• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori"

Copied!
244
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN BUKU LATIHAN MEMBACA PERMULAAN

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Fransiska Anggraeni Wijayanti NIM: 131134078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Bapa di Surga

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua orangtua saya, Andreas Haryadi

dan Kristina Damayanti

Saudara-saudari saya

Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan

Para dosen pembimbing

Semua orang yang telah mendukung saya dalam bentuk apapun

dengan ikhlas dan tulus hati

Program studi pendidikan guru sekolah dasar

(5)

v

MOTTO

Janganlah mencari kebahagiaan karena kebahagiaan itu sudah ada”

“Janganlah melihat segala hal hanya dari satu sisi saja, lihatlah dari

semua sisi”

“Bergeraklah, jika menginginkan perubahan!”

“Sebuah tantangan akan menjadi beban jika itu hanya dipikirkan...

Sebuah cita-cita juga adalah beban jika itu hanya angan-

angan.”

“Bersyukur, Berpikir Positif, dan Percaya”

“Anda adalah apa yang Anda pikirkan”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Mei 2017

Peneliti

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Fransiska Anggraeni Wijayanti

Nomor Mahasiswa : 131134078

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengembangan Buku Latihan Membaca Permulaan Berbasis Metode Montessori.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 22 Mei 2017 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU LATIHAN MEMBACA PERMULAAN BERBASIS METODE MONTESSORI

Fransiska Anggraeni Wijayanti Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini dimulai dari adanya potensi dan masalah. Potensi yang ada dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca siswa pada tahap membaca permulaan. Sedangkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah masih ada siswa kelas satu yang kesulitan membaca pada tahap membaca permulaan. Maka dari itu, peneliti mengembangkan alat peraga untuk latihan membaca permulaan berupa buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D). Prosedur dalam penelitian ini melalui 6 tahap, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Hasil penilaian alat peraga oleh tiga ahli yang meliputi ahli bahasa, ahli Montessori, dan guru kelas I, memperoleh skor rerata sebesar 3,46. Skor ini termasuk dalam kategori sangat baik jika dilihat dari segi

auto-correction, auto-education, menarik, bergradasi, dan kontekstual.

Uji coba produk dilakukan dengan lima siswa SD kelas I untuk mengetahui proses penggunaan alat peraga. Hasil uji coba menunjukkan bahwa siswa merasa senang dan merasa tertarik belajar membaca menggunakan alat peraga, siswa dapat menggunakan alat peraga secara mandiri, siswa dapat menyadari kesalahan dan dapat menemukan jawaban yang benar dengan menggunakan pengendali kesalahan. Selain itu, hasil uji coba produk menunjukkan bahwa alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori dapat membantu siswa dalam latihan membaca permulaan.

(9)

ix ABSTRACT

The Development of an Initial Reading Exercise Book based on The Montessori Method beginning. While, the problems that exist in this research is that some first grade students actually have difficulty in the reading phase of the beginning. Therefore, researcher developed props for early reading exercises in the form of a Montessori pre-reading practice book.

Research method used in this research is research and development method (R & D). Procedure in this research through 6 stages, namely (1) potential and problem, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) product trial. The results of the assessment of props by three experts including linguists, Montessori experts and first grade teachers, obtained an average score of 3.46. This score is included in very good category when viewed in terms of auto-correction, auto-education, interesting, graded, and contextual.

The product trial was conducted with five elementary school students in class I to know the process of using props. The test results show that students feel happy and are interested in learning to read using props, students can use the props independently, students can realize the error and can find the correct answer by using the error handler. In addition, the results of product trials indicate that the early Montessori training tool reading tool can help students in early reading exercises.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Latihan Membaca Permulaan Berbasis Metode Montessori”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan dalam program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari bahwa ada banyak pihak yang telah membantu, mendukung, dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapa di Surga atas kemurahan hati-Nya yang telah mengizinkan peneliti menyelesaikan skripsi ini.

2. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan keselamatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bunda Maria yang telah dengan sabar dan setia mendampingi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kedua orangtua, Andreas Haryadi dan Kristina Damayanti yang telah dengan sabar dan setia memberikan dukungan pada peneliti berupa motivasi dan materi.

5. Keluarga dan kerabat yang telah memberikan dukungan dalam bentuk apapun. 6. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

7. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

8. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

9. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Galih Kusumo S.Pd., M.Pd. yang telah bersedia memvalidasi alat peraga. 12.Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. yang telah bersedia memvalidasi alat peraga. 13.Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.Pd. yang telah bersedia memvalidasi

(11)

14.Adrianus Sugiarta S.Pd. yang telah bersedia memvalidasi instrumen penelitian.

15.Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing akademik.

16.Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. yang telah memberikan masukan yang berguna untuk perbaikan skripsi saya penyelesaian skripsi ini.

17.Mukija S.Pd. SD selaku kepala sekolah SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian di SD Negeri Perumnas Condongcatur.

18.Mukjiati, guru kelas I SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah bersedia memvalidasi alat peraga dan membantu peneliti dalam mengujicobakan alat peraga.

19.Siswa-siswi SD Negeri Perumnas Condongcatur.

20.Louis Wiwawan yang sudah membantu peneliti dalam mendesain gambar untuk alat peraga.

21.Windyatmaka selaku romo yang telah memberikan bantuan beasiswa kepada peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

22.Galih Wijaya yang telah dengan sabar dan setia membantu serta mendampingi peneliti selama proses penyelesaian skripsi ini.

23.Bernadeta Dwi Astuti, teman sepayung yang telah setia dan sabar memberikan bantuan, dukungan, dan semangat pada peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

24.Mega Widyasanti, teman seperjuangan yang membantu peneliti selama proses penyelesaian skripsi ini.

25.Yoyo selaku teman payung skripsi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

26.Teman-teman Gandroeng Choir yang telah memberi dukungan dalam bentuk apapun.

27.Teman-teman „Grup Makan Pak Edi‟ yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam bentuk apapun.

28.Teman-teman Cana Community yang telah memberikan semangat dan dukungan pada peneliti.

