• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA TUSUK PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN PERSEBARAN HASIL SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT DIPERBAHARUI DI PROPINSI JAWA BARAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PASAREAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA TUSUK PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN PERSEBARAN HASIL SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT DIPERBAHARUI DI PROPINSI JAWA BARAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PASAREAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

YOYOH ASIAH

1107501

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat memberikan

wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global

sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya. Untuk

mencapai tujuan tersebut sekolah dasar sebagai lembaga formal dapat

mengembangkan dan melatih potensi diri siswa yang mampu melahirkan manusia

yang handal, baik dalam bidang akademik maupun aspek moralnya.

Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS) pasal 3 bahwa tujuan Pendidikan Nasional berfungsi:

Mengembangkan kemampauan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif. Mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial yang berlaku untuk pendidikan sekolah

dasar dan menengah menurut Somantri (Sapriya, 2009:11) adalah

„penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta

kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan „. Hal tersebut menunjukan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki tujuan yang sangat mendasar.

Menurut kajian dari Permendiknas 2006 (Sapriya, 2009: 194) bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai pengertian sebagai berikut “Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan ilmu sosial”. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa di dalam Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut

dikembangkan beberapa perangkat yang berkaitan dengan isu sosial, seperti dari

(3)

argumentasi, yang disusun dalam bentuk konsep-konsep yang dijelaskan lebih

lanjut keterkaitannya dengan sebab dan akibat melalui penjelasan dan generalisasi

dari beberapa kajian teoritis ilmu pengetahuan sosial, serta beberapa fakta dan

bukti konkret yang terjadi pada masyarakat dunia yang membentuk suatu isu –isu

sosial.

Rumusan fungsi dan tujuan nasional, jika dikaitkan dengan tujuan

pembelajaran IPS mempunyai arah yang sama, yaitu pembentukan warga negara

yang mampu hidup secara demokratis. Udin S (2007: 1.9) mengemukakan bahwa:

Pertama social studies merupakan suatu sistem pengetahuan terpadu; kedua., misi utama social studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat yang demokratis; ketiga, sumber utama konten social studies adalah social sciences dan humanities; keempat, dalam upaya penyiapan warga negara yang demokratis terbuka kemungkinan perbedaan dalam orientasi, visi, tujuan dan metode pembelajaran.

Rusyan (2003:6) mengemukakan tentang pengertian pendidikan IPS sebagai “Mata pelajaran yang membuat para siswa SD mengenal fenomena-fenomena

sosial, mulai dari dekat dengan lingkungannya sampai dengan fenomena dunia”.

Sedangkan Winataputra (2007:1.11) dalam NCSS menyatakan bahwa:

Ilmu pengetahuan sosial merupakan pelajaran dasar yang berasal dari kehidupan demokratis warga Negara, yang berhubungan dengan bangsa dan orang-orang di dunia, sejarah, ilmu sosial, dan kemanusiaan serta pengetahuan, yang diajarkan supaya orang sadar akan dirinya, sosialnya, dan pengalaman budaya serta tingkat perkembangannya.

Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan ilmu

pengetahuan sosial merupakan mata pembelajaran yang sangat penting untuk

diberikan kepada para siswa mulai dari jenjang sekolah dasar. Hal ini didasari dari

manfaat IPS itu sendiri untuk membekali mereka dengan

pengetahuan-pengetahuan sosial di lingkungannya sehingga mereka mampu menghadapi segala

tantangan yang akan mereka di kehidupannya.

Banyak materi IPS yang diajarkan di sekolah dasar dengan berdasar dari

hakikat IPS untuk mengajak siswa mengenal fenomena sosial di sekitarnya. Salah

satu materi tersebut adalah materi persebaran hasil sumber daya alam yang dapat

(4)

Pada hakikatnya pembelajaran adalah proses komunikasi. Pembelajaran di

kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana guru dan siswa

bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Guru merupakan

komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena

keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor guru. Keberhasilan guru

dalam penyampaian materi sangat tergantung pada kelancaran interakasi

komunikasi antara guru dengan siswanya.

Materi persebaran hasil sumber daya alam dalam pembelajaran IPS

hendaknya dapat disampaikan oleh guru dalam situasi atraktif dan tidak hanya

mengandalkan metode ceramah saja.

Namun tidak begitu kenyataannya. Dari hasil observasi pembelajaran IPS

materi persebaran hasil sumber daya alam yang dapat diperbaharui di SDN

Pasarean yang dilaksanakan pada hari Kamis, 27 September 2012, guru

melakukan pembelajaran yang konvensional. Guru hanya berceramah tentang

materi yang sedang diajarkan yang selanjutnya diteruskan dengan tanya jawab.

Guru memang telah menggunakan media peta Indonesia yang berada di kelas

untuk menunjukan persebaran hasil SDA di Jawa Barat. Hal ini membuat guru

kewalahan menunjukan peta Jawa Barat di peta Indonesia dengan ukuran lebar.

Usaha guru patut dihargai dengan membuat peta Jawa barat di papan tulis dan

menjelaskan persebaran hasil SDA di Jawa Barat. Namun dengan gambar peta

yang seadanya membuat siswa tidak tertarik untuk melihatnya. Guru lebih banyak

aktif dan siswa menjadi pembelajar yang pasif. Hal ini bertentangan dengan yang diungkapkan Peaget (Trianto, 2007: 14) bahwa “Perkembangan kognitif anak dipandang sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem

makna dan hasil belajar siswa realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi mereka”. Sehingga siswa dapat menemukan sendiri melalui pengalaman yang telah dialami mereka.

