SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH
YOYOH ASIAH
1107501
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat memberikan
wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global
sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya. Untuk
mencapai tujuan tersebut sekolah dasar sebagai lembaga formal dapat
mengembangkan dan melatih potensi diri siswa yang mampu melahirkan manusia
yang handal, baik dalam bidang akademik maupun aspek moralnya.
Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) pasal 3 bahwa tujuan Pendidikan Nasional berfungsi:
Mengembangkan kemampauan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif. Mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial yang berlaku untuk pendidikan sekolah
dasar dan menengah menurut Somantri (Sapriya, 2009:11) adalah
„penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta
kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan „. Hal tersebut menunjukan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki tujuan yang sangat mendasar.
Menurut kajian dari Permendiknas 2006 (Sapriya, 2009: 194) bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai pengertian sebagai berikut “Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan ilmu sosial”. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa di dalam Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut
dikembangkan beberapa perangkat yang berkaitan dengan isu sosial, seperti dari
argumentasi, yang disusun dalam bentuk konsep-konsep yang dijelaskan lebih
lanjut keterkaitannya dengan sebab dan akibat melalui penjelasan dan generalisasi
dari beberapa kajian teoritis ilmu pengetahuan sosial, serta beberapa fakta dan
bukti konkret yang terjadi pada masyarakat dunia yang membentuk suatu isu –isu
sosial.
Rumusan fungsi dan tujuan nasional, jika dikaitkan dengan tujuan
pembelajaran IPS mempunyai arah yang sama, yaitu pembentukan warga negara
yang mampu hidup secara demokratis. Udin S (2007: 1.9) mengemukakan bahwa:
Pertama social studies merupakan suatu sistem pengetahuan terpadu; kedua., misi utama social studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat yang demokratis; ketiga, sumber utama konten social studies adalah social sciences dan humanities; keempat, dalam upaya penyiapan warga negara yang demokratis terbuka kemungkinan perbedaan dalam orientasi, visi, tujuan dan metode pembelajaran.
Rusyan (2003:6) mengemukakan tentang pengertian pendidikan IPS sebagai “Mata pelajaran yang membuat para siswa SD mengenal fenomena-fenomena
sosial, mulai dari dekat dengan lingkungannya sampai dengan fenomena dunia”.
Sedangkan Winataputra (2007:1.11) dalam NCSS menyatakan bahwa:
Ilmu pengetahuan sosial merupakan pelajaran dasar yang berasal dari kehidupan demokratis warga Negara, yang berhubungan dengan bangsa dan orang-orang di dunia, sejarah, ilmu sosial, dan kemanusiaan serta pengetahuan, yang diajarkan supaya orang sadar akan dirinya, sosialnya, dan pengalaman budaya serta tingkat perkembangannya.
Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan ilmu
pengetahuan sosial merupakan mata pembelajaran yang sangat penting untuk
diberikan kepada para siswa mulai dari jenjang sekolah dasar. Hal ini didasari dari
manfaat IPS itu sendiri untuk membekali mereka dengan
pengetahuan-pengetahuan sosial di lingkungannya sehingga mereka mampu menghadapi segala
tantangan yang akan mereka di kehidupannya.
Banyak materi IPS yang diajarkan di sekolah dasar dengan berdasar dari
hakikat IPS untuk mengajak siswa mengenal fenomena sosial di sekitarnya. Salah
satu materi tersebut adalah materi persebaran hasil sumber daya alam yang dapat
Pada hakikatnya pembelajaran adalah proses komunikasi. Pembelajaran di
kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana guru dan siswa
bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Guru merupakan
komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena
keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor guru. Keberhasilan guru
dalam penyampaian materi sangat tergantung pada kelancaran interakasi
komunikasi antara guru dengan siswanya.
Materi persebaran hasil sumber daya alam dalam pembelajaran IPS
hendaknya dapat disampaikan oleh guru dalam situasi atraktif dan tidak hanya
mengandalkan metode ceramah saja.
Namun tidak begitu kenyataannya. Dari hasil observasi pembelajaran IPS
materi persebaran hasil sumber daya alam yang dapat diperbaharui di SDN
Pasarean yang dilaksanakan pada hari Kamis, 27 September 2012, guru
melakukan pembelajaran yang konvensional. Guru hanya berceramah tentang
materi yang sedang diajarkan yang selanjutnya diteruskan dengan tanya jawab.
Guru memang telah menggunakan media peta Indonesia yang berada di kelas
untuk menunjukan persebaran hasil SDA di Jawa Barat. Hal ini membuat guru
kewalahan menunjukan peta Jawa Barat di peta Indonesia dengan ukuran lebar.
Usaha guru patut dihargai dengan membuat peta Jawa barat di papan tulis dan
menjelaskan persebaran hasil SDA di Jawa Barat. Namun dengan gambar peta
yang seadanya membuat siswa tidak tertarik untuk melihatnya. Guru lebih banyak
aktif dan siswa menjadi pembelajar yang pasif. Hal ini bertentangan dengan yang diungkapkan Peaget (Trianto, 2007: 14) bahwa “Perkembangan kognitif anak dipandang sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem
makna dan hasil belajar siswa realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi mereka”. Sehingga siswa dapat menemukan sendiri melalui pengalaman yang telah dialami mereka.