(12)

30.Segenap pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Peneliti berharap hasil penulisan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 22 Mei 2017 Peneliti,

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

1. Keterampilan Membaca Permulaan ... 9

a. Membaca ... 9

BAB III METODE PENELITIAN... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Setting Penelitian ... 38

1. Objek Penelitian ... 38

(14)

3. Lokasi Penelitian ... 38

4. Waktu Penelitian ... 39

C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 39

1. Potensi dan Masalah ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

B. Keterbatasan Penelitian ... 119

C. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Ketersediaan Alat Peraga ... 51

Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Unjuk Kerja ... 52

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 54

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara dengan Guru SD kelas I ... 55

Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara dengan Siswa ... 55

Tabel 3.6 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa Kelas I... 56

Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 58

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Kuesioner Penilaian Produk ... 59

Tabel 3.9 Klasifikasi Penilaian Skala Empat ... 63

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Instrumen Pedoman Observasi oleh Ahli ... 66

Tabel 4.2 Hasil Observasi Ketersediaan Alat Peraga ... 68

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 70

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Pedoman Wawancara Guru ... 71

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Pedoman Wawancara Siswa ... 73

Tabel 4.6 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 74

Tabel 4.7 Hasil Wawancara dengan Guru SD Kelas I ... 75

Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Siswa SD Kelas I ... 78

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 80

Tabel 4.10 Komentar dan Saran Terhadap Instrumnen Analisis Kebutuhan Guru ... 81

Tabel 4.11 Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Guru ... 83

Tabel 4.12 Hasil Penilaian Produk oleh Ahli Bahasa ... 94

Tabel 4.13 Hasil Penilaian Produk oleh Ahli Montessori ... 95

Tabel 4.14 Hasil Penilaian Produk oleh Guru SD Kelas I ... 95

Tabel 4.15 Rekap Komentar Ahli Terhadap Alat Peraga ... 97

Tabel 4.16 Revisi Alat Peraga Berdasarkan Komentar Ahli ... 98

Tabel 4.17 Hasil Observasi Penggunaan Alat Peraga ... 99

Tabel 4.18 Hasil Unjuk Kerja Siswa Sebelum Menggunakan Alat Peraga .... 106

Tabel 4.19 Hasil Unjuk Kerja Siswa Setelah Menggunakan Alat Peraga ... 108

Tabel 4.20 Gradasi Hasil Unjuk Kerja ... 110

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Relevan ... 32

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan ... 36

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan dalam Penelitian ... 39

Gambar 3.3 Langkah-langkah Prosedur Penelitian ... 45

Gambar 3.4 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan ... 49

Gambar 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara ... 50

Gambar 4.1 Triangulasi Data Wawancara ... 79

Gambar 4.2 Kartu Gambar ... 91

Gambar 4.3 Kartu Kata ... 91

Gambar 4.4 Kartu Pengendali Kesalahan (untuk kata) ... 91

Gambar 4.5 Kartu Gambar Kegiatan Dito... 91

Gambar 4.6 Kartu Kalimat ... 91

Gambar 4.7 Kartu Pengendali Kesalahan (untuk kalimat) ... 92

Gambar 4.8 Buku Latihan Membaca Kata ... 92

Gambar 4.9 Buku Latihan Membaca Kalimat Sederhana ... 92

Gambar 4.10 Album Petunjuk Penggunaan Alat Peraga ... 93

Gambar 4.11 Kain Sebagai Alas ... 93

Gambar 4.12 Kotak Penyimpanan Alat Peraga ... 93

Gambar 4.13 Peneliti Memperkenalkan Alat Peraga ... 100

Gambar 4.14 Peneliti Mencontohkan Cara Penggunaan Alat Peraga ... 100

(17)

xvii

DAFTAR RUMUS

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Melakukan Penelitian ... 125

Lampiran 2 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ... 126

Lampiran 3 Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 127

Lampiran 4 Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 136

Lampiran 5 Validasi Instrumen Pedoman Wawancara ... 139

Lampiran 6 Validasi Instrumen Pedoman Observasi ... 151

Lampiran 7 Validasi Instrumen Penilaian Produk ... 155

Lampiran 8 Penilaian Alat Peraga oleh Ahli Bahasa ... 161

Lampiran 9 Penilaian Alat Peraga oleh Ahli Montessori ... 168

Lampiran 10 Penilaian Alat Peraga oleh Guru SD Kelas I ... 175

Lampiran 11 Hasil Observasi Ketersediaan Alat Peraga Membaca ... 182

Lampiran 12 Hasil Observasi Penggunaan Alat Peraga Buku Latihan Membaca Permulaan Berbasis Metode Montessori ... 183

Lampiran 13 Hasil Observasi Unjuk Kerja Siswa Sebelum Menggunakan Alat Peraga ... 184

Lampiran 14 Hasil Observasi Unjuk Kerja Siswa Setelah Menggunakan Alat Peraga ... 185

Lampiran 15 Wawancara Peneliti dengan Kepala Sekolah ... 186

Lampiran 16 Wawancara Peneliti dengan Guru SD Kelas I ... 188

Lampiran 17 Wawancara Peneliti dengan Siswa SD Kelas I ... 190

Lampiran 18 Hasil Wawancara Tanggapan Siswa Terhadap Alat Peraga ... 191

Lampiran 19 Komponen Alat Peraga Buku Latihan Membaca Permulaan Berbasis Metode Montessori ... 192

Lampiran 20 Dokumentasi ... 194

Lampiran 21 Buku Petunjuk Penggunaan Alat Peraga ... 196

Lampiran 22 Buku Latihan Membaca Kata ... 214

Lampiran 23 Buku Latihan Membaca Kalimat Sederhana ... 220

(19)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk.

A. Latar Belakang Masalah

Pada usia tujuh atau delapan tahun, kebanyakan anak memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata yang diperlukan untuk dapat membaca dari lingkungan sekolah (Zuchdi, 1996: 20). Lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan yang baik untuk pengembangan diri siswa. Lewat lingkungan sekolah, siswa dapat belajar berinteraksi, bersosialisasi, dan memperoleh banyak pengetahuan. Hal yang menjadi dasar utama seorang siswa untuk dapat memperoleh pengetahuan adalah kemampuan membaca.

(20)

Pembelajaran membaca di sekolah dasar merupakan pembelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh anak-anak pada tahap membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan di kelas rendah sekolah dasar. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar harus dimiliki oleh siswa kelas I SD (Zuchdi, 1996: 50). Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Lerner dalam Abdurrahman, 2003: 200). Pembinaan kemampuan membaca secara formal dilaksanakan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Pada tahap membaca permulaan, siswa dituntut untuk mampu membaca huruf, suku kata, dan kalimat. Pengajaran membaca di kelas rendah (kelas 1, 2, 3) biasanya disebut sebagai pelajaran membaca menulis permulaan (MMP), sedangkan di kelas tinggi (kelas 4, 5, 6) disebut dengan pelajaran membaca lanjut.

(21)

menjadi salah satu penyebab siswa kesulitan dalam latihan membaca. Selain itu, hasil wawancara juga menunjukkan bahwa siswa kurang tertarik untuk belajar membaca. Padahal, dalam buku tematik siswa, terdapat banyak bacaan-bacaan yang harus dibaca siswa. Melihat permasalahan yang terjadi di SD Negeri Perumnas Condongcatur terkait membaca permulaan, maka peneliti mengembangkan alat peraga untuk latihan membaca berbasis metode Montessori yang dapat membantu siswa tertarik untuk belajar membaca. Alat peraga yang dikembangkan peneliti berupa buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori. Alat beraga berbasis metode Montessori, memiliki lima karakteristik khas yang menjadi keunggulannya, salah satunya yaitu menarik. Alat peraga membaca yang menarik, mampu menarik minat siswa untuk belajar membaca. Lima karakteristik alat peraga berbasis metode Montessori yaitu auto-education,

auto-correction, bergradasi, menarik, dan kontekstual. Pada penelitian-penelitian

(22)

B. Batasan Masalah

Bila mengulas tentang keterampilan membaca permulaan, akan sangat banyak pembahasan yang terdapat di dalamnya. Oleh sebab itu, peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu pada membaca kata dan kalimat sederhana. Kata yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kata yang terdiri dari empat huruf yaitu dua huruf vokal dan dua huruf konsonan. Kata yang digunakan merupakan kata yang mewakili nama benda-benda yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kalimat sederhana yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat-kalimat sederhana yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Kalimat- kalimat-kalimat yang mewakili kegiatan yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain terdiri dari subjek dan predikat, peneliti juga menambahkan objek di belakang predikat supaya kalimat dapat menjadi lebih jelas dan lebih mudah dipahami oleh siswa.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengembangan buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori yang dapat membantu siswa membaca kata dan kalimat sederhana?