Dalam KTSP 2006 mata pelajaran IPS kelas 4 semester 1 menyebutkan kompetensi dasar “Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat (kabupaten/kota,

(5)

“tunjukan“ lalu menyuruh siswa menunjukan persebaran hasil SDA di kabupaten sekitar Jawa Barat. Namun, pada kenyataannya guru memberikan evaluasi dengan soal seperti “kabupaten Subang menghasilkan sumber daya alam ....“. Soal seperti ini tidak ada kegiatan menunjukan yang seharusnya diberikan evaluasi dengan

jenis tes perbuatan.

Dari paparan di atas, menyebabkan hasil belajar siswa tidak mencapai target

yang diharapkan. Hal tersebut bisa terlihat pada tabel berikut ini.

(6)

Dari 21 siswa, hanya 9 siswa (42,9%) yang mendapat nilai ≥ 70 (KKM IPS). Sedangkan 12 siswa (57,1%) mendapat nilai di bawah 70. Hal ini

dikarenakan penjelasan guru yang kurang variatif sehingga materi kurang bisa

dipahami oleh siswa. Dari hasil belajar siswa tersebut dapat disimpulkan

bahwa perlu adanya pembenahan cara penyampaian materi dari segi media

pembelajaran yang digunakan. Selain itu juga perbaikan jenis evaluasi yang

diberikan agar sesuai dengan tujuan yang ditargetkan kurikulum.

Berangkat dari masalah tersebut maka observer berinisiatif untuk

menggunakan media tusuk puzzle sebagai sarana untuk siswa agar bisa

menunjukan persebaran SDA di Jawa Barat. Penggunaan media puzzle sendiri

dikarenakan media ini digunakan sebagai salah satu bentuk permainan yang

memiliki nilai-nilai edukatif. Dalam bermain puzzle membutuhkan ketelitian,

siswa akan dilatih untuk memusatkan pikiran, karena siswa harus

berkonsentrasi ketika menyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga

menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap (Pramudiati, Rezha: 2011).

Ketika siswa sukses dalam menyusun puzzle dan timbul rasa semangat

dan antusias tinggi, maka pada saat itulah media tusuk bisa mereka tancapkan

di puzzle tersebut. Siswa akan mendapatkan pembelajaran baru yang menarik,

tapi juga tujuan dalam kurikulum bisa tercapai (Menunjukkan jenis dan

persebaran sumber daya alam).

Dengan permasalahan yang telah dijelaskan di muka dan alasan

digunakannya media puzzle untuk mengatasi permasalahannya, maka

diangkatlah masalah tersebut ke dalam sebuah penelitian dengan judul

Penggunaan Media Tusuk Puzzle dalam Pembelajaran Persebaran Hasil

Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbaharui di Propinsi Jawa Barat untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”.

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah

(7)

Bagaimana penggunaan media Tusuk Puzzle dalam Pembelajaran

Persebaran Hasil Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbaharui di Propinsi

Jawa Barat dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN

Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

Rumusan masalah diatas diuraikan kembali menjadi sub-sub rumusan

masalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran persebaran hasil sumber daya alam

yang dapat diperbaharui di propinsi Jawa Barat dengan menggunakan

media tusuk puzzle dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN

Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran persebaran hasil sumber daya alam

yang dapat diperbaharui di propinsi Jawa Barat dengan menggunakan

media tusuk puzzle dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN

Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

c. Bagaimana peningkatan hasil pembelajaran Persebaran Hasil Sumber

Daya Alam yang Dapat Diperbaharui di Propinsi Jawa Barat dengan

Menggunakan Media Tusuk Puzzle pada Siswa Kelas IV SDN Pasarean

Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada hari Kamis, tanggal 27

September 2012 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan materi

persebaran SDA di Jawa Barat, masih banyak hasil belajar siswa yang berada di

bawah KKM IPS yaitu 70. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan hasil

belajar siswa dalam materi persebaran SDA di Jawa Barat, perlu diterapkan

sebuah alternatif pemecahan masalahnya. Maka dibuatlah sebuah media

pembelajaran yaitu media tusuk puzzle.

Dilihat dari penggunaan media itu sendiri, media pembelajaran diartikan sebagai “alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna

mencapai tujuan pembelajaran”. (Djamarah, 2002:136). Abdulhak (2002: 12)

(8)

proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Alat bantu bukan hanya digunakan untuk memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan cepat tentang pesan yang akan disampaikan. Oleh sebab itu, alat bantu yang dapat mendukung proses kelancaran komunikasi antara guru dan siswa dapat dipandang sebagai media pengajaran.

Dari pengertian mengenai media tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

manfaat media pengajaran dinilai penting untuk membantu siswa mencapai tujuan

yang diharapkan, dan agar materi yang disampaikan dirasa konkret dan tidak akan

menimbulkan salah terima antara materi yang disampaikan guru dan yang

diterima siswa.

Media puzzle itu sendiri Menurut Adenan (1989) dalam Arief Sadiman

(2009:70) yaitu “Materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya

penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi diri karena hal itu

menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil”.

Penggunaan media puzzle untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPS materi persebaran hasil SDA di Jawa Barat sangat cocok

diterapkan dalam pembelajaran IPS tersebut, karena media puzzle ini sesuai

dengan karakteristik anak SD yang masih berpikir konkret, sehingga memudahkan

siswa untuk menerima materi. Dengan media puzzle ini juga akan terbentuk

adanya kelompok belajar antar siswa sehingga akan terjalin hubungan kerjasama

dalam pembelajaran tersebut.