Dalam KTSP 2006 mata pelajaran IPS kelas 4 semester 1 menyebutkan kompetensi dasar “Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat (kabupaten/kota,
“tunjukan“ lalu menyuruh siswa menunjukan persebaran hasil SDA di kabupaten sekitar Jawa Barat. Namun, pada kenyataannya guru memberikan evaluasi dengan soal seperti “kabupaten Subang menghasilkan sumber daya alam ....“. Soal seperti ini tidak ada kegiatan menunjukan yang seharusnya diberikan evaluasi dengan
jenis tes perbuatan.
Dari paparan di atas, menyebabkan hasil belajar siswa tidak mencapai target
yang diharapkan. Hal tersebut bisa terlihat pada tabel berikut ini.
Dari 21 siswa, hanya 9 siswa (42,9%) yang mendapat nilai ≥ 70 (KKM IPS). Sedangkan 12 siswa (57,1%) mendapat nilai di bawah 70. Hal ini
dikarenakan penjelasan guru yang kurang variatif sehingga materi kurang bisa
dipahami oleh siswa. Dari hasil belajar siswa tersebut dapat disimpulkan
bahwa perlu adanya pembenahan cara penyampaian materi dari segi media
pembelajaran yang digunakan. Selain itu juga perbaikan jenis evaluasi yang
diberikan agar sesuai dengan tujuan yang ditargetkan kurikulum.
Berangkat dari masalah tersebut maka observer berinisiatif untuk
menggunakan media tusuk puzzle sebagai sarana untuk siswa agar bisa
menunjukan persebaran SDA di Jawa Barat. Penggunaan media puzzle sendiri
dikarenakan media ini digunakan sebagai salah satu bentuk permainan yang
memiliki nilai-nilai edukatif. Dalam bermain puzzle membutuhkan ketelitian,
siswa akan dilatih untuk memusatkan pikiran, karena siswa harus
berkonsentrasi ketika menyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga
menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap (Pramudiati, Rezha: 2011).
Ketika siswa sukses dalam menyusun puzzle dan timbul rasa semangat
dan antusias tinggi, maka pada saat itulah media tusuk bisa mereka tancapkan
di puzzle tersebut. Siswa akan mendapatkan pembelajaran baru yang menarik,
tapi juga tujuan dalam kurikulum bisa tercapai (Menunjukkan jenis dan
persebaran sumber daya alam).
Dengan permasalahan yang telah dijelaskan di muka dan alasan
digunakannya media puzzle untuk mengatasi permasalahannya, maka
diangkatlah masalah tersebut ke dalam sebuah penelitian dengan judul
”Penggunaan Media Tusuk Puzzle dalam Pembelajaran Persebaran Hasil
Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbaharui di Propinsi Jawa Barat untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”.
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah
Bagaimana penggunaan media Tusuk Puzzle dalam Pembelajaran
Persebaran Hasil Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbaharui di Propinsi
Jawa Barat dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN
Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
Rumusan masalah diatas diuraikan kembali menjadi sub-sub rumusan
masalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran persebaran hasil sumber daya alam
yang dapat diperbaharui di propinsi Jawa Barat dengan menggunakan
media tusuk puzzle dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran persebaran hasil sumber daya alam
yang dapat diperbaharui di propinsi Jawa Barat dengan menggunakan
media tusuk puzzle dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
c. Bagaimana peningkatan hasil pembelajaran Persebaran Hasil Sumber
Daya Alam yang Dapat Diperbaharui di Propinsi Jawa Barat dengan
Menggunakan Media Tusuk Puzzle pada Siswa Kelas IV SDN Pasarean
Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada hari Kamis, tanggal 27
September 2012 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan materi
persebaran SDA di Jawa Barat, masih banyak hasil belajar siswa yang berada di
bawah KKM IPS yaitu 70. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan hasil
belajar siswa dalam materi persebaran SDA di Jawa Barat, perlu diterapkan
sebuah alternatif pemecahan masalahnya. Maka dibuatlah sebuah media
pembelajaran yaitu media tusuk puzzle.
Dilihat dari penggunaan media itu sendiri, media pembelajaran diartikan sebagai “alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pembelajaran”. (Djamarah, 2002:136). Abdulhak (2002: 12)
proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Alat bantu bukan hanya digunakan untuk memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan cepat tentang pesan yang akan disampaikan. Oleh sebab itu, alat bantu yang dapat mendukung proses kelancaran komunikasi antara guru dan siswa dapat dipandang sebagai media pengajaran.
Dari pengertian mengenai media tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
manfaat media pengajaran dinilai penting untuk membantu siswa mencapai tujuan
yang diharapkan, dan agar materi yang disampaikan dirasa konkret dan tidak akan
menimbulkan salah terima antara materi yang disampaikan guru dan yang
diterima siswa.
Media puzzle itu sendiri Menurut Adenan (1989) dalam Arief Sadiman
(2009:70) yaitu “Materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya
penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi diri karena hal itu
menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil”.