(23)

D. Tujuan Penelitian

1. Memaparkan proses pengembangan buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori yang dapat membantu siswa membaca kata dan kalimat sederhana.

2. Mendeskripsikan kualitas buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori yang dapat membantu siswa membaca kata dan kalimat sederhana.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberi wawasan dan referensi dalam pengembangan alat peraga untuk membantu siswa belajar membaca pada tahap permulaan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh pengalaman langsung dalam melakukan uji coba produk, melakukan analisis data, serta mengembangkan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori.

b. Bagi Siswa

(24)

c. Bagi Guru

Guru dapat memperoleh referensi baru mengenai pengadaan, pengembangan dan penggunaan alat peraga untuk proses belajar mengajar khusunya alat peraga untuk latihan membaca permulaan.

F. Definisi Operasional

1. Membaca adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari tulisan yang dilihat dengan atau tanpa menyuarakan tulisan-tulisan tersebut.

2. Membaca permulaan adalah kegiatan membaca pada tahap awal yaitu memperkenalkan huruf, kata serta kalimat sederhana.

3. Kalimat sederhana adalah suatu kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat.

4. Alat peraga adalah sebuah alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berfungsi untuk memudahkan pembelajar dalam memahami suatu hal.

5. Alat peraga berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang penggunaannya berdasarkan metode Montessori dan dibuat dengan memperhatikan cirinya yaitu menarik (dapat menarik minat anak),

auto-education (dapat digunakan oleh anak secara mandiri tanpa

(25)

perasa, indra pendengaran, dan lain sebagainya), dan ciri tambahan kontekstual (sesuai dengan lingkungan siswa, berkaitan dengan hal-hal yang sering dijumpai siswa).

6. Media gambar adalah salah satu media pembelajaran berupa gambar yang menggambarkan suatu peristiwa ataupun objek, yang dapat membantu memudahkan siswa memahami sesuatu.

G. Spesifikasi Produk

Komponen-komponen alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori yang dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut:

1. Kotak sebagai wadah penyimpanan untuk menyimpan kartu kata, kartu kalimat, kartu gambar, kartu pengendali kesalahan, alas, buku latihan membaca kata (buku benda di sekitarku), buku latihan membaca kalimat (buku kegiatan Dito), serta buku petunjuk penggunaan alat peraga.

2. Kain hitam sebagai alas.

3. Dito berperan sebagai tokoh dalam cerita (tokoh dalam cerita hanya satu yaitu Dito).

4. Kartu kata yang terdiri dari sepuluh kartu kata yang mewakili sepuluh nama benda.

5. Kartu gambar objek yang terdiri dari sepuluh gambar objek.

(26)

7. Buku benda di sekitarku yang terdiri dari sepuluh gambar objek dan sepuluh nama objek. Buku ini digunakan ketika siswa telah dapat menyelesaikan latihan pertama (memasangkan sepuluh kartu kata dengan sepuluh gambar objek yang sesuai).

8. Kartu kalimat yang terdiri dari sepuluh kalimat sederhana. Sepuluh kalimat sederhana menceritakan sepuluh kegiatan sehari-hari Dito. 9. Kartu gambar kegiatan Dito yang terdiri dari sepuluh gambar kegiatan

Dito. Sepuluh gambar dalam kartu gambar ini menggambarkan sepuluh kegiatan sehari-hari Dito.

10.Kartu pengendali kesalahan untuk kalimat sederhana yang terdiri dari sepuluh gambar kegiatan Dito dan sepuluh kalimat sederhana.

11.Buku kegiatan Dito yang terdiri dari sepuluh gambar kegiatan Dito dan sepuluh kalimat sederhana. Buku ini digunakan ketika siswa telah dapat menyelesaikan latihan kedua (memasangkan sepuluh kartu kalimat dengan sepuluh gambar kegiatan Dito yang sesuai).

(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

1. Keterampilan Membaca Permulaan a. Membaca

Membaca merupakan suatu aktivitas yang sangat jamak dilakukan bagi siapapun, di mana pun, dan kapan pun berikut dengan objek yang sangat beranekaragam (Nuriadi, 2008:1). Tujuan melakukan aktivitas ini pun sangat bervariatif dan umumnya adalah untuk memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya. Keterampilan membaca dipandang sebagai salah satu pilar utama keahlian dalam berbahasa (Nuriadi, 2008:3). Membaca merupakan interpretasi (penafsiran) sebuah ide dari tanda-tanda tertulis. Ketika seorang anak telah melihat kata dalam susunan huruf yang diletakkan di atas meja dan anak dapat mengatakan maknanya, anak tersebut telah membaca (Gutek, 2013: 338).

(28)

Dengan demikian kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar mempunyai peranan penting.

Katz (1997: xi) mengatakan bahwa kegiatan membaca merupakan langkah awal pendidikan bagi seorang anak. Membaca merupakan bagian dari penguasaan bahasa–bunyi yang dilukiskan dengan simbol-simbol visual. Membaca merupakan pemakaian kata-kata kompleks di mana anak sudah mulai menguasainya. Pada usia 5 tahun, seorang anak mungkin sudah memiliki sekitar 2000 perbendaharaan kata. Belajar memakai kata-kata untuk membentuk percakapan merupakan langkah pertama yang penting. Membaca merupakan kunci ilmu pengetahuan.

Zuchdi (1996: 50) mengungkapkan kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru; sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.

(29)

kelas II harus bersungguh-sungguh agar dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada anak didik. Hal itu akan dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang baik. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik, perlu ada perencanaan, baik mengenai materi, metode, maupun pengembangannya.

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Lerner dalam Abdurrahman, 2001: 200).

(30)

b. Membaca Permulaan

Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikusasai anak. Rubin (dalam Slamet, 2014: 107) mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca, yakni (1) peningkatan ucapan; (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa); (3) hubungan antara huruf-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca; (4) membedakan bunyi-bunyi merupakan hal yang penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca; (5) kemampuan mengingat; (6) membedakan huruf; (7) orientasi ke kiri dan ke kanan; (8) keterampilan pemahaman; dan (9) penguasaan kosakata.

Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan selanjutnya. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar tidak kuat, pada tahap membaca permulaan siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca permulaan yang memadai (Slamet, 2014: 24).

(31)

kanan, (8) keterampilan pemahaman, serta (9) penguasaan kosakata. Dalam penelitian ini, kegiatan yang ditekankan dalam membaca yaitu (1) peningkatan ucapan yaitu siswa dengan jelas dapat mengucapkan setiap kata, (2) kemampuan mengingat yaitu siswa dapat mengingat setiap kata yang telah dibacanya, (3) orientasi kiri ke kanan yaitu konsistensi dalam membaca dengan melihat tulisan dari arah kiri ke kanan, (4) keterampilan pemahaman yaitu mampu memahami gambar yang berkaitan dengan teks bacaan, dan (5) penguasaan kosakata yaitu siswa sudah menguasai kosakata sederhana yang biasa didengarnya dalam kehidupan sehari-hari. c. Kalimat Sederhana

Dalam bahasa Indonesia, kalimat sederhana merupakan tuturan atau paparan yang paling elementer. Kalimat sederhana adalah dasar dari semua macam ragam kalimat yang lain dan secara alamiah telah dilatih sejak kecil menggunakannya. Tiap kali seseorang berbicara, kalimat sederhanalah yang hampir selalu diucapkan. Oleh sebab itu, kalimat sederhana popular dalam kehidupan sehari-hari (Razak, 1985: 17).

Sebuah kalimat sederhana itu memang sederhana baik bentuk maupun isinya. Dari segi bentuk, unsur katanya tidak banyak, sedangkan dari segi isi hanya memberikan informasi atau sebuah pikiran. Oleh sebab itu memahaminya sangat mudah (Razak, 1985: 17).

(32)

Hal yang berubah adalah kata yang digunakannya sebagai pendukung pengertian yang hendak disampaikannya (Razak, 1985: 18).

Bagaimanapun sederhananya sebuah kalimat, polanya selalu terdiri dari dua bagian dan di dalam setiap bagian itulah terdapat unsur kalimat. Baik unsur subjek maupun unsur predikat merupakan unsur utama di dalam sebuah kalimat. Kedua unsur itulah yang membangun sebuah kalimat sebagai suatu kesatuan terkecil bahasa. Tanpa salah satu darinya, kesatuan itu akan rusak, tidak merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat, dan tidak dapat disebut sebuah kalimat (Razak, 1985: 21).

Razak (1985: 21) mengatakan bahwa dalam sebuah kalimat harus mempunyai pola dasar. Pola dasar sebuah kalimat sederhana adalah subjek dan predikat. Pola itu akan rusak apabila salah satu dari kedua unsur tersebut tidak ada. Sebaliknya, bila kedua unsur itu ada, pola tersebut akan tetap utuh, walaupun jumlah katanya dilenyapkan. Sebuah kalimat haruslah jelas dan harus dapat mengantarkan apa yang dimaksud kepada pembaca. Dengan jumlah kata yang sedikit yang hanya mewakili subjek dan predikat saja kadang-kadang terasa sukar untuk mencapai kejelasan itu. Supaya kalimat bisa menjadi jelas, maka perlunya menambahkan sejumlah kata lain. Dengan demikian kata yang digunakan akan menjadi lebih banyak dan kalimat akan menjadi lebih jelas.

(33)

subjek dan unsur predikat, kalimat sederhana dapat ditambahkan unsur keterangan/kata keterangan sehingga kalimat dapat menjadi lebih jelas. Dalam penelitian ini, kalimat sederhana yang dimaksudkan adalah kalimat yang terdiri dari subjek, predikat, dan objek. Objek dalam kalimat sederhana ini berfungsi untuk memperjelas predikat. Kalimat sederhana dalam penelitian ini mengunakan tokoh Dito sebagai subjeknya. Predikat yang digunakan dalam kalimat sederhana ini menggunakan kegiatan sehari-hari yang biasa dijumpai oleh siswa. Sedangkan untuk objeknya, peneliti menggunakan kata-kata (yang mewakili nama benda misalnya buku, bola, dll) yang sering didengar siswa.

d. Media Gambar

Hamalik (1980: 57) mengatakan gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Jenis-jenis gambar menurut Hamalik yaitu lukisan, ilustrasi, karikatur, kartun, poster, gambar seri, potret, dan slide. Gambar-gambar yang baik, pada lazimnya terdapat beberapa kriteria, yaitu:

1) Keaslian gambar

(34)

2) Kesederhanaan

Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis. Jangan sampai anak-anak menjadi bingung dan tak tertarik pada gambar tadi.

3) Perbuatan

Gambar hendaknya menunjukkan hal yang sedang melakukan suatu perbuatan. Anak-anak lebih tertarik dan akan lebih memahami gambar-gambar yang kelihatannya sedang bergerak.

Kriteria-kriteria memilih gambar yang telah dikemukakan di atas juga berfungsi untuk menilai apakah suatu gambar efektif atau tidak untuk digunakan dalam pengajaran kelas (Hamalik, 1980: 86). Gambar adalah salah satu alat yang penting bagi pengajaran dan pendidikan. Oleh sebab itu gambar yang akan dipergunakan hendaknya memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Gambar sebagai media pendidikan akan berhasil dengan efektif apabila disesuaikan dengan faktor kematangan anak, tujuan yang akan dicapai, dan teknik pengunaan dalam situasi belajar (Hamalik, 1980: 87).

(35)

1) Harus autentik

Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti kalau melihat benda sebenarnya.

2) Sederhana

Komposisinya hendaklah cukup jelas menunjukkan point-point pokok dalam gambar.

3) Ukuran relatif

Gambar atau foto dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya. Apabila gambar/foto tersebut tentang benda/objek yang belum dikenal atau belum pernah dilihat anak maka anak akan sulit membayangkan berapa besar benda/objek tersebut. Untuk menghindari hal tersebut hendaknya dalam gambar/foto terdapat sesuatu yang telah dikenal anak-anak sehingga dapat memudahkan anak untuk membayangkan gambar.

4) Mengandung gerak

Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.

(36)

hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

(37)

memperlancar bacaan-bacaan shalat, gambar setiap gerakan dalam shalat dibuat di atas flashcard (Arsyad, 2007: 120-121).

Menurut Latuheru (1988: 43-44), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan gambar, yaitu:

1) Gunakanlah gambar yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa (isi, ukuran, warna).

2) Saat memegang/memperlihatkan gambar, usahakan agar gambar tersebut jangan sampai bergerak.

3) Hindari pengunaan gambar dalam jumlah dan jenis yang terlampau banyak; sebab hal ini cenderung membingungkan siswa. Kecuali jika ingin membandingkan beberapa gambar, maka perlihatkanlah gambar itu satu per satu agar perhatian siswa hanya tertuju pada gambar yang sedang diamati.