Dengan menggunakan media puzzle ini siswa akan menyusunnya sehingga

terbentuk provinsi Jawa Barat yang terdapat beberapa kabupaten. Setelah siswa

merasa puas karena bisa menyusun dengan tepat, kini tinggal penilaiannya dalam

menunjukan persebaran hasil SDA di tiap kabupaten melalui media tusuk puzzle.

Tusuk puzzle adalah media dengan bantuan tusuk gigi, yang di bagian

pangkalnya ditempelkan gambar SDA yang bisa diperbarui (teh, kopi, dll). Tugas

siswa adalah menancapkan tusuk yang berisi gambar tersebut tepat dengan

kabupaten yang menjadi daerah penghasilnya. Misalkan, ketika siswa memegang

(9)

Subang, Jawa Barat. Dengan demikian, maka tujuan kurikulum yaitu

menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam (kabupaten/kota, provinsi)

bisa tercapai. Selain itu siswa bisa menghapal letak kabupaten di Jawa Barat,

sekaligus juga mendukung motorik, kerja sama, dan kekompakan tim dalam

menyusun puzzle tersebut.

Puzzle yang digunakan adalah puzzle logika yaitu puzzle gambar yang

mengembangkan keterampilan anak berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle

ini dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu

gambar yang utuh. (Muzamil,2010). Berikut adalah contoh gambar puzzle logika

yang digunakan dan media tusuk puzzle.

Gambar 1.1

Contoh media puzzle Jawa Barat dan media tusuk puzzle

Adapun jenis penilaian untuk mengukur hasil belajar adalah performance

test (tes perbuatan) ketika siswa menunjukan media tusuk puzzle di kabupaten

yang tepat sesuai gambar di media tusuk tersebut, dengan penilaian sudah tepat

ataukah salah penempatan. Sedangkan jenis penilaian untuk mengukur proses

belajar adalah dengan skala sikap ketika siswa menyusun puzzle dengan teman

sekelompoknya.

Secara garis besar, langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan

media tusuk puzzle dalam pembelajaran persebaran sumber daya alam di Jawa

Barat di Kelas IV SDN Pasarean Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten

(10)

a. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok masing-masing 3 orang

b. Setiap kelompok diberi potongan puzzle lalu menyusunnya menjadi

puzzle yang utuh (peta Jawa Barat) sesuai contoh yang disiapkan guru.

c. Siswa memasangkan tusuk puzzle pada setiap kabupaten dengan

dibimbing oleh guru.

d. Siswa menghapalkan kabupaten penghasil sumber daya alam dari media

tusuk puzzle yang sudah dipasangkannya tersebut.

e. Siswa melaksanakan evaluasi individu

Adapun target proses dan target hasil yang ingin dicapai setelah

melaksanakan pembelajaran mengenai persebaran sumber daya alam dengan

media tusuk puzzle yaitu.

a. Target proses

1) Kinerja guru

a) Perencanaan

- Membuat RPP

- Menyiapkan instrumen penilaian

- Menyiapkan media tusuk puzzle

b) Pelaksanaan

- Awal

- Mampu mengkondisikan siswa sehingga siswa siap untuk belajar

- Memberikan apersepsi kepada siswa

- Inti

-Menjelaskan materi pelajaran

-Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual, kelompok

atau klasikal

-Membimbing siswa ketika menyusun puzzle

-Membimbing siswa menggunakan media tusuk puzzle

- Akhir

- Mengadakan post test

(11)

Dari kesebelas indikator penilaian tersebut memiliki masing-masing

skor tertinggi 3, sehingga dari keseluruhan indikator penilaian kinerja guru

memiliki skor ideal 33. Adapun yang menjadi target proses kinerja guru

dikatakan berhasil jika skor yang didapat guru yaitu 30 (91%).

2) Aktivitas siswa

a) Keaktifan

b) Kerjasama

Dari indikator penilaian tersebut memiliki masing-masing skor 4

sehingga skor idealnya 8. Siswa dikatakan baik jika memperoleh skor 7-8.

Untuk aktivitas siswa, penelitian dikatakan berhasil jika secara keseluruhan

siswa yang bernilai baik sudah mencapai 90% atau sebanyak 19 siswa.

b. Target hasil

Siswa dapat menunjukan lima (5) kabupaten penghasil sumber

daya alam yang dapat diperbaharui di Jawa Barat dengan tepat yang akhirnya

siswa dapat memahami persebaran sumber daya alam tersebut. Target

untuk menentukan berhentinya dilaksanakan siklus (penelitian), adalah bila

hasil belajar siswa yang tuntas mencapai 90% atau 19 orang siswa.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka terdapat tujuan penelitian yang

ingin dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran persebaran hasil sumber

daya alam yang dapat diperbaharui di propinsi Jawa Barat dengan

menggunakan media tusuk puzzle dalam meningkatkan hasil belajar siswa

kelas IV SDN Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten

Sumedang.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran persebaran hasil sumber

daya alam yang dapat diperbaharui di propinsi Jawa Barat dengan

(12)

kelas IV SDN Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten

Sumedang.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada pembelajaran Persebaran

Hasil Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbaharui di Propinsi Jawa Barat

dengan Menggunakan Media Tusuk Puzzle pada Siswa Kelas IV SDN

Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaaat yang ingin dicapai dari peneltian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Siswa

a. Memudahkan siswa memahami dan menghapal materi karena materi

disuguhkan dalam media puzzle yang secara peranan disenangi siswa.

b. Meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pokok bahasan

materi penyebaran SDA yang bisa diperbaharui di Jawa Barat.

c. Meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri dan tidak

tergantung sepenuhnya kepada guru.

