa periode sensitif anak akan sangat menguntungkan bagi perkembangan anak. Anak akan lebih mudah belajar membaca pada periode sensitif. Peranan alfabet sangat penting dalam membantu memperbaiki pengucapan anak. Untuk anak usia enam tahun, belajar untuk mengucapkan kata-kata lebih sulit daripada anak usia empat tahun. Pada usia empat tahun, anak masih berada dalam periode sensitif. Dalam mempelajari bahasa di usia empat tahun, anak tidak perlu berusaha secara sadar (terjadi secara alamiah). Pada usia enam tahun, untuk belajar pengucapan bahasa, akan memerlukan usaha sadar untuk mengendalikan otot-otot lidahnya.

Pengajaran membaca tahap awal dalam Montessori, dilakukan dengan cara meraba huruf-huruf alfabet dengan jari. Huruf-huruf yang digunakan Montessori terbuat dari kayu dengan warna merah untuk huruf

25

vokal dan warna biru untuk huruf konsonan. Terdapat pula sejumlah kartu yang memuat huruf-huruf dalam warna dan ukuran yang sama. Selain kartu huruf, terdapat pula gambar benda-benda yang huruf awalnya mewakili alfabet. Gambar-gambar tersebut berfungsi untuk memapankan memori tentang bunyi dari huruf tersebut. Pembelajaran membaca dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf vokal. Direktris memperlihatkan huruf vokal, meraba dengan jari sambil menyebutnya nama huruf tersebut. Meraba huruf-huruf dan melihatnya pada saat yang bersamaan dapat menyimpan gambaran huruf-huruf lebih cepat karena melalui kerjasama indera-indera.

b. Peran Direktris Montesssori

Peran direktris Montessori adalah memandu proses pembelajaran anak-anak tanpa melakukan campur tangan. Kebutuhan pertama dari sang direktris adalah mengkreasi-kembali lingkungan pembelajaran sehingga anak-anak mendapatkan lingkungan yang tepat untuk belajar. Sementara tidak melaksanakan tugas-tugas atau kegiatan pada anak-anak, sang direktris secara jelas mengikuti aturan-aturan dasar yang didasarkan pada prinsip-prinsip Montessori. Direktris mencatat perkembangan fisik dari sang anak, pembelajaran sebelumnya, dan kesiapan untuk pembelajaran yang baru. Direktris memastikan bahwa lingkungan pembelajaran mengandung bahan-bahan dan kesempatan-kesempatan yang merangsang hasrat anak-anak untuk belajar dan menjadi mandiri (Gutek, 2013: 77).

Dalam metode Montessori, direktris memperkenalkan tiga huruf dalam waktu yang bersamaan. Direktris memilih huruf yang kontras dalam bentuk dan suara karena akan memudahkan anak untuk membedakannya. Direktris Montessori juga mengambil peran dalam pengucapan suara untuk membantu anak membuat perbedaan bunyi.

c. Alat Peraga Montessori

Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran Montessori merupakan alat yang didesain oleh Montessori sendiri dengan menyesuaikan kebutuhan anak sebagai pengguna. Seluruh perabot yang ada di Montessori didesain sesuai dengan ukuran anak agar anak dapat mengambil dan mengembalikan sendiri alat peraga ke tempatnya (Magini, 2013: 51). Alat peraga Montessori memiliki karakteristik mengoreksi-diri, artinya, anak yang mengunakan alat peraga Montessori dapat secara mandiri menemukan kesalahan yang dilakukannya selama menggunakan alat peraga. Bahan-bahan pembelajaran yang bersifat mengoreksi-diri ini membuat masing-masing anak dapat bekerja dalam kecepatan mereka sendiri dan hanya membutuhkan sedikit intervensi (bantuan) dari sang pengajar (Gutek, 2013: 27). Alat peraga Montessori memiliki lima karakteristik yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual.

Ciri alat peraga Montessori yang pertama adalah menarik. Alat peraga yang menarik akan menimbulkan minat anak untuk menggunakannya. Alat peraga yang menarik membuat anak tertarik untuk belajar secara

27

mendalam. Dengan demikian, pembelajaran yang disampaikan akan lebih mudah untuk diterima dan dipahami oleh anak. Ciri alat peraga Montessori yang kedua adalah bergradasi. Bergradasi dalam hal ini berarti memiliki ragam warna, keras-lembut, berat-ringan, serta rangsangan-rangsangan yang dimunculkan oleh anak. Alat peraga dibuat untuk melatih berbagai indera dan dapat digunakan untuk berbagai usia (Gutek, 2013: 235-239). Dalam konteks ini, alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori dapat digunakan oleh anak yang belum bisa membaca kata ataupun kalimat yang pada umumnya berusia enam sampai tujuh tahun. Ciri alat peraga Montessori yang ketiga adalah auto-correction. Alat peraga Montessori memiliki pengendali kesalahan sebagai control of

error. Pengendali kesalahan yang dimaksud adalah petunjuk yang dapat

membantu siswa menyadari kesalahan ketika sedang menggunakan alat peraga dan membantu siswa menemukan jawaban yang benar. Dalam konteks ini, pengendali kesalahan pada alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori adalah kartu gambar dengan teks yang berkaitan. Ciri alat peraga Montessori yang keempat adalah

auto-education. Alat peraga dalam pembelajaran Montessori dirancang

berdasarkan tahap perkembangan anak sehingga sesuai dengan kebutuhan anak. Alat peraga Montessori juga didesain untuk mudah dibawa ataupun dipindahan oleh anak sehingga anak secara bebas dan nyaman dapat menggunakan alat peraga. Rancangan ini membuat anak dapat menggunakan alat peraga secara mandiri. Ciri auto-correction, dapat

membantu siswa menyadari kesalahan dan menemukan jawaban yang benar secara mandiri. Ciri alat peraga Montessori yang kelima adalah kontekstual. Pembelajaran yang disesuaikan dengan konteks akan lebih mendalam dan lebih memperkaya lingkungan siswa. Kontekstual berarti sesuai dengan lingkungan anak, dekat dengan anak, dan mudah dijumpai di lingkungan sekitar. Dalam hal ini, ciri kontekstual Nampak dalam gambar-gambar kegiatan tokoh pada alat peraga yang menunjukkan kegiatan yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pemaparan di atas mengenai Montessori, peran direktris Montessori dan alat peraga Montessori, dapat diketahui bahwa, peran direktris Montessori adalah sebagai pengamat yang mengamati anak-anak ketika sedang menggunakan alat peraga. Alat peraga Montessori yang dikembangkan dalam penelitian ini, memiliki lima ciri yang khas yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Dalam penelitian ini, alat peraga yang dikembangkan mengadaptasi dari alat peraga Montessori yaitu pink reading books dan pink sentence strips. Alat peraga dalam penelitian ini terdiri dari kartu bergambar, kartu kata, kartu kalimat, serta buku cerita bergambar.

Dokumen terkait