4) Jika ingin memperlihatkan gambar pada siswa tanpa pengawasan secara khusus dari guru, usahakan agar ada keterangan tertulis pada bagian bawah dari gambar tersebut. Keterangan tersebut harus singkat tetapi jelas (tidak membuat siswa bingung dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri atau pada orang lain).

(38)

Dari beberapa pengertian tentang media gambar menurut beberapa ahli di atas maka dapat diketahui bahwa gambar merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk membantu siswa belajar memahami sesuatu. Media gambar yang menggambarkan suatu benda/objek dapat dipergunakan sebagai salah satu media pendidikan. Dalam penelitian ini, media gambar yang digunakan adalah flashcard. Flashcard ini memuat gambar tokoh yang sedang melakukan kegiatan sehari-hari. Flashcard ini memiliki beberapa kriteria antara lain (1) kesederhanaan yaitu gambar tidak terlalu rumit dan mudah dipahami oleh siswa, (2) ukuran relatif yaitu ukuran objek pada gambar dapat diperbesar ataupun diperkecil dari ukuran objek yang sesungguhnya, (3) mengandung gerak yaitu gambar memperlihatkan gerakan atau kegiatan yang sedang dilakukan oleh tokoh, dan (4) sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa yaitu gambar yang digunakan adalah gambar-gambar kegiatan yang sering dijumpai

siswa dalam kehidupan sehari-hari. 2. Teori Perkembangan Anak

(39)

berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Menurut Reni Akbar Hawadi (dalam Desmita, 2007: 4), perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian. Menurut Monks, dkk (dalam Desmita, 2007: 4) pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali.

Menurut Piaget (dalam Dahar, 2011: 136) setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut.

a. Sensori-motor (0-2 tahun)

Tingkat sensori-motor menempati dua tahun pertama dalam kehidupan. Selama periode ini, anak mengatur alamnya dengan indra (sensori) dan tindakannya (motor). Selama peroide ini, bayi tidak mempunyai konsepsi object permanence. Bila suatu benda disembunyikan, ia gagal untuk menemukannya. Sambil pengalamannya bertambah sampai mendekati periode ini, bayi menyadari sesudah dilihatnya benda itu disembunyikan.

(40)

tindakan-tindakan fisik (Desmita: 2007: 104). Dalam hal ini, bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat indranya, melainkan juga aktif memberikan respon terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-gerak refleks.

b. Tingkat Pra-Operasional (2-7 tahun)

(41)

ketika menggunakan sebuah objek atau tindakan untuk mempresentasekan sesuatu yang tidak hadir (dalam Crain, 2007: 182).

c. Tingkat Operasional Konkret (7-11 tahun)

Periode operasional konkret adalah antara umur 7-11 tahun. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Ini berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang diterapkannya pada masalah-masalah yang konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi, anak dalam periode opeasional konkret memilih mengambil keputusan logis, dan bukan keputusan perseptual seperti anak pra-operasional. Operasi-operasi dalam periode ini terkait pada pengalaman perorangan. Operasi-operasi itu konkret, bukan operasi formal. Anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak, seperti hipotesis dan proposisi verbal (dalam Dahar, 2011: 138).

d. Tingkat Operasional Formal (>11 tahun)

Pada umur kira-kira 11 tahun, timbul periode operasi baru. Pada periode ini, anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini adalah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkret; ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak (dalam Dahar, 2011: 139).

(42)

tahun, (3) tahap operasional konkret pada usia 7-11 tahun, (4) tahap operasional formal pada usia lebih dari 11 tahun. Dalam penelitian ini, siswa yang menjadi subjek penelitian termasuk dalam tahap perkembangan anak yang kedua yaitu pada tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Seperti yang telah dituliskan di atas bahwa pada tahap ini, anak-anak mulai menggunakan simbol-simbol dalam mempresentasikan suatu objek. Dalam konteks ini, simbol yang digunakan oleh peneliti berupa gambar-gambar dengan teks yang berkaitan.

3. Hakikat Montessori

a. Membaca dalam Montessori

Maria Montessori berpendapat bahwa periode sensitif anak akan sangat menguntungkan bagi perkembangan anak. Anak akan lebih mudah belajar membaca pada periode sensitif. Peranan alfabet sangat penting dalam membantu memperbaiki pengucapan anak. Untuk anak usia enam tahun, belajar untuk mengucapkan kata-kata lebih sulit daripada anak usia empat tahun. Pada usia empat tahun, anak masih berada dalam periode sensitif. Dalam mempelajari bahasa di usia empat tahun, anak tidak perlu berusaha secara sadar (terjadi secara alamiah). Pada usia enam tahun, untuk belajar pengucapan bahasa, akan memerlukan usaha sadar untuk mengendalikan otot-otot lidahnya.

(43)

vokal dan warna biru untuk huruf konsonan. Terdapat pula sejumlah kartu yang memuat huruf-huruf dalam warna dan ukuran yang sama. Selain kartu huruf, terdapat pula gambar benda-benda yang huruf awalnya mewakili alfabet. Gambar-gambar tersebut berfungsi untuk memapankan memori tentang bunyi dari huruf tersebut. Pembelajaran membaca dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf vokal. Direktris memperlihatkan huruf vokal, meraba dengan jari sambil menyebutnya nama huruf tersebut. Meraba huruf-huruf dan melihatnya pada saat yang bersamaan dapat menyimpan gambaran huruf-huruf lebih cepat karena melalui kerjasama indera-indera.

b. Peran Direktris Montesssori

(44)

Dalam metode Montessori, direktris memperkenalkan tiga huruf dalam waktu yang bersamaan. Direktris memilih huruf yang kontras dalam bentuk dan suara karena akan memudahkan anak untuk membedakannya. Direktris Montessori juga mengambil peran dalam pengucapan suara untuk membantu anak membuat perbedaan bunyi.

c. Alat Peraga Montessori

Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran Montessori merupakan alat yang didesain oleh Montessori sendiri dengan menyesuaikan kebutuhan anak sebagai pengguna. Seluruh perabot yang ada di Montessori didesain sesuai dengan ukuran anak agar anak dapat mengambil dan mengembalikan sendiri alat peraga ke tempatnya (Magini, 2013: 51). Alat peraga Montessori memiliki karakteristik mengoreksi-diri, artinya, anak yang mengunakan alat peraga Montessori dapat secara mandiri menemukan kesalahan yang dilakukannya selama menggunakan alat peraga. Bahan-bahan pembelajaran yang bersifat mengoreksi-diri ini membuat masing-masing anak dapat bekerja dalam kecepatan mereka sendiri dan hanya membutuhkan sedikit intervensi (bantuan) dari sang pengajar (Gutek, 2013: 27). Alat peraga Montessori memiliki lima karakteristik yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual.