2. Bagi Guru

a. Untuk dapat meningkatkan kualitas mengajar di kelas, sebagai

pemotivasi guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajarannya.

b. Sarana pemotivasi guru untuk meningkatkan profesionalisme

mengajarnya (profesional guru).

c. Mendapat pengetahuan tentang pentingnya sebuah media, atau metode

dalam pembelajaran.

3. Bagi sekolah

a. Meningkatkan kualitas dan fungsi sekolah dasar sebagai lembaga yang

bergerak di bidang pendidikan.

b. Khususnya untuk lebih meningkatkan mutu SDN Pasarean secara

keseluruhan karena bisa dijadikan awal dari pelaksanaan

(13)

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok-pokok masalah yang

diteliti, berikut ini dijelaskan secara operasional beberapa istilah teknis yang

dipandang perlu untuk diketahui kejelasannya, antara lain:

Adapun yang menjadi batasan istilah dalam penelitian ini yaitu:

1. Media

Suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan

suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resorce) kepada

penerimanya (receiver). (Soeparno, 1988: 1).

2. Puzzle

Media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. (Muzamil,

2010)

3. Persebaran

Tersebarnya barang dan jasa melalui aktivitas pemasaran (KBBI.com)

4. Sumber daya alam yang bisa diperbarui

Kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan terus menerus karena dapat

tersedia kembali (Wisnu, 2008: 76).

5. Hasil belajar

Suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran

yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SDN Pasarean yang beralamat di Jalan Pangeran

Santri No. 34 Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten

Sumedang. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Adanya permasalahan siswa dalam hasil belajar pada pembelajaran

persebaran hasil sumber daya alam yang dapat diperbaharui di Propinsi

Jawa Barat, yang diakui guru sebagai problematik yang solusinya belum

ditemukan yang menyebabkan masalah tersebut belum terselesaikan.

b. Peneliti merupakan salah satu pengajar di SDN Pasarean, jadi lebih

memahami kondisi guru, siswa, sarana dan prasarana sekolah, serta

lingkungan sekitar sekolah.

c. Mendapatkan respon positif dan kesediaan untuk bekerjasama dari kepala

sekolah guru dan siswa terhadap rencana penelitian yang akan dilakukan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah upaya perbaikan pembelajaran dengan

menerapkan suatu strategi yang dilaksanakan melalui beberapa siklus. Siklus

akan tetap dilaksanakan sebagai upaya perbaikan sehingga mencapai target

yang ditentukan. Oleh karena memerlukan tindakan yang berkelanjutan, maka

waktu penelitian tindakan kelas ini diperkirakan akan dilaksanakan dalam

waktu enam bulan, mulai Januari sampai Mei 2013. Adapun jadwal penelitian

terlampir.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN

(15)

berjumlah 21 orang, yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 10 orang dan siswa

perempuan sebanyak 11 orang.

Siswa Kelas IV SDN Pasarean dipilih sebagai subjek penelitian karena

tingkat kemampuan siswanya dalam pembelajaran persebaran sumber daya alam

yang dapat diperbarui di Jawa Barat tergolong masih rendah, sehingga nilai tes

hasil belajar yang dilaksanakan tidak dapat tercapai sebagaimana yang

diharapkan. Dengan diadakannya penelitian di SDN Pasarean, diharapkan menjadi

suatu pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran IPS agar siswa lebih termotivasi

dan hasil belajar mereka pun meningkat.

Adapun data siswa kelas IV sebagai subjek penelitian, lengkapnya dapat

dilihat dalam Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1

Subjek penelitian kelas IV A SDN Pasarean

(16)

C. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki kondisi praktik pembelajaran di

kelas atas masalah yang ditemukan dan penerapan alternatif pemecahannya. Hal

ini diperkuat oleh pendapat Kasbolah, (1998: 15) bahwa ”Penelitian Tindakan

Kelas adalah penelitian tindakan dalam pendidikan yang dilaksanakan dalam

kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan

kualitas pembelajaran”.

Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif dapat menggambarkan semua yang terjadi dalam

penelitian secara lebih jelas dan terurai dalam bentuk narasi (kata-kata). Hal ini

sejalan dengan yang diutarakan oleh Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002: 3)

yaitu „Metodologi kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati‟.

Dasar pertimbangan menggunakan metode penelitian kualitatif ini adalah

seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2002: 5) sebagai berikut.