Penggunaan media puzzle untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS materi persebaran hasil SDA di Jawa Barat sangat cocok
diterapkan dalam pembelajaran IPS tersebut, karena media puzzle ini sesuai
dengan karakteristik anak SD yang masih berpikir konkret, sehingga memudahkan
siswa untuk menerima materi. Dengan media puzzle ini juga akan terbentuk
adanya kelompok belajar antar siswa sehingga akan terjalin hubungan kerjasama
dalam pembelajaran tersebut.
Dengan menggunakan media puzzle ini siswa akan menyusunnya sehingga
terbentuk provinsi Jawa Barat yang terdapat beberapa kabupaten. Setelah siswa
merasa puas karena bisa menyusun dengan tepat, kini tinggal penilaiannya dalam
menunjukan persebaran hasil SDA di tiap kabupaten melalui media tusuk puzzle.
Tusuk puzzle adalah media dengan bantuan tusuk gigi, yang di bagian
pangkalnya ditempelkan gambar SDA yang bisa diperbarui (teh, kopi, dll). Tugas
siswa adalah menancapkan tusuk yang berisi gambar tersebut tepat dengan
kabupaten yang menjadi daerah penghasilnya. Misalkan, ketika siswa memegang
Subang, Jawa Barat. Dengan demikian, maka tujuan kurikulum yaitu
menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam (kabupaten/kota, provinsi)
bisa tercapai. Selain itu siswa bisa menghapal letak kabupaten di Jawa Barat,
sekaligus juga mendukung motorik, kerja sama, dan kekompakan tim dalam
menyusun puzzle tersebut.
Puzzle yang digunakan adalah puzzle logika yaitu puzzle gambar yang
mengembangkan keterampilan anak berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle
ini dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu
gambar yang utuh. (Muzamil,2010). Berikut adalah contoh gambar puzzle logika
yang digunakan dan media tusuk puzzle.
Gambar 1.1
Contoh media puzzle Jawa Barat dan media tusuk puzzle
Adapun jenis penilaian untuk mengukur hasil belajar adalah performance
test (tes perbuatan) ketika siswa menunjukan media tusuk puzzle di kabupaten
yang tepat sesuai gambar di media tusuk tersebut, dengan penilaian sudah tepat
ataukah salah penempatan. Sedangkan jenis penilaian untuk mengukur proses
belajar adalah dengan skala sikap ketika siswa menyusun puzzle dengan teman
sekelompoknya.
Secara garis besar, langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
media tusuk puzzle dalam pembelajaran persebaran sumber daya alam di Jawa
Barat di Kelas IV SDN Pasarean Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
a. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok masing-masing 3 orang
b. Setiap kelompok diberi potongan puzzle lalu menyusunnya menjadi
puzzle yang utuh (peta Jawa Barat) sesuai contoh yang disiapkan guru.
c. Siswa memasangkan tusuk puzzle pada setiap kabupaten dengan
dibimbing oleh guru.
d. Siswa menghapalkan kabupaten penghasil sumber daya alam dari media
tusuk puzzle yang sudah dipasangkannya tersebut.
e. Siswa melaksanakan evaluasi individu
Adapun target proses dan target hasil yang ingin dicapai setelah
melaksanakan pembelajaran mengenai persebaran sumber daya alam dengan
media tusuk puzzle yaitu.
a. Target proses
1) Kinerja guru
a) Perencanaan
- Membuat RPP
- Menyiapkan instrumen penilaian
- Menyiapkan media tusuk puzzle
b) Pelaksanaan
- Awal
- Mampu mengkondisikan siswa sehingga siswa siap untuk belajar
- Memberikan apersepsi kepada siswa
- Inti
-Menjelaskan materi pelajaran
-Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual, kelompok
atau klasikal
-Membimbing siswa ketika menyusun puzzle
-Membimbing siswa menggunakan media tusuk puzzle
- Akhir
- Mengadakan post test
Dari kesebelas indikator penilaian tersebut memiliki masing-masing
skor tertinggi 3, sehingga dari keseluruhan indikator penilaian kinerja guru
memiliki skor ideal 33. Adapun yang menjadi target proses kinerja guru
dikatakan berhasil jika skor yang didapat guru yaitu 30 (91%).
2) Aktivitas siswa
a) Keaktifan
b) Kerjasama
Dari indikator penilaian tersebut memiliki masing-masing skor 4
sehingga skor idealnya 8. Siswa dikatakan baik jika memperoleh skor 7-8.
Untuk aktivitas siswa, penelitian dikatakan berhasil jika secara keseluruhan
siswa yang bernilai baik sudah mencapai 90% atau sebanyak 19 siswa.
b. Target hasil
Siswa dapat menunjukan lima (5) kabupaten penghasil sumber
daya alam yang dapat diperbaharui di Jawa Barat dengan tepat yang akhirnya
siswa dapat memahami persebaran sumber daya alam tersebut. Target
untuk menentukan berhentinya dilaksanakan siklus (penelitian), adalah bila
hasil belajar siswa yang tuntas mencapai 90% atau 19 orang siswa.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka terdapat tujuan penelitian yang
ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran persebaran hasil sumber
daya alam yang dapat diperbaharui di propinsi Jawa Barat dengan
menggunakan media tusuk puzzle dalam meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV SDN Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten
Sumedang.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran persebaran hasil sumber
daya alam yang dapat diperbaharui di propinsi Jawa Barat dengan
kelas IV SDN Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten
Sumedang.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada pembelajaran Persebaran
Hasil Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbaharui di Propinsi Jawa Barat
dengan Menggunakan Media Tusuk Puzzle pada Siswa Kelas IV SDN
Pasarean Kecamataan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaaat yang ingin dicapai dari peneltian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
a. Memudahkan siswa memahami dan menghapal materi karena materi
disuguhkan dalam media puzzle yang secara peranan disenangi siswa.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pokok bahasan
materi penyebaran SDA yang bisa diperbaharui di Jawa Barat.
c. Meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri dan tidak
tergantung sepenuhnya kepada guru.