(45)

mendalam. Dengan demikian, pembelajaran yang disampaikan akan lebih mudah untuk diterima dan dipahami oleh anak. Ciri alat peraga Montessori yang kedua adalah bergradasi. Bergradasi dalam hal ini berarti memiliki ragam warna, keras-lembut, berat-ringan, serta rangsangan-rangsangan yang dimunculkan oleh anak. Alat peraga dibuat untuk melatih berbagai indera dan dapat digunakan untuk berbagai usia (Gutek, 2013: 235-239). Dalam konteks ini, alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori dapat digunakan oleh anak yang belum bisa membaca kata ataupun kalimat yang pada umumnya berusia enam sampai tujuh tahun. Ciri alat peraga Montessori yang ketiga adalah auto-correction. Alat peraga Montessori memiliki pengendali kesalahan sebagai control of

error. Pengendali kesalahan yang dimaksud adalah petunjuk yang dapat

membantu siswa menyadari kesalahan ketika sedang menggunakan alat peraga dan membantu siswa menemukan jawaban yang benar. Dalam konteks ini, pengendali kesalahan pada alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori adalah kartu gambar dengan teks yang berkaitan. Ciri alat peraga Montessori yang keempat adalah

auto-education. Alat peraga dalam pembelajaran Montessori dirancang

(46)

membantu siswa menyadari kesalahan dan menemukan jawaban yang benar secara mandiri. Ciri alat peraga Montessori yang kelima adalah kontekstual. Pembelajaran yang disesuaikan dengan konteks akan lebih mendalam dan lebih memperkaya lingkungan siswa. Kontekstual berarti sesuai dengan lingkungan anak, dekat dengan anak, dan mudah dijumpai di lingkungan sekitar. Dalam hal ini, ciri kontekstual Nampak dalam gambar-gambar kegiatan tokoh pada alat peraga yang menunjukkan kegiatan yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pemaparan di atas mengenai Montessori, peran direktris Montessori dan alat peraga Montessori, dapat diketahui bahwa, peran direktris Montessori adalah sebagai pengamat yang mengamati anak-anak ketika sedang menggunakan alat peraga. Alat peraga Montessori yang dikembangkan dalam penelitian ini, memiliki lima ciri yang khas yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Dalam penelitian ini, alat peraga yang dikembangkan mengadaptasi dari alat peraga Montessori yaitu pink reading books dan pink sentence strips. Alat peraga dalam penelitian ini terdiri dari kartu bergambar, kartu kata, kartu kalimat, serta buku cerita bergambar.

B. Penelitian Relevan

(47)

metode SAS dan media gambar pada siswa SD kelas I. Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah rendahnya keterampilan membaca dan menulis pada sebagian besar siswa kelas I SD Kanisius Ganjuran pada tahun ajaran 2011/2012. Penelitian yang dilakukan oleh Suprapti ini menunjukkan hasil adanya peningkatan terhadap keterampilan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SD Kanisius Ganjuran. Suprapti menuliskan bahwa, media gambar yang digunakannya dapat memudahkan siswa dalam mengikuti pembelajaran (Suprapti, 2012: 56). Alasan penggunaan media gambar dalam penelitian yang dilakukan oleh Suprapti adalah karena penggunaan media gambar dalam membaca dan menulis permulaan dapat mempermudah siswa memahami kalimat yang disajikan oleh guru sehingga menjadi lebih realistis (Suprapti, 2012: 58).

(48)

meningkatkan kemampuan membaca pada anak usia dini di RA Uswatun Hasanah Trenten Candimulyo berhasil baik.

(49)
(50)

Secara ringkas, kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat dalam dalam bagan berikut ini.

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Relevan

(51)

C. Kerangka Berpikir

Masalah yang dihadapi dalam konteks ini adalah masih ada siswa SD kelas I yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian research and

development. Penelitian research and development merupakan

penelitian pengembangan yang dilakukan untuk mengembangkan suatu media yang sudah ada. Sesuai dengan namanya, research and

development dipahami sebagai kegiatan yang dimulai dengan research

(penelitian) dan development (pengembangan). Kegiatan research dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengguna sedangkan kegiatan development dilakukan untuk pengembangan media.

Pada penelitian ini, peneliti meneliti tentang kemampuan membaca siswa usia 6-7 tahun atau siswa SD kelas I. Peneliti mengembangkan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori. Dengan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori ini, diharapkan siswa SD kelas I dapat terbantu dalam belajar membaca pada tahap permulaan sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam belajar membaca pada tahap berikutnya.

(52)

dengan ciri alat peraga Montessori yaitu auto-education,

auto-correction, bergradasi, menarik, dan kontekstual. Dengan adanya alat

peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada terkait membaca permulaan pada siswa SD kelas I.

D. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dua pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori yang dapat membantu siswa membaca kata dan kalimat sederhana?

(53)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan jenis penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian dan pengembangan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan alat peraga Montessori untuk pembelajaran bahasa (language). Penelitian ini berfokus pada keterampilan membaca permulaan siswa SD kelas I. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah produk yang mengadopsi dari alat peraga Montessori yaitu pink reading

books dan pink sentence strips maka jadilah sebuah produk baru yaitu buku

latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian dan pengembangan atau yang biasa disebut dengan R&D (Research and Development). Penelitian dan pengembangan merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2015: 407). R&D menekankan produk yang berguna atau bermanfaat dalam berbagai bentuk sebagai perluasan, tambahan, dan inovasi dari bentuk-bentuk yang sudah ada (Putra, 2015).

(54)

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan (Sugiyono, 2015: 409)

(55)

Langkah kedua adalah mengumpulkan informasi atau mengumpulkan data. Informasi yang dikumpulkan kemudian digunakan sebagai bahan perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang muncul. Langkah ketiga adalah desain produk. Produk yang dihasilkan dalam penelitian research and

development bermacam-macam. Dalam bidang pendidikan, produk-produk

yang dihasilkan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan. Langkah keempat yaitu melakukan validasi desain. Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk secara rasional baik atau efektif (Sugiyono, 2015: 414). Langkah kelima adalah perbaikan desain yang dilakukan peneliti. Langkah keenam yaitu uji coba produk. Produk yang telah dibuat oleh peneliti kemudian diujicobakan di lapangan secara terbatas.

(56)

diujicobakan dan direvisi tadi diproduksi secara massal (dalam jumlah banyak).

B. Setting Penelitian

Setting penelitian menjelaskan objek penelitian, subjek penelitian,

lokasi penelitian, dan waktu penelitian. 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah alat peraga untuk latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori berupa buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori. Alat peraga ini dirancang untuk membantu siswa melatih kemampuan membaca permulaan. Kemampuan membaca permulaan yang dikembangkan melalui alat peraga buku latihan membaca permulaan ini yaitu membaca kata dan kalimat sederhana

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah lima siswa kelas I SD Negeri Perumnas Condongcatur. Siswa-siswi ini terdiri dari dua siswi perempuan dan tiga siswa laki-laki. Siswa-siswi yang menjadi subjek penelitian merupakan siswa-siswi yang direkomendasikan oleh guru kelas I SD Negeri Perumnas Condongcatur.

3. Lokasi Penelitian

(57)

4. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan sejak bulan Januari 2017 sampai bulan April 2017.