Metode penelitian kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (classroom

action research) atau PTK dikarenakan bahwa, penelitian ini merupakan

masalah praktek pembelajaran di kelas. Dalam desain penelitian ini, model

penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model Kemmis dan

Taggart yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart pada

(17)

Gambar 3.1

Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart Elliot dalam (Wiriaatmadja, 2008: 66)

Gambar di atas dijelaskan sebagai berikut.

a. Plan (perencanaan)

Perencanaan yaitu “Menyusun rencana tindakan dan penelitian yang akan

dilaksanakan dalam pembelajaran” (Wiriaatmadja, 2008: 98). Perencanaan ini

dibuat setelah menyikapi kondisi siswa, fakta yang terjadi, sehingga dapat

menentukan strategi apa yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Dalam

penelitian ini akan menggunakan media puzzle yang perencanannya disusun

dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Action (pelaksanaan)

Pelaksanaan tindakan yaitu “Praktik pembelajaran yang nyata berdasarkan

rencana yang disusun sebelumnya”. (Repository UPI). Tindakan ini bertujuan

untuk memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitas atau mencari solusi atas

(18)

Pada tahapan ini adalah melaksanakan pembelajaran persebaran hasil SDA

yang bisa diperbaharui di Jawa Barat pada siswa kelas IV SDN Pasarean

dengan menggunakan media tusuk puzzle. Apabila pada pelaksanaan siklus

pertama tujuan pembelajaran belum tercapai maka diperbaiki pada pelaksanaan

siklus kedua, dan apabila masih belum tercapai maka akan diperbaiki pada

siklus selanjutnya.

c. Observasi

Pelaksanaan observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan, karena data dan informasi yang dikumpulkan adalah data tentang

proses (kinerja guru dan aktifitas siswa).

Observasi merupakan “kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”. (Supardi,

2008:127). Oleh karena itu, observasi merupakan teknik yang paling tepat

untuk mengumpulkan data tentang proses kegiatan.

d. Refleksi

Refleksi adalah “Kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang

terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru. Pada tahap ini, guru sebagai

peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa

jauh (to what extent) telah menghasilkan perubahan secara signifikan”.

(Supardi, 2008: 133).

Tahap refleksi ini sangat penting untuk memberikan gambaran yang jelas

mengenai hasil tindakan yang dilakukan. Dalam kaitannya dengan

menggunakan media tusuk puzzle, kegiatan refleksi akan dapat mengetahui

langkah-langkah mana yang belum muncul atau indikator mana yang belum

tercapai. Sehingga dapat ditentukan tindakan berikutnya yang harus diperbaiki

dalam menyempurnakan tindakan sebelumnya.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan

tahap-tahap sebagai berikut.

(19)

a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SDN Pasarean dan guru Kelas IV

untuk mengadakan penelitian.

b. Permintaan kesediaan salah satu guru untuk dijadikan mitra peneliti (teman

sejawat).

c. Menganalisis kurikulum khususnya kurikulum IPS Kelas IV tentang

persebaran SDA, yang kemudian dituangkan dalam bentuk Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan media tusuk puzzle.

d. Membuat alat evaluasi belajar dengan berpacu pada ketepatan penempatan

tusuk puzzle pada kabupaten yang berada di dalam puzzle.

e. Membuat lembar kerja siswa, lembar observasi, pedoman wawancara serta

catatan lapangan untuk melihat kinerja guru dan aktivitas siswa selama

pembelajaran persebaran hasil SDA yang bisa diperbaharui di Jawa Barat

dengan media tusuk puzzle.

2. Tahap pelaksanaan tindakan

a. Kegiatan awal

1) Guru mengucapkan salam

2) Berdo‟a

3) Guru mengecek kehadiran siswa

4) Guru mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif dengan

cara mengatur tempat duduk siswa.

5) Apersepsi

Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai sumber daya alam yang

biasa mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.

b. Kegiatan inti

1) Guru menjelaskan tentang pengertian sumber daya alam yang bisa

diperbaharui dan daerah penghasilnya di Jawa Barat

2) Siswa menyimak penjelasan guru

3) Siswa bertanya jawab dengan guru

4) Siswa diminta menghapalkan SDA yang bisa diperbaharui beserta daerah

(20)

5) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok masing-masing 3 orang

6) Guru memasang satu peta Jawa Barat di papan tulis

7) Siswa dalam setiap kelompok dibagi potongan puzzle beserta tusukannya.

8) Guru mendemonstrasikan cara penggunaan media tusuk dan puzzle di

depan kelas

9) Siswa menyusun puzzle secara bersamaan dengan kompak di

kelompoknya.

10) Siswa berlatih menunjukan (menancapkan) tusuk puzzle yang terdapat

gambar hasil SDA sesuai dengan daerah penghasilnya.

11) Guru melakukan penilaian pada setiap siswa dalam bentuk tes perbuatan

di kelompoknya secara individu.

c. Kegiatan akhir

1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah

dipelajari.

2) Guru menutup pelajaran

3. Tahapan observasi / pengaruh

Pelaksanaan observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan, karena data dan informasi yang dikumpulkan adalah data tentang

proses (kinerja guru dan aktifitas siswa).

Observasi merupakan “Kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk

memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”. (Supardi, 2008:

127). Oleh karena itu, observasi merupakan teknik yang paling tepat untuk

mengumpulkan data tentang proses kegiatan.

Dalam kaitannya dengan penggunaan media tusuk puzzle pada materi

persebaran penghasil SDA yang bisa diperbaharui di Jawa Barat, yang menjadi

subjek pengamatannya adalah siswa kelas IV SDN Pasarean Sumedang, dan

objek yang diteliti adalah jalannya pelaksanaan tindakan menggunakan media

tusuk puzzle.

Adapun jenis yang digunakan adalah Observasi partisipatif sambil

(21)

Adapun metode observasi partisipatif yang digunakan adalah partisipasi lengkap

dengan prosedur “Dalam melakukan pengamatan, peneliti sudah terlibat

sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data, jadi suasananya sudah

natural, peneliti tidak terlihat sedang melakukan penelitian”. (Sugiyono, 2005:

66). Dengan observasi partisipasi lengkap memungkinkan data yang dihasilkan

benar-benar data yang natural dan seadanya karena siswa tidak merasa sedang

diteliti (diperhatikan).