2. Bagi Guru
a. Untuk dapat meningkatkan kualitas mengajar di kelas, sebagai
pemotivasi guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajarannya.
b. Sarana pemotivasi guru untuk meningkatkan profesionalisme
mengajarnya (profesional guru).
c. Mendapat pengetahuan tentang pentingnya sebuah media, atau metode
dalam pembelajaran.
3. Bagi sekolah
a. Meningkatkan kualitas dan fungsi sekolah dasar sebagai lembaga yang
bergerak di bidang pendidikan.
b. Khususnya untuk lebih meningkatkan mutu SDN Pasarean secara
keseluruhan karena bisa dijadikan awal dari pelaksanaan
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok-pokok masalah yang
diteliti, berikut ini dijelaskan secara operasional beberapa istilah teknis yang
dipandang perlu untuk diketahui kejelasannya, antara lain:
Adapun yang menjadi batasan istilah dalam penelitian ini yaitu:
1. Media
Suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan
suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resorce) kepada
penerimanya (receiver). (Soeparno, 1988: 1).
2. Puzzle
Media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. (Muzamil,
2010)
3. Persebaran
Tersebarnya barang dan jasa melalui aktivitas pemasaran (KBBI.com)
4. Sumber daya alam yang bisa diperbarui
Kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan terus menerus karena dapat
tersedia kembali (Wisnu, 2008: 76).
5. Hasil belajar
Suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran
yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SDN Pasarean yang beralamat di Jalan Pangeran
Santri No. 34 Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
Sumedang. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Adanya permasalahan siswa dalam hasil belajar pada pembelajaran
persebaran hasil sumber daya alam yang dapat diperbaharui di Propinsi
Jawa Barat, yang diakui guru sebagai problematik yang solusinya belum
ditemukan yang menyebabkan masalah tersebut belum terselesaikan.
b. Peneliti merupakan salah satu pengajar di SDN Pasarean, jadi lebih
memahami kondisi guru, siswa, sarana dan prasarana sekolah, serta
lingkungan sekitar sekolah.
c. Mendapatkan respon positif dan kesediaan untuk bekerjasama dari kepala
sekolah guru dan siswa terhadap rencana penelitian yang akan dilakukan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah upaya perbaikan pembelajaran dengan
menerapkan suatu strategi yang dilaksanakan melalui beberapa siklus. Siklus
akan tetap dilaksanakan sebagai upaya perbaikan sehingga mencapai target
yang ditentukan. Oleh karena memerlukan tindakan yang berkelanjutan, maka
waktu penelitian tindakan kelas ini diperkirakan akan dilaksanakan dalam
waktu enam bulan, mulai Januari sampai Mei 2013. Adapun jadwal penelitian
terlampir.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN
berjumlah 21 orang, yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 10 orang dan siswa
perempuan sebanyak 11 orang.
Siswa Kelas IV SDN Pasarean dipilih sebagai subjek penelitian karena
tingkat kemampuan siswanya dalam pembelajaran persebaran sumber daya alam
yang dapat diperbarui di Jawa Barat tergolong masih rendah, sehingga nilai tes
hasil belajar yang dilaksanakan tidak dapat tercapai sebagaimana yang
diharapkan. Dengan diadakannya penelitian di SDN Pasarean, diharapkan menjadi
suatu pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran IPS agar siswa lebih termotivasi
dan hasil belajar mereka pun meningkat.
Adapun data siswa kelas IV sebagai subjek penelitian, lengkapnya dapat
dilihat dalam Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Subjek penelitian kelas IV A SDN Pasarean
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki kondisi praktik pembelajaran di
kelas atas masalah yang ditemukan dan penerapan alternatif pemecahannya. Hal
ini diperkuat oleh pendapat Kasbolah, (1998: 15) bahwa ”Penelitian Tindakan
Kelas adalah penelitian tindakan dalam pendidikan yang dilaksanakan dalam
kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
kualitas pembelajaran”.
Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif dapat menggambarkan semua yang terjadi dalam
penelitian secara lebih jelas dan terurai dalam bentuk narasi (kata-kata). Hal ini
sejalan dengan yang diutarakan oleh Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002: 3)
yaitu „Metodologi kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati‟.
Dasar pertimbangan menggunakan metode penelitian kualitatif ini adalah
seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2002: 5) sebagai berikut.