C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Prosedur penelitian dan pengembangan yang dipaparkan oleh Sugiyono (2015: 409) mencakup sepuluh langkah. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 6 langkah dari model pengembangan tersebut. Langkah-langkah tersebut terdiri dari menemukan potensi dan masalah, mengumpulkan data atau mengumpulkan informasi, mendesain produk, validasi desain, perbaikan desain atau revisi desain dan uji coba produk. Prosedur pengembangan dan penelitian yang digunakan oleh peneliti, dapat dilihat gambar di bawah ini.

Gambar 3.2 Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan peneliti

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Uji Coba Produk

Revisi Desain

(58)

Pemaparan keenam prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Potensi dan Masalah

Prosedur pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menemukan potensi dan masalah. Telah disebutkan di atas bahwa potensi merupakan segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Dalam penelitian ini, potensi yang ditemukan adalah kemampuan membaca siswa pada tahap permulaan. Kemampuan membaca siswa pada tahap membaca permulaan akan berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Jika kemampuan membaca permulaan tidak kuat maka pada tahap membaca lanjut siswa akan kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai (Zuchdi, 1996: 50). Keterampilan membaca permulaan yang dimiliki oleh siswa SD kelas I, akan menjadi bekal untuk mengikuti pembelajaran pada tingkat selanjutnya. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi (Abdurrahman, 2001: 200). Potensi dalam penelitian ini ditemukan melalui kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

(59)

penelitian ini yaitu masih ada siswa SD kelas I yang kesulitan dalam belajar membaca pada tahap permulaan. Dengan kata lain, masih ada siswa kelas SD kelas I yang belum memiliki keterampilan membaca permulaan. Siswa yang belum memiliki keterampilan membaca permulaan akan terhambat dalam belajar membaca pada tahap selanjutnya.

Permasalah dalam penelitian ini ditemukan melalui proses wawancara serta observasi. Pada tanggal 22 Februari 2017 peneliti melakukan observasi di SD Negeri Perumnas Condongcatur. Hasil observasi menunjukkan bahwa masih ada siswa yang kesulitan dalam membaca. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang berlangsung. Ketika guru meminta siwa untuk membaca, tidak semua siswa ikut terlibat membaca. Ada juga siswa yang tertinggal ketika sedang membaca bersama. Hal tersebut dikarenakan siswa masih mengeja kata demi kata. Ada juga siswa yang terlihat kurang tertarik untuk membaca.

2. Pengumpulan Data

(60)

dengan lancar, ada yang belum dapat membaca kalimat yang panjang, ada juga yang tidak tertarik untuk belajar membaca.

Pada tanggal 23 Februari 2017, peneliti melakukan wawancara dengan siswa. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa beberapa hal yang menjadi penyebab siswa belum terampil dalam membaca adalah siswa masih kurang terampil dalam mengeja kata serta belum lancar dalam membaca kalimat. Tulisan yang terlalu banyak dalam buku bacaan membuat siswa kurang tertarik untuk membaca. Siswa cepat merasa bosan dan tidak suka membaca bacaan yang panjang dengan banyak tulisan di dalamnya.

3. Desain Produk

(61)

Karakteristik alat peraga yang auto-correction, membuat siswa dapat menyadari sendiri kesalahannya ketika sedang menggunakan alat peraga. Siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar ketika menggunakan alat peraga, tanpa harus dibimbing oleh guru. Karakteristik alat peraga yang auto-education membuat alat peraga dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Siswa dapat menggunakan alat peraga secara mandiri tanpa harus dibimbing oleh guru. Karakteristik alat peraga yang kontekstual membuat siswa mudah memahami hal yang dipelajari karena hal-hal yang ada dalam alat peraga berkaitan dengan hal-hal yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari.

4. Validasi Desain Produk

(62)

5. Revisi Desain

Prosedur kelima dalam penelitian ini adalah perbaikan desain atau revisi desain. Setelah desain produk divalidasi oleh para ahli, peneliti mengetahui kelemahan yang terdapat dalam desain produk. Peneliti melakukan perbaikan desain sesuai dengan saran dan komentar dari para ahli. Perbaikan desain bertujuan untuk menyempurakan produk yang sudah dibuat agar menjadi layak untuk diujicobakan.

6. Uji Coba Produk

(63)

Langkah proseur penelitian yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(64)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono: 2015: 308). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, kuesioner, dan triangulasi data.

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Data-data yang diperoleh dalam observasi, dicatat dalam suatu catatan observasi (Taniredja, 2011: 47). Sudajana (2001: 68) berpendapat bahwa, observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar (dalam Taniredja, 2011: 47). Observasi yang dilaksanakan peneliti di kelas I mengobservasi pada saat pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas. Aspek yang diamati oleh peneliti adalah ketersediaan alat peraga di dalam kelas, penggunaan alat peraga membaca pada saat pembelajaran, serta kesulitan belajar yang dialami siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

2. Wawancara

(65)

hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan (Gulo, 2002: 119). Dilihat dari bentuk pertanyaannya, wawancara terbagi ke dalam 3 bentuk yaitu wawancara berstruktur, wawancara tak berstruktur, dan wawancara campuran. Dalam penelitian ini, bentuk wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah bentuk wawancara tak berstruktrur di mana responden dapat secara bebas menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

(66)

siswa mengalami kesulitan dalam belajar membaca pada tahap permulaan. Wawancara ini juga dilakukan untuk mengetahui alat peraga seperti apa yang dibutuhkan oleh siswa yang dapat membantunya dalam latihan membaca.

3. Kuesioner

Sugiyono (2015: 216) menjelaskan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu: a. Kuesioner Analisis Kebutuhan

Kuesioner analisis kebutuhan digunakan untuk mengetahui kebutuhan alat peraga di tempat penelitian. Bentuk kuesioner yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner terbuka. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan ini berisi informasi tentang ketersediaan alat peraga dalam proses kegiatan belajar mengajar, khususnya ketersediaan alat peraga membaca. Kuesioner analisis kebutuhan ini disebarkan pada satu guru kelas I SD Negeri Perumnas Condongcatur.

b. Kuesioner Penilaian Produk oleh Ahli

(67)

dalam penelitian ini, disebarkan pada tiga ahli yaitu ahli bahasa, ahli Montessori dan guru SD kelas I.

4. Triangulasi Data

Triangulasi data dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2015: 327). Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan (Sugiyono, 2015: 330). Data yang diperoleh dengan menggunakan teknik triangulasi adalah data yang dikumpulkan melalui kegiatan wawancara, observasi, dan kuesioner. Di bawah ini adalah triangulasi teknik pengumpulan data yang disajikan dalam gambar 3.4

Gambar 3.4 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan

Dari gambar di atas tampak bahwa terdapat tiga teknik dalam mengumpulkan data analisis kebutuhan yaitu kuesioner, wawancara, dan observasi. Data yang diperoleh melalui kuesioner, wawancara dan observasi dipertimbangkan oleh peneliti untuk digunakan dalam pembuatan alat peraga. Pembuatan alat peraga disesuaikan dengan

Kuesioner

Observasi

(68)

kebutuhan guru dan siswa di lapangan. Peneliti melakukan wawancara kepada tiga narasumber yaitu kepala sekolah, guru dan siswa.