4. Tahapan refleksi

Refleksi adalah “Kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang

terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) telah menghasilkan perubahan secara

signifikan”. (Supardi, 2008: 133).

Tahap refleksi ini sangat penting untuk memberikan gambaran yang jelas

mengenai hasil tindakan yang dilakukan. Dalam kaitannya dengan penelitian

yang dilaksanakan, yaitu penerapan peta konsep. Melalui kegiatan refleksi akan

dapat mengetahui langkah-langkah mana yang belum muncul atau indikator

mana yang belum tercapai. Sehingga dapat ditentukan tindakan berikutnya yang

harus diperbaiki dalam menyempurnakan tindakan sebelumnya.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian tindakan kelas sebagai penelitian bertradisi kualitatif,

memberikan peranan penting kepada penelitinya yakni sebagai satu-satunya

instrumen karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Keuntungan yang didapat dengan peneliti

sebagai instrumen adalah dapat mengetahui segalanya dari keseluruhan proses

penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah.

(22)

Pedoman observasi adalah pedoman yang digunakan pada waktu melakukan

observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa. Observasi menurut Supardi

(2008: 127) merupakan “Kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk

memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”. Dalam

penelitian ini pedoman observasi disusun untuk mengarahkan pengamatan yang

dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi ini

digunakan untuk memperoleh gambaran kinerja guru dan aktivitas siswa selama

proses pembelajaran tentang persebaran sumber daya alam yang bisa diperbarui

di Jawa Barat.

2. Pedoman wawancara

Wawancara menurut Sugiyono (2005) merupakan “Pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga dapat disatukan

makna dalam suatu topik tertentu”. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh

data atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi.

Pedoman wawancara adalah pedoman yang digunakan saat wawancara.

Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan yang akan diajukan kepada guru

ataupun siswa untuk memperoleh data dilaksanakannya pembelajaran IPS materi

persebaran sumber daya alam.

Pedoman wawancara disusun untuk mengarahkan pertanyaan-pertanyaan

yang akan diajukan pada saat wawancara kepada guru dan siswa. Wawancara ini

dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran

tentang persebaran sumber daya alam yang bisa diperbarui di Jawa Barat.

3. Tes

Kunandar (2008,186) mengatakan,"Tes adalah sejumlah pertanyaan yang

disampaikan pada seorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan

atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam

dirinya." Dalam penelitian ini tes yang akan digunakan dalam jenis tes perbuatan

(performance test) dengan alat penilaian berupa lima (5) suruhan/ perintah

dalam bentuk tes individu yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran (post

(23)

4. Catatan Lapangan

Kunandar (2008,197) mengatakan, "Catatan lapangan (field notes) adalah

catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan

atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Untuk hal

ini catatan lapangan akan mendukung dalam observasi.

Catatan lapangan merupakan teknik yang memfokuskan pada hal-hal

spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang kinerja guru dan

aktivitas siswa dalam pembelajaran. Catatan lapangan mencatat kejadian di

dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif. Catatan lapangan yang

digunakan berisi catatan tentang kegiatan pelaksanaan proses pembelajaran

persebaran hasil SDA di Jawa Barat dengan media tusuk puzzle. Catatan ini

berisikan deskripsi kualitatif tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan

siswa dan guru.

F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

a. Pengolahan data proses

Pengolahan data proses meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa. Dalam

pengolahan data proses, dilakukan melalui observasi terhadap kinerja guru

dan aktivitas siswa dengan terlebih dahulu menetapkan aspek yang akan

diamati. Setelah itu diberi skor dengan interpretasi untuk menentukan hasil

dari pengamatan proses itu. Setelah diolah lalu dianalisis, dimaknai dan

disimpulkan sehingga dapat melakukan refleksi terhadap tindakan yang akan

direncanakan pada kegiatan (siklus) selanjutnya.

b. Pengolahan data hasil

Data hasil diperoleh dari hasil tes perbuatan siswa. Adapun teknik

pengolahan data hasil adalah sebagai berikut.

1) Memberikan skor pada setiap nomor soal pada lembar pengolahan nilai

(24)

2) Mengalikan skor pada setiap nomor soal dengan bobot, sehingga

Kemudian membandingkannya dengan batas nilai yang ditentukan, yaitu

melalui nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Tabel 3.2

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

INDIKATOR KRITERIA PENENTUAN KKM

Kompl

Jadi, siswa yang mendapat skor 70 atau lebih dikatakan tuntas (T).

siswa yang mendapat skor kurang dari 70 dikatakan tidak tuntas (TT).

Langkah selanjutnya menghitung berapa orang siswa yang tuntas atau

tidak tuntas. Dengan langkah ini akan diketahui aspek mana yang belum

dicapai siswa, sehingga peneliti dapat menentukan tindakan selanjutnya yang

(25)

2. Analisis Data

Kegiatan analisis data dilakukan sejak awal dan bergantian secara terus

menerus dengan pengumpulan data. Analisis data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara reduksi data, menyajikan data, pemaknaan dan

penyimpulan data. Pada tahap mereduksi dilakukan kegiatan menyeleksi,

menyederhanakan dan kemudian disajikan. Kegiatan menyeleksi data yang

terkumpul dengan memilah-milah data mana yang diperlukan dan tidak

diperlukan. Data yang tidak diperlukan dapat dipisahkan atau dibuang,

sehingga data yang terkumpul mudah untuk diolah karena sesuai dengan fokus

penelitian.