Metode penelitian kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (classroom
action research) atau PTK dikarenakan bahwa, penelitian ini merupakan
masalah praktek pembelajaran di kelas. Dalam desain penelitian ini, model
penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model Kemmis dan
Taggart yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart pada
Gambar 3.1
Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart Elliot dalam (Wiriaatmadja, 2008: 66)
Gambar di atas dijelaskan sebagai berikut.
a. Plan (perencanaan)
Perencanaan yaitu “Menyusun rencana tindakan dan penelitian yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran” (Wiriaatmadja, 2008: 98). Perencanaan ini
dibuat setelah menyikapi kondisi siswa, fakta yang terjadi, sehingga dapat
menentukan strategi apa yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Dalam
penelitian ini akan menggunakan media puzzle yang perencanannya disusun
dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Action (pelaksanaan)
Pelaksanaan tindakan yaitu “Praktik pembelajaran yang nyata berdasarkan
rencana yang disusun sebelumnya”. (Repository UPI). Tindakan ini bertujuan
untuk memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitas atau mencari solusi atas
Pada tahapan ini adalah melaksanakan pembelajaran persebaran hasil SDA
yang bisa diperbaharui di Jawa Barat pada siswa kelas IV SDN Pasarean
dengan menggunakan media tusuk puzzle. Apabila pada pelaksanaan siklus
pertama tujuan pembelajaran belum tercapai maka diperbaiki pada pelaksanaan
siklus kedua, dan apabila masih belum tercapai maka akan diperbaiki pada
siklus selanjutnya.
c. Observasi
Pelaksanaan observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan, karena data dan informasi yang dikumpulkan adalah data tentang
proses (kinerja guru dan aktifitas siswa).
Observasi merupakan “kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”. (Supardi,
2008:127). Oleh karena itu, observasi merupakan teknik yang paling tepat
untuk mengumpulkan data tentang proses kegiatan.
d. Refleksi
Refleksi adalah “Kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang
terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru. Pada tahap ini, guru sebagai
peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa
jauh (to what extent) telah menghasilkan perubahan secara signifikan”.
(Supardi, 2008: 133).
Tahap refleksi ini sangat penting untuk memberikan gambaran yang jelas
mengenai hasil tindakan yang dilakukan. Dalam kaitannya dengan
menggunakan media tusuk puzzle, kegiatan refleksi akan dapat mengetahui
langkah-langkah mana yang belum muncul atau indikator mana yang belum
tercapai. Sehingga dapat ditentukan tindakan berikutnya yang harus diperbaiki
dalam menyempurnakan tindakan sebelumnya.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan
tahap-tahap sebagai berikut.
a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SDN Pasarean dan guru Kelas IV
untuk mengadakan penelitian.
b. Permintaan kesediaan salah satu guru untuk dijadikan mitra peneliti (teman
sejawat).
c. Menganalisis kurikulum khususnya kurikulum IPS Kelas IV tentang
persebaran SDA, yang kemudian dituangkan dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan media tusuk puzzle.
d. Membuat alat evaluasi belajar dengan berpacu pada ketepatan penempatan
tusuk puzzle pada kabupaten yang berada di dalam puzzle.
e. Membuat lembar kerja siswa, lembar observasi, pedoman wawancara serta
catatan lapangan untuk melihat kinerja guru dan aktivitas siswa selama
pembelajaran persebaran hasil SDA yang bisa diperbaharui di Jawa Barat
dengan media tusuk puzzle.
2. Tahap pelaksanaan tindakan
a. Kegiatan awal
1) Guru mengucapkan salam
2) Berdo‟a
3) Guru mengecek kehadiran siswa
4) Guru mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif dengan
cara mengatur tempat duduk siswa.
5) Apersepsi
Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai sumber daya alam yang
biasa mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan inti
1) Guru menjelaskan tentang pengertian sumber daya alam yang bisa
diperbaharui dan daerah penghasilnya di Jawa Barat
2) Siswa menyimak penjelasan guru
3) Siswa bertanya jawab dengan guru
4) Siswa diminta menghapalkan SDA yang bisa diperbaharui beserta daerah
5) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok masing-masing 3 orang
6) Guru memasang satu peta Jawa Barat di papan tulis
7) Siswa dalam setiap kelompok dibagi potongan puzzle beserta tusukannya.
8) Guru mendemonstrasikan cara penggunaan media tusuk dan puzzle di
depan kelas
9) Siswa menyusun puzzle secara bersamaan dengan kompak di
kelompoknya.
10) Siswa berlatih menunjukan (menancapkan) tusuk puzzle yang terdapat
gambar hasil SDA sesuai dengan daerah penghasilnya.
11) Guru melakukan penilaian pada setiap siswa dalam bentuk tes perbuatan
di kelompoknya secara individu.
c. Kegiatan akhir
1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
2) Guru menutup pelajaran
3. Tahapan observasi / pengaruh
Pelaksanaan observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan, karena data dan informasi yang dikumpulkan adalah data tentang
proses (kinerja guru dan aktifitas siswa).
Observasi merupakan “Kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”. (Supardi, 2008:
127). Oleh karena itu, observasi merupakan teknik yang paling tepat untuk
mengumpulkan data tentang proses kegiatan.