Gambar 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara

Gambar bagan di atas merupakan tiga sumber data dalam wawancara yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa. Wawancara dilakukan untuk memperoleh pendapat narasumber mengenai penggunaan alat peraga dan kesulitan siswa dalam membaca terutama dalam membaca permulaan untuk kata dan kalimat sederhana.

E. Instrumen Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan tak terlepas dari jenis instrumen pengumpulan datanya. Oleh sebab itu, instrumen penelitian harus memiliki tingkat kepercayaan dan tingkat kesahihan (Setyosari, 2013: 207). Instrumen penelitian atau alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan guru, serta instrumen validasi produk.

1. Pedoman Observasi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan

Kepala Sekolah

Siswa

(69)

pengamatan secara langsung (Taniredja, 2011: 47). Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan di kelas I pada saat pembelajaran berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data mengenai pembelajaran membaca yang terjadi di dalam kelas dan ketersediaan alat peraga di kelas. Aspek yang diamati oleh peneliti di dalam kelas antara lain, ketersediaan alat peraga membaca di kelas, penggunaan alat peraga membaca di kelas, cara penggunaan alat peraga di kelas, serta kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Ketersediaan Alat Peraga dan Kesulitan Membaca

No Item Kisi-kisi Observasi Hal yang Diamati 1 Ketersediaan alat peraga

untuk membaca permulaan di kelas.

Adanya alat peraga yang digunakan untuk latihan membaca.

2 Penggunaan alat peraga untuk latihan membaca di kelas.

Guru menggunakan alat peraga untuk latihan membaca permulaan di kelas.

3 Cara menggunakan alat peraga untuk latihan membaca permulaan di kelas.

Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga untuk latihan membaca permulaan di kelas.

4, 5 Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca.

Siswa melakukan kesalahan dalam membaca kata di kelas. Siswa melakukan kesalahan dalam membaca kalimat di kelas.

(70)

penilai, maka dapat diketahui bahwa pedoman obeservasi layak digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. Selain mengobservasi ketersediaan alat peraga membaca di kelas, peneliti juga melakukan observasi untuk melihat kemampuan membaca siswa sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori. Pedoman observasi kemampuan membaca siswa sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Unjuk Kerja Kalimat

Siswa

I II III IV V

Dito makan nasi. Dito minum susu. Dito bermain bola. Dito membaca buku. Dito memegang sapu.

Dito menjemur baju Dito membawa roti. Dito menggosok gigi.

Dito mencuci kaki. Dito memakai topi.

Total √

(71)

Pedoman observasi ini digunakan oleh peneliti untuk melihat kemampuan siswa sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga. Peneliti mengobservasi siswa ketika membaca kalimat sederhana. Kalimat sederhana yang digunakan dalam pedoman observasi ini berupa sepuluh kalimat sederhana yang terdapat dalam alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori. Setelah melakukan observasi membaca terhadap siswa, peneliti menghitung jumlah kalimat yang dapat dibaca oleh masing-masing siswa maupun yang belum dapat dibaca oleh masing-masing siswa. Total √ untuk jumlah kalimat yang dapat dibaca oleh siswa dan total x untuk jumlah kalimat yang belum dapat dibaca oleh siswa.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan bentuk komunikasi langsung antara pewawancara dan responden. Dalam hal ini, peneliti berperan sebagai pewawancara dan narasumber yang dipilih berperan sebagai responden. Wawancara pada penelitian ini, dilakukan dengan beberapa narasumber, yaitu kepala sekolah SD penelitian, guru SD kelas I dan siswa SD kelas I. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui ketersediaan alat peraga, proses pembelajaran membaca yang terjadi di kelas, serta kebutuhan guru dan siswa akan alat peraga membaca.

a. Wawancara dengan Kepala Sekolah

(72)

menggunakan teknik wawancara tak berstruktur. Wawancara jenis tak berstruktur tampak luas dan biasanya direncanakan sebelumnya agar sesuai dengan subjek dan suasana pada waktu wawancara dilakukan. Subjek diberi kebebasan dalam mengungkapkan pandangannnya (Sudaryono, 2013: 37). Berikut ini merupakan kisi-kisi wawancara peneliti dengan kepala sekolah

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara dengan Kepala Sekolah

Topik Pertanyaan No. Item

Tanggapan mengenai pelajaran Bahasa Indonesia 1 Tanggapan mengenai pelajaran Bahasa Indonesia terkait

dengan membaca permulaan

2

Ketersediaan alat peraga di sekolah 3

Penggunaan alat peraga di skeolah 4

Pembuatan alat peraga 5

Kondisi alat peraga yang digunakan 6

b. Wawancara dengan Guru kelas I SD

(73)

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Wawancara dengan guru SD Kelas I

Topik Pertanyaan No. Item

Tanggapan mengenai membaca. 1

Penggunaan alat peraga membaca di kelas. 2, 3, 4, 5 Kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa latihan

membaca permulaan.

6, 7, 8

Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam latihan membaca permulaan.

9, 10, 11

Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

12

c. Wawancara dengan Siswa SD Kelas I

Selain melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru SD kelas I, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa SD kelas I. Tujuan wawancara ini adalah untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa ketika membaca. Wawancara ini pun menggunakan teknik wawancara tak berstruktur. Kisi-kisi wawancara peneliti dengan siswa, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara dengan Siswa

Topik Pertanyaan No. Item

Tanggapan mengenai membaca. 1

Ketersediaan alat peraga untuk latihan membaca di kelas. 2 Penggunaan alat peraga untuk latihan membaca. 3

Kesulitan membaca kata sederhana 4

Gambar

gambar yang baik, pada lazimnya terdapat beberapa kriteria, yaitu:
gambar tadi.
Gambar atau foto dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda
gambar jadi dan gambar garis. Gambar jadi merupakan gambar-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka hal tersebut menunjukkan hasil signifikansi adalah kurang dari 0,05 yang berarti bahwa seluruh variabel independen (X), Indeks Pembangunan Manusia (X1), Inflasi (X2),

Hasil tersebut menunjukkan bahwa penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan secara simultan memberikan kontribusi pengaruh sebesar 31,3% terhadap kepatuhan Wajib Pajak

Untuk memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) mineral dan batubara, Gubernur dan Bupati/Walikota segera

Toksikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari efek merugikan dari zat kimia, baik saat digunakan ataupun saat berada di lingkungan, dan diutamakan dampaknya pada

Jawaban dari permasalahan diatas adalah adanya konstruksi beton pracetak (precast). Dinding panel merupakan salah satu contoh elemen bangunan yang dapat dibuat

Untuk mengetahui pengaruh variabel karakteristik sosial ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap pengambilan keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR (Y1)