G. VALIDASI DATA

Validasi data pada penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins

(Wiriaatmadja, 2008: 168-171), yaitu.

1. Triangulasi

Dalam kegiatan memvalidasi data, triangulasi diartikan sebagai “Teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang sudah ada”. (Sugiyono, 2005:83).

Dalam penelitian ini, triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi teknik dan

triangulasi sumber.

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini berarti untuk mendapatkan data dari

sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Teknik yang digunakan

adalah wawancara mendalam, tetapi melakukan wawancara tersebut tidak

hanya pada satu sumber (beberapa orang), untuk hal yang sama, yakni kepada

guru, siswa, dan observer dari teman sejawat.

2. Member check

Menurut Titin (2008) member check yaitu ”Memeriksa kembali

(26)

atau wawancara, dengan cara mengkonfirmasikannya dengan guru dan siswa

melalui diskusi pada akhir tindakan”.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah keterangan itu tidak

berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya. Dalam penelitian ini, kegiatan

yang dilakukan adalah dengan cara mengkonfirmasikan temuan yang diperoleh

kepada guru dan siswa sebagai kegiatan refleksi pada tiap akhir

pembelajarannya.

3. Expert Opinion

Kunandar (2008,108) mengatakan,

"Expert opinion dilakukan dengan meminta orang yang dianggap ahli atau pakar penelitian tindakan kelas atau pakar bidang studi untuk memeriksa semua tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan

memberikan arahan atau judgements terhadap masalah – masalah

penelitian yang dikaji”.

Dalam penelitian ini, hasil penelitian dikonsultasikan dengan dosen mata

kuliah terkait untuk mendapat masukan yang berarti dalam kegiatan

pengumpulan data saat penelitian. Kegiatan ini dipilih untuk meningkatkan

derajat kepercayaan terhadap penelitian yang dilakukan.

4. Audit Trail

Audit Trail yaitu “Pengecekan kebenaran prosedur dan metode

pengumpulan data, dengan cara mendiskusikannya kepada orang yang lebih

ahli dan memahami permasalahan serta menguasai metode penelitian”.

(Wiriaatmadja, 2008:177). Dalam hal ini, pelaksanaan audit trail dilaksanakan

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan terhadap data proses dan

hasil pelaksanaan tindakan dengan penggunaan media tusuk puzzle untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasarean pada materi persebaran

hasil sumber daya alam yang dapat diperbarui di Jawa Barat, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Perencanaan penggunaan media tusuk puzzle.

Untuk menghasilkan pelaksanaan yang matang dan hasil yang baik,

maka harus dimulai dari perencanaan yang matang dan baik pula. Perencanaan

yang dilakukan adalah dengan membuat langkah pembelajaran dengan

menggunakan media tusuk puzzle yaitu.

a. Menganalisis kurikulum khususnya kurikulum IPS Kelas IV tentang

persebaran SDA, yang kemudian dituangkan dalam bentuk Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan media tusuk puzzle.

b. Menyiapkan media pendukung puzzle itu sendiri, seperti potongan puzzle,

tusuk puzzle. Puzzle dipersiapkan lebih matang lagi untuk mencegah

terjadinya kekurangan tusuk puzzle pada satu kelompok yang menyebabkan

terjadinya kegundahan.

c. Membuat alat evaluasi belajar dengan berpacu pada ketepatan penempatan

tusuk puzzle pada kabupaten yang berada di dalam puzzle. Alat evaluasi

berupa tugas untuk tes perbuatan dan soal untuk tes tertulis.

d. Membuat lembar kerja siswa, lembar observasi, pedoman wawancara serta

catatan lapangan untuk melihat kinerja guru dan aktivitas siswa selama

pembelajaran persebaran hasil SDA yang bisa diperbaharui di Jawa Barat

(28)

2. Pelaksanaan penggunaan media tusuk puzzle

Tahap pelaksanaan penggunaan media tusuk puzzle di setiap siklusnya,

telah dilaksanakan dengan baik dari kinerja guru maupun aktivitas siswa, dan

selalu mengalami peningkatan jumlah nilai akhir dan ketuntasan belajar

siswa. Guru telah menyiapkan media tusuk puzzle dengan lengkap, baik dan

layak pakai di setiap siklusnya. Penjelasan guru juga dinilai cukup baik dan

dapat dimengerti siswa sehingga siswa bisa melaksanakan semua prosedur

dengan baik.

Selama pelaksanaan pembelajaran dengan media tusuk puzzle, siswa

merasa senang, aktif, dan merasa dilibatkan dalam pembelajaran karena ada

proses penyusunan puzzle yang harus disusun oleh setiap siswa dalam setiap

kelompok. Siswa juga merasa terbantu dengan adanya media tusuk puzzle

ketika harus memahami materi persebaran sumber daya alam di Jawa Barat.

Pelajaran dinilai lebih konkret dan nyata di mata siswa.

Pelaksanaan pembelajaran dengan media tusuk puzzle telah membuat

kinerja guru dan aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Kinerja Guru. Pada siklus I jumlah skor yang diperoleh 21 atau 63,6% dan

berada dalam interpretasi cukup. Sedangkan pada siklus II jumlah skor

yang diperoleh naik menjadi 30 atau 90,9% dan berada dalam interpretasi

baik.

b. Aktivitas siswa. Hal yang dapat dilihat untuk menentukan bahwa

aktivitasnya telah meningkat adalah peningkatan jumlah siswa yang

berkriteria baik pada setiap siklus. Hal ini dapat dilihat ketika siklus I

siswa yang memperoleh tafsiran baik sebanyak 12 orang siswa atau 57,3%.