Dalam kaitannya dengan penggunaan media tusuk puzzle pada materi
persebaran penghasil SDA yang bisa diperbaharui di Jawa Barat, yang menjadi
subjek pengamatannya adalah siswa kelas IV SDN Pasarean Sumedang, dan
objek yang diteliti adalah jalannya pelaksanaan tindakan menggunakan media
tusuk puzzle.
Adapun jenis yang digunakan adalah Observasi partisipatif sambil
Adapun metode observasi partisipatif yang digunakan adalah partisipasi lengkap
dengan prosedur “Dalam melakukan pengamatan, peneliti sudah terlibat
sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data, jadi suasananya sudah
natural, peneliti tidak terlihat sedang melakukan penelitian”. (Sugiyono, 2005:
66). Dengan observasi partisipasi lengkap memungkinkan data yang dihasilkan
benar-benar data yang natural dan seadanya karena siswa tidak merasa sedang
diteliti (diperhatikan).
4. Tahapan refleksi
Refleksi adalah “Kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang
terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) telah menghasilkan perubahan secara
signifikan”. (Supardi, 2008: 133).
Tahap refleksi ini sangat penting untuk memberikan gambaran yang jelas
mengenai hasil tindakan yang dilakukan. Dalam kaitannya dengan penelitian
yang dilaksanakan, yaitu penerapan peta konsep. Melalui kegiatan refleksi akan
dapat mengetahui langkah-langkah mana yang belum muncul atau indikator
mana yang belum tercapai. Sehingga dapat ditentukan tindakan berikutnya yang
harus diperbaiki dalam menyempurnakan tindakan sebelumnya.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian tindakan kelas sebagai penelitian bertradisi kualitatif,
memberikan peranan penting kepada penelitinya yakni sebagai satu-satunya
instrumen karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Keuntungan yang didapat dengan peneliti
sebagai instrumen adalah dapat mengetahui segalanya dari keseluruhan proses
penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
Pedoman observasi adalah pedoman yang digunakan pada waktu melakukan
observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa. Observasi menurut Supardi
(2008: 127) merupakan “Kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”. Dalam
penelitian ini pedoman observasi disusun untuk mengarahkan pengamatan yang
dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi ini
digunakan untuk memperoleh gambaran kinerja guru dan aktivitas siswa selama
proses pembelajaran tentang persebaran sumber daya alam yang bisa diperbarui
di Jawa Barat.
2. Pedoman wawancara
Wawancara menurut Sugiyono (2005) merupakan “Pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga dapat disatukan
makna dalam suatu topik tertentu”. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh
data atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi.
Pedoman wawancara adalah pedoman yang digunakan saat wawancara.
Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan yang akan diajukan kepada guru
ataupun siswa untuk memperoleh data dilaksanakannya pembelajaran IPS materi
persebaran sumber daya alam.
Pedoman wawancara disusun untuk mengarahkan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan pada saat wawancara kepada guru dan siswa. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran
tentang persebaran sumber daya alam yang bisa diperbarui di Jawa Barat.
3. Tes
Kunandar (2008,186) mengatakan,"Tes adalah sejumlah pertanyaan yang
disampaikan pada seorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan
atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam
dirinya." Dalam penelitian ini tes yang akan digunakan dalam jenis tes perbuatan
(performance test) dengan alat penilaian berupa lima (5) suruhan/ perintah
dalam bentuk tes individu yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran (post
4. Catatan Lapangan
Kunandar (2008,197) mengatakan, "Catatan lapangan (field notes) adalah
catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan
atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Untuk hal
ini catatan lapangan akan mendukung dalam observasi.
Catatan lapangan merupakan teknik yang memfokuskan pada hal-hal
spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang kinerja guru dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran. Catatan lapangan mencatat kejadian di
dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif. Catatan lapangan yang
digunakan berisi catatan tentang kegiatan pelaksanaan proses pembelajaran
persebaran hasil SDA di Jawa Barat dengan media tusuk puzzle. Catatan ini
berisikan deskripsi kualitatif tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan
siswa dan guru.
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan data proses
Pengolahan data proses meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa. Dalam
pengolahan data proses, dilakukan melalui observasi terhadap kinerja guru
dan aktivitas siswa dengan terlebih dahulu menetapkan aspek yang akan
diamati. Setelah itu diberi skor dengan interpretasi untuk menentukan hasil
dari pengamatan proses itu. Setelah diolah lalu dianalisis, dimaknai dan
disimpulkan sehingga dapat melakukan refleksi terhadap tindakan yang akan
direncanakan pada kegiatan (siklus) selanjutnya.
b. Pengolahan data hasil
Data hasil diperoleh dari hasil tes perbuatan siswa. Adapun teknik
pengolahan data hasil adalah sebagai berikut.
1) Memberikan skor pada setiap nomor soal pada lembar pengolahan nilai
2) Mengalikan skor pada setiap nomor soal dengan bobot, sehingga
Kemudian membandingkannya dengan batas nilai yang ditentukan, yaitu
melalui nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Tabel 3.2
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR KRITERIA PENENTUAN KKM
Kompl
Jadi, siswa yang mendapat skor 70 atau lebih dikatakan tuntas (T).
siswa yang mendapat skor kurang dari 70 dikatakan tidak tuntas (TT).
Langkah selanjutnya menghitung berapa orang siswa yang tuntas atau
tidak tuntas. Dengan langkah ini akan diketahui aspek mana yang belum
dicapai siswa, sehingga peneliti dapat menentukan tindakan selanjutnya yang
2. Analisis Data
Kegiatan analisis data dilakukan sejak awal dan bergantian secara terus
menerus dengan pengumpulan data. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara reduksi data, menyajikan data, pemaknaan dan
penyimpulan data. Pada tahap mereduksi dilakukan kegiatan menyeleksi,
menyederhanakan dan kemudian disajikan. Kegiatan menyeleksi data yang
terkumpul dengan memilah-milah data mana yang diperlukan dan tidak
diperlukan. Data yang tidak diperlukan dapat dipisahkan atau dibuang,
sehingga data yang terkumpul mudah untuk diolah karena sesuai dengan fokus
penelitian.
G. VALIDASI DATA
Validasi data pada penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins
(Wiriaatmadja, 2008: 168-171), yaitu.
1. Triangulasi
Dalam kegiatan memvalidasi data, triangulasi diartikan sebagai “Teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang sudah ada”. (Sugiyono, 2005:83).
Dalam penelitian ini, triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi teknik dan
triangulasi sumber.
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Triangulasi sumber dalam penelitian ini berarti untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Teknik yang digunakan
adalah wawancara mendalam, tetapi melakukan wawancara tersebut tidak
hanya pada satu sumber (beberapa orang), untuk hal yang sama, yakni kepada
guru, siswa, dan observer dari teman sejawat.
2. Member check
Menurut Titin (2008) member check yaitu ”Memeriksa kembali
atau wawancara, dengan cara mengkonfirmasikannya dengan guru dan siswa
melalui diskusi pada akhir tindakan”.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah keterangan itu tidak
berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya. Dalam penelitian ini, kegiatan
yang dilakukan adalah dengan cara mengkonfirmasikan temuan yang diperoleh
kepada guru dan siswa sebagai kegiatan refleksi pada tiap akhir
pembelajarannya.
3. Expert Opinion
Kunandar (2008,108) mengatakan,
"Expert opinion dilakukan dengan meminta orang yang dianggap ahli atau pakar penelitian tindakan kelas atau pakar bidang studi untuk memeriksa semua tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan
memberikan arahan atau judgements terhadap masalah – masalah
penelitian yang dikaji”.
Dalam penelitian ini, hasil penelitian dikonsultasikan dengan dosen mata
kuliah terkait untuk mendapat masukan yang berarti dalam kegiatan
pengumpulan data saat penelitian. Kegiatan ini dipilih untuk meningkatkan
derajat kepercayaan terhadap penelitian yang dilakukan.
4. Audit Trail
Audit Trail yaitu “Pengecekan kebenaran prosedur dan metode
pengumpulan data, dengan cara mendiskusikannya kepada orang yang lebih
ahli dan memahami permasalahan serta menguasai metode penelitian”.
(Wiriaatmadja, 2008:177). Dalam hal ini, pelaksanaan audit trail dilaksanakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan terhadap data proses dan
hasil pelaksanaan tindakan dengan penggunaan media tusuk puzzle untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasarean pada materi persebaran
hasil sumber daya alam yang dapat diperbarui di Jawa Barat, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Perencanaan penggunaan media tusuk puzzle.
Untuk menghasilkan pelaksanaan yang matang dan hasil yang baik,
maka harus dimulai dari perencanaan yang matang dan baik pula. Perencanaan
yang dilakukan adalah dengan membuat langkah pembelajaran dengan
menggunakan media tusuk puzzle yaitu.
a. Menganalisis kurikulum khususnya kurikulum IPS Kelas IV tentang
persebaran SDA, yang kemudian dituangkan dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan media tusuk puzzle.
b. Menyiapkan media pendukung puzzle itu sendiri, seperti potongan puzzle,
tusuk puzzle. Puzzle dipersiapkan lebih matang lagi untuk mencegah
terjadinya kekurangan tusuk puzzle pada satu kelompok yang menyebabkan
terjadinya kegundahan.
c. Membuat alat evaluasi belajar dengan berpacu pada ketepatan penempatan
tusuk puzzle pada kabupaten yang berada di dalam puzzle. Alat evaluasi
berupa tugas untuk tes perbuatan dan soal untuk tes tertulis.
d. Membuat lembar kerja siswa, lembar observasi, pedoman wawancara serta
catatan lapangan untuk melihat kinerja guru dan aktivitas siswa selama
pembelajaran persebaran hasil SDA yang bisa diperbaharui di Jawa Barat
2. Pelaksanaan penggunaan media tusuk puzzle
Tahap pelaksanaan penggunaan media tusuk puzzle di setiap siklusnya,
telah dilaksanakan dengan baik dari kinerja guru maupun aktivitas siswa, dan
selalu mengalami peningkatan jumlah nilai akhir dan ketuntasan belajar
siswa. Guru telah menyiapkan media tusuk puzzle dengan lengkap, baik dan
layak pakai di setiap siklusnya. Penjelasan guru juga dinilai cukup baik dan
dapat dimengerti siswa sehingga siswa bisa melaksanakan semua prosedur
dengan baik.