Pada siklus II meningkat menjadi 18 orang siswa atau 85,7%.

3. Hasil belajar siswa (tes tertulis dan tes perbuatan) dengan menggunakan

media tusuk puzzle

Penggunaan media tusuk puzzle dapat meningkatkan hasil belajar

(29)

Barat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah ketuntasan belajar

siswa dari data awal, siklus I hingga siklus III.

Pada data awal jumlah siswa yang dinyatakan tuntas hanya 9 orang

siswa atau 42,9%. Pada siklus I naik menjadi 14 orang siswa atau 67%. Pada

siklus II naik lagi menjadi 19 orang siswa atau 90,4%, dan 2 orang siswa atau

9,6% yang dinyatakan tidak tuntas.

Adapun kemampuan atau penguasaan materi tentang sumber daya

alam yang dapat diperbarui di Jawa Barat yang telah didapat oleh siswa

setelahnya pembelajaran berakhir yaitu:

a. Siswa mengetahui letak dan nama-nama kabupaten yang ada di Jawa Barat

b. Siswa mengetahui jenis-jenis sumber daya alam yang dapat diperbarui

c. Siswa mengetahui kabupaten penghasil sumber daya alam yang dapat

diperbarui di Jawa Barat

B. Saran atau Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penggunaan media tusuk puzzle

pada materi persebaran hasil sumber daya alam yang dapat diperbarui di Jawa

Barat di kelas IV SDN Pasarean Kecamatan Sumedang Selatan, maka dapat

dikemukakan saran atau rekomendasi sebagai berikut.

1. Untuk guru

a. Guru sebagai komponen keberhasilan pembelajaran, hendaknya dapat

menguasai berbagai strategi, metode, media pembelajaran dan dapat

diaplikasikannya dalam pembelajaran sesuai tujuan yang hendak dicapai.

Dalam hal ini, guru harus memahami bagaimana langkah-langkah penggunaan

media tusuk puzzle dilaksanakan, untuk mencapai hasil yang optimal sesuai

target yang tealh ditetapkan.

b. Guru sebaiknya mampu mengadakan inovasi pembelajaran seperti merancang

pembelajaran yang dapat menarik siswa serta menyenangkan, terhindar dari

kebosanan, serta menerapkan media, metode atau strategi yang bervariasi agar

(30)

c. Guru sebaiknya memberikan penguatan serta reward atau penghargaan agar

siswa termotivasi dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran.

Guru harus mampu membangkitkan atau mempertahankan semangat siswa

untuk tetap antusias mengikuti pembelajaran. Apakah itu dengan memberikan

penghargaan berupa hadiah konkret ataupun berupa pujian.

d. Guru juga hendaknya selalu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran

tidak hanya dalam materi persebaran hasil sumber daya alam, tapi juga dalam

materi lain atau bahkan mata pelajaran lain, agar siswa merasa dilibatkan

dalam pembelajaran dan menghasilkan pembelajaran yang bermakna.

2. Untuk Sekolah

a. Pada pimpinan sekolah hendaknya selalu memotivasi guru untuk lebih

meningkatkan kemampuannya atau profesionalismenya.

b. Pihak pimpinan sekolah hendaknya memberikan fasilitas yang dibutuhkan

untuk kelancaran proses pembelajaran, seperti media pembelajaran.

c. Pihak pimpinan sekolah hendaknya mengetahui dan membantu kesulitan guru

dalam menghadapi masalah praktik pembelajaran, seperti dengan memberi

dorongan pada guru tersebut untuk mengadakan penelitian sehingga

bermanfaat pada peningkatan kualitas pembelajaran.

3. Untuk peneliti lain.

a. Hendaknya dapat menyempurnakan lagi hasil penelitian ini sehingga hasil

penelitian tersebut dapat digunakan dan bermanfaat bagi peningkatan

pembelajaran terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi

persebaran hasil sumber daya alam yang dapat diperbarui di Jawa Barat.

b. Peneliti hendaknya selalu merespon setiap masalah yang muncul dan mencari

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Tes Data Awal
gambar yang utuh. (Muzamil,2010). Berikut adalah contoh gambar puzzle logika
Tabel 3.1 Subjek penelitian kelas IV A SDN Pasarean
Gambar 3.1 Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart Elliot
+3

Referensi

Dokumen terkait

Cerita bergambar atau komik adalah salah satu karya sastra yang banyak.. memikat para

Penulisan Ilmiah ini membahas tentang proses pembuatan perancangan villa dengan memakai animasi yang terbagi menjadi empat tahap, yang pertama membuat bentuk perancangan villa

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

(1) In the case of the implementation of the granting of Restitution to the Victim beyond a period of 30 (thirty) days as referred to in Article 31, paragraph (1), Victim,

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

Kristal kalsium oksalat ini kemudian akan menempel di permukaan kristal asam urat yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi

Kondisi kecerdasan visual-spasial anak di TK Bunda Balita masih perlu stimulus, salah satunya disebabkan penggunaaan media balok yang lebih sering digunakan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi rendahnya cakupan K4 di Puskesmas Aek Kota Batu Kecamatan Na IX-X Kabupaten Labuhanbatu Utara1. Penelitian