Selama pelaksanaan pembelajaran dengan media tusuk puzzle, siswa
merasa senang, aktif, dan merasa dilibatkan dalam pembelajaran karena ada
proses penyusunan puzzle yang harus disusun oleh setiap siswa dalam setiap
kelompok. Siswa juga merasa terbantu dengan adanya media tusuk puzzle
ketika harus memahami materi persebaran sumber daya alam di Jawa Barat.
Pelajaran dinilai lebih konkret dan nyata di mata siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dengan media tusuk puzzle telah membuat
kinerja guru dan aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Kinerja Guru. Pada siklus I jumlah skor yang diperoleh 21 atau 63,6% dan
berada dalam interpretasi cukup. Sedangkan pada siklus II jumlah skor
yang diperoleh naik menjadi 30 atau 90,9% dan berada dalam interpretasi
baik.
b. Aktivitas siswa. Hal yang dapat dilihat untuk menentukan bahwa
aktivitasnya telah meningkat adalah peningkatan jumlah siswa yang
berkriteria baik pada setiap siklus. Hal ini dapat dilihat ketika siklus I
siswa yang memperoleh tafsiran baik sebanyak 12 orang siswa atau 57,3%.
Pada siklus II meningkat menjadi 18 orang siswa atau 85,7%.
3. Hasil belajar siswa (tes tertulis dan tes perbuatan) dengan menggunakan
media tusuk puzzle
Penggunaan media tusuk puzzle dapat meningkatkan hasil belajar
Barat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah ketuntasan belajar
siswa dari data awal, siklus I hingga siklus III.
Pada data awal jumlah siswa yang dinyatakan tuntas hanya 9 orang
siswa atau 42,9%. Pada siklus I naik menjadi 14 orang siswa atau 67%. Pada
siklus II naik lagi menjadi 19 orang siswa atau 90,4%, dan 2 orang siswa atau
9,6% yang dinyatakan tidak tuntas.
Adapun kemampuan atau penguasaan materi tentang sumber daya
alam yang dapat diperbarui di Jawa Barat yang telah didapat oleh siswa
setelahnya pembelajaran berakhir yaitu:
a. Siswa mengetahui letak dan nama-nama kabupaten yang ada di Jawa Barat
b. Siswa mengetahui jenis-jenis sumber daya alam yang dapat diperbarui
c. Siswa mengetahui kabupaten penghasil sumber daya alam yang dapat
diperbarui di Jawa Barat
B. Saran atau Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penggunaan media tusuk puzzle
pada materi persebaran hasil sumber daya alam yang dapat diperbarui di Jawa
Barat di kelas IV SDN Pasarean Kecamatan Sumedang Selatan, maka dapat
dikemukakan saran atau rekomendasi sebagai berikut.
1. Untuk guru
a. Guru sebagai komponen keberhasilan pembelajaran, hendaknya dapat
menguasai berbagai strategi, metode, media pembelajaran dan dapat
diaplikasikannya dalam pembelajaran sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Dalam hal ini, guru harus memahami bagaimana langkah-langkah penggunaan
media tusuk puzzle dilaksanakan, untuk mencapai hasil yang optimal sesuai
target yang tealh ditetapkan.
b. Guru sebaiknya mampu mengadakan inovasi pembelajaran seperti merancang
pembelajaran yang dapat menarik siswa serta menyenangkan, terhindar dari
kebosanan, serta menerapkan media, metode atau strategi yang bervariasi agar
c. Guru sebaiknya memberikan penguatan serta reward atau penghargaan agar
siswa termotivasi dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran.
Guru harus mampu membangkitkan atau mempertahankan semangat siswa
untuk tetap antusias mengikuti pembelajaran. Apakah itu dengan memberikan
penghargaan berupa hadiah konkret ataupun berupa pujian.
d. Guru juga hendaknya selalu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran
tidak hanya dalam materi persebaran hasil sumber daya alam, tapi juga dalam
materi lain atau bahkan mata pelajaran lain, agar siswa merasa dilibatkan
dalam pembelajaran dan menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
2. Untuk Sekolah
a. Pada pimpinan sekolah hendaknya selalu memotivasi guru untuk lebih
meningkatkan kemampuannya atau profesionalismenya.
b. Pihak pimpinan sekolah hendaknya memberikan fasilitas yang dibutuhkan
untuk kelancaran proses pembelajaran, seperti media pembelajaran.
c. Pihak pimpinan sekolah hendaknya mengetahui dan membantu kesulitan guru
dalam menghadapi masalah praktik pembelajaran, seperti dengan memberi
dorongan pada guru tersebut untuk mengadakan penelitian sehingga
bermanfaat pada peningkatan kualitas pembelajaran.
3. Untuk peneliti lain.
a. Hendaknya dapat menyempurnakan lagi hasil penelitian ini sehingga hasil
penelitian tersebut dapat digunakan dan bermanfaat bagi peningkatan
pembelajaran terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi
persebaran hasil sumber daya alam yang dapat diperbarui di Jawa Barat.
b. Peneliti hendaknya selalu merespon setiap masalah yang muncul dan mencari